EKSTRAKSI
Disusun Oleh :
Kelompok IV (A8)
2.1 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak
substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Secara garis besar,
proses pemisahan secara ekstraksi terdiri dari tiga langkah dasar yaitu :
1. Penambahan sejumlah massa pelarut untuk dikontakkan dengan
sampel, biasanya melalui proses difusi.
2. Zat terlarut akan terpisah dari sampel dan larut oleh pelarut
membentuk fase ekstrak.
3. Pemisahan fase ekstrak dengan sampel.
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan sifat
tertentu, terutama kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang
berbeda. Pada umumnya ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut yang
didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran,
biasanya air dan yang lainnya pelarut organik. Bahan yang akan
diekstrak biasanya berupa bahan kering yang telah dihancurkan, biasanya
berbentuk bubuk atau simplisia (Sembiring, 2007).
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam. Bahan-bahan aktif seperti senyawa antimikroba dan
antioksidan yang terdapat pada tumbuhan pada umumnya diekstrak
dengan pelarut. Pada proses ekstraksi dengan pelarut, jumlah dan jenis
senyawa yang masuk kedalam cairan pelarut sangat ditentukan oleh jenis pelarut
yang digunakan dan meliputi dua fase yaitu fase pembilasan dan fase ekstraksi.
Pada fase pembilasan, pelarut membilas komponen-komponen isi sel yang telah
pecah pada proses penghancuran sebelumnya. Pada fase ekstraksi, mula-mula
terjadi pembengkakan dinding sel dan pelonggaran kerangka selulosa
dinding sel sehingga pori-pori dinding sel menjadi melebar yang menyebabkan
pelarut dapat dengan mudah masuk kedalam sel.
Bahan isi sel kemudian terlarut ke dalam pelarut sesuai dengan
tingkat kelarutannya lalu berdifusi keluar akibat adanya gaya yang
ditimbulkan karena perbedaan konsentrasi bahan terlarut yang terdapat di dalam
dan di luar sel (Voigt, 1995).
2. Perkolasi
Perkolasi merupakan metode ekstraksi dengan bahan yang disusun secara
unggun dengan menggunakan pelarut yang selalu baru sampai prosesnya
sempurna dan umumnya dilakukan pada suhu ruangan. Prosedur metode ini yaitu
bahan direndam dengan pelarut, kemudian pelarut baru dialirkan secara terus
menerus sampai warna pelarut tidak lagi berwarna atau tetap bening yang
artinya sudah tidak ada lagi senyawa yang terlarut. Kelebihan dari metode
ini yaitu tidak diperlukan proses tambahan untuk memisahkan padatan dengan
ekstrak, sedangkan kelemahan metode ini adalah jumlah pelarut yang dibutuhkan
cukup banyak dan proses juga memerlukan waktu yang cukup lama, serta
tidak meratanya kontak antara padatan dengan pelarut (Sarker, S.D., et al,
2006).
Beberapa jenis metode ekstraksi cara panas, yaitu:
1. Ekstraksi refluks
Ekstraksi refluks merupakan metode ekstraksi yang dilakukan pada titik
didih pelarut tersebut, selama waktu dan sejumlah pelarut tertentu dengan adanya
pendingin balik (kondensor). Pada umumnya dilakukan tiga sampai lima kali
pengulangan proses pada rafinat pertama. Kelebihan metode refluks adalah
padatan yang memiliki tekstur kasar dan tahan terhadap pemanasan langsung
dapat diekstrak dengan metode ini. Kelemahan metode ini adalah membutuhkan
jumlah pelarut yang banyak ( Irawan, B., 2010).
Kedelai merupakan sumber protein, lemak, vitamin, dan mineral seperti K, Fe,
Zn, dan P. Kadar protein kacang – kacangan berkisar antara 20% – 25%,
sedangkan pada kedelai mencapai 40% dimana dibandingkan dengan tanaman
legume lainnya protein pada kedelailah yang paling tinggi. Kadar protein pada
produk olahan dengan bahan dasar kedelai berbeda – beda, misalnya pada tepung
kedelai kadar proteinnya mencapai 50%, pada konsentrat protein kedelai
mencapai 70%, dan pada isolat protein kedelai mencapai 90% (Hidayat, 1999).
Kedelai dikenal sebagai makanan sehat sejak ratusan tahun yang lalu, dimana
konsumsi kedelai tertinggi berada di Asia. Negara dengan rata – rata konsumsi
kedelai harian tertinggi adalah Korea dan Jepang yang mencapai 20 – 30
gram/Hari, diikuti Hongkong dan China mencapai 7 – 8 gra,/hari. Nutrisi pada
kedelai seperti asam amino, asam lemak, Isoflavon, dan zat antigizi seperti asam
fitat, rafinosa, dan stasiosa merupakan indikator penilaian kualitas gizi varietas
kedelai (Fitriana , 2017).
3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan sebagai berikut:
1. Kacang kedelai 200 gram
2. n-Hexana 300 ml
4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapat dalam percobaan ini ditunjukkan pada Tabel
4.1 dan 4.2.
Tabel 4.1 Tahapan Ekstraksi dan Distilasi
N Tahapan Bahan baku Pelarut Suhu (C) Waktu (menit)
o
1. Ekstraksi Kacang kedelai n-Hexana 64 120
2. Distilasi Hasil ekstraksi 90 90
Sumber : (Praktikum Proses Teknik Kimia II, 2021)
4.2 Pembahasan
Bahan baku yang digunakan pada percobaan ini adalah kacang kedelai
menggunakan pelarut polar yaitu n-hexana. Hal ini dikarenakan senyawa
Flavonoid merupakan senyawa polar karena memiliki sejumlah gugus hidroksil
yang tidak tersubstitusi, sehingga pelarut polar lah yang harus digunakan untuk
mengekstrak Flavonoid tersebut. Langkah awal yang dilakukan yaitu proses
pengeringan kacang kedelai untuk menghilangkan kadar air yang terkandung pada
kacang kedelai proses pengeringan juga akan menghindari terurainya kandungan
kimia karena pengaruh enzim. Bahan harus dikeringkan dengan cukup untuk
menghindari pertumbuhan mikroorganisme dan jamur (Kusnadi, 2017).
Kemudian di haluskan yang bertujuan untuk memperluas permukaan kontak,
karena operasi ekstraksi solid-liquid akan berlangsung dengan lebih baik bila
diameter partikel diperkecil. Semakin halus kacang kedelai maka rendemen yang
dihasilkan akan semakin bagus. Begitu pula hambatan difusinya menjadi kecil
sehingga laju difusinya bertambah. Pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi
ini yaitu n-hexana sebanyak 300 ml, metanol bekerja sebagai pelarut untuk
melarutkan minyak atsiri dalam zat-zat yang terkandung lainnya pada kacang
kedelai, karena pelarut yang biasanya digunakan memiliki titik didih rendah tetapi
tetap di atas temperature operasi ekstraksi.
Adapun tahapan yang dilakukan pada percobaan ini yaitu ekstraksi dan
destilasi. Tahap ekstraksi tujuannya adalah untuk mengambil komponen terlarut
dalam suatu padatan dengan menggunakan pelarut dimana suhu yang digunakan
yaitu 64C selama 120 menit. Tahap destilasi tujuannya untuk menguapkan dan
mengkondensasikan n-hexana dengan minyak yang masih bercampur, dimana
suhu yang digunakan adalah 90C selama 90 menit.
Rendemen yang diperoleh dari percobaan ini yaitu 25,9395%. Rendemen
yang dihasilkan dari massa minyak atsiri per massa sampel awal, hal ini
memperlihatkan bahwa perbandingan tersebut adalah kemampuan pelarut optimal
untuk berdifusi ke dalam jaringan tanaman dan mendesak minyak atsiri ke
permukaan. Dan densitas yang diperoleh dari percobaan ini adalah 0,658 gr/ml
didapatkan dengan perbandingan massa minyak atsiri per volume piknometer.
Alat piknometer yang digunakan berukuran 5 ml. jadi bisa disimpulkan bahwa
semakin besar fraksi berat yang terkandung di dalam minyak semakin besar pula
densitasnya.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kesimpulan:
1. Rendemen yang diperoleh pada percobaan ini adalah 25,9395 %.
2. Densitas minyak atsiri kacang kedelai dari hasil percobaan ini yaitu 0,658
gr/ml.
5.2 Saran
Diharapkan pada praktikum selanjutnya juga dilakukan ekstraksi cair-cair
sehingga dapat dibuat perbedaan diantara keduanya (padat-cair dan cair-cair).
Pada praktikum ini dapat juga menggunakan pelarut yang lain, seperti heksana,
toluena, kloroform, eter dan lainnya sehingga dapat membandingkan hasil dari
analisa yang didapat, pada saat melakukan ekstraksi suhu harus konstan tidak
boleh melebihi suhu yang ditentukan jadi harus teliti pada saat memantau dan
tidak boleh ditinggalkan, dan untuk melakukan praktikum diusahakan alat yang
akan digunakan tidak bermasalah.
DAFTAR PUSTAKA
Fitriana, S.A. 2017. Ekstrak Air Kacang Kedelai (Apium Graveolens) Terhadap
Peningkatan Volume Urin Tikus Putih. Program Studi Farmasi S1, Stikes
Harapan Bangsa Purwokerto
Hidayat, F. K. 1999. Ekstraksi Minyak Atsiri dari Daun Jeruk Purut (Critus
hystrix DC) pada Skala Piot-Plant.Skripsi.Jurusan Teknologi Pangan Dan
Gizi. Fakultas Terknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LEMBAR DATA
No Analisa Hasil
1. Rendemen (%) 0,974
2. Densitas (gr/ml) 14,635
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
1. Tahap Ekstraksi
a. Berat sampel = 200 gram kacang kedelai
b. Pelarut = 500 ml metanol
c. Suhu = 64oC
d. Waktu = 120 menit
2. Tahap Destilasi
a. Suhu = 90˚C
b. Waktu = 90 menit
3. Tahap Analisa
a. Rendemen
Erlenmeyer kosong = 102,96gram
Erlenmeyer + minyak atsiri = 154,839 gram
Berat minyak atsiri = 154,839 gr – 102,96 gr
= 51,879 gram
massa
ρ =
volum
3,29 gram
=
5 ml
=0,658 gr/ml
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT
Alat Pemanas
Erlenmeyer
Picnometer
Untuk destilasi larutan. Lubang bawah
tempat air masuk, lubang bawah
tempat air keluar.
Kondensor
Oven
Termometer
Untuk menimbang sampel atau bahan
kimia yang akan digunakan.
Neraca Digital
Gelas Ukur