PORFIRIN
Porfirin adalah suatu senyawa organik yang mengandung empat cincin pirol, suatu cincin
segi lima yang terdiri dari empat atom karbon dengan atom nitrogen pada satu sudut.
Senyawa ini ditemukan pada sel hidup hewan dan tumbuhan, dengan berbagai macam fungsi
biologis. Empat atom nitrogen di tengah molekul porfirin dapat mengikat ion logam seperti
magnesium, besi, seng, nikel, kobal, tembaga, dan perak. Tiap-tiap logam yang diikat akan
memberikan sifat yang berbeda-beda. Jika logam yang diikat di pusat adalah besi, maka
kompleks porfirin disebut ferroporfirin, atau heme.
Empat gugus heme ini dapat bergabung menyusun hemoglobin, molekul dalam sel darah
merah yang berfungsi mengikat oksigen. Sementara vitamin B12 mengandung molekul
porfirin dengan ion kobal di tengahnya. Pada klorofil yang merupakan molekul penting pada
tanaman yang menangkap energi matahari dan memberi warna hijau, molekul porfirin
mengikat ion logam pusat magnesium (Mg).
Sifat khas porfirin:
pembentukan kompleks dengan ion-ion logam yang terikat pada atom N cincin-cincin pirol
Contoh: heme = porfirin + Fe2+
(porfirin besi/heme)
klorofil = porfirin + Mg2+
(porfirin magnesium/klorofil)
Di alam, metaloporfirin terkonjugasi dengan protein membentuk senyawa-senyawa antara
lain:
1. Hemoglobin (Hb)
-merupakan porfirin besi yang terikat pada protein globin
-fungsi: mengangkut O2 di darah
2. Eritrokruorin
-terdapat pada beberapa invertebrata
-fungsi: hampir sama dengan Hb
3. Mioglobin
-pengangkut O2 di jaringan otot (pigmen pernafasan)
4. Sitokrom
-fungsi: pemindah elektron pada proses redoks
5. Katalase
-heme + protein
-pemecah 2H2O2 menjadi 2H2O + O2
6. Triptofan pirolase
-mengkatalisa oksidasi triptofan menjadi formil kinurenin
Fungsi porfirin:
1. Membentuk senyawa sebagai pengangkutan O2
2. Membentuk senyawa sebagai pengangkutan elektron
3. Membentuk senyawa sebagai enzim enzim tertentu
Perbedaan antara porfirin satu dengan yang lain adalah jenis
senyawa yang mensubstitusinya
STRUKTUR PORFIRIN
Menyingkat rumus porfirin dengan menghilangkan jembatan metenil dan setiap cincin pirol
yang diperlihatkan sebagai tanda kurung dengan 8 tanda substituent.
BIOSINTESA HEME
Ada 2 tahap, yaitu:
1. sintesa porfirin
2. sintesa heme
Selama proses metabolisme bahan-bahan di atas, pemakaian heme untuk sintesa sitokrom P
450 meningkat sehingga konsentrasi heme dalam sel menurun yang menyebabkan
meningkatnya amlev sintetase Protoporfirin III + Fe2+ heme sintetase heme ferokelatase (di
mitokondria). Sintesa heme terjadi dalam sebagian besar jaringan mamalia, kecuali eritrosit
dewasa (karena tidak mengandung mitokondria).
Pengendalian biosintesa heme:
Yang pegang peranan adalah amlev sintetase Yang menghambat amlev sintetase:
1. heme
2. apopressor
3. glukosa
4. hematin in vivo
Yang meningkatkan amlev sintetase (karena dimetabolisir di hati dengan menggunakan
hemoprotein spesifik, yaitu:
sitokrom P 450 yang dibuat dari heme):
1. insektisida
2. bahan karsinogen
3. obat-obatan (steroid)
4. hormon estrogen
5. besi dalam bentuk chelated
KIMIA PORFIRIN
Porfirin mengandung nitrogen tersier pada 2 cincin pirolen sehingga bersifat basa lemah dan
adanya gugus karboksil pada rantai sampingnya menyebabkan juga bersifat asam. Titik
isoelektrisnya pada pH 3,0 4,0 mudah diendapkan dalam larutan air Yang berwarna adalah
porfirin dan derivat-derivatnya yang mempunyai spektrum absorbsi pada daerah yang dapat
dilihat dan daerah UV.
Contoh: larutan porfirin dalam HCl 5% mempunyai pita absorbsi pada 400 nm disebut PITA
SORET (ciri-ciri penting!) Hematoporfirin mempunyai 2 pita absorbsi yang lebih lemah pada
550 nm dan 592 nm di samping pita soret -dalam pelarut organik, porfirin menunjukkan 4
pita utama seperti pita soret.
-bila dilarutkan dalam asam mineral kuat atau pelarut organik dan kemudian disinari dengan
UV akan memancarkan fluoresensi merah yang kuat untuk mendeteksi porfirin bebas dalam
jumlah kecil.
HEME DISENTESIS DARI SUKSINIL-KoA & GLISIN
Dua bahan awal sintesis heme adalah suksinil-KoA, yang berasal dari siklus asam sitrat di
mitokondria, dan asam amino glisin. Piridoksal fosfat juga diperlukan dalam reaksi sintesis
heme untuk mengaktifkan glisin. Produk reaksi menggabungkan antara suksinil-KoA dan
glisin adalah asam -amino--ketoadipat, yang cepat didekarboksilasi untuk membentuk aminolevulinat (ALA).
Rangkaian reaksi ini dikatalisis oleh ALA sintase,yaitu enzim penentu kecepatan biosintesis
porfirin dalam hepar mamlia.sintesis ALA terjadi dimittokodria.
Pembentukan Heme Memerlukan Penggabungan Besi dengan Protoporforin
Tahap terakhir sintesis heme adalah penggabungan besi fero dengan protoporfirin dalam
suatu reaksi yang dikatalisis oleh ferokelatase(hemesintase),yaitu ezim metrokondria yang
lain.
Tiga enzim terakir di jalur ini dan ALA sintase terletak di metrokondri,sedangkan enzim
enzim
lain
terletak
di
sitosol.baik
bentuk
dari
eridtroid
maupun
non
Hal yang menarik sifat fotodinamik porfirin adaalah kemungkinan pemakaiannya dalam
terapi kanker jenis tertentu, suatu prosedur yang disebut fototerapi kanker. Tumor sering
membentuk lebih banyak porfirin disbanding jaringan normal. Jadi, Hematoporfirin atau
senyawa terkait dapat diberikan kepada pasien yang mengidap tumor tumor tertentu.
Kemudian, tumor diberi laser asrgon yang akan menyebabkan eksitasi porfirin dan
menimbulkan efek efek sitotoksik.
Spektrofotometri Digunakan untuk Memeriksa Porfirin & Prekursornya
Koporoporfirin dan Uroporfirin bermanfaat secara klinis karena pada porfiria, Koproporfirin
dan Uroporfirin di ekskresikan dalam jumlah besar. Senyawa senyawa ini jika terdapat di
urine atau feses, dapat dipisahkan satu sama lain melalui ekstrasi dengan menggunakan
campuran pelarut yang sesuai. Keduanya lalu di identifikasikan dan dapat diukur dengan
metode spektrofotometri.
ALA dan PBG dalam urine juga dapat diukur dengan uji kolometri yang sesuai.
PORFIRIA ADALAH PENYAKIT GENETIK METABOLISME HEME
Porfiria adalh sekelompok penyakit yang disebabkan oleh abnormalitas jalur biosentesis
heme; penyakit ini dapat bersifat genetic atau didapat. Meskipun tidak prevalen, penyakit ini
penting diingat dalam keadaan tertentu. (mis. Sebagai diagnosis banding nyeri abdomen dan
pada berbagai kelainan neuropsikiatrik); jika tidak, pasien akan mendapat pengobatan yang
tidak tepat.
Fotosensitivitas (lebih senang beraktivitas dimalam hari) dan bentuk tubuh yang aneh
(disfigurement) yang diidap oleh sebagian penderita porfiria eritropoietik congenital
menimbulkan anggapan bahwa para pasien ini mungkin merupakan suatu prototype werewolf
(manusia srigala). Belum ada bukti yang menguatkan anggapan ini.
Biokomia Mendasari Kausa, Diagnosis, & Pengobatan Porfiria
Dilaporkan ada enam tipe porfiria yang terjadi akibat berkurangnya aktivitas enzim-enzim 3
sampai 8. Jadi, pemeriksaan aktivitas satu enzim atau lebih dengan menggunakan sumber
yang tepat (mis. Sel darah merah) penting dalam menegakkan diagnosis pasti pada kasus
yang dicurigai porfiria. Individu dengan penurunan aktivitas enzim 1 ( ALAS2) mengalami
anemia dan bukan porfiria ( Lihatt table 31-2) pasien dengan aktiviitas enzim 2 ( ALA2
HIDRATASE ) yang rendah pernah dilakukan tetapi sangat jarang, kelainan yang timbul
disebut porfiria deisien-ALA dehidratase.
Secara umum, porfiria diwariskan melalui autosom dominan dengan pengecualian porfiria
eritropoetik congenital yang diwariskan secara resesif sebagian porfiria dapat didiagnosi
sebelum kehamilan dengan menggunakan pelacak gen yang sesuai, seperti kebanyakan
kelainan bawaan lain gejala dan tanda porfiria timbul akinat adanya defisiensi produk
metabolic setelah blob enzimatik akibat penimbunan metabolic sebelum blog enzimatik. Jika
kelainan enzim terjadi pada awal jalur reaksi sebelum terjadinya porfirinogen ALA dan PBG
akan menumpuk di jaringan dan cairan tubuh secara klinis pasien mengeluh nyeri abdomen
dan gejala neuropsikiatrik, dipihak lain blogenzim yang terjadi belakangan dalam jalur reaksi
tersebut menyebabkan penimbunan berbagai porfirinogen. Produk-produk oksidasi yaitu
turunan porfirin padanannya menyebabakan fotosensitifitas yakni suatu reaksi terhadap sinar
tamapk terpancar gelombang sekitar 400nm porfirin jika terpajang dengan sinar berpanjang
gelombang ini, diduga akan tereksitasi dan kemudian bereaksi dengan molekul oksigen untuk
membentuk radikal oksigen. Radikal oksigen ini merusak lisosom dan organ lain. Lisosom
yang rusak akan membebaskan enzim-enzim degradatif dan menyebabkan kerusakan kulit
dalam derajat yang berfariasi termasuk pembentukan jaringan parut.
Porfiria dapat diklasifiikasikan berdasarkan organ atau sel yang paling terkena
dampaknya.organ atau sel ini biasanya adalah organ atau sel yang menyintesis heme dengan
sangat aktif.sumsum tulang membentuk cukup banyak hemoglobin,dan hepar juga aktif
dalam menyintesis hemoprotein lain,sitokrom P450.oleh karena itu,salah satu klasifikasi
porfiria nenbagi penyakit ini menjadi eritropoietik atau hepatic.
ALASI adalah enzim regulatorik kunci jalur biosintesis heme di hati.sejumlah besar
obat(mis.barbiturat,griseofulvin)memici enzim.sebagian besar obat ini melakukannya dengan
menginduksi sitokrom P450 yang menggunakan heme sehingga menderepresi (menginduksi)
ALASI.pada pasien porfiria,peningkatan aktifitas ALASI menyebabkan peningkatan kadar
berbagai precursor heme (sebelum hambatan/blok sintesis) yang berpotensi merugikan.
Jadi,konsumsi obat yang dapat memicu sitokrom P450 (yang di sebut sebagai penginduksi
mikrosom) dapat memici serangan porfiria.
Diagnosis tipe tertentu porfiria umumnya dapat di tegakkan berdasarkan gambaran klinis dan
riwayat keluarga,pemeriksaan fisik,dan pemeriksaan laboratorium yang sesuai.
Timbal berkadar tinggi dapat memengaruhi metabolism heme dengan berikatan pada gugus
SH enzim misalnya ferokelatase dan ALA dehidratase. Hal ini memengaruhi metabolism
porfirin. Kadar protoporfirin meningkat di sel darah merah,dan kadar ALA dan koproporfirin
di urine meningkat.
Diharapkan bahwa di masa mendatang porfiria dapat di tingkat gen. prinsip dasar terapi
porfiria adalah simtomatik.
KATABOLISME HEME MENGHASILKAN BILIRUBIN
yang sangat besar, bahkan pada kondisi patologi sekalipun, sistem ini masih dapat membatasi
laju metabolisme bilirubin.
Karena sistem transpor terfasilitasi ini memungkinkan tercapainya keseimbangan antara
kedua sisi membran hepatosit, penyerapan netto bilirubin tergantung pada pengeluaran
bilirubin melalui jalu-jalur metabolik berikutnya. Setalah masuk kedalam hepatosit, bilirubin
berikatan dengan protein sitosol tertentu yang membantu senyawa ini tetap larut sebelum
dikonjugasi. Liganding (Anggota famili glutation S-transferase) dan protein Y adalah proteinprotein tang berperan. Keduanya juga membantu mencegah aliran balik bilirubin kedalam
aliran darah.
Konjugasi Bilirubin dengan Asam Glukuronat Terjadi diHati
Bilirubin bersifat non polar dan akan menetap disel (misalnya terikat pada lipid) jika tidak
dibuat llarut air. Hepatosit mengubah bilirubin menjadi bentuk polar yang mudah
diekskresikan dalam empedu denga menambahkan molekul asam glukurinat kesenyawa ini.
Proses ini disebut konjugasi dan dapat menggunakan molekul polar selain asam glukuronat
(misalny sulfat).
Konjugasi bilirubin dikatalisis oleh suatu glukuronosiltranferase yang spesifik. Enzin ini
terletak di retikulum endoplasma, menggunakan UDP asm glukuronat sebagai donor
glukuronosil, dan disebut sebagai bilirubin UGT. Bilirubin monoglukuronida adalah zat
antara dan kemudian diubah menjadi diglukuronoda. Aktifitas bilirubin UGT dapat diinduksi
oleh sejumlah obat yang bermanfaat secara klinis, mencakup fenobarbital.
Bilirubin Disekresikan ke Dalam Empedu
Sekresi bilirubin terkonjugasi kedalam empedu terjadi oleh suatu mekanisme transpor aktif
yang menetukan laju keseluruhan proses metabolisme bilirubin dihati.
Protein yang berperan adalah MRP-2 (multidrug resistancelike protein) yang juga disebut
multispesific oganic anion transporter (MOAT). Protein ini terletak dimembran plasma
kanilukulus empedu dan menangani sejumlah anion organik. Protein ini meruoakan anggot
famili transporter ATP binding cassette (ABC). Transpor bilirubin terkonjugasi dihati
kedalam empedu dapat diinduksi oleh obat-obatan yang juga mampu menginduksi konjugasi
bilirubin. Jadi, sistem konjugasi dan ekskresi untuk bilirubin bertindak seperti satuan unit
fungsional terpadu.
Biliruin terkonjugasi direduksi manjadi urobilinogen oleh bakteri usus.
Sewaktu bilirubin terkonjugasi mencapai ileum terminal dan usus besar, glukurodina
dikeluarkan oleh enzim bakteri khusus (-glukuronidase), dan pigmen tersebut kemudian
direduksi oleh flora feses. Flora feses menjadi sekelompok senyawa tretrapirol tak berwarna
yang disebut urobilinogen. Di ileum terminal dan usus besar, sebagian kecil urobilinogen
direabsorpsi dan dieksresi ulam melalui hati sehingga membentuk siklus urobilinogen
enterohepatik. Pada keadaan abnormal, terutama jika terbentuk pigmen empedu dalam jumlah
berlebihan atau terdapat [penyakit hati yang mengganaggu siklus intra hepatik ini,
urobilinogen juga dapat diekskresikan ke urine.
Pada keadaan normal, sebagian besar urobilinogen yang tak berwarna dan dibentuk dikolon
oleh klorafeses mengalami oksidasi disana menjadi urobilin (senyawa berwarna) dan
diekskresikan ditinja. Bbertambah gelapnya tinja ketika terkena udara disebabkan oleh
oksidasi urobilin.
HIPERBILIRUBINEMIA MENYEBABKAN IKTERUS
Jika bilirubin darah melebihi 1 mg/dL (17,1 mol/L), hiperbilirubinemia akan timbul.
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh pembentukan bilirubin yang melebihi kemampuan
hati normal untuk mengekskresikannya, atau disebabkan oleh kegagalan hati (karena rusak)
untuk mengekskresikan bilirubin yang diproduksi dalam jumlah normal. Tanpa adanya
kerusakan hati, obstruksi saluran ekskresi hati dengan menghambat ekskresi bilirubin
juga akan menyebabkan hiperbilirubinimenia. Pada semua keadaan ini, bilirubin tertimbun
didalam darah, dan jika konsentrasinya mencapai nilai tertentu (sekitar 2-2,5 mg/dL),
senyawa ini akan berdifusi kedalam jaringan yang kemudian menjadi kuning. Keadaan ini
disebut ikterus atau jaundice.suatu saat van den bergh secara tidak sengaja lupa
menambahkan metanol ketika berupaya memeriksa pigmen empedu didalam empedu
manusia. Dengan terkejut, pembentukan warna normal terjadi secara langsung. Bentuk
bilirubin yang akan bereaksi tanpa penambahan metanol ini kemudian dinamai bilirubin yang
bereaksi langsung. Untuk biblirubin yang dapat di ukur hanya setelah penambahan
metanol ini, kta menggunakan istilah bereaksi tak langsung. Hiperbilirubinemia dapat
diklasifikasikan, bergantung pada jenis bilirubin yang ada diplasmayi. Tak-terkonjugasi
atau terkonjugasi-menjadi hiperbilirubinemia retensi, akibat produksi berlebihan, atau
hiperbilirubinemia regurgitasi, akibat refluks kedalam aliran darah karena obstruksi empedu.