Anda di halaman 1dari 32

Teknologi informasi sangat berpengaruh apalagi di industri.

Teknologi informasi industri


sangat membantu manusia dalam membuat,mengubah,menyimpan,dan menyebarkan
informasi. Perkembangan teknologi informasi di dunia ini sangatlah pesat karena sesuatu
yang berhubungan dengan aktivitas manusia selalu saja berhubungan dengan teknologi
informasi industri. Teknologi informasi industri sangat berkaitan erat dengan komputer
maupun smartphone. Dengan adanya perkembangan teknologi informasi industri  saat
ini,sangat mempengaruhi berbagai bidang khususnya pada bidang kesehatan.

Teknologi informasi industri di bidang kesehatan memiliki peran terpenting di dunia terutama
dalam kualitas dan mutu pelayanan kesehatan di berbagai rumah sakit yang tersebar. Seiring
perkembangan teknologi informasi industri telah membuat standar baru yang harus di penuhi
dalam bidang kesehatan. Hal ini mengharuskan Indonesia  untuk terus mengembangkan
kualitas pelayanan kesehatan yang berbasis teknologi informasi industri di berbagai rumah
sakit yang ada. Akan tetapi, masih banyak permasalahan yang muncul akibat dari kurangnya
pemahaman teknologi informasi industri sehingga diperlukan penguatan pengetahuan dan
keterampilan terhadap tenaga kerja kesehatan tersebut.

Kelebihan dari perkembangan teknologi informasi industri di bidang kesehatan yaitu:

1. Membantu petugas dalam melakukan rontgen dalam tubuh pasien yang mengidap suatu
penyakit dan mengetahui penyebab dari munculnya penyakit tersebut.

2. Membantu dalam memberikan terapi,perawatan,mendiagnosa, dan monitoring.

3. Membantu dalam penyimpanan database karyawan yang bekerja di rumah sakit.

4. Membantu proses administrasi di rumah sakit agar lebih efisien dan lebih akurat.

5. Membantu dalam penelitian di bidang kesehatan dan di laboratorium analisis kesehatan.

Kekurangan dari perkembangan teknologi informasi industri di bidang kesehatan yaitu:

1. Sangat membutuhkan dana yang besar untuk menerapkan program teknologi informasi
industri ini di rumah sakit.

2. Membutuhkan tenaga yang lebih ahli untuk menerapkannya.

3. Kapan saja dapat terjadi gangguan pada server  yang digunakan.

4. Menggangu kesehatan untuk para penggunanya.

5. Posisi tulang belakang akan berubah.

6. Kesehatan mata dapat terganggu akibat pantulan radiasi dari monitor.

7. Keamanan kabel jaringan di rumah sakit.

8. Sirkulasi udara berkurang ketika berada dalam ruangan tertutup.


Namun,perkembangan teknologi informasi industri 4.0 ini sangat berperan penting di bidang
kesehatan contohnya dalam administrasi,farmasi, dan diagnosa penyakit. Dalam administrasi
khususnya di rumah sakit, komputer sangat di butuhkan untuk menyimpan,mengolah,dan
mengelompokkan data pasien serta stok obat dan data keuangan rumah sakit. Dalam farmasi,
komputer juga digunakan dalam menyimpan resep,dosis obat, dan data harga obat-obatan
serta pengelompokan obat menurut kegunaannya. Dalam diagnosa penyakit, komputer dapat
di gunakan untuk menghasilkan gambar/ hasil foto yang lebih jernih dari tubuh pasien dengan
cepat,mudah,dan lebih akurat serta mengelompokkan nama dan jenis penyakit pasien.

Demikian yang dapat saya sampaikan tentang perkembangan teknologi informasi industri 4.0
di bidang kesehatan khususnya daerah di Indonesia. Mohon maaf bila masih banyak
kekurangan dan salah kata. Sekian dan terima kasih atas perkunjungannya.

Dampak Teknologi dalam Bidang


Kesehatan
Perkembangan teknologi saat ini berkembang semakin pesat apalagi pada era revolusi
industri 4.0 ini. Berbagai produk teknologi dalam berbagai bidang pun banyak bermunculan
dan semakin memudahkan kita untuk melakukan berbagai macam pekerjaan. Dalam bidang
komunikasi misalnya, kita semakin mudah untuk berkomunikasi dengan orang lain dari
berbagai belahan dunia. Agar komunikasimu semakin lancar kamu perlu mengetahui cara
paket internet Telkomsel agar semakin mudah dalam menikmati kemajuan teknologi
komunikasi.

Dampak Positif Teknologi dalam Bidang Kesehatan

Munculnya berbagai alat yang canggih untuk menunjang kesehatan seseorang menjadi bukti
dampak positif teknologi dalam bidang kesehatan. Berikut ini merupakan dampak positif
teknologi dalam bidang kesehatan.

 Banyak ditemukannya berbagai alat untuk menggantikan organ tubuh yang telah rusak.
misalnya untuk seseorang yang mengalami kebutaan, saat ini dapat dilakukan proses
transplantasi mata. Seseorang yang buta dapat disembuhkan dengan donor mata dari orang
lain. begitu pula pada orang tubuh lain seperti ginjal dan jantung.
 Di internet maupun dalam tayangan video lain, Anda sering melihat proses operasi plastik.
Operasi plastik ini juga merupakan salah satu bentuk produk perkembangan teknologi dalam
bidang kesehatan. Seseorang yang ingin tampil berbeda dari wajah aslinya dapat melakukan
operasi plastik ini. Operasi plastik ini juga dapat dilakukan untuk menutupi luka akibat
kecelakaan yang menimpa seseorang.
 Banyak muncul aplikasi untuk mengatur gaya hidup sehat. Misalnya aplikasi olahraga,
aplikasi pengatur pola makan, dan lain sebagainya. Aplikasi ini dapat didownload secara
gratis melalui app store yang ada pada ponsel. Agar menggunakannya lebih mudah kamu
bisa menggunakan cara paket internet Telkomsel agar aplikasi pengatur gaya hidupmu
semakin mudah dan nyaman untuk digunakan.
 Munculnya berbagai alat untuk mengolah sampah, sehingga lingkungan menjadi lebih bersih
karena sampah berhasil diolah dengan baik. Kelangsungan hidup manusia pun menjadi tidak
terganggu oleh sampah.
Dampak Negatif Teknologi dalam Bidang Kesehatan

Selain dampak positif, perkembangan teknologi dalam bidang kesehatan juga memunculkan
dampak negatif. Berikut ini disajikan beberapa dampak negatif yang muncul akibat
perkembangan teknologi dalam bidang kesehatan.

 Radiasi yang ditimbulkan oleh berbagai produk teknologi dapat memunculkan berbagai
penyakit baru. Salah satunya adalah penyakit kanker. Kanker adalah salah satu penyakit yang
paling mematikan di dunia. Selain itu, penyembuhan kanker juga menggunakan zat
radioaktif yang timbul dari berbagai alat kesehatan. Hal ini juga dapat memicu munculnya
penyakit baru.
 Radiasi yang ditimbulkan oleh cahaya handphone atau pun komputer juga dapat merusak
penglihatan. Oleh sebab itu, kita juga hendaknya hati-hati dalam menggunakan alat-alat
tersebut. Jangan terlalu dekat ketika menggunakannya. Berilah jarak sekitar 30 cm dari mata
Anda.
 Teknologi seperti gadget juga berpotensi menimbulkan ketergantungan dan kecanduan.
Pada anak-anak gejala yang muncul adalah ketagihan game online maupun kecanduan
dalam menonton video di Youtube. Begitu pula pada orang dewasa, mereka juga cenderung
lebih senang menghabiskan waktu dengan gadget dari pada berinteraksi dengan orang di
sekitar. Hal inilah yang perlu kita waspadai dan harus berhati-hati dalam menghadapinya.
Cara paket internet Telkomsel Anda butuhkan agar dapat menggunakan internet lebih bijak.
 Banyak beredar informasi tentang kesehatan yang tidak benar di internet juga perlu menjadi
waspada tersendiri.

Itulah dampak positif dan negatif teknologi dalam bidang kesehatan. Baca juga tentang cara
paket internet Telkomsel agar bermain internet semakin mudah dan nyaman.

4 Hal yang Perlu Kamu Tahu Soal


Kemajuan Teknologi Kesehatan Indonesia
Kemajuan teknologi kini sudah hampir menyentuh semua bidang kehidupan seperi halnya di
bidang kesehatan yang sudah bisa kita rasakan manfaatnya. Kemajuan ini tentunya memiliki
peran yang bisa membantu praktisi kesehatan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan menuju arah yang lebih baik.
Para penggunanya juga tentunya bisa merasakan dampak positif dengan hadirnya teknologi
ini. Tentunya, mereka semakin mudah untuk memenuhi kebutuhan kesehatan diri mereka.

Aplikasi Doogether, ProSehat dan Lyfe adalah contoh dari beberapa banyak aplikasi yang
pergerakannya terfokus pada bidang kesehatan. Berikut adalah beberapa poin yang bisa kamu
simak tentang kemajuan Health Tech di Indonesia.

1. Perkembangan teknologi kesehatan di Indonesia

Kendala yang dihadapi dalam perkembangannya adalah para dokter masih memercayai hasil
yang dikeluarkan laboratorium ketimbang data dari rekaman alat medis di rumah sakit
ataupun klinik. Jika para tenaga medis dapat menggunakan data dari alat medis secara
maksimal, pastinya dapat mempersingkat dan mempercepat penanganan penyakit si pasien.
Menurut dr. Bimo sebagai pendiri Prosehat, jika hal ini dapat digunakan
sebagaimanamestinya akan membuka peluang yang cukup besar dalam berkembangnya
industri teknologi kesehatan.

2. Sekarang tanpa perlu ke klinik, kamu sudah bisa berobat dan


mendapatkan fasilitas kesehatan

Akhir – akhir ini beberapa merek elektronik mengeluarkan smart watch sebagai produk
unggulan mereka. Tetapi tahukah kamu, tujuan dari smart watch? Hadirnya jam tangan
modern ini berfungsi untuk menciptakan iklim masyarakat yang lebih sehat dengan perolehan
data seperti detak jantung yang lebih cepat.

Selain berbagai brand elektronik, beberapa platform kesehatan menghadirkan fitur yang
diyakini mampu membuat konsumen merasa terbantu dengan kehadirannya dan mengurangi
antrian panjang di rumah sakit. Seperti adanya primary care, melakukan konsultasi segala
permasahan penyakit yang dirasakan secara online dengan dokter menggunakan teknologi
Artficial Intelligence (AI).

O2O service, jika kalian lebih nyaman untuk berkonsultasi secara tatap muka, kalian bisa
membuat janji dengan tenaga medis dan membeli obat melalui fitur ini. EHR, teknologi
dengan konsep blockchain untuk selalu menjaga data pasien terjaga dengan aman dan
transparan. Mengingat data di rumah sakit dapat dimanipulasi untuk menghilangkan bukti
atau rekam medis pasien bila terjadi malapraktik.

Blockchain ini juga merupakan upaya untuk mempermudah dalam hal kolaborasi dengan
pemerintah dan rumah sakit. Terakhir adalah remote analysis, hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan kemudian dianalisis untuk memperoleh vonis penyakit dengan akurat, cepat dan
tepat.

3. Pembayaran yang mudah dan praktis

Jika pelayanan kesehatan sudah dirancang sesimpel dan semudah itu, untuk pembayarannya
pun juga akan sama. Konsumen bisa membayar jasa tenaga medis melalui transfer m-banking
atau juga bisa melalui ATM dan memanfaatkan banyaknya swalayan ritel. Selain cara-cara
yang telah disebutkan sebelumnya, kamu juga bisa menggunakan kartu asuransi yang dimiliki
baik swasta maupun pemerintah.  
4. Ingin mempunyai pola hidup sehat, kini olahraga lebih mudah dilakukan
dengan pemesanan online

Termotivasi dengan jumlah peserta Car Free Day (CFD) yang semakin tahun semakin
banyak dan melihat meningkatnya kesadaran akan pentingnya berolahraga pada kalangan
masyarakat luas mendorong Fauzan Gani meluncurkan aplikasi Doogether. Tujuan Fauzan
membuat aplikasi ini karena sering kali orang kehabisan kuota untuk berolahraga karena
terkendala harus mendaftar langsung ke tempat olahraga bersangkutan.

Dengan aplikasi ini harapannya masyarakat akan semakin rajin lagi karena pemesanan
dilakukan secara online. Penggunaan aplikasi ini sama seperti memesan tiket kereta ataupun
pesawat melalui smartphone. Dengan mengaktifkan GPS, aplikasi ini akan memberikan
sejumlah tempat rekomendasi olahraga terdekat.

Adanya beberapa aplikasi penunjang kesehatan seperti di atas diharapkan masyarakat akan
semakin nyaman saat memanfaatkan fasilitas kesehatan. Akhirnya masyarakat tidak harus
repot-repot lagi ke rumah sakit dan menunggu sampai berjam-jam untuk masuk ke ruang
praktik dokter.

Walaupun demikian, bukan berarti harus mengabaikan kesehatan tubuh. Berolahraga harus
tetap dilakukan terlebih hadirnya aplikasi platform yang semakin memudahkan berolahraga. 

Pengaruh Perkembangan Teknologi


terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan di
Indonesia
Sektor farmasi dan alat kesehatan merupakan salah satu bidang spesifik yang dikategorikan
sebagai regulator utama dalam bidang kesehatan, karena menyangkut derajat hidup orang
banyak. Dalam pengembangannya, sektor farmasi dan alat kesehatan sangat erat
hubungannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam pengembangan bahan baku obat, sediaan biologi, serta alat kesehatan berteknologi
tinggi menjadi penting agar Indonesia dapat bersaing dengan penyediaan obat-obatan di
dunia. Pada acara peresmian “The Indonesian 4th Laboratory, Scientific, Analytical
Equipments, and Services Exhibition and Conference”, Menteri Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi M. Nasir mengungkapkan bahwa obat-obatan yang ada di Indonesia bahan
bakunya hampir 90% diimpor.

Selain farmasi, fasilitas kesehatan bagi penyedia jasa kesehatan dan pengaruhnya terhadap
hasil perawatan pasien juga masih kurang. Masih banyak kita temui masyarakat Indonesia
yang lebih memilih mendapatkan perawatan kesehatan di luar negeri daripada di Indonesia
karena fasilitas yang lebih memadai. Tentu saja ini mengkhawatirkan, selain dilihat dari segi
kemandirian pelayanan kesehatan, dan lemahnya daya saing industri kesehatan Indonesia di
dunia, ini juga berarti hanya masyarakat yang mampu saja yang bisa mendapatkan pelayanan
kesehatan yang berkualitas tinggi. Bagaimana dengan masyarakat Indonesia pada umumnya,
yang masih termasuk golongan tidak mampu?
Pencapaian Teknologi Kesehatan di Indonesia

Sebenarnya Indonesia telah melakukan upaya-upaya untuk pengembangan kesehatan berbasis


teknologi. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya inovasi berbasis teknologi yang
diciptakan langsung oleh orang Indonesia. Berdasarkan pemaparan dari Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (BPPT), Indonesia telah berhasil menempati peringkat ke-46 dalam
kemajuan teknologinya pada tahun 2012.

Dari tingkat institusi pendidikan saja, ada contoh pelajar yang sudah bisa mengembangkan
inovasi teknologi untuk pembangunan kesehatan. Tiga mahasiswa Teknik Elektro ITB
mendesain sebuah alat yang dapat mengirimkan sinyal otak untuk menggerakan sebuah robot
tangan. Alat ini dirancang untuk membantu penderita penyakit stroke yang tidak mampu
menggerakkan jaringan tubuhnya. Penelitian tugas akhir yang diberi judul ‘Brain Computer
Interface sebagai Pengendali Robot Tangan’ atau BCI ini dirancang agar dapat digunakan
untuk sarana komunikasi bagi penderita lumpuh total dan untuk keperluan rehabilitasi.
Inovasi-inovasi seperti diharapkan dapat mendorong pelaku usaha di bidang industri
kesehatan untuk menghasilkan peralatan kesehatan yang berkualitas, sehingga mampu
bersaing dengan peralatan sejenis dari luar negeri.

Di luar inovasi teknologi yang dapat langsung digunakan untuk merawat/mengobati pasien,
Indonesia juga telah melakukan beberapa pengembangan teknologi untuk memajukan sistem
pelayanan kesehatan. Contohnya saja, e-Health, layanan elektronik untuk membenahi sistem
kesehatan nasional. E-health merupakan solusi enterprise di bidang kesehatan karena
melibatkan berbagai pihak, mulai dari masyarakat luas, rumah sakit, Puskesmas, Perguruan
Tinggi, hingga produsen obat dan industri farmasi.

Selain itu juga ada Proses Digital Medical Records (DMR) atau rekam medis elektronik yang
merupakan segmen fundamental dari e-Health, karena DMR memberikan fasilitas pertukaran
data antar lembaga kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, perguruan tinggi,
perseorangan dan lain-lain.

Adanya E-health dapat membantu mengurangi kesalahan interpretasi data, penyajian yang
variatif, mempercepat pembuatan keputusan, dan membantu analisis data. Aplikasi e-Health
melahirkan lompatan yang luar biasa dalam sektor kesehatan seperti Surveilans
Epidemiologi, Telemedicines, Prescribing dan Sistem Informasi Geografis (SIG) Kesehatan.

Dampak Perkembangan Teknologi untuk Pembangunan Kesehatan

Pada akhirnya, ada banyak aspek yang harus ditangani dalam pelaksanaan pembangunan
kesehatan terutama peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia melalui upaya
prefentif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Inovasi teknologi menjadi salah satu ujung
tombak untuk pembangunan ini, sehingga diharapkan para peneliti Indonesia dapat
menghasilkan produk-produk yang bisa memberikan manfaat baik dari segi pengembangan
obat, teknologi kesehatan, dan sistem pengelolaan pelayanan kesehatan.

Tujuan akhirnya? Teknologi kesehatan merupakan bagian yang sangat penting dan
diperlukan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, mewujudkan
kemandirian produk kesehatan, dan meningkatkan daya saing industri kesehatan.
Penerapan Teknologi Informasi dalam
Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan
Era teknologi informasi saat ini telah menyentuh berbagai bidang dan aspek kehidupan,
termasuk diantaranya bidang kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan salah satu bidang
yang telah mempergunakan perkembangan teknologi tersebut, baik yang bersifat klinis
maupun non klinis. Ataupun teknologi informasi yang ‘bersinggungan’ langsung dengan
pasien (teknologi yang mendukung pengambilan keputusan klinis) maupun yang
dipergunakan dalam sistem pengelolaan fasilitas pelayanan kesehatan (penerapan teknologi,
seperti; EMRs, EHRs, dan PHRs).

Penerapan teknologi informasi di bidang kesehatan ini diyakini dapat memberikan berbagai
manfaat bagi provider pelayanan kesehatan. Dengan dukungan teknologi tersebut, manfaat
yang dapat diperoleh diantaranya adalah tersedianya informasi kesehatan pasien yang akurat
dan komprehensif, sehingga provider dapat memberikan berbagai kemungkinan perawatan
terbaik. Lebih lanjut dengan penerapan teknologi informasi yang lengkap dan akurat dapat
membantu dalam proses diagnosa, meminimalkan medical error serta dapat menawarkan
pelayanan kesehatan yang aman dengan biaya rendah.

Untuk memperkaya informasi dan pengetahuan terkait penggunaan teknologi informasi pada
proses pelayanan kesehatan khususnya dalam upaya peningkatan mutunya, website mutu
pelayanan kesehatan akan menyajikan berbagai artikel dan informasi terkait penggunaan
teknologi tersebut di berbagai aspek pelayanan kesehatan oleh fasilitas pelayanan kesehatan.
Serta bagaimana perkembangan teknologi informasi dapat dipergunakan sebagai sarana
dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

Pengertian tehnologi

Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menediakan 3arang53arang angdiperlukan 3agi


kelangsungan, dan kenamanan hidup manusia.  Penggunaan teknologi oleh manusia dia2ali
dengan pengu3ahan sum3er daa alam men4adi alat5alat sederhana

Perkem3angan teknologi ang pesat dalam 3idang kesehatan tentu 4uga


a k a n  3erpengaruh pada pelaanan kesehatan ang di3erikan. Dengan menggunakan
rekamm e d i k d a n r e s e p o 3 a t s e 7 a r a e l e k t r o n i k m a k a p e l a  a n a n  a n g
d i 3 e r i k a n o l e h t e n a g a kesehatan le3ih optimal. Selain itu, dapat menghindari
ter4adin  a kesalahan5kesalahan  a n g a k a n d i t i m 3 u l k a n s e p e r t i p a d a s a a t
m e m 3 e r i k a n p e l a  a n a n k e s e h a t a n s e 7 a r a manual. Dari adana kema4uan
teknologi ang telah diterapkan terse3ut 4uga di3utuhkantanggung4a2a3 dari tenaga
kesehatan sendiri. Tenaga kesehatan harus memaksimalkankiner4a ang
di3erikan karena hal terse3ut merupakan hal ang sangat penting.
Tenagakesehatan harus dapat menggunakan teknologi dengan 3enar dan 3eretika sehingga
tidak melanggar hak, pri)asi dan ke3eradaan orang lain.
23 T#%n/$/&. In4/"(a). Pada Sa"ana P#$a5anan K#)#*a!an

Di 3idang kesehatan, teknologi 4uga sangat mempengaruhi kualitas


kesehatan.Dengan teknologi ang ma4u 3er3agai pelaanan kesehatan dengan mudah
kita dapatkandengan 7epat.T e k n o l o g i p a d a p e l a  a n a n k e s e h a t a n k h u s u s n  a
d i 3 i d a n g r e k a m m e d i s s u d a h  3erkem3ang dengan 7epat. Dengan perkem3angan dan
kema4uan teknologi in*ormasi pada sarana pelaanan kesehatan mendukung ketersediaan
in*ormasi 3agi mana4emendan pelaksanaan la  anan. Sistem ang digunakan pada
pela  anan kesehatan 3er3asis 2 e 3 . P e n g g u n a a n s i s t e m i n * o r m a s i r e k a m
m e d i s s e m a k i n 3 e r k e m 3 a n g . S e 3 e l u m n  a sistem ini hana digunakan se3agai
alat pen7atat dan menemui 3er3agai kendala. Saat inisistem sudsah disam3ungkan
dengan internet sehingga dapat diharapkan 3isa saling terhu3ung dengan instalasi
lain.S i s t e m i n * o r m a s i k e s e h a t a n 3 i s a d i g u n a k a n o l e h 3 e r 3 a g a i
p e n  e d i a s a r a n a  pelaanan kesehatan, seperti : perekam medis, dokter, pera2at,
kara2an, pasien danlain5lain. Sistem ini 3isa digunakan kapan pun dan dimana pun kita
3erada dengan hasilang akurat dan ter3aharui se7ra 3erkala.Dengan perkem3angan sistem
in*ormasi rekam medis, sum3er daa manusia pada pelaanan rekam medis 4uga perlu
ditingkatkan. Kemampuan di 3idang teknologiin*ormasi sangat diperlukan demi
mendukung sistem  ang ada. Meski perekam medis tidak harus pro*esional di 3idang
teknologi in*ormasi tapi setidakna mereka mengetahui7ara mengguna4kan sistem dalam
rumah sakit.P a d a s e t i a p s u 3 p e l a  a n a n r e k a m m e d i s s u d a h t e r s e d i a
s i s t e m  a n g s a l i n g terhu3ung satu sama lain. Tapi penggunaan sistem
in*ormasi rekam medis di 6ndonesia

 3elum sepenuhna merata. anak pelaanan kesehatan ang masih menggunakan


7aramanual. Mereka masih menggunakan 3an  ak kertas dan tenaga manusia
 ang 3eker4a.?ara manual memiliki 3an ak kekurangan, diantaran a :
in*ormasi medis pasien tidak a k u r a t , k e m u n g k i n a n k e s a l a h a n p e n 7 a t a t a n
m a s i h s a n g a t 3 e s a r d a n k e a k u r a t a n d a t a masih diragukan.P e m e r a t a a n s i s t e m
i n * o r m a s i 3 i s a d i a 2 a l i d e n g a n m e m a 4 u k a n s u m 3 e r d a a m a n u s i a p a d a
p e l a  a n a n k e s e h a t a n . D e n g a n s u m 3 e r d a a m a n u s i a a n g
m e m a d a i  pelaanan kesehatan ang dilakukan akan le3ih 3aik. Perekam medis minimal
adalahlulusan dari diploma rekam medis. Meski tidak dipungkiri di 6ndonesia
masih 3an  ak   perekam medis ang hana lulusan sekolah menengah atas sa4a.
Keter3atasan tenaga perekam medis ang sesuai standar 3erpengaruh pada hasil
kiner4ana.Sistem mana4emen rumah sakit  ang memadai dan ditun4ang dengan
kemampuant e n a g a m e d i s  a n g m u m p u n i d a p a t m e n g h a s i l k a n m u t u r u m a h
sakit atau pelaanan k e s e h a t a n  a n g u n g g u l . P e r a n d a r i 3 e r 3 a g a i
p i h a k s a n g a t 3 e r a r t i d e m i k e m a 4 u a n  pelaanan kesehatan di
6ndonesia.Sistem in*ormasi ang 3aik 3erisikan data ang akurat dan sesuai dengan
identitasang ada. Sistem 4uga harus menggunakan 3ahasa ang mudah di pahami oleh
pengguna pelaanan medis. Kerahasiaan rekam medis ang ada dalam sistem 4uga harus
trer4agad e n g a n 3 a i k . S e t i a p t e n a g a m e d i s a k a n m e m i l i k i a k u n m e r e k a
s e n d i r i . H a l i n i a k a n mengurangi tindakan  ang tidak diinginkan dan men4aga
kerahasiaan in*ormasi medis  pasien. Namun dengan 3er3agai keunggulan ang
dita2arkan dengan adana kema4uans i s t e m i n * o r m a s i m a n a 4 e m e n r u m a h s a k i t
a t a u  a n g s e r i n g d i s i n g k a t S 6 M ( S , m a s i h terdapat kekurangan  ang masih
men4adi masalah pada 3e3erapa pela  anan kesehatan.Untuk rumah sakit ang
masih ke7il, 3ia  a untuk pengguanaan S6M(S masih terlalu tinggi. Misalana,
penediaan komputer pada setiap unit ker4a rekam medis. Pem3aaran*ee untuk tenaga
medis  ang mumpuni 4uga masih terasa 3erat, sehingga SDM ang digunakan
masih 3anak ang di 3a2ah standar.Pada pelaanan kesehatan ang sudah 3enar53enar
menggunakan sistem paperless,masalah kehilangan data 3isa sa4a ter4adi.
Penggunaan komputer pada setiap unit dantidak adan a pen7atatan se7ara
manual atau tak tersedian  a 3uku register akan sangat merugikan pihak rumah sakit.
Ketika ter4adi kerusakan pada komputer ang 3isa ter4adikarena *aktor human error
atau sistem  ang kurang 3aik maka data 3isa hilang 3egitu sa4a, tanpa ada 7atatan
ang terkait.

Penggunaan sistem in*ormasi masih perlu diper3aiki lagi mengikuti perkem3anganAaman.


Cika pada suatu pelaanan kesehatan ang sudah menggunakan sistem
paperlessse3aikna in*ormasi ang ada pada sistem harus tersimpan 4uga pada suatu
aplikasi ang 3isa kita 3uka kem3ali saat sistem error atau komputer error. Hal ini 3isa
mem3antudalam penimpanan in*ormasi ang le3ih akurat.Penggunaan S6M(S 4uga
memiliki keuntungan dalam hal pendanaan, akni le3ihe * i s i e n . M e m a n g s a a t
p er ta ma pe ng gu na an ak an me ma ka n 3 an a k 3 ia a
u n t u k    pengadaan 3er3agai peralatan dan tenaga kesehatan ang mampu
mengoperasikanS6M(S dengan 3aik. Tapi setelah semua persiapan dan peralatan
penun4ang tersedia,maka 3ia  a  ang dikeluarkan akan le3ih e*isien dari pada
sistem manual  ang 3an  ak  menggunakan kertas. Dengan penggunaan teknologi
in*ormasi ini 4uga termasuk ramahlingkungan karena mengurangi pene3angan pohon untuk
pem3uatan kertas.Penggunaan S6M(S ataupun dengan manual pada hakekatna sama5sama
memilikikekurangan dan kele3ihan, semua kem3ali pada tingkat SDM para tenaga kesehatan

Latar Belakang Masalah


Perkembangan teknologi yang sangat cepat saat ini telah banyak
memberikan manfaat pada bidang ekonomi. Teknologi juga telah mendorong
manusia untuk dengan mudah menyelesaikan pekerjaan yang dimiliki.
Peranan teknologi informasi dalam berbagai aspek kegiatan bisnis dapat
dipahami karena sebagai sebuah teknologi yang menitikberatkan pada
pengaturan sistem informasi dengan penggunaan komputer, teknologi
informasi dapat memenuhi kebutuhan informasi dunia bisnis dengan sangat
cepat, tepat waktu, relevan, dan akurat. Menurut Wilkinson dan Cerullo
(1997) hampir semua perusahaan bisnis menggunakan mikrokomputer dan
komputer induk sebagai bagian yang saling terintegrasi dalam sistem
informasi. Kebutuhan akan komputer untuk menunjang terciptanya informasi
yang akurat sangatlah besar.
Dengan memanfaatkan penggunaan komputer dalam bidang bisnis
maka diperlukan pula sebuah sistem yang dapat menghasilkan informasi yang
andal. Perkembangan suatu sistem berkaitan erat dengan kemampuan dan
ketersediaan fasilitas yang dimiliki untuk menghasilkan informasi tersebut.
Untuk setiap organisasi, informasi mengenai pembukuan keuangan sangatlah
penting karena dengan informasi tersebut dapat dilihat kinerja organisasi
tersebut. Kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang
dirancang untuk mengubah data keuangan dan data lainnya kedalam
2
informasi disebut sebagai sistem informasi akuntansi (Bodnar & Hopwood,
2006:3).
Sistem informasi akuntansi terkomputerisasi merupakan salah satu
sistem yang sangat diperlukan dalam dunia bisnis. Pengolahan data keuangan
secara elektronik dengan menggunakan komputer mampu mengurangi
kesalahan yang terjadi dalam pengolahan data. Dibandingkan dengan proses
manual, pengolahan data keuangan secara elektonik dapat memproses dan
menyajikan data dengan cepat dan up to date sehingga dapat digunakan setiap
saat. Keandalan dan ketelitian informasi akuntansi terkomputerisasi juga
lebih tinggi dibandingkan dengan pengolahan data secara manual. Melihat
kondisi tersebut maka sistem informasi akuntansi terkomputerisasi
merupakan salah satu hal penting dalam mengelola suatu unit usaha.
Instansi kesehatan seperti rumah sakit juga sangat memerlukan
penggunaan sistem informasi akuntansi. Sekalipun kegiatan utama suatu
rumah sakit adalah melayani masyarakat dalam bidang kesehatan, akan tetapi
bidang keuangan atau akuntansi juga merupakan bagian penting dalam
mengelola rumah sakit. Hal tersebut dipahami pula oleh pihak manajemen
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro yang bertempat di Klaten Jawa Tengah.
Rumah sakit memiliki karyawan yang harus diberi gaji setiap bulannya.
Selain itu pasien juga wajib untuk mengurusi masalah administrasi dan
keuangan untuk dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang layak dari
pihak rumah sakit. Maka dari itu bagian keuangan atau akuntansi dalam
3
rumah sakit juga memiliki peranan penting dalam mendukung aktivitas utama
rumah sakit yaitu pelayanan kesehatan.
Kepuasan pengguna akhir sistem informasi merupakan salah satu
tolok ukur keberhasilan sistem informasi akuntansi. Dengan menunjukkan
rasa puas terhadap sistem informasi akuntansi yang dimiliki instansi dapat
diartikan bahwa pengguna akhir merasa sistem informasi mampu memenuhi
harapan mereka. Di Rumah Sakit Dr. Soeradji Tirtonegoro setiap karyawan
menunjukkan rasa puas yang berbeda-beda terhadap sistem yang mereka
miliki. Dari observasi diketahui sebanyak 22 karyawan dari 63 karyawan
bagian keuangan merasa belum puas dengan sistem informasi akuntansi yang
ada di rumah sakit. Hal tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan penerimaan
mereka akan manfaat dan kemudahan penggunaan yang disajikan oleh sistem
tersebut.
Terdapat beberapa model yang digunakan untuk menganalisis dan
memahami faktor-faktor yang mempengaruhi diterimanya penggunaan
teknologi komputer. Model atau teori tersebut tercatat dalam berbagai
literatur dan referensi hasil riset. Dalam bidang teknonogi itu sendiri terdapat
beberapa teori, antara lain Theory of Reasoned Action (TRA), Theory of
Planned Behavior (TPB), dan Technology Acceptance Model (TAM).
Analisis Technology Acceptance Model (TAM) yang dikembangkan oleh
Davis (1989) merupakan salah satu model yang paling banyak digunakan
dalam penelitian teknologi informasi, karena model ini lebih sederhana, dan
mudah diterapkan. Secara langsung konstruk persepsi dalam TAM seperti
4
Persepsi Kemudahan Penggunaan (Perceived Ease of Use) dan Persepsi
Manfaat (Perceived Usefulness) akan selalu ada dalam suatu pemanfaatan
teknologi.
Persepsi Kemudahan Penggunaan (Perceived Ease of Use) merupakan
persepsi dimana seseorang mempunyai anggapan bahwa suatu sistem
informasi atau teknologi informasi itu mudah digunakan dan cenderung akan
terus menggunakan sistem tersebut. Hal tersebut berlaku pula pada karyawan
bagian keuangan pada Rumah Sakit Dr. Soeradji Tirtonegoro. Dengan
penerapan sistem informasi akuntansi berbasis komputer maka mau tidak
mau karyawan harus membiasakan diri bekerja di depan komputer.
Pengalaman pengguna selama memakai sistem informasi akuntansi membuat
persepsi kemudahan akan sistem tersebut tidak sama antara satu karyawan
dengan karyawan yang lain. Sebagian karyawan berpikir sistem informasi
akuntansi terkomputerisasi sangat sulit untuk dipelajari, mereka cenderung
takut atau tidak bersemangat mempelajarinya. Sebagian karyawan lainnya
beranggapan sistem tersebut mudah untuk dipelajari sehingga mereka senang
dan bersemangat dalam mempelajarinya. Dari observasi peneliti diketahui
sebanyak 14 karyawan dari 63 karyawan bagian keuangan mengganggap
sistem informasi akuntansi yang dimiliki rumah sakit tidak mudah dipelajari.
Hal tersebut memunculkan adanya perbedaan persepsi akan manfaat dan
kemudahan yang diberikan oleh sistem informasi akuntansi antara satu
karyawan dengan yang lainnya.
5
Fenomena tersebut dapat juga muncul pada persepsi manfaat
penggunaan atau perceived of usefulness. Seseorang akan melanjutkan suatu
sistem yang berjalan pada organisasi apabila sistem tersebut memberi
kontribusi lebih atau manfaat. Apabila sistem tersebut dirasakan tidak
memberikan manfaat yang signifikan maka sistem tersebut akan ditinggalkan.
Persepsi mengenai kebermanfaatan sistem informasi akuntansi di Rumah
Sakit Dr. Soeradji Tirtonegoro pada setiap karyawan berbeda-beda.
Karyawan yang mampu menyelesaikan pekerjaan dengan baik ketika
menggunakan sistem tersebut akan beranggapan sistem tersebut bermanfaat.
Karyawan yang mengalami kesulitan dan tidak mampu menyelesaikan tugas
dengan baik akan merasa sistem yang ada kurang bermanfaat.
Penelitian terdahulu dengan model TAM telah banyak dilakukan
antara oleh Igbaria (1995), Aditya Yuli Asmara (2010), Aditya Fradana
(2011) dan Risang Hanuraga (2011). Semua penelitian tersebut secara jelas
menyebutkan bahwa kemudahan dan kebermanfaatan akan berdampak pada
kemauan untuk menggunakan atau penerimaan oleh pengguna dalam
menggunakan suatu sistem teknologi informasi.
Salah satu konsep atau teori mengenai perilaku terhadap
perkembangan teknologi adalah Computer Self Efficacy (CSE). Konsep CSE
dipandang sebagai salah satu variabel yang penting untuk studi perilaku
individual dalam bidang teknologi informasi (Agarwal et all, 2000). CSE
didefinisikan oleh Compeau dan Higgins (1995) sebagai penilaian kapabilitas
dan keahlian komputer seseorang untuk melakukan tugas-tugas yang
6
berhubungan dengan teknologi informasi. Menurut Compeau dan Higgins
studi mengenai CSE sangat penting dalam rangka membentuk perilaku
individu dalam penggunaan teknologi informasi. Tingkatan CSE yang
dimiliki seseorang mampu mempengaruhi persepsi manfaat serta kemudahan
penggunaan terhadap suatu sistem informasi.
Karyawan bagian keuangan di Rumah Sakit Dr. Soeradji Tirtonegoro
dituntut untuk dapat menggunakan komputer dan mengoperasikan sistem
yang ada didalamnya untuk menunjang pekerjaan yang dilimpahkan
kepadanya. Tidak sedikit karyawan yang merasa bingung untuk
mengoperasikan komputer dalam bekerja. Dari observasi peneliti terdapat
sebanyak 23 karyawan bagian keuangan masih meresa kebingungan dalam
mengoperasikan komputer. Fenomena tersebut dapat disebabkan oleh
beberapa hal. Salah satu penyebab utama adalah rasa kurang percaya diri
mereka mengoperasikan sistem informasi akuntansi yang ada.
Rasa tidak percaya diri yang dimiliki karyawan ketika berhadapan
dengan sistem tersebut sangat mungkin terjadi. Terlebih lagi karyawan
tersebut sudah memiliki usia yang tidak muda lagi, karena sebelumnya
mereka terbiasa bekerja mengolah data keuangan dengan proses manual.
Ketika terjadi konversi proses pengolahan data keuangan dari proses manual
ke proses elektronik mereka merasa canggung dan bingung untuk
menggunakan komputer. Dari observasi peneliti terdapat sebanyak 18
karyawan bagian keuangan yang masih merasa canggung mengoperasikan
komputer.
7
Alasan lain mengapa karyawan kurang bisa mengoperasikan sistem
informasi akuntansi yang diterapkan oleh pihak manajemen rumah sakit
adalah kurangnya pengetahuan bagaimana mengoperasikan sistem tersebut
dengan benar. Karyawan yang tidak cukup mengerti dengan prosedur atau
cara kerja sistem akuntansi suatu organisasi akan merasa bahwa sistem
tersebut rumit atau susah untuk dijalankan. Dari observasi peneliti, sebanyak
15 karyawan dari 63 karyawan bagian keuangan RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro merasa kurang mengerti mengenai sistem informasi akuntansi
yang diterapkan.
Computer Self Efficacy, Persepsi Manfaat dan Kemudahan
Penggunaan sistem informasi akuntansi terkomputerisasi dapat menjadi suatu
faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan penggunaan sistem informasi
akuntansi karyawan Rumah Sakit Dr. Soeradji Tirtonegoro dalam mengolah
data keuangan. Kepuasan tersebut muncul ketika harapan pengguna dengan
adanya sistem informasi akuntansi terpenuhi. Dengan kondisi kemampuan
komputer yang berbeda antara satu karyawan dengan yang lain maka persepsi
terhadap manfaat dan kemudahan penggunaan sistem informasi akuntansi
juga berbeda. Karyawan dengan kemampuan komputer yang baik dapat
menilai bagaimana kinerja sistem yang dijalankan. Apabila sistem tersebut
mudah untuk digunakan dan bermanfaat maka harapan mereka terpenuhi.
Dengan terpenuhinya harapan terhadap sistem yang dioperasikan maka
karyawan akan merasa puas. Demikian pula dengan karyawan yang memiliki
kemampuan komputer yang kurang maka mereka akan beranggapan sistem
8
yang dihadapkan kepada mereka sulit untuk dijalankan dan tidak cukup
bermanfaat, sehingga kepuasan yang mereka rasakan juga kurang.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti
menyusun penelitian ini dengan judul “Pengaruh Computer Self Efficacy,
Persepsi Manfaat dan Persepsi Kemudahan Penggunaan Terhadap
Kepuasan Penggunaan Sistem Informasi Akuntansi (Studi Kasus pada
Karyawan Bagian Keuangan RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten)”
B. Identifikasi Masalah
1. Tuntutan untuk menerapkan sistem informasi akuntansi yang
terkomputerisasi membuat bingung karyawan yang terbiasa
menggunakan sistem manual.
2. Adanya perbedaan tingkat kepuasan yang ditunjukkan karyawan terhadap
penggunaan sistem informasi akuntansi.
3. Adanya perbedaan persepsi akan manfaat dan kemudahan yang diberikan
oleh sistem informasi akuntansi antara satu karyawan dengan yang
lainnya.
4. Rasa kurang percaya diri karyawan bagian keuangan rumah sakit dalam
menggunakan sistem informasi akuntansi terkomputerisasi untuk
mengolah data keuangan.
5. Pengetahuan karyawan mengenai sistem informasi akuntansi akuntansi
yang diterapkan rumah sakit masih kurang.
9
C. Pembatasan Masalah
Apabila dikaji lebih dalam maka dapat dilihat luasnya permasalahan
yang ada dalam penelitian ini, maka pembatasan masalah sangat diperlukan
agar penelitian ini dapat menyajikan hasil yang akurat. Untuk mendapatkan
hasil penelitian yang terfokus dan menghindari penafsiran yang tidak
diinginkan atas hasil penelitian maka penelitian ini dititikberatkan kepada
Pengaruh Computer Self Efficacy, Persepsi Manfaat dan Persepsi Kemudahan
Penggunaan terhadap Kepuasan Penggunaan Sistem Informasi Akuntansi.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengaruh Computer Self Efficacy Terhadap Persepsi Manfaat
Sistem Informasi Akuntansi pada karyawan bagian keuangan RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten?
2. Bagaimana Pengaruh Computer Self Efficacy Terhadap Persepsi
Kemudahan Penggunaan Sistem Informasi Akuntansi pada karyawan
bagian keuangan RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten?
3. Bagaimana Pengaruh Persepsi Kemudahan Penggunaan Terhadap
Persepsi Manfaat Penggunaan Sistem Informasi Akuntansi pada
karyawan bagian keuangan RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten?
4. Bagaimana Pengaruh Persepsi Manfaat Terhadap Kepuasan Penggunaan
Sistem Informasi Akuntansi pada karyawan bagian keuangan RSUP Dr.
Soeradji Tirtonegoro Klaten?
10
5. Bagaimana Pengaruh Persepsi Kemudahan Penggunaan Terhadap
Kepuasan Penggunaan Sistem Informasi Akuntansi pada karyawan
bagian keuangan RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Pengaruh Computer Self-Efficacy Terhadap Persepsi
Manfaat Sistem Informasi Akuntansi pada karyawan bagian keuangan
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
2. Untuk mengetahui Pengaruh Computer Self-Efficacy Terhadap Persepsi
Kemudahan Penggunaan Sistem Informasi Akuntansi pada karyawan
bagian keuangan RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
3. Untuk mengetahui Pengaruh Persepsi Kemudahan Penggunaan Terhadap
Persepsi Manfaat Penggunaan Sistem Informasi Akuntansi pada
karyawan bagian keuangan RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
4. Untuk mengetahui Pengaruh Persepsi Manfaat Terhadap Kepuasan
Penggunaan Sistem Informasi Akuntansi pada karyawan bagian
keuangan RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
5. Untuk mengetahui Pengaruh Persepsi Kemudahan Penggunaan Terhadap
Kepuasan Penggunaan Sistem Informasi Akuntansi pada karyawan
bagian keuangan RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.
11
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah bukti empiris tentang
Technology Acceptance Model. Selain itu penelitian ini diharapkan
dapat digunakan sebagai referensi atau acuan terhadap penelitian
selanjutnya.
2. Manfaat secara Praktis
a. Bagi Rumah Sakit
Untuk membantu pihak rumah sakit mengevaluasi tingkat
keberhasilan sistem informasi akuntansi yang digunakan dengan
kepuasan penggunaan sebagai indikatornya. Dengan menggunakan
kepuasan penggunaan sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan
sistem informasi akuntansi yang digunakan, pihak rumah sakit dapat
mengambil keputusan berkaitan dengan sistem yang mereka
kembangkan sehingga mampu menghasilkan informasi keuangan
yang relevan.
b. Bagi Peneliti
Penelitian ini digunakan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang
diterima di bangku kuliah dalam mengkaji permasalahan yang ada
pada keadaan yang sesungguhnya. Peneliti mampu mengembangkan
dan menerapkan teori-teori yang didapatkan dan dipelajari di
bangku kuliah tentang Theory Acceptance Model.
12
c. Bagi Pihak Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan menambah
kepustakaan seputar Theory Acceptance Model dan sebagai
pertimbangan bagi pihak yang melakukan penelitian selanjutnya.
informasi akuntansi terkomputerisasi merupakan salah satu sistem yang sangat diperlukan
dalam dunia bisnis. Pengolahan data keuangan secara elektronik dengan menggunakan
komputer mampu mengurangi kesalahan yang terjadi dalam pengolahan data. Dibandingkan
dengan proses manual, pengolahan data keuangan secara elektonik dapat memproses dan
menyajikan data dengan cepat dan up to date sehingga dapat digunakan setiap saat.
Keandalan dan ketelitian informasi akuntansi terkomputerisasi juga lebih tinggi dibandingkan
dengan pengolahan data secara manual. Melihat kondisi tersebut maka sistem informasi
akuntansi terkomputerisasi merupakan salah satu hal penting dalam mengelola suatu unit
usaha. Instansi kesehatan seperti rumah sakit juga sangat memerlukan penggunaan sistem
informasi akuntansi. Sekalipun kegiatan utama suatu rumah sakit adalah melayani
masyarakat dalam bidang kesehatan, akan tetapi bidang keuangan atau akuntansi juga
merupakan bagian penting dalam mengelola rumah sakit. Hal tersebut dipahami pula oleh
pihak manajemen RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro yang bertempat di Klaten Jawa Tengah.
Rumah sakit memiliki karyawan yang harus diberi gaji setiap bulannya. Selain itu pasien juga
wajib untuk mengurusi masalah administrasi dan keuangan untuk dapat memperoleh
pelayanan kesehatan yang layak dari pihak rumah sakit. Maka dari itu bagian keuangan atau
akuntansi dalam 3 rumah sakit juga memiliki peranan penting dalam mendukung aktivitas
utama rumah sakit yaitu pelayanan kesehatan. Kepuasan pengguna akhir sistem informasi
merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan sistem informasi akuntansi. Dengan
menunjukkan rasa puas terhadap sistem informasi akuntansi yang dimiliki instansi dapat
diartikan bahwa pengguna akhir merasa sistem informasi mampu memenuhi harapan mereka.
Di Rumah Sakit Dr. Soeradji Tirtonegoro setiap karyawan menunjukkan rasa puas yang
berbeda-beda terhadap sistem yang mereka miliki. Dari observasi diketahui sebanyak 22
karyawan dari 63 karyawan bagian keuangan merasa belum puas dengan sistem informasi
akuntansi yang ada di rumah sakit. Hal tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan penerimaan
mereka akan manfaat dan kemudahan penggunaan yang disajikan oleh sistem tersebut.
Terdapat beberapa model yang digunakan untuk menganalisis dan memahami faktor-faktor
yang mempengaruhi diterimanya penggunaan teknologi komputer. Model atau teori tersebut
tercatat dalam berbagai literatur dan referensi hasil riset. Dalam bidang teknonogi itu sendiri
terdapat beberapa teori, antara lain Theory of Reasoned Action (TRA), Theory of Planned
Behavior (TPB), dan Technology Acceptance Model (TAM). Analisis Technology
Acceptance Model (TAM) yang dikembangkan oleh Davis (1989) merupakan salah satu
model yang paling banyak digunakan dalam penelitian teknologi informasi, karena model ini
lebih sederhana, dan mudah diterapkan. Secara langsung konstruk persepsi dalam TAM
seperti 4 Persepsi Kemudahan Penggunaan (Perceived Ease of Use) dan Persepsi Manfaat
(Perceived Usefulness) akan selalu ada dalam suatu pemanfaatan teknologi. Persepsi
Kemudahan Penggunaan (Perceived Ease of Use) merupakan persepsi dimana seseorang
mempunyai anggapan bahwa suatu sistem informasi atau teknologi informasi itu mudah
digunakan dan cenderung akan terus menggunakan sistem tersebut. Hal tersebut berlaku pula
pada karyawan bagian keuangan pada Rumah Sakit Dr. Soeradji Tirtonegoro. Dengan
penerapan sistem informasi akuntansi berbasis komputer maka mau tidak mau karyawan
harus membiasakan diri bekerja di depan komputer. Pengalaman pengguna selama memakai
sistem informasi akuntansi membuat persepsi kemudahan akan sistem tersebut tidak sama
antara satu karyawan dengan karyawan yang lain. Sebagian karyawan berpikir sistem
informasi akuntansi terkomputerisasi sangat sulit untuk dipelajari, mereka cenderung takut
atau tidak bersemangat mempelajarinya. Sebagian karyawan lainnya beranggapan sistem
tersebut mudah untuk dipelajari sehingga mereka senang dan bersemangat dalam
mempelajarinya. Dari observasi peneliti diketahui sebanyak 14 karyawan dari 63 karyawan
bagian keuangan mengganggap sistem informasi akuntansi yang dimiliki rumah sakit tidak
mudah dipelajari. Hal tersebut memunculkan adanya perbedaan persepsi akan manfaat dan
kemudahan yang diberikan oleh sistem informasi akuntansi antara satu karyawan dengan
yang lainnya. 5 Fenomena tersebut dapat juga muncul pada persepsi manfaat penggunaan
atau perceived of usefulness. Seseorang akan melanjutkan suatu sistem yang berjalan pada
organisasi apabila sistem tersebut memberi kontribusi lebih atau manfaat. Apabila sistem
tersebut dirasakan tidak memberikan manfaat yang signifikan maka sistem tersebut akan
ditinggalkan. Persepsi mengenai kebermanfaatan sistem informasi akuntansi di Rumah Sakit
Dr. Soeradji Tirtonegoro pada setiap karyawan berbeda-beda. Karyawan yang mampu
menyelesaikan pekerjaan dengan baik ketika menggunakan sistem tersebut akan beranggapan
sistem tersebut bermanfaat. Karyawan yang mengalami kesulitan dan tidak mampu
menyelesaikan tugas dengan baik akan merasa sistem yang ada kurang bermanfaat. Penelitian
terdahulu dengan model TAM telah banyak dilakukan antara oleh Igbaria (1995), Aditya Yuli
Asmara (2010), Aditya Fradana (2011) dan Risang Hanuraga (2011). Semua penelitian
tersebut secara jelas menyebutkan bahwa kemudahan dan kebermanfaatan akan berdampak
pada kemauan untuk menggunakan atau penerimaan oleh pengguna dalam menggunakan
suatu sistem teknologi informasi. Salah satu konsep atau teori mengenai perilaku terhadap
perkembangan teknologi adalah Computer Self Efficacy (CSE). Konsep CSE dipandang
sebagai salah satu variabel yang penting untuk studi perilaku individual dalam bidang
teknologi informasi (Agarwal et all, 2000). CSE didefinisikan oleh Compeau dan Higgins
(1995) sebagai penilaian kapabilitas dan keahlian komputer seseorang untuk melakukan
tugas-tugas yang 6 berhubungan dengan teknologi informasi. Menurut Compeau dan Higgins
studi mengenai CSE sangat penting dalam rangka membentuk perilaku individu dalam
penggunaan teknologi informasi. Tingkatan CSE yang dimiliki seseorang mampu
mempengaruhi persepsi manfaat serta kemudahan penggunaan terhadap suatu sistem
informasi. Karyawan bagian keuangan di Rumah Sakit Dr. Soeradji Tirtonegoro dituntut
untuk dapat menggunakan komputer dan mengoperasikan sistem yang ada didalamnya untuk
menunjang pekerjaan yang dilimpahkan kepadanya. Tidak sedikit karyawan yang merasa
bingung untuk mengoperasikan komputer dalam bekerja. Dari observasi peneliti terdapat
sebanyak 23 karyawan bagian keuangan masih meresa kebingungan dalam mengoperasikan
komputer. Fenomena tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu penyebab
utama adalah rasa kurang percaya diri mereka mengoperasikan sistem informasi akuntansi
yang ada. Rasa tidak percaya diri yang dimiliki karyawan ketika berhadapan dengan sistem
tersebut sangat mungkin terjadi. Terlebih lagi karyawan tersebut sudah memiliki usia yang
tidak muda lagi, karena sebelumnya mereka terbiasa bekerja mengolah data keuangan dengan
proses manual. Ketika terjadi konversi proses pengolahan data keuangan dari proses manual
ke proses elektronik mereka merasa canggung dan bingung untuk menggunakan komputer.
Dari observasi peneliti terdapat sebanyak 18 karyawan bagian keuangan yang masih merasa
canggung mengoperasikan komputer. 7 Alasan lain mengapa karyawan kurang bisa
mengoperasikan sistem informasi akuntansi yang diterapkan oleh pihak manajemen rumah
sakit adalah kurangnya pengetahuan bagaimana mengoperasikan sistem tersebut dengan
benar. Karyawan yang tidak cukup mengerti dengan prosedur atau cara kerja sistem
akuntansi suatu organisasi akan merasa bahwa sistem tersebut rumit atau susah untuk
dijalankan. Dari observasi peneliti, sebanyak 15 karyawan dari 63 karyawan bagian keuangan
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro merasa kurang mengerti mengenai sistem informasi
akuntansi yang diterapkan. Computer Self Efficacy, Persepsi Manfaat dan Kemudahan
Penggunaan sistem informasi akuntansi terkomputerisasi dapat menjadi suatu faktor yang
dapat mempengaruhi kepuasan penggunaan sistem informasi akuntansi karyawan Rumah
Sakit Dr. Soeradji Tirtonegoro dalam mengolah data keuangan. Kepuasan tersebut muncul
ketika harapan pengguna dengan adanya sistem informasi akuntansi terpenuhi. Dengan
kondisi kemampuan komputer yang berbeda antara satu karyawan dengan yang lain maka
persepsin terhadap manfaat dan kemudahan penggunaan sistem informasi akuntansi juga
berbeda. Karyawan dengan kemampuan komputer yang baik dapat menilai bagaimana kinerja
sistem yang dijalankan. Apabila sistem tersebut mudah untuk digunakan dan bermanfaat
maka harapan mereka terpenuhi. Dengan terpenuhinya harapan terhadap sistem yang
dioperasikan maka karyawan akan merasa puas. Demikian pula dengan karyawan yang
memiliki kemampuan komputer yang kurang maka mereka akan beranggapan sistem 8 yang
dihadapkan kepada mereka sulit untuk dijalankan dan tidak cukup bermanfaat, sehingga
kepuasan yang mereka rasakan juga kurang. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di
atas, maka peneliti yang dihadapkan kepada mereka sulit untuk dijalankan dan tidak cukup
bermanfaat, sehingga kepuasan yang mereka rasakan juga kurang. Berdasarkan uraian yang
telah dikemukakan di atas, maka peneliti menyusun penelitian ini dengan judul “Pengaruh
Computer Self Efficacy, Persepsi Manfaat dan Persepsi Kemudahan Penggunaan Terhadap
Kepuasan Penggunaan Sistem Informasi Akuntansi (Studi Kasus pada Karyawan Bagian
Keuangan RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten)”

Daftar Pustaka
https://www.kompasiana.com/claudiokasim/5d9d9ff10d8230755d57cbb2/perkembangan-
teknologi-informasi-industri-4-0-dalam-bidang-kesehatan-khususnya-di-indonesia?page=2
http://health.detik.com/read/2013/08/26/134038/2340540/763/kenali-kemajuan-teknologi-
kesehatan-buatan-indonesia-di-indo-medica-expo-2013

https://stei.itb.ac.id/id/blog/2014/06/23/brain-computing-penggunaan-gelombang-otak-
dalam-teknologi-kesehatan/

http://dikti.go.id/tingkatkan-teknologi-kesehatan-demi-kemandirian-produk-
kesehatan/#vpFhaZ4y5Mv1lrfo.99

https://www.mutupelayanankesehatan.net/22-editorial/2701-penerapan-teknologi-informasi-
dalam-peningkatan-mutu-pelayanan-kesehatan

GAMBARAN UMUM/ EXECUTIVE OVERVIEW

Sektor kesehatan tidak dapat terlepas dari pengaruh kemajuan teknologi digital. Industri
kesehatan perlu mempersiapkan diri dalam menuju era disrupsi kesehatan 4.0. Berbagai
tantangan dan permasalahan khususnya dari segi big data, keamanan data, regulasi, dan
sumber daya manusia tidak boleh menjadi penghambat dalam mewujudkan sistem
transformasi digital yang berkualitas. Kebutuhan rumah sakit yang berhasil diidentifikasi
dalam focus group discussion beserta rekomendasi yang ditujukan kepada berbagai pihak
atau stakeholders terkait, diharapkan dapat menjadi solusi efektif untuk membenahi berbagai
tantangan yang ada sehingga pada akhirnya semua rumah sakit dapat siap sedia untuk
berpartisipasi dalam memberikan layanan kesehatan paripurna di era disrupsi 4.0 ini.

PENDAHULUAN
Transformasi digital telah berperan dalam hal revolusi berbagai industri, khususnya dalam
bidang kesehatan. Teknologi di bidang kesehatan memungkinkan seorang individu untuk
mendapatkan hidup yang lebih sehat, usia harapan hidup yang lebih panjang, dan kehidupan
yang lebih produktif. Sebagai contoh, pada tahun 2015, telemedicine diakses oleh lebih dari
satu juta penduduk. Angka ini meningkat secara signifikan di tahun 2018, dimana jumlah
penduduk yang mengakses telemedicine telah mencapai 7 juta orang. Hal ini menunjukkan
bahwa teknologi telah memberdayakan pasien bahkan sampai di area terpencil sekalipun
untuk mengakses pelayanan kesehatan yang berkualitas. 1

Selain telemedicine, beberapa teknologi kesehatan lainnya di era industri 4.0 yang sudah
berkembang dan dimanfaatkan oleh berbagai fasilitas pelayanan antara lain adalah artificial
intelligence/ kecerdasan artifisial, blockchain, IoT (internet of things), dan pelayanan
robotic.1 Seiring berbagai kemajuan yang ada, semakin banyak perusahaan kesehatan yang
memandang bahwa teknologi bukan hanya dimanfaatkan sebagai sarana prasarana tapi juga
sebagai aset strategis. Dari fakta ini, muncul pemikiran bahwa teknologi yang dimanfaatkan
secara optimal akan memberikan insight atau masukan yang sangat berguna terhadap
kemajuan bisnis. Analisis data yang tepat dapat digunakan untuk meningkatkan akses
pelayanan kepada masyarakat, meningkatkan efektifitas sumber daya manusia, meningkatkan
kualitas pelayanan, dan mengurangi biaya layanan kesehatan. 2,3
Pemanfaatan teknologi kesehatan di kalangan konsumen juga turut membuka kesempatan
kepada pasien maupun keluarga pasien, agar semakin mudah mendapatkan informasi dan
pemahaman mengenai penyakit, pilihan pengobatan, serta dengan mudah mengakses maupun
memilih rumah sakit ataupun sarana kesehatan yang sesuai dengan kebutuhannya. 2

Dengan menyadari manfaat transformasi digital tersebut, semakin banyak perusahaan yang
bergerak dalam bidang kesehatan termasuk rumah sakit, berinisiatif untuk mengadopsi
transformasi digital ini ke dalam sistem manajemen mereka guna menghasilkan kualitas
pelayanan kesehatan yang lebih baik.1,2

Namun demikian, tidak semua fasilitas kesehatan siap untuk menyambut era disrupsi 4.0
yang penuh dengan digitalisasi ini. Berbagai kendala terkait sumber daya manusia, sumber
dana, business process, regulasi pemerintah dan peraturan, serta tidak adanya sistem
integrasi data kerapkali menjadi tantangan dalam mewujudkan hal tersebut. 2,4,5 Dalam hal ini,
diperlukan komitmen bersama dari berbagai pihak seperti manajemen rumah sakit,
pemerintah dalam hal ini kementerian terkait, asosiasi profesi, dan dokter pelaksana untuk
dapat senantiasa melakukan kolaborasi dan terbuka terhadap proses pembaruan serta
pembelajaran. Kementerian kesehatan senantiasa mendukung upaya digitalisasi rumah sakit,
dimana ditunjukkan dalam berbagai inovasi yang sudah ada antara lain konsep smart e-health
seperti telemedicine dan SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit), SISRUTE
(Sistem Informasi Rujukan Terintegrasi), aplikasi SehatPedia, sistem JKN (Jaminan
Kesehatan Nasional), dan e-medical record. Tentunya digitalisasi ini tidak lepas dari
perlunya regulasi yang jelas dan mendukung pertumbuhan sistem dengan satu tujuan yaitu
peningkatan kualitas layanan kesehatan masyarakat Indonesia.

BAB 1
Tren dan Manfaat Sistem Transformasi Digital menuju Era Kesehatan 4.0

Perkembangan teknologi di dunia kesehatan sedikit tertinggal dari perkembangan sektor


lainnya seperti e- money, e-commerce dan travel. Bahkan menurut Electronic Medical
Record Adoption model, level adopsi rekam medis elektronik atau e-MR bervariasi dengan
rentang sekitar 3% di Eropa sampai 35% di Amerika, atau dengan arti lain bahwa e-MR
belum sepenuhnya diterapkan sebagai pelayanan rutin.6 Selain itu, model disrupsi di era 4.0
telah membuat perubahan paradigma pelayanan dari volume sentris menuju peningkatan
value of care atau yang berpusat pada pasien. Transformasi digital membuat industri
kesehatan harus menjadikan pasien sebagai pusat dari sistem pelayanan mereka dengan
mencari tahu dan menggali apa yang diperlukan dan diharapkan oleh pasien. 7

Berbagai tren perkembangan transformasi digital juga telah membentuk pola pikir beberapa
fasilitas kesehatan dan stakeholder di Indonesia untuk turut ambil bagian dalam proses
perkembangannya. Berikut dipaparkan beberapa tren digital di era kesehatan 4.0 ini:8

1. Meningkatnya permintaan terhadap pelayanan kesehatan yang sesuai kebutuhan


Industri kesehatan sedang memasuki era inovasi digital dimana pasien mencari pelayanan
yang langsung mampu menjawab kebutuhan mereka karena terbatas oleh kesibukan sehari-
hari. Menurut data DMN3, konsumen yang mencari informasi medis di internet, sebesar
47% mencari informasi mengenai dokter, 38% rumah sakit dan fasilitas kesehatan, serta 77%
untuk melakukan booking jadwal pemeriksaan kesehatan. Berdasarkan fakta tersebut,
perlunya upaya dari tim manajemen rumah sakit untuk mencari tahu kebutuhan target
konsumen atau pasien dan menggabungkannya ke dalam sistem digital (misalnya
kemudahan akses dengan menggunakan smartphone). Kebutuhan pasar inilah yang sedang
dimanfaatkan oleh beberapa perusahaan health technology yang akhir-akhir ini semakin
marak berkembang di masyarakat.

2. Pentingnya pemanfaatan big data dalam pelayanan kesehatan


Big data menggabungkan informasi dalam jumlah yang sangat besar serta format yang
beragam yaitu dari penggunaan media sosial, e-commerce, transaksi online, transaksi
keuangan, serta mengidentifikasi suatu tren dan pola bisnis di masa depan. Dalam industri
kesehatan, big data dapat memberikan beberapa keuntungan, termasuk tingkat kesalahan
medis yang lebih rendah, memfasilitasi kesehatan pencegahan, dan prediksi yang lebih
akurat untuk merekrut SDM (misalnya dengan membantu RS dan klinik memprediksi adanya
peningkatan jumlah pasien di suatu masa tertentu sehingga membantu manajemen
memutuskan untuk menambah jumlah staf di waktu tersebut). Selain kebutuhan investasi di
bidang big data, pengolahan dan analisa dari data tersebut juga diperlukan untuk
mengidentifikasi kelemahan bisnis dan membantu manajemen untuk lebih memahami
target pasien yang dituju.

3. Mengobati pasien dengan teknologi VR (virtual reality)


Teknologi VR tidak hanya digunakan di salah satu bidang kedokteran saja tetapi sudah
meluas penggunaannya untuk mengobati nyeri, kecemasan, PTSD (post-traumatic stress
disorder), dan penyakit stroke. Beberapa dokter dan residen juga telah memanfaatkan VR
untuk mempertajam keterampilan mereka di bidang pembedahan. VR dalam bentuk
headset dapat membantu si pemakai untuk beraktivitas dan anak-anak dengan autisme
untuk belajar mengenal sekitarnya. VR dan AR (augmented reality) pada skala global
diprediksi mencapai nilai sekitar $5.1 miliar pada tahun 2025. VR diharapkan dapat menjadi
metode komunikasi yang membuat penyedia layanan kesehatan dapat memahami
kebutuhan pasien dan berkomunikasi dengan cara yang lebih baik.

4. Alat kesehatan yang wearable (dapat dipakai manusia)


Di era digital saat ini, pasien sudah mulai fokus pada kesehatan pencegahan dan lebih peduli
untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan informasi medis. Implikasinya,
beberapa perusahaan telah berinvestasi dalam bidang alat kesehatan yang dapat dipakai
pasien untuk menentukan status kesehatan mereka. Alat kesehatan yang sudah ada antara
lain seperti detektor detak jantung, pelacak olahraga, alat pengukur debit keringat, alat
untuk mengukur kadar gula darah, dan kadar oksigen. Berbagai alat kesehatan tersebut
dapat meningkatkan efisiensi keuangan pelayanan kesehatan, yang ditunjukkan dengan data
dari US bahwa teknologi tersebut mampu menghemat dana sampai dengan $7 juta per
tahunnya.

5. Pelayanan berbasis analisis prediktif


Informasi besar yang dikumpulkan dari big data dan sumber lainnya (seperti media sosial)
dapat membantu perusahaan untuk mengembangkan layanan rekomendasi kesehatan
kepada pasien. Ini yang disebut dengan pelayanan kesehatan prediktif, dimana kita sekarang
dapat memperkirakan penyakit dan kelainan apa saja yang dapat mewabah di masa depan.
Dari perkiraan penyakit atau wabah yang akan terjadi, sarana kesehatan tentunya dapat
mengantisipasi hal tersebut dan mempersiapkan langkah-langkah pencegahan atau
penanganan yang dibutuhkan.

6. Perkembangan Artificial Intelligence


Artificial intelligence (AI) merupakan suatu inovasi yang sangat besar di bidang kesehatan.
Banyak pihak di industri kesehatan yang bersedia untuk berinvestasi di AI senilai jutaan
dolar. AI yang berkembang saat ini memiliki banyak versi, salah satunya adalah robot droid
yang dirancang untuk membantu pekerjaan perawat di RS dan melakukan tugas rutin seperti
mengecek stok atau persediaan obat. Diperkirakan bahwa di masa depan, kekuatan AI akan
semakin diperluas manfaatnya seperti dalam bidang precision medicine, radiologi,
penemuan obat terbaru, dan ilmu genomic.

7. Blockchain dan rekam medis elektronik


Blockchain merupakan suatu kumpulan file atau data transaksi yang tertuang di dalam
database komputer atau dalam bentuk digital. Blockchain memungkinkan terjadinya
pertukaran informasi transaksi keuangan yang aman antara satu pihak dengan yang lainnya.
Dalam bidang pelayanan kesehatan, blockchain terbukti efektif untuk mencegah kebocoran
data, meningkatkan akurasi data di rekam medis, dan melakukan efisiensi biaya.

Setelah melihat berbagai tren teknologi yang sedang berkembang, tentunya kita juga perlu
mengetahui beberapa manfaat yang bisa diperoleh konsumen atau pasien sehubungan dengan
perkembangan digitalisasi di era kesehatan 4.0 ini, antara lain yakni:7

1. Pasien diarahkan untuk menemukan dokter yang tepat sesuai kebutuhan


Dalam hal ini masyarakat berhak untuk mencari informasi detil mengenai tipe dokter seperti
apa yang mereka perlukan, misalnya spesialisasi apa, praktek di RS apa, latar belakang
pendidikan yang ditempuh, serta pengalaman medis yang diperolehnya. Dengan
menemukan dokter dan fasilitas kesehatan yang tepat, tingkat kepuasan pasien diharapkan
juga akan semakin meningkat.7

2. Masyarakat dapat memperoleh akses kesehatan yang merata


Dengan teknologi digital, hal ini sangat dimungkinkan bahwa akses kesehatan juga bisa
diperoleh oleh masyarakat di daerah terpencil. Telemedicine bisa menjadi salah satu solusi
terhadap kebutuhan akan akses pelayanan kesehatan yang merata di semua daerah. 7

3. Konsumen mendapat informasi mengenai akuntabilitas suatu pelayanan kesehatan


Ekspektasi pasien terhadap sistem pelayanan kesehatan kian meningkat. Ketika pasien tidak
puas akan suatu pelayanan, maka mereka dapat segera mengutarakannya di akun sosial
media. Adanya fakta bahwa masih minimnya sarana umpan balik dalam teknologi
kesehatan, dapat menjadi pertimbangan bagi kita untuk mengadaptasi hal tersebut di era
digital 4.0 ini.7

4. Adanya transparansi keuangan di sektor kesehatan


Saat ini, masih banyak ketimpangan dari segi biaya kesehatan yang harus ditanggung
konsumen. Ketimpangan yang dimaksud adalah bahwa masyarakat kerapkali tidak
mengetahui secara jelas berapa biaya yang harus mereka keluarkan untuk mendapatkan
suatu akses pelayanan. Perbedaan nilai biaya pelayanan antar fasilitas juga menjadi suatu
masalah. Dengan teknologi digitalisasi, diharapkan permasalahan transparansi biaya
kesehatan bisa diminimalisasi. 7

5. Interaksi harmonis yang terjadi antara dokter dengan pasien


Interaksi pasien dengan dokter yang berkualitas sangat jarang terjadi. Menurut sebuah
survey, hanya sekitar 20-30% pasien yang memiliki akses digital untuk konsultasi medis atau
pengingat elektronik (electronic reminder). Industri kesehatan membutuhkan pendekatan
yang berpusat pada pasien. Transformasi digital diharapkan dapat menjadi solusi agar
dokter dapat menggali informasi yang lebih dalam mengenai pasien mereka. 7

Berbagai tren dan manfaat yang ada di era kesehatan 4.0 seharusnya membuat industri
kesehatan semakin berinisiatif dan memiliki daya saing untuk ikut mengembangkan sistem
serupa di fasilitas pelayanan masing-masing. Akan tetapi, hal ini tentunya tidak terlepas dari
berbagai hambatan dan tantangan dalam proses pelaksanaannya. Di bagian selanjutnya dari
white paper ini akan dipaparkan apa saja tantangan yang sedang dihadapi oleh rumah sakit
dalam mempersiapkan dan mewujudkan transformasi digital dalam sistem pelayanan
kesehatan Indonesia.

BAB 2
Keuntungan Analisis Big Data, Pelaporan, Data Mining, dan Manajemen Pengetahuan
pada Sektor Kesehatan, khususnya Rumah Sakit
Kemajuan adopsi teknologi dalam sektor pelayanan kesehatan memberikan dampak positif
yang sangat besar terhadap proses praktik medis di Indonesia. Beberapa batu loncatan yang
sudah berhasil dikerjakan antara lain rekam medis elektronik, akses pemanfaatan big data
dan penyimpanan di sistem cloud (komputasi awan), software yang sangat maju dan
berkembang, serta teknologi aplikasi yang bisa digunakan di smartphone. Manfaat yang
diperoleh dari perkembangan ini yaitu kemudahan proses kerja, akses yang lebih cepat
terhadap segala informasi, penurunan biaya kesehatan, peningkatkan kesehatan publik dan
kualitas hidup masyarakat. 9

Pertumbuhan data yang sangat pesat dalam industri kesehatan memaksa kita untuk segera
mengadopsi teknik pengelolaan big data guna meningkatkan layanan yang berkualitas. Oleh
karena itu, menjadi tantangan besar pula untuk melakukan analisis data dengan cara yang
tradisional mengingat pertumbuhan data yang ada sudah sedemikian besar. 10

Big data muncul sebagai kumpulan data baru dengan volume besar yang berubah dengan
cepat, sangat kompleks dan bahkan melampaui jangkauan kemampuan analisis lingkungan
perangkat keras dan perangkat lunak yang umum digunakan untuk pemrosesan data.
Singkatnya, volume data menjadi terlalu besar untuk ditangani dengan alat dan metode
konvensional. 11 Di sinilah big data hadir menawarkan solusi untuk dapat memproses data
yang sangat besar, berasal dari berbagai sumber dan format namun tetap menyajikan real
time data. Dampaknya, big data memberikan kesempatan yang sangat besar agar pelayanan
kesehatan dapat melakukan efisiensi di dalam sistemnya. 10

Peranan big data tidak terlepas dari manfaatnya dalam tren analisis prediktif. Analisis
prediktif merupakan kemampuan analitik yang biasanya digunakan untuk memberikan
prediksi atau estimasi atau memperkirakan suatu kejadian yang akan datang yang berguna
dalam pengambilan keputusan di masa sekarang. Analisis prediktif merupakan teknik yang
menggabungkan kemampuan modelling, data mining, dan statistik serta artificial intelligence
(AI) untuk melakukan evaluasi historical dan real time data serta membuat prediksi akan
masa depan. Beberapa manfaat nyata yang diperoleh dengan analisis prediktif yaitu
meningkatkan efisiensi manajemen operasional, akurasi diagnosis dan pengobatan
kedokteran, serta mendapatkan insight atau gambaran untuk meningkatkan pengobatan di
masa depan. 9

Sebagai contoh pemanfaatan big data dalam bidang manajemen operasional adalah bahwa
dengan kemampuan analisis prediktif maka RS dapat melakukan efisiensi jumlah tenaga
kerja dengan memberikan rasio pasien dan staf yang optimal. Pencapaian ini bisa
memanfaatkan data historikal, data dari fasilitas kesehatan setempat, data populasi,
demografis, laporan penyakit, dan pola penyakit musiman. Contoh lainnya yaitu melakukan
assessment atau penilaian kompetensi staf dan diagnosis definitif yang diikuti dengan terapi
yang sesuai. Walaupun demikian, kemampuan analisis prediktif ini tidaklah sempurna dan
membutuhkan proses yang lebih akuntabel, transparan, memiliki dasar etika yang jelas, dan
sebaiknya didukung dengan suatu payung hukum.9

Keuntungan dari kemampuan analisis big data tentunya perlu didukung dengan manajemen
pengetahuan yang berkualitas. Manajemen pengetahuan merupakan pusat dari suatu proses
adaptasi inovasi, pengambilan keputusan, dan adaptasi serta pembaruan organisasi.
Manajemen pengetahuan perlu didukung beberapa aspek penting antara lain struktur
organisasi, kepemimpinan, sistem IT, pembelajaran, adanya kepercayaan, dan kolaborasi.
Dimulai dengan proses kreasi atau pengadaan pengetahuan itu sendiri, penyimpanan,
dibagikan dan diaplikasikan oleh karyawan dalam organisasi tersebut. Jika dikerjakan dengan
benar, organisasi dapat semakin meningkatkan performa inovasi dan mengurangi
pengulangan proses belajar yang sebenarnya tidak diperlukan. Hal ini akan berdampak pada
keuntungan jangka panjang organisasi yang memiliki kultur terbuka terhadap suatu
pembelajaran atau inovasi, kemampuan menyelesaikan masalah, menciptakan kompetensi
baru, dan beradaptasi dengan situasi apapun.12

BAB 3
Tantangan Rumah Sakit di Era Kesehatan 4.0 dalam Mewujudkan Sistem
Transformasi Digital

Tantangan terhadap sistem transformasi digital di pelayanan kesehatan seringkali berasal dari
aspek non-teknis. Menurut Harold F. Wolf, presiden dan CEO dari Healthcare Information
and Management Systems Society (HIMSS), perubahan kultur kerja seringkali menjadi
hambatan dalam pengembangan sistem tersebut. Banyak tantangan dari segi mindset atau
pola pikir, struktur organisasi, dan tata kelola organisasi. 6

Berikut ini dipaparkan beberapa kondisi penting yang dapat menjadi tantangan bagi
penyelenggara kesehatan agar dapat mewujudkan sistem transformasi digital yang sukses di
negaranya. Adapun kondisi atau tantangan yang perlu dihadapi antara lain:

1. Peran pemerintah dalam mempromosikan sistem transformasi digital di pelayanan


kesehatan
Pemerintah baik dari level daerah, regional, maupun tingkat nasional dapat membantu
mewujudkan keberhasilan sistem tersebut dengan melakukan promosi penggunaan
teknologi di bidang kesehatan. Salah satunya adalah dengan inisiatif dan pembiayaan dari
pemerintah untuk menciptakan suatu aplikasi berskala nasional yang dapat diakses secara
gratis oleh semua pihak dan berintegrasi dengan data di daerah-daerah termasuk daerah
terpencil. Keuntungan dari sistem berskala nasional ialah dapat menciptakan keseragaman
sumber data agar dapat diolah dan dilakukan analisis prediktif yang sesuai. 6
2. Perlunya regulasi baru yang jelas dalam mengatur sistem transformasi digital.
Regulasi penting diciptakan untuk melindungi keselamatan pasien dan meningkatkan
produktivitas pelayanan kesehatan. Beberapa regulasi yang lama dan sudah tidak relevan
sebaiknya digantikan dengan regulasi yang baru. Regulasi yang tidak jelas dapat berujung
pada berbagai keraguan dalam mengadaptasi inovasi dan mengoptimalisasi teknologi yang
ada. 6

3. Sistem pelayanan kesehatan perlu berfokus kepada kebutuhan pasien


Ekpektasi konsumen atau pasien terhadap pelayanan kesehatan berbasis digital semakin
meningkat. Pelayanan diharapkan mengutamakan kenyamanan dan kemudahan akses.
Tantangannya adalah bagaimana industri terutama RS bisa tetap mengikuti perkembangan
zaman dan mau mempelajari inovasi apa yang dibutuhkan oleh pasien dan masyarakat;
tentunya dengan mengutamakan keuntungan bisnis. 2,6

4. Peningkatakan manajemen pengetahuan sumber daya manusia


Dokter atau penyedia layanan kesehatan perlu mengembangkan keterampilan dalam rangka
mempercepat dan mempersiapkan proses transformasi digital tersebut. Sebagai contoh,
diperlukannya pelatihan agar dokter dan perawat dapat mengakses rekam medis elektronik
dan cara pengisiannya. Proses ini tentunya harus dibuat berkelanjutan dan memerlukan
investasi waktu serta tenaga yang tidak sedikit. 6 Beberapa tantangan dalam aspek ini
adalah kurangnya antusiasme dalam belajar, tidak adanya kultur kerja yang kolaboratif, dan
kurangnya waktu belajar. 11

5. Investasi jangka panjang dibutuhkan untuk kesuksesan pembangunan transformasi digital


Penyedia layanan kesehatan perlu mempertimbangkan pengadaan investasi jangka panjang
untuk mencapai tujuan jangka panjang organisasi. Anggaran yang sifatnya terdesentralisasi
dalam organisasi dapat membuat iklim investasi menurun. Sebaliknya, organisasi yang
menciptakan anggaran sentral dapat memberikan kesempatan investasi yang lebih. Namun
demikian, masih banyak ditemukannya kesulitan finansial dari beberapa manajemen RS
terutama dari RS swasta, dan jika memungkinkan dapat menggunakan aplikasi yang
dikembangkan gratis oleh pemerintah pusat atau kementerian kesehatan. 6

6. Modernisasi sistem informasi teknologi (IT) dalam organisasi


Pelayanan kesehatan perlu mengembangkan sistem IT antara lain dengan merekrut ahli yang
mumpuni dan berpengalaman di bidangnya, memanfaatkan sistem komputasi awan dan
perangkat lunak yang sesuai dengan kebutuhan organisasi, serta melakukan pengolahan dan
analisa data untuk mendapatkan masukan guna meningkatkan kualitas layanan kesehatan
yang ada. 2

7. Tantangan yang berkaitan dengan keamanan dan proteksi data, penyimpanan data serta
kepatuhan sistem terhadap regulasi yang ada
Beberapa poin penting yang berkaitan dengan tantangan dalam hal data antara lain:
o Dengan menggunakan sistem rekam medis elektronik, data medis yang terkumpul
akan semakin banyak dari sebelumnya dan tumbuh semakin cepat. Internet juga
membantu proses sharing data agar dapat diakses oleh pelayanan kesehatan lain
dan pemerintah pusat. Keuntungan ini menimbulkan permasalahan lain yaitu
proteksi dan keamanan data pribadi. Jika tidak ditangani dengan benar, data
elektronik beresiko untuk bocor ke pihak luar dan digunakan oleh pihak-pihak yang
kurang bertanggung jawab. Dalam hal ini diperlukan sistem keamanan dan proteksi
canggih untuk meminimalisasi resiko tersebut. 9
o Lokasi penyimpanan data juga menjadi salah satu poin penting yang patut
diperhatikan. Dengan semakin banyaknya informasi medis yang bisa diperoleh dari
pasien, maka diperlukan suatu sistem yang dapat menyimpan semua big data yang
ada. Teknologi cloud atau sistem komputasi awan dapat menjadi salah satu opsi
terhadap tantangan ini. Sistem cloud memampukan organisasi kesehatan agar dapat
melakukan efisiensi biaya, memenuhi kebutuhan bisnis, sekaligus menjamin
keamanan data pasien. Menurut informasi dari Markets and Markets, value
pemakaian sistem cloud akan menyentuh $9.48 juta di tahun 2020, sedangkan
Esticast memproyeksi bahwa pertumbuhan cloud akan mencapai 23,4% atau senilai
$25.7 juta di tahun 2024. 13

o Ancaman terhadap serangan malware, computer virus, dan hacker juga semakin
meningkat seiring dengan peningkatan teknologi digital. Banyak kerugian yang
ditimbulkan dengan kejadian tersebut, seperti lumpuhnya sistem yang ada dan
hilangnya akses ke email organisasi. Perbaikan bisa berlangsung berhari-hari atau
dalam hitungan minggu dan semakin menimbulkan kerugian finansial. 13 Dengan
adanya sistem cloud, resiko ini dalam diminimalisasi karena proteksi terhadap
serangan hacker di dunia maya dapat ditangani oleh penyedia jasa layanan cloud
tersebut. 14

o Memastikan agar sistem cloud yang kita sewa juga patuh terhadap berbagai regulasi
yang ada, misalnya regulasi HIPAA atau Health Insurance Portability and
Accountability Act. 14

Tantangan yang dipaparkan di atas bersifat umum dan dapat dihadapi oleh berbagai macam
pelayaan kesehatan di negara manapun termasuk Indonesia. Adapun tantangan di era
kesehatan 4.0 yang spesifik dihadapi oleh sistem kesehatan di Indonesia antara lain: 5

a. Kurangnya minat RS untuk berinvestasi di bidang digitalisasi


Banyak pihak pengelola rumah sakit yang lebih fokus kepada ekspansi fasilitas dan masih
memandang sebelah mata terhadap manfaat sistem transformasi digital. Hal ini dikarenakan
kurangnya kompetisi atau persaingan terhadap sistem teknologi digital itu sendiri. Baru
akhir-akhir ini setelah bermunculan sistem layanan kesehatan berbasis health-tech, banyak
kekhawatiran timbul bahwa pertumbuhan health-tech company akan membuat kerugian di
pihak RS yang berbasis pada pelayanan tradisional. Masih sedikit pula RS yang
mengaplikasikan SIMRS (Sistem Informasi Manajemen RS) yang dirancang oleh Kemenkes.
Dari data yang diunduh secara online melalui http://sirs.yankes.kemkes.go.id/fo/, masih ada
sekitar 815 RS yang belum mengaplikasikan SIMRS, padahal sistem ini dapat digunakan
secara gratis oleh RS.5

b. Sulitnya integrasi data berskala nasional


Dari lebih dari 2450 rumah sakit di seluruh Indonesia, sebagian besar masih dikelola secara
independen dan belum mempunyai standarisasi dan akreditasi internasional. Masih banyak
pula rumah sakit yang masih menjalankan sistem pengumpulan dan penyimpanan data
secara tradisional. Hal ini menjadi tantangan bagi partner penyedia layanan teknologi digital
untuk dapat melakukan integrasi data ke setiap rumah sakit di seluruh Indonesia. Pekerjaan
ini akan menimbulkan biaya dan waktu yang sangat besar. Karena isu inilah, konsep data
sharing antar RS dalam skala daerah maupun nasional juga menjadi tantangan tersendiri. 5

c. Teknologi IT yang outdated dan kurang terintegrasi


Karena kurangnya standarisasi dokumentasi dan business process antar fasilitas kesehatan,
implementasi sistem IT seringkali bekerja sendiri-sendiri (working in silos) dan kurang
terintegrasi dengan sistem lainnya. Banyak juga rumah sakit yang terlanjur bergantung pada
teknologi yang ketinggalan zaman (outdated) sehingga sulit diperbarui untuk memenuhi
espektasi pasien yang ingin mengakses informasi secara cepat terutama melalui
smartphone.5

d. Kultur organisasi dan birokrasi serta tata kelola yang masih bersifat tradisional
Seperti halnya industri lain, tantangan terbesar dari transformasi digital adalah kultur
organisasi dan birokrasi yang menghambat dilakukannya perubahan menuju tata kelola yg
lebih baik. Salah satu kesulitan terbesar adalah proses manajemen pengetahuan, edukasi
dan implementasi yang membutuhkan komitmen dari dewan direksi sampai dengan staf/
karyawan, termasuk penyedia jasa pelayanan seperti dokter dan perawat. Hal ini
membutuhkan strategi perubahan manajemen yang tepat dan secara berkala harus terus
menerus dievaluasi.5

e. Regulasi atau aturan dari pemerintah belum ditetapkan dan seringkali mengalami
perubahan
Industri kesehatan adalah salah satu industri yang sangat bergantung terhadap regulasi
pemerintah (highly regulated). Namun pemerintah butuh mengejar ketertinggalan dalam
menciptakan ketentuan hukum yang dapat mengakomodir inovasi di bidang teknologi
kesehatan dan memberikan kepastian pada para pelaku untuk dapat melindungi
penggunanya. Pada saat ini, untuk hal yang sangat dasar seperti tata kelola data medis
pasien masih membutuhkan aturan yang lebih detil seperti sampai sejauh mana peran
rumah sakit dan pemerintah dalam mengelola data medis termasuk apa hak dan kewajiban
dari pasien untuk dapat secara mudah mengakses, mengunduh, menyimpan, dan
mengirimkan pada pihak yang berkepentingan. 5

f. Belum ada kejelasan mengenai hukum perlindungan data pribadi


Peraturan mengenai perlindungan data pribadi yang komprehensif belum disertai dengan
kesadaran publik untuk melindungi data pribadi mereka sendiri. Oleh karena itu, dibutuhkan
pendekatan yang bersifat instrumental dan struktural, diantaranya membentuk hukum
perlindungan data pribadi baik data yang dikumpulkan dari pemerintah maupun data dari
pihak swasta, seperti misalnya perusahaan health-tech yang berbasis informasi dan
komunikasi. Selain belum adanya peraturan UU, masalah rendahnya pemahaman
perusahaan mengenai konsep privasi dan perlindungan data konsumen juga masih
ditemukan. Dengan adanya komitmen percepatan proses pembahasan RUU Perlindungan
Data Pribadi oleh Menteri Komunikasi dan Informatika, diharapkan dapat segera menjadi
11
solusi proteksi data untuk konsumen/ pasien.

BAB 4
Kebutuhan Rumah Sakit dalam Menjawab Tantangan dan Permasalahan Era
Kesehatan 4.0, terutama dari Aspek Data (Umpan Balik FGD PERSI)

Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PERSI) memiliki dasar pemikiran bahwa perlunya
kesiapan RS dalam menyambut era kesehatan 4.0 sesegera mungkin. Tantangan yang ada
diharapkan bukan membuat RS semakin enggan untuk melakukan adaptasi digital, melainkan
bersama-sama mencari solusinya dan berdiskusi dengan seluruh stakeholders termasuk
pimpinan regulasi dan kementerian terkait. Pada tanggal 16 Oktober 2019, PERSI
mengumpulkan beberapa perwakilan dari manajemen RS, asosiasi RS, BPJS, Kemenkes,
Kemkominfo, KARS, IDI, dan asosiasi perguruan tinggi, untuk mengadakan diskusi terfokus
dan mendalam (focus group discussion atau FGD) di Jakarta. Topik yang diangkat adalah
mengenai “Kesiapan Rumah Sakit dalam Menghadapi Era Digitalisasi Menuju Smart
Hospital 4.0”.

Dari proses diskusi selama kurang lebih dua jam, FGD menghasilkan beberapa masukan
mengenai apa saja kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh pihak-pihak manajemen
RS dalam mengembangkan sistem transformasi digital terutama dalam hal pengisian data di
fasilitas pelayanan masing-masing. Adapun kebutuhan RS yang menjadi bahan diskusi dalam
forum tersebut antara lain:

1. Rumah sakit membutuhkan regulasi yang jelas dari pemerintah yang mengatur mengenai:
a. sistem komputasi awan/ cloud
b. jumlah IT programmer minimal di suatu RS untuk menjadi acuan SOP pelayanan RS
c. kerahasiaan dan proteksi big data serta rekam medis elektronik
d. perlindungan konsumen terhadap pelayanan kesehatan berbasis online dan regulasi
yang mengatur mengenai health-tech company;
Semua peraturan diharapkan dibuat dengan sejelas-jelasnya, konsisten dan
harmonis dengan peraturan antar kementerian lainnya serta relatif stabil dan tidak
banyak mengalami perubahan dalam proses implementasinya.
2. Rumah sakit memerlukan kejelasan mengenai hukum perlindungan data pribadi untuk
melindungi data privasi konsumen yang terdapat di dalam Patient Health Record (PHR) dan
big data di sistem cloud  diharapkan RUU hukum perlindungan data pribadi agar segera
disahkan oleh pihak berwenang.

3. Rumah sakit terutama RS swasta membutuhkan dukungan finansial dari pemerintah,


misalnya dengan pembuatan aplikasi teknologi kesehatan yang dapat diperoleh secara gratis
dan mudah digunakan.

4. Rumah sakit membutuhkan kemudahan mengakses sumber data untuk digunakan sebagai
data sharing. Integrasi data yang komprehensif dibutuhkan antar rumah sakit untuk
melakukan kegiatan ini. Di samping itu, perlunya himbauan agar semua RS berkewajiban dan
segera menerapkan SIMRS dari Kemenkes dalam organisasinya. Penerapan SIMRS Kemenkes
di setiap RS membutuhkan sikap yang terbuka dan mau beradaptasi terhadap proses
digitalisasi. Dengan terwujudnya penerapan SIMRS dari Kemenkes secara menyeluruh, akan
tercipta keseragaman sumber data dan data sharing dapat dilakukan secara optimal.

5. Rumah sakit membutuhkan sistem pemberdayaan sumber daya manusia (SDM) terutama
tim programmer IT dan dokter pelaksana yang melayani pasien sehari-hari. Mereka perlu
dibekali dengan manajemen pengetahuan dan keterampilan sebagai persiapan menuju era
digital 4.0. Banyak hambatan yang ditemui justru berasal dari pola pikir dan sikap dari SDM
yang tidak mau berkembang dan terbuka terhadap perubahan.

6. Rumah sakit terutama pihak pimpinan membutuhkan data untuk melakukan analisis efisiensi
organisasi. Data tersebut diharapkan dapat diperoleh secara cepat dan valid sehingga
dibutuhkan sistem penyimpanan dan pengolahan data yang optimal.

BAB 5
Rekomendasi PERSI terhadap Stakeholders Terkait untuk Menjawab Tantangan Era
Kesehatan 4.0
Setelah mengadakan diskusi mengenai kebutuhan apa saja yang diperlukan oleh pihak RS
dalam mempersiapkan diri menuju era transformasi digital, berikut ini disimpulkan beberapa
rumusan rekomendasi dari semua peserta yang diajukan kepada pihak atau stakeholders
terkait, yakni:

Pihak/ Stakeholder yang


NO Isi rekomendasi Catatan
dituju

1 Kementerian Kesehatan, Harmonisasi regulasi mengenai: Peraturan diharapkan


Kemkominfo, dibuat dengan sejelas-
Kemendagri dan a. Sistem komputasi awan/ cloud jelasnya, konsisten, dan
Kementerian terkait b. Jumlah IT programmer minimal di suatu RS untuk harmonis dengan
menjadi acuan SOP pelayanan RS
lainnya peraturan antar
c. Kerahasiaan dan proteksi big data serta rekam
medis elektronik termasuk PHR (patient health kementerian lainnya
record) serta relatif stabil dan
d. Perlindungan konsumen terhadap pelayanan tidak banyak mengalami
kesehatan berbasis online dan regulasi yang perubahan
mengatur mengenai health-tech company
e. UU Hukum Pelindungan Data Pribadi

2 Kementerian Kesehatan a. Aplikasi digital atau sistem komputasi awan /  


cloud yang gratis dan tidak berbayar
b. Dukungan dalam hal finansial

 3 Manajemen Rumah Sakit a. Pemberdayaan SDM di RS terkait : peningkatan Pemberdayaan SDM ini
manajemen pengetahuan dan keterampilan akan juga terkait dengan
pentingnya SIMRS dan hal-hal yang berhubungan penerapan kultur dan
dengan sistem transformasi digital, terutama
budaya kerja di
kepada:
organisasi yang mau
o IT programmer
o Dokter pelayanan medis bersifat terbuka dan
b. Kewajiban dan monitoring semua RS untuk adaptasi terhadap
segera menerapkan SIMRS dari Kemenkes perubahan
sehingga semua RS bisa memiliki sumber data
yang sama
c. Keterbukaan RS untuk melakukan data sharing
dengan pemerintah dan pihak terkait lainnya
guna tercapainya integrasi data yang
komprehensif. Pada akhirnya, data dapat
dianalisis untuk melakukan evaluasi bisnis serta
meningkatkan kualitas pelayanan kepada
masyarakat

4 Manajemen Rumah Sakit Peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam Perlunya edukasi
melakukan pengolahan dan analisa data untuk mengenai peranan big
mendapatkan insight mengenai kelemahan dan kekuatan data dan manfaat sistem
organisasi sehingga pada akhirnya akan digunakan oleh cloud atau komputasi
para decision maker untuk mengembangkan bisnis yang awan sebagai bagian dari
ada peningkatan
pengetahuan dan
keterampilan

KESIMPULAN

Dalam persiapan menuju era disrupsi kesehatan 4.0, masih banyak rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan yang menghadapi berbagai tantangan. Tantangan yang paling utama
dirasakan dari segi ketidakjelasan peraturan perundangan dan kurangnya harmonisasi regulasi
antar kementerian terkait. Selain itu, dari faktor internal, kurangnya sikap terbuka, motivasi,
dan manajemen pengetahuan yang baik dari pihak manajemen rumah sakit, dokter pelayanan
medis, dan tim IT dalam organisasi juga perlu dibenahi. Rumah sakit perlu dimotivasi untuk
segera menerapkan SIMRS dalam pengelolaannya agar terwujud integrasi data yang optimal
dalam skala nasional. Masalah pemanfaatan big data, keamanan dan proteksi data, privasi
data, dan pemanfaatan sistem komputasi awan atau cloud juga menjadi salah satu isu yang
cukup menantang untuk dipahami dan diterapkan di dalam bisnis.

Berbagai rekomendasi terhadap pihak terkait telah dirumuskan di dalam focus group
discussion. Rekomendasi ditujukan kepada pihak pemerintah terutama yang berwenang
mengeluarkan regulasi dan dukungan dari sisi finansial, serta manajemen rumah sakit untuk
meningkatkan komitmen penerapan SIMRS, manajamen pengetahuan analisis big data dan
sistem cloud, serta pemberdayan sumber daya manusia di dalam organisasi. Rekomendasi
tersebut diharapkan dapat menjadi langkah awal terwujudnya sistem kesehatan berbasis
digital yang mampu memberikan layanan kesehatan berkualitas untuk masyarakat Indonesia.

REFERENSI

1. Newman, 2019, “Top 6 Digital Transformation Trends In Healthcare For 2019”, diunduh
dari https://www.forbes.com/sites/danielnewman/2019/01/03/top-6-digital-
transformation-trends-in-healthcare-for-2019/#7c7c0af36911 pada tanggal 15 Oktober
2019.
2. Chilukuri and Kuiken, 2017, “Four keys to successful digital transformations in healthcare”,
diunduh dari https://www.mckinsey.com/business-functions/mckinsey-digital/our-
insights/four-keys-to-successful-digital-transformations-in-healthcare pada tanggal 15
Oktober 2019.
3. Adella, April 2019, “Digitalisasi Pelayanan Kesehatan dengan Penerapan Revolusi Industri
4.0” diunduh dari https://aptika.kominfo.go.id/2019/04/digitalisasi-pelayanan-kesehatan-
dengan-penerapan-revolusi-industri-4-0/ pada tanggal 18 Oktober 2019.
4. Kleyman, 2017, “Utilizing People, Process, and Technology in Health Data Security”,
diunduh dari https://healthitsecurity.com/news/utilizing-people-process-and-technology-in-
health-data-security pada tanggal 15 Oktober 2019.
5. “Lima Tantangan Transformasi Digital Pelayanan Kesehatan di Indonesia”, 26 Maret 2019,
diunduh dari https://medigo.id/jurnal/lima-tantangan-transformasi-digital-pelayanan-
kesehatan-di-indonesia, pada tanggal 18 Oktober 2019.
6. Gareth L. Jones, Zinaida Peter, Kristin-Anne Rutter, and Adam Somauroo, Juni 2019. Diunduh
dari https://www.mckinsey.com/industries/healthcare-systems-and-services/our-
insights/promoting-an-overdue-digital-transformation-in-healthcare pada tanggal 18
Oktober 2019.
7. Gupta, 27 April 2019. “Customer Experience Digital transformation in health care: 5 areas
of immediate growth” diunduh dari https://www.visioncritical.com/blog/digital-
transformation-health-care pada tanggal 18 Oktober 2019.
8. Reddy, 12 Agustus 2019. “Digital Transformation in Healthcare in 2019: 7 Key Trends”
diunduh dari https://www.digitalauthority.me/resources/state-of-digital-transformation-
healthcare/ pada tanggal 18 Oktober 2019.
9. Watson, 2019, “Predictive analytics in health care”, diunduh dari
https://www2.deloitte.com/us/en/insights/topics/analytics/predictive-analytics-health-care-
value-risks.html pada tanggal 15 Oktober 2019.
10. Aboudi and Benhlima, 2018, “Big Data Management for Healthcare Systems: Architecture,
Requirements, and Implementation”, diunduh dari
https://www.hindawi.com/journals/abi/2018/4059018/ pada tanggal 15 Oktober 2019.
11. Djafar, 2019, “Hukum Perlindungan Data Pribadi di Indonesia: Lanskap, Urgensi dan
Kebutuhan Pembaruan”, diunduh dari http://law.ugm.ac.id/wp-
content/uploads/sites/1043/2019/08/Hukum-Perlindungan-Data-Pribadi-di-Indonesia-
Wahyudi-Djafar.pdf pada tanggal 15 Oktober 2019.
12. Lee, 2017, “Knowledge Management Enablers and Process in Hospital Organizations”,
diunduh dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5402843/ pada tanggal 15
Oktober 2019.
13. Michelson, 2019, “Key Considerations for Securing Your Digital Healthcare Cloud”, diunduh
dari https://www.idigitalhealth.com/news/key-considerations-securing-digital-healthcare-
cloud pada tanggal 15 Oktober 2019.
14. Comstock, 2018, “Why healthcare data may be more secure with cloud computing”,
diunduh dari https://www.mobihealthnews.com/content/why-healthcare-data-may-be-
more-secure-cloud-computing pada tanggal 15 Oktober 2019.

Anda mungkin juga menyukai