Anda di halaman 1dari 12

RADANG

A.   PENGERTIAN

Radang (bahasa Inggris: inflammation) adalah respon dari suatu organisme terhadap patogen
dan alterasi mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat
jaringan yang mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Radang atau
inflamasi adalah satu dari respon utama sistem kekebalan terhadap infeksi dan iritasi.

Menurut Kamus Kedokteran Dorland :


Radang ialah respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan
jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung baik agen pencedera
maupun jaringan yang cedera itu.

Menurut Katzung (2002):


Radang ialah suatu proses yang dinamis dari jaringan hidup atau sel terhadap suatu rangsang
atau injury (jejas) yang dilakukan terutama oleh pembuluh darah (vaskuler) dan jaringan ikat
(connective tissue).

Radang mempunyai tiga peran penting dalam perlawanan terhadap infeksi:

 memungkinkan penambahan molekul dan sel efektor ke lokasi infeksi untuk


meningkatkan performa makrofaga
 menyediakan rintangan untuk mencegah penyebaran infeksi
 mencetuskan proses perbaikan untuk jaringan yang rusak.

Respon peradangan dapat dikenali dari rasa sakit, kulit lebam, demam dll, yang disebabkan
karena terjadi perubahan pada pembuluh darah di area infeksi:

 pembesaran diameter pembuluh darah, disertai peningkatan aliran darah di daerah


infeksi. Hal ini dapat menyebabkan kulit tampak lebam kemerahan dan penurunan
tekanan darah terutama pada pembuluh kecil.
 aktivasi molekul adhesi untuk merekatkan endotelia dengan pembuluh darah.
 kombinasi dari turunnya tekanan darah dan aktivasi molekul adhesi, akan
memungkinkan sel darah putih bermigrasi ke endotelium dan masuk ke dalam
jaringan. Proses ini dikenal sebagai ekstravasasi.

Bagian tubuh yang mengalami peradangan memiliki tanda-tanda sebagai berikut:

 tumor atau membengkak


 calor atau menghangat
 dolor atau nyeri
 rubor atau memerah
 functio laesa atau daya pergerakan menurun dan kemungkinan disfungsi organ atau
jaringan
B.   TERMINOLOGI TERKAIT RADANG

Edema : cairan yang berlebihan dalam jaringan interstisial atau rongga tubuh; dapat berupa
eksudat ataupun transudat.
Eksudat : cairan radang ekstravaskular dengan kadar protein yang tinggi dan debris seluler;
berat jenisnya di atas 1,020.
Eksudasi : ekstravasasi cairan, protein, dan sel-sel darah dari pembuluh darah ke dalam
jaringan interstisial atau rongga tubuh.
Pus : nanah; eksudat radang yang purulen & banyak mengandung sel-sel neutrofil serta
debris.
Transudat : cairan ekstravaskular dengan kadar protein yang rendah dan berat jenis di bawah
1,012; pada hakekatnya, transudat merupakan ultrafiltrat plasma darah yang terbentuk karena
kenaikan tekanan cairan atau penurunan tekanan osmotik di dalam plasma.
 
FUNGSI
1. Melokalisasi dan mengisolasi jaringan yang mengalami jejas melindungi jaringan
sekitar yang sehat
2. Menetralisasi dan inaktifasi zat-zat toksis  yang dihasilkan oleh faktor humoral dan
enzim
3. Merusak dan membatasi pertumbuhan mikroorganisme yang menginfeksi
4. Mempersiapkan daerah yang sakit untuk penyembuhan dan perbaikan

PERAN
Radang mempunyai tiga peran penting dalam perlawanan terhadap infeksi
1. memungkinkan penambahan molekul dan sel efektor ke lokasi infeksi untuk
meningkatkan performa makrofaga
2. menyediakan rintangan untuk mencegah penyebaran infeksi
3. mencetuskan proses perbaikan untuk jaringan yang rusak.

MACAM –MACAM RADANG

     Macam-macam radang yang sering terjadi, yaitu:

A. Radang Tenggorokan

Penyakit ini ditandai dengan rasa nyeri di tenggorokan sehingga si penderita susah sekali saat
menelan makanan. Radang tenggorokan atau faringitis akut sering diikuti dengan gejala flu
seperti demam, sakit kepala, pilek, dan batuk. Disebarkan oleh virus EBV atau kuman Strep.
Pyogenes, radang tenggorokan mudah dikenali dengan memeriksakannya ke dokter THT.
Jika daerah faring ditemukan peradangan dengan tanda berupa kemerahan serta terjadi
pembesaran pada kelenjar limfe regional di sekitarnya, bisa dikatakan orang tersebut
menderita radang tenggorokan. Pada kasus yang sudah berat, di tenggorokan akan dijumpai
nanah atau eksudat. Dalam beberapa kejadian, penyakit radang tenggorokan tidak bersifat
serius. Sebagian besar penderita akan sembuh setelah tiga sampai dengan sepuluh hari tanpa
terapi yang biasanya menimbulkan rasa sakit yang luar biasa. Memang masalah utama
seorang penderita radang tenggorokan adalah rasa tidak nyaman dan tidak bisa bernapas
secara wajar. Untuk radang tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri streptococcal,
antibiotik bisa diberikan kepada si pasien agar komplikasi seperti demam rematik bisa
dihindari. Jika hal ini tidak segera ditangani, ancaman diptheria mengintai kesehatan si
penderita.
Gejala-gejala seorang penderita radang tenggorokan:
1. Bengkak, berwarna merah pada tenggorokan
2. Susah berbicara, menelan, dan bernapas
3. Biasanya terjadi benjolan di sekitar leher
4. Demam tinggi
5. Sakit kepala yang luar biasa
6. Telinga pekak

Perawatan yang harus dilakukan adalah memberi si penderita dengan aspirin. Selain itu
berikan air panas yang telah ditambahi satu sendok makan garam. Ini akan mengurangi rasa
sakit akibat radang tenggorokan.Patut diingat, pemberian antibiotik hanya boleh dilakukan
pada penderita radang tenggorokan akibat bakteri. Obat-obatan tersebut efektif membunuh
bakteri tapi tidak menghilangkan virus.Hal lain yang dapat mengurangi risiko terkena radang
tenggorokan adalah tidak merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol.

B. Radang Usus Buntu

Radang usus buntu merupakan peradangan pada usus buntu, yaitu sebuah usus kecil yang
berbentuk jari yang melekat pada usus besar di sebelah kanan bawah rongga perut. Usus
buntu yang mengalami peradangan kadang-kadang pecah terbuka, yang menyebabkan
peradangan selaput perut(peritonitis). Peradangan selaput perut adalah peradangan yang
gawat dan mendadak pada selaput yang melapisi dinding dalam rongga perut atau pada
kantong yang membungkus usus. Peradangan ini terjadi kalau usus lainnya pecah atau robek.
Penyebab umum adalah:
Adanya benda kecil atau keras (faecaliths) yang berada di appendix dan tidak bisa keluar.
Tanda-tanda appendicitis:
1)  Tanda yang utama ialah keluha nyeri yang menetap pada perut dan semakin lama semakin
memburuk.
2) Rasa nyeri mulai terjadi di sekitar pusar, tetapi segera nyeri tersebut berpindah kesisi
kanan bawah.
3) Mungkin selera makan menghilang, muntah, sembelit atau terdapat panas yang ringan.

C. Radang Kulit
Radang kulit, dermatitis, merupakan suatu gejala pada kulit saat jaringan terinfeksi oleh
bakteri atau virus.
Ada beberapa tipe radang kulit, yaitu:
1. sebhorrheic dermatitits
2. atopic dermatitis (eczema)
3. Kedua tipe tersebut sangat bervariasi tergantung dari penyebab dan gejala yang terjadi.
Sesungguhnya penyakit ini tidak merupakan penyakit seumur hidup. Ia hanya akan
menimbulkan rasa yang tidak nyaman dan mengurangi penampilan diri. Kombinasi antara
perawatan kesehatan mandiri dan pengobatan medis akan menghilangkan radang kulit.
 
D. Radang Sendi

sendi, osteoarthritis, adalah salah satu arthritis yang disebabkan oleh berkurangnya cartilage
terutama di daerah persendian. Cartilage sendiri merupakan substansi protein yang menjadi
semacam “oli” bagi tulang dan persendian. Ketika cartilage mengalami penurunan dalam
jumlah, selanjutnya struktur tulang akan tergerus. Penyakit ini sering menyerang mereka
yang sudah berusia lanjut pada bagian sendi dan jemari. Persentase tertinggi bangsa yang
paling banyak menderita radang sendi adalah:
1. Jepang
2. Afrika Selatan
3. China bagian Selatan

Penyebab radang sendi adalah bertambahnya kandungan air pada cartilage sehingga membuat
jumlah proteinnya berkurang drastis.
Komplikasi yang mengikuti radang sendi adalah:
1. obesitas
2. Trauma yang berulang-ulang
3. Rasa nyeri pada tulang
4. Diabetes mellitus
5. Kelainan hormonal

Macam radang kronik

1.Radang Kronis Serosa


Eksudat serosa menetap dalam tubuh, jumlah limfosit bervariasi, akibat jejas ringan.
missal : gelembung kulit akibat luka balar derajat ringan. juga sebagai radang permulaan dari
permukaan serosa sperti pleura, peritoneum

2.Radang Kronis Fibrotik


Penyembuhan   fibrosis, limfosit bervariasi, jejas lebih berat, kenaikan permeabilitas, molekul
besar ikut keluar ( fibrin )missal : karditis rehumatika akuta dengan perikanditis fibrinosa
eksudat fibrin dihilangkan dengan fibrinolisis àpengangkutan debris oleh
makrofagàresolution. tetapi bila fibrin tidak dihilangkan akan menstimuli pertumbuhan
proliferasi fibroblast dan pembuluh darah jaringan parut dan terjadi perlekatan dan gangguan
fungsi alat tubuh, missal : pericardium dan epikardium, pleura parietalis-visceralis,
peritoneum parietal-viscerale

3.Radang Kronis Supuratif


Resolusi dan drainase gagal, pus tertimbun, enkapsulasi fibrotik pus : cairan kental, terdiri
atau banyak sel-sel leukosit baik yang hidup/ yang mati dan jaringan nekrotik terutama yang
dicairkan oleh jaringan-jaringan enzyme-enzym dari leukosit yang mati, seperti protease,
peptidase, lipase dan fibrinolisin. disamping itu terdapat pula : cholesterol, letichin, lemak,
sabun dll . ada organism tertentu yang menyebabkan suppurasi ( bacteri pyogenik ) :
taphilococcus, basil gram, meningococcus, gonococcus, pneumococcus
pus : juga terbentuk akibat perlukaan bahan khemis tertentu, missal terpentin atau ag-nitrat

4.Radang Granulomatosa
Lesi proliferatif   kelompok sel epiteloid dikelilingi limfosit kadang dengan sel raksasan 
Suatu bentuk khusus radang kronik dimana didapatkan predominasi makrofag yang aktif
dengan modifikasi gambar sel epiteloidn  Granuloma merupakan daerah fokal radang
granulomatosa, yang terdiri atas agregasi makrofag yang bertransformasi menjadi sel seperti
epitel, dikelilingi sebukan sel mononukleus terutama limfosit

TANDA-TANDA RADANG

1) Rubor : Warna merah


rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yangmengalami
peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriolayang mensuplai darah
ke daerah peradangan. Sehingga lebih banyak darah mengalirke mikrosirkulasi lokal dan
kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengandarah.
Keadaan ini disebut hiperemia atau kongesti, menyebabkan warna merahlokal karena
peradangan akut
2) Kalor : Panas
Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut.
Kalordisebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah yang memilikisuhu
37oC disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyakdaripada ke
daerah normal
3) Tumor : Pembengkakan
Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan
olehpengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan
interstitial.Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat
meradang .
4) Dolor : Rasa nyeri
Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsangujung-ujung
saraf. Pengeluaran zat seperti histamin atau zat bioaktif lainnya dapatmerangsang saraf. Rasa
sakit disebabkan pula oleh tekanan yang meninggi akibatpembengkakan jaringan yang
meradang
5) Functiolaesa : Gangguan fungsi
Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang (Dorland, 2002).Functio
laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belumdiketahui secara
mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yangmeradan

GEJALA

 Radang kadang-kadang dapat menimbulkan gejala systemic misalnya :


1) fever/demam
Yang merupakan akibat dari pelepasan zat pirogen endogen yang berasal dari neutrofil dan
makrofag. Selanjutnya zat tersebut akan memacu pusat pengendali suhu tubuh yang ada
dihypothalamus.
disebabkan :
– bacteriamia
– efek prostaglandin E 2
– karena lepasnya endotoksin bakteri yang disebut interleukin-1 ( IL-1)

2) Perubahan hematologis.
Rangsangan yang berasal dari pusat peradangan mempengaruhi proses maturasi dan
pengeluaran leukosit dari sumsum tulang yang mengakibatkan kenaikan suatu jenis leukosit,
kenaikan ini disebut leukositosis. Perubahan protein darah tertentu juga terjadi bersamaan
dengan perubahan apa yang dinamakan laju endap darah.

3) Gejala konstitusional.
Pada cedera yang hebat, terjadi perubahan metabolisme dan endokrin yang menyolok.
Akhirnya reaksi peradangan local sering diiringi oleh berbagai gejala konstitusional yang
berupa malaise, anoreksia atau tidak ada nafsu makan dan ketidakmampuan melakukan
sesuatu yang beratnya berbeda-beda bahkan sampai tidak berdaya melakukan apapun.

4) leukositosis
jumlah leukosit dalam darah bertambah, kadang-kadang sangat banyak bisa 50.000 per mm3 .
tidak semua radang member leukositosis, misalnya :
 lymkphositosis : infections mononucleosis, batuk rejan, mumps
 eosinofilia : terutama penyakit alergi seperti : asthma, bronchiale, hay-fever, infeksi
parasit
 leucopenia : jumlah lekosit , dari pada normal. missal : infeksi karena virus atau
salmonella

5) lain-lain seperti : pusing, malise, tidak nafsu makan, berat badan berkurang.

SEBAB
Berbagai macam agen dapat mengakibatkan peradangan, yaitu :
 Fisik ( Trauma, Panas atau dingin, Radiasi )
 Kimia (histamin, bradikinin, serotonin, leukotrien, dan prostaglandin)
 Infeksi ( Bakteri, Virus dan Parasit )
 nImun (Reaksi antigen-antibodi, Reaksi yang diperantarai sel)
 

REAKSI SEL RADANG

Leukositosis terjadi bila ada jaringan cedera atau infeksi sehingga pada tempat cedera atau
radang dapat terkumpul banyak leukosit untuk membendung infeksi atau menahan
microorganisme menyebar keseluruh jaringan.

Leukositosis ini disebabkan karena produksi sumsum tulang meningkat, sehingga jumlahnya
dalam darah cukup untuk emigrasi pada waktu terjadi cedera atau radang. Karena itu banyak
leukosit yang masih muda dalam darah, dalam pemeriksaan laboratorium dikatakan
pergeseran ke kiri

Jenis-Jenis Leukosit Dan Masing-Masing Fungsinya Dalam Peradangan

Leukosit yang bersirkulasi dalam aliran darah dan emigrasi ke dalam eksudat peradangan
berasal dari sumsum tulang, di mana tidak saja leukosit tetapi juga sel-sel darah merah dan
trombosit dihasilkan secara terus memenerus.Dalam keadaan normal, di dalam sumsum
tulang dapat ditemukan banyak sekali leukosit yang belum matang dari berbagai jenis dan
“pool” leukosit matang yang ditahan sebagai cadangan untuk dilepaskan ke dalam sirkulasi
darah. Jumlah tiap jenis leukosit yang bersirkulasi dalam darah perifer dibatasi dengan ketat
tetapi diubah “sesuai kebutuhan” jika timbul proses peradangan. Artinya, dengan rangsangan
respon peradangan, sinyal umpan balik pada sumsum tulang mengubah laju produksi dan
pengeluaran satu jenis leukosit atau lebih ke dalam aliran darah.
1. Granulosit.
Terdiri dari : neutrofil, eosinofil, dan basofil.
Dua jenis leukosit lain ialah monosit dan limposit, tidak mengandung banyak granula dalam
sitoplasmanya.

a) Neutrofil
Sel-sel pertama yang timbul dalam jumlah besar di dalam eksudat pada jamjam pertama
peradangan adalah neutrofil.Inti dari sel ini berlobus tidak teratur atau polimorf. Karena itu
sel-sel ini disebut neutrofil polimorfonuklear (pmn) atau “pool”. Sel-sel ini memiliki urutan
perkembangan di dalam sumsum tulang, perkembangan ini kira-kira memerlukan 2 minggu.
Bila mereka dilepaskan ke dalam sirkulasi darah, waktu paruhnya dalam sirkulasi kira-kira 6
jam. Per millimeter kubik darah terdapat kira-kira 5000 neutrofil, kira-kira 100 kali dari
jumlah ini tertahan dalam sumsum tulang sebagai bentuk matang yang siap untuk dikeluarkan
bila ada sinyal.
Granula yang banyak sekali terlihat dalam sitoplasma neutrofil sebenarnya merupakan paket-
paket enzim yang terikat membran yaitu lisosom, yang dihasilkan selama pematangan sel.
Jadi neutrofil pmn yang matang adalah kantong yang mengandung banyak enzim dan
partikel-partikel antimicrobial. Neutrofil pmn mampu bergerak aktif dan mampu menelan
berbagai zat dengan proses yang disebut fagositosis. Proses fagositosis dibantu oleh zat-zat
tertentu yang melapisi obyek untuk dicernakan dan membuatnya lebih mudah dimasukkan
oleh leukosit. Zat ini dinamakan opsonin. Setelah mencernakan partikel dan memasukkannya
ke dalam sitoplasma dalam vakuola fagositosis atau fagosom, tugas berikutnya dari leukosit
adalah mematikan partikel itu jika partikel itu agen microbial yang hidup, dan
mencernakannya. Mematikan agen-agen yang hidup itu diselesaikan melalui berbagai cara
yaitu perubahan pH dalam sel setelah fagositosis, melepaskan zat-zat anti bakteri. Pencernaan
partikel yang terkena fagositosis itu umumnya diselesaikan di dalam vakuola dengan
penyatuan lisosom dengan fagosom. Enzim-enzim pencernaan yang sebelumnya tidak aktif
sekarang diaktifkan di dalam fagolisosom, mengakibatkan pencernaan obyek secara
enzimatik.

b) Eosinofil
Merupakan jenis granulosit lain yang dapat ditemukan dalam eksudat peradangan, walaupun
dalam jumlah yang lebih kecil. Eosinofil secara fungsional akan memberikan respon terhadap
rangsang kemotaksis khas tertentu yang ditimbulkan pada perkembangan allergis dan mereka
mengandung enzim-enzim yang mampu menetralkan efek-efek mediator peradangan tertentu
yang dilepaskan dalam reaksi peradangan semacam itu.

c) Basofil
Berasal dari sumsum tulang yang juga disebut mast sel/basofil jaringan. Granula dari jenis sel
ini mengandung berbagai enzim, heparin, dan histamin. Basofil akan memberikan respon
terhadap sinyal kemotaksis yang dilepaskan dalam perjalanan reaksi immunologis tertentu.
Dan basofil biasanya terdapat dalam jumlah yang sangat kecil dalam eksudat.
Basofil darah dan mast sel jaringan dirangsang untuk melepas granulanya pada berbagai
keadaan cedera, termasuk reaksi immunologis maupun reaksi non spesifik.Dalam
kenyataannya mast sel adalah sumber utama histamin pada reaksi peradangan.

2. Monosit
Adalah bentuk leukosit yang penting. Pada reaksi peradangan monosit akan bermigrasi, tetapi
jumlahnya lebih sedikit dan kecepatannya lebih lambat. Karena itu, pada jam jam pertama
peradangan relative sedikit terdapat monosit dalasn eksudat. Namun makin lama akan makin
bertambah adanya monosit dalam eksudat. Sel yang sama yang dalam aliran darah disebut
monosit, kalau terdapat dalam eksudat disebut makrofag. Ternyata, jenis sel yang sama
ditemukan dalam jumlah kecil melalui jaringan penyambung tubuh walaupun tanpa
peradangan yang jelas. Makrofag yang terdapat dalam jaringan penyambung ini disebut
histiosit. Dengan banyak hal fungsi makrofag sangat mirip dengan fungsi neutrofil pmn.
dimana makrofag akan bergerak secara aktif yang memberi respon terhadap stimulasi
kemotaksis, fagosit aktif dan mampu mematikan serta mencernakan berbagal agen. Ada
perbedaan penting antara makrofag dan neutrofil, dimana siklus kehidupan makrofag lebih
panjang, dapat bertahan berminggu-minngu atau bahkan berbulan-bulan dalam jaringan
dibanding dengan neutrofil yang berumur pendek. Selain itu waktu monosit memasuki aliran
darah dari sumsum tulang dan waktu memasuki jaringan dari aliran darah, ia belum matang
betul seperti halnya neutrofil. Karena neutrofil dalam jaringan dan aliran darah sudah
mengalami pematangan (sudah matang), sehingga ia tidak mampu melakukan pembelahan sel
dan juga tidak mampu melakukan sintesis enzim-enzim pencenna. Pada monosit dapat
dirangsang untuk membelah dalam jaringan, dan mereka mampu memberi respon terhadap
keadaan lokal dengan mensintesis sejumlah enzim intrasel. Kemampuan untuk menjalani “on
the.job training”, ini adalah suatu sifat makrofag yang vital, khususnya pada reaksireaksi
immunologis tertentu. Selain itu makrofag-makrofag dapat mengalami perubahan bentuk,
selama mengalami perubahan itu, mereka menghasilkan seI-se1 secara tradisional disebut sel
epiteloid. Makrofag juga mampu bergabung membentuk sel raksasa berinti banyak disebut
giant cell.

Walaupun makrofag merupakan komponen penting dalam eksudat namun mereka tersebar
secara luas dalam tubuh, dalam keadaan normal dan disebut sebagai system reticuloendotelial
atau RES (Reticulo Endotelial System), yang mempunyai sifat fagositosis, termasuk juga
dalam hati, sel tersebut dikenal sebagai sel kupffer. Fungsi utama makrofag sebagai
pembersih dalam darah ataupun seluruh jaringan tubuh.Fungsi RES yang sehari-hari penting
menyangkut pemrosesan haemoglobin sel darah merah yang sudah mencapai akhir masa
hidupnya. Sel-sel ini mampu memecah Hb menjadi suatu zat yang mengandung besi dan zat
yang tidak mengandung besi. Besinya dipakai kembali dalam tubuh untuk pembuatan sel-sel
darah merah lain dalam sumsum tulang dan zat yang tidak mengandung besi dikenal sebagai
bilirubin, di bawa ke dalam aliran darah ke hati, dimana hepatosit mengekstrak bilirubin dari
aliran darah dan mengeluarkannya sebagai bagian dari empedu.

3. Limposit

Umumnya terdapat dalam eksudat hanya dalam jumlah yang sangat kecil,meskipu eksudat
sudah lama terbentuk yaitu sampai reaksi-reaksi peradangan menjadi kronis.

FAGOSITOSIS

Dibagi dalam tiga tahap :


(1). Perlekatan partikel pada permukaan fagosit
(2). Pelahapan dan
(3). Pemusnahan dan penghancuran jasad renik atau partikel yang dimakan

MEDIATOR

 a. mediator pada radang akut


 
1. Amin vaso katif :
 Histamine : trombosit, mas-tosit
 Serotonin : trombosit, mastosit
2. Plasma protease
 Sistim kinin : bradikinin
 Sistim fibrinolitik
 Sistim komplemen : c5a, c3a
3. Metabolit asam arakhidonat (dinding sel)
 Prostaglandin : lekosit, endotel, trombosit
4. Lekotrin : lekosit
5. Produk lekosit dan makrofag :
 Emzim lisosom (t.u. netrofil)
6. Produk lekosit dan endotel
 PAF ( Platelet Activating Factor)
 Produk makrofag dan endotel
 Cytokin
 
b.    mediator pada radang kronik

1. Mif (Migration inhibitor factor)


 agregasi makrofag
 dibuat oleh limfosit
2. MAF (macrofag activation factor) fagositosis oleh makrofag dibuat oleh limfosit
3. c5a : kemotaksis untuk makrofag
4. ECF-A (eosinofil chemotacsis factor anaphylaxis)
 kemotaksis untuk eosinofil pada infeksi parasit dibuat  oleh mastosit dan basofil

Pengaruh mediator kimia :


1. Vasodilatasi : Histamine, bradikinin, prostaglandin
2. Permeabilitas kapiler   : Histamine, bradikinin, c3a, c5a, lekotrin, PFA
3. Kemotaksis : c5a, lekotrin, produk kuman, cytokine
4. Marginasi lekosit : c5a, lekotrin

KERUGIAN INFLAMASI

1. Nyeri dan bengkak gangguan gerak


2. Ruptur rongga dan perdarahan serius
3. Pembentukan jaringan parut yang berlebihan   kontraktur, perlekatan, keloid
4. Pembentukan fistula
5. Propagasi peradangan lebih lanjut
6. Timbul penyakit peradangan : glomerulonefritis, artritis, reaksi alergi, miokarditis,
ensefalitis

ASPEK CAIRAN SELULER PERADANGAN-PERMEABILITAS DINDING


KAPILER

Kapiler yang sehat permeabilitas dindingnya terbatas, yaitu dapat dilalui oleh cairan dan oleh
larutan garam-garam, tetapi sukar dilalui oleh larutan protein yang berupa koloid. Bila terjadi
radang maka dindingnya akan menjadi lebih permeable dan akan lebih mudah dilalui oleh
zat-zat tersebut diatas

PEMULIHAN JARINGAN

Bentuk-bentuk  pemulihan jaringan


1) Pemulihan  dengan penyambungan primer : pemulihan dengan pembentukan jaringan ikat.
2)  Pemulihan  dengan penyambungan sekunder : hilangnya jaringan mencegah
penyambungan primer.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemulihan


1)  Pengaruh sistemik
a) Nutrisi : Protein ( bahan pembentuk jaringan ), Vitamin C ( pembentuk kolagen ).
b) Gangguan pada darah : granulosit (kekurangan sel ini dapat mengakibatkan mudahnya
terjangkit infeksi dan mengganggu proteolisis lisosom sel-sel yang mati dan eksudat),
Keadaan kelainan perdarahan berupa hemorargi yang berlebihan didalam luka dapat
menjadi substrat yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
c) Diabetes mellitus : Predisposisi penting timbulnya infeksi mikrobiologi
d) ( Tuberkulosis, infeksi kulit, infeksi saluran kemih dan infeksi jamur )
e) Hormon steroid : Efek menekan reaksi radang-pemulihan.

2)  Pengaruh lokal
a) Aliran darah lokal : pengaruh tunggal yang terpenting untuk menentukan kualitas  dan
keadekuatan radang pemulihan.
b) Infeksi : reaksi radang dan eksudat yang berlebihan akan memisahkan tepi-tepi
jaringan dan memberi tekanan pada lokasi radang.
c) Benda asing : merupakan rangsang untuk terjadinya radang.
d) Imobilisasi luka
e) Lokasi terjadinya jejas
DAFTAR RADANG
Radang Anggota tubuh Radang Anggota tubuh
Hidradenitis Apocrine (kelenjar
Appendicitis Vermiform appendix
suppurativa keringat)
Arteritis Arteries Ileitis Ileum
Arthritis Sendi Iritis Iris
Blepharitis Kelopak mata Kolitis Kolon
Bronchiolitis Bronchioles Konjungtivitis Konjungtiva
Bronchi (saluran udara
Bronkitis Laryngitis Larynx
ke paru-paru)
Bursitis Bursa Mastitis Mammary gland
Cervicitis Cervix Meningitis Meninges
Cholangitis Bile duct Myelitis Spinal cord
Cholecystitis Kantong empedu Myocarditis Myocardium
Chorion dan amnion
Chorioamnionitis Myositis Otot
(kantong amniotic)
Cystitis Kandung kemih Nephritis Ginjal
Dacryoadenitis Lacrimal gland Omphalitis Umbai cacing
Dermatitis Kulit Oophoritis Ovary
Dermatomyositis Kulit dan otot Ophthalmitis Mata
Ensefalitis Otak Orchitis Testicle
Endocarditis Endocardium Osteitis Tulang
Endometritis Endometrium Otitis Telinga
Enteritis Usus kecil Pancreatitis Pancreas
Usus kecil dan usus
Enterocolitis Parotitis Parotid gland
besar
Esofagitis Esofagus Pericarditis Pericardium
Epicondylitis Epicondyle Peritonitis Peritoneum
Epididymitis Epididymis Pleuritis Pleura
Faringitis Faring Phlebitis Pembuluh darah
Paru-paru
Fasciitis Fascia Pneumonitis
(pneumonia)
Fibrous connective
Fibrositis Proctitis Rectum
tissue
Gastritis Perut Prostatitis Prostate
Gastroenteritis Perut dan usus kecil Pyelonephritis Ginjal
Gingivitis Gingiva Rhinitis Nasal cavity
Glossitis Lidah Salpingitis Tuba fallopi
Hepatitis Hati Sinusitis Sinus tengkorak
Uveitis Uvea Stomatitis Mulut
Urethritis Urethra Synovitis Membran Synovial
Vaginitis Vaginal mucosa Tendinitis Tendon
Pembuluh darah atau
Vasculitis Tonsillitis Tonsils
pembuluh limpa
Vulvitis Vulva

Anda mungkin juga menyukai