Anda di halaman 1dari 12

NAMA : SYAMSIATUR RAHMY

NPM : 2002210110

KELAS : MANAGEMENT C 20

MATKUL : Bisnis Law and Legal Aspek In Economics

Jawaban Ulangan Tengah Semester (UTS)

1. Perbedaan Merger, Konsolidasi dan Akuisisi


a. Penggabungan (Merger)
Merger adalah penyatuan bisnis untuk mencapai kepemilikan Bersama atau
sering disebut dengan penggabungan.
Contoh:
Perusahaan A + Perusahaan B + Perusahaan C => Perusahaan A
Perusahaan A, B dan C menggabungkan diri menjadi satu perusahaan yaitu,
perusahaan A. Hal ini terjadi karena Perusahaan A membeli Sebagian/seluruh
asset termasuk menanggung kewajiban dari perusahaan B dan C.
b. Peleburan (Konsolidasi)
Konsolidasi adalah proses peleburan dua perusahaa atau lebih untuk menjadi
satu perusahaan baru.
Contoh:
Perusahaan A + Perusahaan B + Perusahaan D => Perusahaan D
Perusahaan A, B dan C. Ketiga perusahaan tersebut sepakat melakukan
Konsolidasi sehingga terbentuk Perusahaan D, taka da pengambilalihan dalam
proses Konsolidasi karena Perusahaan A, B, dan C sama-sama tidak eksis lagi,
berubah jadi satu Perusahaan D.
c. Pengambil Alihan (Akuisisi)
Akuisisi adalah proses pengambil alihan suatu perusahaan oleh perusahaan
lain. Hal itu terjadi karena asset/saham suatu perusaan dibeli oleh perusahaan
lain.
Contoh:
Perusahaan A+Perusahaan B => Perusahaan A+Perusahaan B
Perusahaan A+Perusahaan C => Perusahaan A+Perusahaan C
Proses Akuisisi tidak menghasilkan perusahan baru dengan badan hukum baru.
2. Menurut Saya saran untuk Raffi Ahmad sebagai seorang Manajer Adalah :
Berdasarkan Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) yang berlaku
sebagai dasar hukum perjanjian, pada dasarnya para pihak diberi kebebasan untuk
menentukan isi perjanjian yang disepakati. Namun, kebebasan tersebut tidak
menghilangkan kewajiban para pihak untuk tetap mematuhi ketentuan yang berlaku.
Raffi Ahmad perlu memerhatikan apakah suatu perjanjian yang dibuat telah
memenuhi seluruh syarat sah perjanjian, Menurut Pasal 1320 KUHPerdata, terdapat 4
(empat) syarat sahnya perjanjian yang harus dipenuhi ketika membuat suatu
perjanjian. Agar tidak dapat dibatalkan oleh hukum, Adapun syarat syahnya
perjanjian adalah:
a. Kesepakatan Para Pihak
Dalam membuat suatu surat perjanjian, kita harus mencapai kesepakatan
para pihak atas hal-hal yang diperjanjikan. Kesepakatan yang dimaksud
di sini adalah kesepakatan tersebut lahir dari kehendak para pihak tanpa
ada unsur kekhilafan, paksaan, ataupun penipuan.
b. Kecakapan Para Pihak
Istilah kecakapan yang dimaksud dalam hal ini berarti wewenang para
pihak untuk membuat perjanjian. KUHPerdata menentukan bahwa setiap
orang dinyatakan cakap untuk membuat perjanjian, kecuali jika menurut
undang-undang dinyatakan tidak cakap. Menurut Pasal 1330
KUHPerdata, orang-orang yang dinyatakan tidak cakap adalah mereka
yang belum dewasa dan Berada di bawah pengampuan, seseorang
dianggap berada di bawah pengampuan apabila ia sudah dewasa, namun
karena keadaan mental atau pikirannya yang dianggap kurang sempurna,
maka dipersamakan dengan orang yang belum dewasa.
c. Adanya objek perjanjian
Suatu perjanjian harus memiliki objek yang jelas. Objek tersebut tidak
hanya berupa barang dalam bentuk fisik, namun juga dapat berupa jasa
yang dapat ditentukan jenisnya.
d. Sebab yang halal.
Sebab yang halal berhubungan dengan isi perjanjian itu sendiri, di mana
perjanjian tersebut dibuat berdasarkan tujuan yang tidak bertentangan
dengan hukum yang berlaku. Perjanjian yang dibuat berdasarkan sebab
yang tidak benar atau dilarang membuat perjanjian tersebut menjadi tidak
sah. Sebab yang tidak halal adalah sebab dilarang oleh Undang-Undang,
berlawanan dengan norma kesusilaan, atau ketertiban umum. Nilai-nilai
kesusilaan dan ketertiban umum sendiri ditentukan berdasarkan nilai-nilai
yang dianut oleh masyarakat di mana perjanjian tersebut dibuat.
3. Seseorang dapat dikatakan pailit, menurut UU Kepailitan adalah jika telah memenuhi
syarat-syarat yuridis kepailitan. Syarat-syarat tersebut menurut Pasal 2 UU Kepailitan
meliputi adanya debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar
lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit
dengan putusan pengadilan. Kreditor dalam hal ini adalah kreditor baik konkuren,
kreditor separatis maupun kreditor preferen. Sedangkan utang yang telah jatuh waktu
berarti kewajiban untuk membayar utang yang telah jatuh waktu, baik karena telah
diperjanjikan, karena percepatan waktu penagihan sesuai perjanjian ataupun karena
putusan pengadilan, arbiter atau majelis arbitrase,
 Syarat-syarat sah seseorang dikatakan pailit yaitu:
a. Harus punya minimal dua kreditor atau lebih
b. Tidak membayar lunas sedikitnya satu utang
c. Utang tersebut telah jatuh tempo dan dapat ditagih
d. Permohonan pailit bisa atas permohonan satu atau lebih kreditornya.

 Penyebab hukum dari suatu kepailitan :


Dengan dijatuhkannya putusan pernyataan pailit baik itu yang diajukan
oleh debitor, kreditor atau pihak lain yang berwenang sesuai ketentuan dalam
UU No. 37/2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang (“UU PKPU”), maka, “sejak tanggal dibacakannya putusan pailit,
Debitor kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang
termasuk dalam harta pailit”. Pengurusan harta kekayaan debitor pailit beralih
kepada kurator yang diawasi oleh hakim pengawas. Sehingga segala tindakan
yang mempengaruhi harta pailit baik itu merugikan atau menguntungkan harus
dilakukan atas persetujuan kurator. Hal ini tentunya dilakukan tidak lain untuk
kepentingan kreditor agar dapat terpenuhi haknya.
4. Pernyataan tentang penundaan kewajiban pembayaran oleh debitur adalah:
Berdasarkan UU 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang didalamnya mengatur tentang syarat-syarat dan prosedur
permohonan pernyataan pailit dan permohonan penundaan kewajiban pembayaran
utang termasuk di dalamnya pemberian kerangka waktu secara pasti bagi
pengambilan putusan pernyataan pailit atau penundaan kewajiban pembayaran utang.
Undang-undang ini memberikan pengertian utang diberikan batasan secara tegas.
Demikian juga pengertian jatuh waktu dan tempo pembayarannya.
5. Pembuktian apabila terjadi kasus sengketa dalam dunia maya:
Seiring dengan perkembangan teknologi, alat bukti yang sebelumnya hanya
terbatas pada dokumen fisik telah berkembang menjadi informasi elektronik dan
dokumen elektronik. Hal ini secara tegas disebutkan pada Pasal 5 ayat (1) Undang-
Undang No. 11/2008 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No. 19/2016
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) yang menyatakan bahwa
informasi, dokumen elektronik, atau hasil cetaknya merupakan alat bukti yang sah
dan merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan hukum acara yang
berlaku. Dengan adanya ketentuan mengenai hal ini, maka memberikan kepastian
hukum atas penyelenggaraan transaksi elektronik saat ini. Itulah pembuktan aspek
hukum dalam dunia maya.
 Contoh/studi kasus:
Dalam dunia bisnis yang real, ketika suatu perusahaan sudah sepakat untuk
melakukan suatu kerjasama maka mereka akan membuat suatu kontrak dan
menandatanagani kontrak yang mereka buat tersebut. Penandatanganan
kontrak ini memiliki konsekwensi hukum sendiri dan akan sangat berguna
ketika ketidak sepahaman terhadap kontrak yang mereka tandatangani terjadi,
Maka terjadilah suatu sengketa dalam dunia maya.
6. Jenis-jenis Badan Usaha yaitu:
a. Koperasi
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya. Ini berdasarkan prinsip
Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat berdasar atas asas
kekeluargaan. Hal tersebut berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor
25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (UU Koperasi). Sifat keanggotaan koperasi
yaitu sukarela, tidak ada paksaan untuk menjadi anggota koperasi dan terbuka
bahwa tidak ada pengecualian untuk menjadi anggota koperasi.
Contoh : badan usaha koperasi adalah koperasi simpan pinjam, koperasi unit desa,
kopersai serba usaha, koperasi sekolah, dll.
 Karakteristik Koperasi yaitu:
a) Koperasi dibentuk oleh anggota atas dasar kepentingan ekonomi yang
sama;
b) Koperasi didirikan dan dikembangkan berlandaskan nilai-nilai
kemandirian kesetiakawanan, keadilan, persamaan dan demokrasi,
tanggung jawab sosial serta kepedulian terhadap orang lain;
c) Koperasi didirikan, diatur, dikelola, diawasi serta dimanfaatkan oleh
anggotanya;
d) Tugas pokok koperasi adalah melayani kebutuhan ekonomi
anggotanya dalam rangka memajukan kesejahteraan anggota.
e) Jika terdapat kelebihan kemampuan pelayanan koperasi kepada
anggotanya maka kelebihan kemampuan pelayanan tersebut dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitarnya.

b. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)


BUMN adalah bentuk usaha yang sebagian modalnya dimiliki dan dikuasai
oleh pemerintah Indonesia.
 Karakteristik BUMN
a) Usahanya bersifat membantu tugas pemerintah, seperti membangun
prasarana tertentu guna melayani kepentingan masyarakat.
b) Menghasilkan barang yang karena pertimbangan keamanan dan
kerahasian yang dikuasasi negara.
c) Dibentuk berdasarkan peraturan UU dan berlaku dan harus dimiliki
dan dikelola oleh pemerintah.
d) Dibentuk untuk melaksanakan kebijakan pemerintah tertentu atau yang
bersifat strategis.
e) Dibentuk dengan tujuan untuk melindungi keselamatan dan
kesejahteraan masyarakat.
f) Usahanya bersifat komersial dan fungsinya dilakukan oleh swasta.
c. Badan Usaha Milik Swasta (BUMS)
BUMS adalah badan usaha yang didirikan dan dimodali oleh seseorang atau
sekelompok orang tertentu.
 Karakteristik BUMS
a) Badan usaha yang modalnya sepenuhnya berasal dari pihak swasta
b) Pengawasan yang dijalankan secara hirarki dan fungsional oleh sih
pemegang perusahaan
c) Untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya
d) Dalam pembagian laba berdasarkan pada pemilik saham atau modal
terbanyak
e) Sebuah Badan usaha yang mempunyai badan hukum
f) Dijalankan dan dimodali oleh perorangan, banyak orang atau
berkelompok.
g) Para anggota mempunyai hak suara sesuai dengan jumlah
modal/saham
h) Bisa menjual saham melalui bursa efek.
i) Modalnya bisa diperoleh dari lembaga keuangan, baik itu bank
maupun non bank.

d. Yayasan
Yayasan merupakan badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang
dipbnisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial,
keagamaan, dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota. Yayasan dapat
melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya
dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut dalam suatu badan usaha.
 Karakteristik Yayasan
a) Yayasan didirikan oleh satu orang atau lebih dengan cara memisahkan
sebagian harta kekayaan pendiriannya menjadi awal kekayaan yayasan
itu.
b) Kekayaan yayasan diperuntukkan untuk mencapai tujuan Yayasan.
c) Yayasan mempunyai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan
kemanusiaan
d) Yayasan tidak mempunyai anggota
e) Untuk mendirikan sebuah yayasan harus dilakukan dengan akta notaris
dan mempunyai status badan hukum dan dibuat menggunakan bahasa
indonesia.
f) Struktur organisasi yang ada di yayasan terdiri atas pembina, pengurus
yayasan dan pengawas.
g) Yayasan dapat didirikan berdasarkan surat wasiat
h) Yayasan tidak boleh menggunakan nama yang telah dipakai secara sah
oleh yayasan lainnya dan yayasan tidak boleh bertentangan dengan
ketertiban umum dan kesusilaan.
7. Unsur-unsur yang melawan perbuatan hukum yaitu:
a) Melanggar Undang-Undang, artinya perbuatan yang dilakukan jelas-jelas
melanggar undang-undang.
b) Melanggar hak subjektif orang lain, artinya jika perbuatan yang dilakukan
telah melanggar hak-hak orang lain yang dijamin oleh hukum (termasuk tapi
tidak terbatas pada hak yang bersifat pribadi, kebebasan, hak kebendaan,
kehormatan, nama baik ataupun hak perorangan lainnya.
c) Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, artinya kewajiban hukum
baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, termasuk hukum publik.
d) Bertentangan dengan kesusilaan, yaitu kaidah moral (Pasal 1335 Jo Pasal 1337
KUHPerdata)
e) Bertentangan dengan sikap kehati-hatian yang sepatutnya dalam masyarakat.
Kriteria ini bersumber pada hukum tak tertulis (bersifat relatif). Yaitu
perbuatan yang dilakukan bertentangan dengan sikap yang baik/kepatutan
dalam masyarakat untuk memperhatikan kepentingan orang lain.
8. Sistem Pengaturan Hukum Benda
Hukum Benda adalah Peraturan –peraturan hukum yang mengatur tentang benda
atau barang-barang (zaken) dan Hak Kebendaan (zakelijk recht). Pengertian benda
dapat dibedakan menjadi pengertian dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pengertian
ialah benda dalam arti sempit ialah setiap barang yang dapat diihat saja (berwujud).
Sedangkan pengertian benda dalam arti luas disebut dalam Pasal 509 KUHPerdata
yaitu benda ialah tiap barang-barang dan hak-hak yamg dapat dikuasai dengan hak
milik atau denga kata lain benda dalam konteks hukum perdata adalah segala sesuatu
yang dapat diberikan / diletakkan suatu Hak diatasnya, utamanya yang berupa hak
milik. Dengan demikian, yang dapat memiliki sesuatu hak tersebut adalah Subyek
Hukum, sedangkan sesuatu yang dibebani hak itu adalah Obyek Hukum.
 Macam-macam benda
a) Benda berwujud dan benda tidak berwujud.
Arti penting pembedaan ini adalah pada saat pemindah tanganan benda dimaksud,
yaitu :
Jika benda berwujud itu benda bergerak, pemindah tanganannya harus secara nyata
dari tangan ke tangan.
Jika benda berwujud itu benda tidak bergerak, pemindah tanganannya harus dilakukan
dengan balik nama.
b) Benda Bergerak dan Benda Tidak Bergerak
Benda bergerak adalah benda yang menurut sifatnya dapat dipindahkan (Ps.509
BWI). Benda bergerak karena ketentuan undang undang adalah hak hak yang melekat
pada benda bergerak (Ps.511 BWI), misalnya hak memungut hasil atas benda
bergerak, hak memakai atas benda bergerak, saham saham perusahaan. Benda tidak
bergerak adalah benda yang menurut sifatnya tidak dapat dipindah-pindahkan, seperti
tanah dan segala bangunan yang berdiri melekat diatasnya. Benda tidak bergerak
karena tujuannya adalah benda yang dilekatkan pada benda tidak bergerak sebagai
benda pokoknya, untuk tujuan tertentu, seperti mesin mesin yang dipasang pada
pabrik. Tujuannya adalah untuk dipakai secara tetap dan tidak untuk dipindah-pindah
(Ps.507 BWI). Benda tidak bergerak karena undang undang adalah hak hak yang
melekat pada benda tidak bergerak tersebut, seperti hipotik, crediet verband, hak
pakai atas benda tidak bergerak, hak memungut hasil atas benda tidak bergerak
(Ps.508 BWI).
c) Benda sudah ada dan benda akan ada
Arti penting pembedaan ini terletak pada pembebanan sebagai jaminan hutang, atau
pada pelaksanaan perjanjian. Benda sudah ada dapat dijadikan jaminan hutang dan
pelaksanaan perjanjiannya dengan cara menyerahkan benda tersebut. Benda akan ada
tidak dapat dijadikan jaminan hutang, bahkan perjanjian yang obyeknya benda akan
ada bisa terancam batal bila pemenuhannya itu tidak mungkin dapat dilaksanakan
(Ps.1320 btr 3 BWI).
d) Benda dalam perdagangan dan benda luar perdagangan.
Arti penting dari pembedaan ini terletak pada pemindah tanganan benda tersebut
karena jual beli atau karena warisan. Benda dalam perdagangan dapat diperjual
belikan dengan bebas, atau diwariskan kepada ahli waris,sedangkan benda luar
perdagangan tidak dapat diperjual belikan atau diwariskan, umpamanya tanah wakaf,
narkotika, benda benda yang melanggar ketertiban dan kesusilaan.
e) Benda dapat dibagi dan benda tidak dapat dibagi
Letak pembedaannya menjadi penting dalam hal pemenuhan prestasi suatu perjanjian,
di mana terhadap benda yang dapat dibagi, prestasi pemenuhan perjanjian dapat
dilakukan tidak sekaligus, dapat bertahap. Lain halnya dengan benda yang tidak dapat
dibagi, maka pemenuhan prestasi tidak dapat dilakukan sebagian demi sebagian,
melainkan harus secara seutuhnya.
f) Benda terdaftar dan benda tidak terdaftar.
Arti penting pembebannya terletak pada pembuktian kepemilikannya. Benda terdaftar
dibuktikan dengan bukti pendaftarannya.
9. Pasal 504 kitab UU KUHperdata:
Mengenai benda bergerak dan benda tidak bergerak,
 Benda tidak bergerak terdiri dari:
 Benda tidak bergerak karena sifatnya (Pasal 506 KUHPer) misalnya tanah dan
segala sesuatu yang melekat atau didirikan di atasnya, atau pohon-pohon dan
tanaman-tanaman yang akarnya menancap dalam tanah atau buah-buahan di
pohon yang belum dipetik, demikian juga barang-barang tambang.
   Benda tidak bergerak karena peruntukannya atau tujuan pemakaiannya (Pasal
507 KUHPer) misalnya pabrik dan barang-barang yang dihasilkannya,
penggilingan-penggilingan, dan sebagainya. Juga perumahan beserta benda-
benda yang dilekatkan pada papan atau dinding seperti cermin, lukisan,
perhiasan, dan lain-lain; kemudian yang berkaitan dengan kepemilikan tanah
seperti rabuk, madu di pohon dan ikan dalam kolam, dan sebagainya; serta
bahan bangunan yang berasal dari reruntuhan gedung yang akan dipakai lagi
untuk membangun gedung tersebut, dan lain-lain.
 Benda tidak bergerak karena ketentuan undang-undang misalnya, hak pakai
hasil, dan hak pakai atas kebendaan tidak bergerak, hak pengabdian tanah, hak
numpang karang, hak usaha, dan lain-lain (Pasal 508 KUHPer). Di samping
itu, menurut ketentuan Pasal 31 kitab UU hukum dagang, kapal-kapal
berukuran berat kotor 20 m3 ke atas dapat dibukukan dalam suatu register
kapal sehingga termasuk kategori benda-benda tidak bergerak.

 Benda bergerak terdiri dari:


 Benda bergerak karena sifatnya yaitu benda-benda yang dapat
berpindah atau dapat dipindahkan misalnya ayam, kambing, buku,
pensil, meja, kursi, dan lain-lain (Pasal 509 KUHPer).Termasuk juga
sebagai benda bergerak ialah kapal-kapal, perahu-perahu, gilingan-
gilingan dan tempat-tempat pemandian yang dipasang di perahu dan
sebagainya (Pasal 510 KUHPer).
 Benda bergerak karena ketentuan undang-undang (Pasal 511
KUHPer) misalnya:  Hak pakai hasil dan hak pakai atas benda-benda
bergerak;  Hak atas bunga-bunga yang diperjanjikan, Penagihan-
penagihan atau piutang-piutang Saham-saham atau andil-andil dalam
persekutuan dagang, dan lain-lain.
10. Contoh kepailitan :
Beberapa bank dalam sindikasi kredit terdiri:
1. PT. Bank Indonesia
2. PT. Bank Mandiri
3. PT. Bank Syariah
4. PT. Bank BCA
Diantara para kreditur mengajukan permohonan kepailitan di Pengadilan Niaga
pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat misalkan terhadap : PT. Karunia Jaya. Tbk
– semarang sebagai Debitur, termohon kepailitan yang lain adalah saudara
Hermansyah dan saudara randy pangalila sebagai penjamin PT. Indofood, karena
PT. Indofood tidak membayar utangnya yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih
sebesar 45 jt juga kepada penjamin. Selain jaminan pribadi, PT. Indofood juga
memberikan agunan berupa tanah kepada PT. Bank Indonesia dan PT. Bank
Mandiri, sehingga 2 bank tersebut sebagai kreditur yang di dahulukan selain
kepada sindikasi Bank tersebut PT. Indofood juga mempunyai utang kepada PT.
BPRS.
 Analisa Hukum
Salah satu syarat pengajuan perkara kepailitan adalah si Debitor harus
mempunyai dua atau lebih Kreditor, yang mana salah satu utangnya telah jatuh
tempo. Hal tersebut menunjukkan bahwa perkara kepailitan bersumber pada
masalah utang-piutang. Menurut Sutan Remy Sjahdeni pengertian utang
terdapat 2 (dua) pendirian., yaitu pendirian yang menganut utang dalam arti
sempit yang timbul dari perjanjian utang-piutang saja dan pendirian yang
menganut utang dalam arti luas yang timbul karena perikatan apapun juga,
baik yang timbul karena perjanjian utang-piutang maupun perjanjian lainnya
maupun yang timbul karena undang-undang. Kredit sindikasi adalah pinjaman
yang diberikan oleh beberapa kreditur sindikasi, yang biasanya terdiri dari
bank-bank atau lembaga-lembaga keuangan lainnya kepada seorang debitur,
yang biasanya berbentuk badan hukum. Dari pengertian tersebut maka kredit
sindikasi merupakan suatu jenis kredit dimana terdapat lebih dari satu kreditor
dan terdapat sebuah agent yang telah ditunjuk oleh para kreditor untuk
mewakili kepentingan mereka. Karena para kreditur sindikasinya terdiri dari
beberapa bank/lembaga keuangan nasional dan cabang/lembaga keuangan
asing yang menjadi kreditur sindikasi dari suatu onshore loan dengan catatan
dana yang dipinjamkannya benar-benar dari dalam negeri (negara debitur
dimana cabang bank/lembaga keuangan asing tersebut berkedudukan). Dalam
kredit sindikasi ada jaminan maka si pemberi garansi (guarantor) dalam hal ini
saudara Hermansyah dan saudara Randy pangalila menjamin para kreditur
sindikasi bahwa dalam hal debitur wanprestasi (gagal mengembalikan hutang-
hutangnya saat jatuh tempo) maka guarantor/penjamin akan melunasinya.
Semua harta guarantor baik yang sudah ada maupun yang akan ada kemudian
menjadi jaminan bagi pelunasan hutang debitur (pasal 1131 dan 1132 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata Indonesia (KUHPer) ataupun yang bersifat
khusus, seperti Hak Gadai, Hak Jaminan dan Fidusia. Menurut prinsip hukum
jaminan, kedudukan Kreditor pemegang hak jaminan kebendaan tidak
terpengaruh oleh kepailitan. Hal tersebut berarti Kreditor tersebut dapat
melaksanakan haknya seolah-olah tidak terjadi kepailitan.

Anda mungkin juga menyukai