Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES TEKNIK KIMIA II

EKSTRAKSI

Diajukan untuk memenuhi Tugas Laporan Praktikum Proses Teknik Kimia II

Disusun Oleh :
Kelompok IV (A8)

Khusnul Maria NIM. 180140034


Azril Fahmi NIM. 180140036
Aldilla Zuhra NIM. 180140056
Devia Ayu Setyowati NIM. 180140064
Thahtia Rahma NIM. 180140069
Putri Sara Fhariza NIM. 180140155

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2021
ABSTRAK

Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan


menggunakan pelarut. Ekstraksi bertujuan untuk mendapatkan zat murni atau
beberapa zat murni dari suatu campuran yang disebut sebagai pemurnian dan
untuk mengetahui keberadaan zat dalam suatu sampel (analisa labolatorium).
Kacang kedelai merupakan sumber protein, lemak, vitamin, dan mineral seperti
K, Fe, Zn, dan P. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui proses pengambilan
minyak atsiri dari kacang kedelai serta menentukan kadar minyak atsiri yang
diperoleh per satuan berat kacang kedelai. Pada percobaan ini kacang kedelai
dikeringkan selama 24 jam kemudian dihaluskan dan dilarutkan dengan n-hexana
300 ml kemudian di ekstraksikan selama 120 menit lalu dibiarkan campuran
kacang kedelai dan n-hexana dingin. Kemudian dipisahkan ampas yang ada pada
campuran tersebut dengan menggunakan kertas saring. Selanjutnya hasil
campuran dari kacang kedelai dan n-hexana didistilasi selama 90 menit sehingga
didapat hasil analisa densitas sebanyak 0,658 gr/mol dan rendemen sebanyak
25,9395%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar massa bahan baku dengan
volume pelarutnya maka rendemen minyak atsiri yang didapatkan semakin
banyak dan semakin besar fraksi berat yang terkandung di dalam minyak, maka
semakin besar pula nilai densitasnya.

Kata kunci: Ekstraksi, n-Hexana, Kacang Kedelai, Distilasi, Minyak Atsiri,


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Judul Praktikum : Ekstraksi


1.2 Tanggal Praktikum : 27 April 2021
1.3 Nama Pelaksana : Kelompok IV
1. Khusnul Maria NIM. 180140034
2. Azril Fahmi NIM. 180140039
3. Aldilla Zuhra NIM. 180140056
4. Devia Ayu Setyowati NIM. 180140064
5. Thahtia Rahma NIM. 180140069
6. Putri Sara Fhariza NIM. 180140155
1.4 Tujuan Praktikum : 1. Mengetahui proses pengambilan minyak
dari kacang kedelai
2. Menentukan kadar minyak atsiri yang
diperoleh per satuan berat kacang kedelai
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak
substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Secara garis besar,
proses pemisahan secara ekstraksi terdiri dari tiga langkah dasar yaitu :
1. Penambahan sejumlah massa pelarut untuk dikontakkan dengan
sampel, biasanya melalui proses difusi.
2. Zat terlarut akan terpisah dari sampel dan larut oleh pelarut
membentuk fase ekstrak.
3. Pemisahan fase ekstrak dengan sampel.
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan sifat
tertentu, terutama kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang
berbeda. Pada umumnya ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut yang
didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran,
biasanya air dan yang lainnya pelarut organik. Bahan yang akan
diekstrak biasanya berupa bahan kering yang telah dihancurkan, biasanya
berbentuk bubuk atau simplisia (Sembiring, 2007).
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang
terdapat pada bahan alam. Bahan-bahan aktif seperti senyawa antimikroba dan
antioksidan yang terdapat pada tumbuhan pada umumnya diekstrak
dengan pelarut. Pada proses ekstraksi dengan pelarut, jumlah dan jenis
senyawa yang masuk kedalam cairan pelarut sangat ditentukan oleh jenis pelarut
yang digunakan dan meliputi dua fase yaitu fase pembilasan dan fase ekstraksi.
Pada fase pembilasan, pelarut membilas komponen-komponen isi sel yang telah
pecah pada proses penghancuran sebelumnya. Pada fase ekstraksi, mula-mula
terjadi pembengkakan dinding sel dan pelonggaran kerangka selulosa
dinding sel sehingga pori-pori dinding sel menjadi melebar yang menyebabkan
pelarut dapat dengan mudah masuk kedalam sel.
Bahan isi sel kemudian terlarut ke dalam pelarut sesuai dengan
tingkat kelarutannya lalu berdifusi keluar akibat adanya gaya yang
ditimbulkan karena perbedaan konsentrasi bahan terlarut yang terdapat di dalam
dan di luar sel (Voigt, 1995).

2.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Ekstraksi


Berikut faktor – faktor yang mempengaruhi ekstraksi :
1. Jenis pelarut
Jenis pelarut mempengaruhi senyawa yang tersari, jumlah zat terlarut
yang terekstrak dan kecepatan ekstraksi.
2. Suhu
Secara umum, kenaikan suhu akan meningkatkan jumlah zat terlarut ke
dalam pelarut.
3. Rasio pelarut dan bahan baku
Jika rasio pelarut-bahan baku besar maka akan memperbesar pula
jumlah senyawa yang terlarut. Akibatnya laju ekstraksi akan semakin
meningkat.
4. Ukuran partikel
Laju ekstraksi juga meningkat apabila ukuran partikel bahan baku
semakin kecil. Dalam arti lain, rendemen ekstrak akan semakin besar bila
ukuran partikel semakin kecil.
5. Pengadukan
Fungsi pengadukan adalah untuk mempercepat terjadinya reaksi antara
pelarut dengan zat terlarut.
6. Waktu
Lamanya waktu ekstraksi akan menghasilkan ekstrak yang lebih
banyak, karena kontak antara zat terlarut dengan pelarut lebih lama.
(Ubay, 2011)
2.3 Jenis-jenis Ekstraksi
Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan cara dingin dan cara
panas. Jenis-jenis ekstraksi tersebut sebagai berikut :
1. Ekstraksi Cara Dingin
Metoda ini artinya tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi
berlangsung, tujuannya untuk menghindari rusaknya senyawa yang dimaksud
rusak karena pemanasanan. Jenis ekstraksi dingin adalah maserasi dan perkolasi.
2. Ekstraksi Cara Panas
Metoda ini pastinya melibatkan panas dalam prosesnya. Dengan adanya
panas secara otomatis akan mempercepat proses penyarian dibandingkan
cara dingin. Metodanya adalah refluks, ekstraksi dengan alat soxhlet dan
infusa.

2.4 Metode Ekstraksi


Beberapa metode ekstraksi cara dingin, yaitu :
1. Maserasi atau dispersi
Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut diam
atau dengan adanya pengadukan beberapa kali pada suhu ruangan. Metoda
ini dapat dilakukan dengan cara merendam bahan dengan sekali-sekali dilakukan
pengadukan. Pada umumnya perendaman dilakukan selama 24 jam, kemudian
pelarut diganti dengan pelarut baru. Maserasi juga dapat dilakukan dengan
pengadukan secara sinambung (maserasi kinetik). Kelebihan dari metode ini
yaitu efektif untuk senyawa yang tidak tahan panas (terdegradasi karena
panas), peralatan yang digunakan relatif sederhana, murah, dan mudah
didapat. Namun metode ini juga memiliki beberapa kelemahan yaitu waktu
ekstraksi yang lama, membutuhkan pelarut dalam jumlah yang banyak, dan
adanya kemungkinan bahwa senyawa tertentu tidak dapat diekstrak karena
kelarutannya yang rendah pada suhu ruang.

2. Perkolasi
Perkolasi merupakan metode ekstraksi dengan bahan yang disusun secara
unggun dengan menggunakan pelarut yang selalu baru sampai prosesnya
sempurna dan umumnya dilakukan pada suhu ruangan. Prosedur metode ini yaitu
bahan direndam dengan pelarut, kemudian pelarut baru dialirkan secara terus
menerus sampai warna pelarut tidak lagi berwarna atau tetap bening yang
artinya sudah tidak ada lagi senyawa yang terlarut. Kelebihan dari metode
ini yaitu tidak diperlukan proses tambahan untuk memisahkan padatan dengan
ekstrak, sedangkan kelemahan metode ini adalah jumlah pelarut yang dibutuhkan
cukup banyak dan proses juga memerlukan waktu yang cukup lama, serta
tidak meratanya kontak antara padatan dengan pelarut (Sarker, S.D., et al,
2006).
Beberapa jenis metode ekstraksi cara panas, yaitu:
1. Ekstraksi refluks
Ekstraksi refluks merupakan metode ekstraksi yang dilakukan pada titik
didih pelarut tersebut, selama waktu dan sejumlah pelarut tertentu dengan adanya
pendingin balik (kondensor). Pada umumnya dilakukan tiga sampai lima kali
pengulangan proses pada rafinat pertama. Kelebihan metode refluks adalah
padatan yang memiliki tekstur kasar dan tahan terhadap pemanasan langsung
dapat diekstrak dengan metode ini. Kelemahan metode ini adalah membutuhkan
jumlah pelarut yang banyak ( Irawan, B., 2010).

2. Ekstraksi dengan alat soxhlet


Ekstraksi dengan alat soxhlet merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu
baru, umumnya dilakukan menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi
konstan dengan adanya pendingin balik (kondensor). Pada metode ini, padatan
disimpan dalam alat soxhlet dan dipanaskan, sedangkan yang dipanaskan
hanyalah pelarutnya. Pelarut terdinginkan dalam kondensor, kemudian
mengekstraksi padatan. Kelebihan metode soxhlet adalah proses ekstraksi
berlangsung secara kontinu, memerlukan waktu ekstraksi yang lebih sebentar
dan jumlah pelarut yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan metode maserasi
atau perkolasi. Kelemahan dari metode ini adalah dapat menyebabkan
rusaknya solute atau komponen lainnya yang tidak tahan panas karena
pemanasan ekstrak yang dilakukan secara terus menerus (Sarker, S. D., et al.,
2006; Prashant Tiwari, et al., 2011).
2.5 Pemilihan Pelarut
Salah satu hal kunci yang sangat menentukan dalam pertimbangan desain
proses ekstraksi adalah pemilihan solven yang akan digunakan. Hal-hal yang
perlu diperhatikan diantaranya:
1. Selektivitas atau kemampuan suatu pelarut untuk melarutkan salah satu
komponen zat terlarut. Bandingkan rasio kesetimbangan solute tiap fasa.
2. Kelarutan, pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan
ekstrak yang besar.
3. Kemapuan tidak saling bercampur, pada ekstraksi cair, pelarut tidak boleh
larut dalam bahan ekstraksi.
4. Kerapatan (density) harus menunjukkan konsentrasi zat terlarut dalam
solven. Harus ada perbedaan densitas antar komponen sehingga fasa-fasa
dapat dipisahkan dengan pengendapan.
5. Reaktivitas kimia atau kemampuan untuk bereaksi secara kimiawi antara 2
cairan sehingga dapat diketahui apakah dua larutan tersebut dapat
dicampurkan tanpa bereaksi (inert).
6. Titik didih, titik didih kedua bahan tidak boleh terlalu dekat karena
ekstraksi dan pelarut dipisahkan dengan cara penguapan, distilasi, dan
rektifikasi.
7. Kriteria lain, sedapat mungkin murah, tidak beracun, tidak mudah tebakar,
tidak korosif, viskositas rendah dan stabil secara kimia dan fisika.

(Brady, E. James. 1999)

2.6 Minyak Atsiri Dari Kacang Kedelai


Tanamana kedelai ( Glycine max (L) merrill ) merupakan salah satu tanaman
yang tergolong dalam famili leguminosa. ( kacang – kacangan). Tanaman kedelai
berbentuk semak pendek setinggi 30 – 100 cm. Tanaman kedelai memiliki buah
berbentuk polong dan bijinya berbentuk lonjong (Suprapti, 2003). Tanaman
kedelai adalah tanaman semusim yang penanamannya biasa pada musim kemarau
karena tidak memerlukan banyak air.

Kedelai merupakan sumber protein, lemak, vitamin, dan mineral seperti K, Fe,
Zn, dan P. Kadar protein kacang – kacangan berkisar antara 20% – 25%,
sedangkan pada kedelai mencapai 40% dimana dibandingkan dengan tanaman
legume lainnya protein pada kedelailah yang paling tinggi. Kadar protein pada
produk olahan dengan bahan dasar kedelai berbeda – beda, misalnya pada tepung
kedelai kadar proteinnya mencapai 50%, pada konsentrat protein kedelai
mencapai 70%, dan pada isolat protein kedelai mencapai 90% (Hidayat, 1999).
Kedelai dikenal sebagai makanan sehat sejak ratusan tahun yang lalu, dimana
konsumsi kedelai tertinggi berada di Asia. Negara dengan rata – rata konsumsi
kedelai harian tertinggi adalah Korea dan Jepang yang mencapai 20 – 30
gram/Hari, diikuti Hongkong dan China mencapai 7 – 8 gra,/hari. Nutrisi pada
kedelai seperti asam amino, asam lemak, Isoflavon, dan zat antigizi seperti asam
fitat, rafinosa, dan stasiosa merupakan indikator penilaian kualitas gizi varietas
kedelai (Fitriana , 2017).

2.7 Manfaat Kacang Kedelai


Kedelai merupakan salah satu tanaman anggota kacang-kacangan yang
memiliki kandungan protein nabati yang paling tinggi jika dibandingkan dengan
jenis kacang-kacangan yang lainnya seperti kacang tolo, kacang merah, kacang
hijau, kacang gude dan kacang tanah. Hal tersebut ditegaskan oleh Astawan
(2004) bahwa kedelai utuh mengandung 35-40 % protein paling tinggi dari segala
jenis kacang-kacangan. Ditinjau dari segi protein, kedelai yang paling baik mutu
gizinya, yaitu hampir setara dengan protein pada daging. Protein kedelai
merupakan satu-satunya dari jenis kacang yang mempunyai susunan asam amino
esensial yang paling lengkap.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat-alat
Adapun alat-alat yang digunakan sebagai berikut:
1. Seperangkat alat destilasi
2. Labu leher 3 1 buah
3. Termometer 1 buah
4. Neraca analitik 1 buah
5. Erlenmeyer 250 ml 2 buah
6. Kertas saring 2 buah
7. Corong 2 buah
8. Piknometer 1 buah
9. Aluminium foil secukupnya
10. Botol Sampel 3 buah
11. Kondenser 1 buah
12. Beaker gelas 1 buah
13. Penangas Air 1 buah
14. Oven 1 buah

3.1.2 Bahan-bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan sebagai berikut:
1. Kacang kedelai 200 gram
2. n-Hexana 300 ml

3.2 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang dilakukan sebagai berikut:
3.2.1 Tahap Operasi Untuk Proses Ekstraksi
1. Kacang kedelai dikeringkan dalam oven selama 24 jam dengan suhu
110˚C.
2. Kemudian kacang kedelai yang sudah kering di haluskan.
3. Ditimbang kacang kedelai yang telah dihaluskan sebanyak 200 gram dan
dimasukkan ke dalam labu leher tiga.
4. Dirangkai alat ekstraksi dengan benar.
5. Ditambahkan pelarut n-hexana sebanyak 300 ml kedalam labu leher tiga
kemudian di ekstraksi selama 120 menit.
6. Dibiarkan beberapa saat hingga campuran kacang kedelai dan n-hexana
dingin, kemudian dipisahkan ampas yang ada pada campuran tersebut
dengan menggunakan kertas saring.
7. Tahap selanjutnya dilakukan distilasi hasil campuran kacang kedelai dan
n-hexana selama 90 menit.
3.2.2 Tahap Analisa Densitas
1. Piknometer kosong yang berukuran 5 ml ditimbang.
2. Dimasukkan minyak atsiri kacang kedelai yang telah dihasilkan ke dalam
piknometer tersebut, kemudian ditimbang kembali.
3. Hasil pengurangan antara massa piknometer poin 2 dan poin 1 adalah
massa minyak atsiri.
4. Densitas sampel minyak atsiri daun sirih dapat diketahui dengan rumus :
Berat minyak atsiri daun seledri
Densitas minyak atsiri = .........
Volume pi k nometer
(3.1)

3.2.3 Tahap Analisa Rendemen


1. Erlenmeyer kosong ditimbang.
2. Dimasukkan minyak atsiri ke dalam erlenmeyer 250 ml, kemudian
ditimbang kembali.
3. Hasil pengurangan antara massa erlenmeyer poin 2 dan poin 1 adalah
massa minyak atsiri yang dihasilkan.
4. Rendemen minyak atsiri dapat diketahui dengan menggunakan rumus :
Berat m inyak atsiri
Rendemen minyak atsiri= ×100 .....................
Berat sampel
(3.2)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapat dalam percobaan ini ditunjukkan pada Tabel
4.1 dan 4.2.
Tabel 4.1 Tahapan Ekstraksi dan Distilasi
N Tahapan Bahan baku Pelarut Suhu (C) Waktu (menit)
o
1. Ekstraksi Kacang kedelai n-Hexana 64 120
2. Distilasi Hasil ekstraksi 90 90
Sumber : (Praktikum Proses Teknik Kimia II, 2021)

Tabel 4.2 Hasil Analisa Hasil


No Analisa Hasil
1. Rendemen (%) 25,9395
2. Densitas (gr/ml) 0,658
Sumber : (Praktikum Proses Teknik Kimia II, 2021)

4.2 Pembahasan
Bahan baku yang digunakan pada percobaan ini adalah kacang kedelai
menggunakan pelarut polar yaitu n-hexana. Hal ini dikarenakan senyawa
Flavonoid merupakan senyawa polar karena memiliki sejumlah gugus hidroksil
yang tidak tersubstitusi, sehingga pelarut polar lah yang harus digunakan untuk
mengekstrak Flavonoid tersebut. Langkah awal yang dilakukan yaitu proses
pengeringan kacang kedelai untuk menghilangkan kadar air yang terkandung pada
kacang kedelai proses pengeringan juga akan menghindari terurainya kandungan
kimia karena pengaruh enzim. Bahan harus dikeringkan dengan cukup untuk
menghindari pertumbuhan mikroorganisme dan jamur (Kusnadi, 2017).
Kemudian di haluskan yang bertujuan untuk memperluas permukaan kontak,
karena operasi ekstraksi solid-liquid akan berlangsung dengan lebih baik bila
diameter partikel diperkecil. Semakin halus kacang kedelai maka rendemen yang
dihasilkan akan semakin bagus. Begitu pula hambatan difusinya menjadi kecil
sehingga laju difusinya bertambah. Pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi
ini yaitu n-hexana sebanyak 300 ml, metanol bekerja sebagai pelarut untuk
melarutkan minyak atsiri dalam zat-zat yang terkandung lainnya pada kacang
kedelai, karena pelarut yang biasanya digunakan memiliki titik didih rendah tetapi
tetap di atas temperature operasi ekstraksi.
Adapun tahapan yang dilakukan pada percobaan ini yaitu ekstraksi dan
destilasi. Tahap ekstraksi tujuannya adalah untuk mengambil komponen terlarut
dalam suatu padatan dengan menggunakan pelarut dimana suhu yang digunakan
yaitu 64C selama 120 menit. Tahap destilasi tujuannya untuk menguapkan dan
mengkondensasikan n-hexana dengan minyak yang masih bercampur, dimana
suhu yang digunakan adalah 90C selama 90 menit.
Rendemen yang diperoleh dari percobaan ini yaitu 25,9395%. Rendemen
yang dihasilkan dari massa minyak atsiri per massa sampel awal, hal ini
memperlihatkan bahwa perbandingan tersebut adalah kemampuan pelarut optimal
untuk berdifusi ke dalam jaringan tanaman dan mendesak minyak atsiri ke
permukaan. Dan densitas yang diperoleh dari percobaan ini adalah 0,658 gr/ml
didapatkan dengan perbandingan massa minyak atsiri per volume piknometer.
Alat piknometer yang digunakan berukuran 5 ml. jadi bisa disimpulkan bahwa
semakin besar fraksi berat yang terkandung di dalam minyak semakin besar pula
densitasnya.

Berdasarkan hasil analisa pada percobaan ini bahwa perbandingan massa


bahan baku dengan volume pelarutnya sangat berpengaruh terhadap rendemen
minyak atsiri yang dihasilkan. Tinggi rendahnya rendemen yang didapatkan
dipengaruhi bercampurnya antara pelarut dengan bahan baku. Semakin besar
perbandingan antara bahan baku dengan pelarutnya maka rendemen minyak atsiri
yang didapat semakin banyak dan apabila luas permukaan sampel lebih halus lagi
maka akan menghasilkan minyak atsiri yang maksimal. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan “C. Hanny Wijaya dkk, (2018)” yang menunjukkan
bahwa semakin besar perbandingan rasio massa daun jeruk purut terhadap volume
pelarut, maka rendemen absolut minyak atsiri daun jeruk purut yang diperoleh
semakin meningkat.
Apabila massa bahan baku terlalu banyak dapat menyebabkan pelarut
yang digunakan tidak mampu berdifusi secara optimal. Akibatnya, minyak atsiri
masih banyak yang tertinggal di dalam jaringan bahan baku. Dalam proses
destilasi air-uap, massa bahan baku yang terlalu sedikit juga tidak efisien karena
mengakibatan uap pelarut lebih banyak yang menguap langsung ke kondensor
dari pada yang berdifusi kedalam jaringan sehingga mendesak minyak atsiri ke
permukaan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kesimpulan:
1. Rendemen yang diperoleh pada percobaan ini adalah 25,9395 %.
2. Densitas minyak atsiri kacang kedelai dari hasil percobaan ini yaitu 0,658
gr/ml.

3. Massa bahan baku dengan volume pelarut yang digunakan berpengaruh


terhadap rendemen minyak atsiri pada kacang kedelai.

4. Semakin besar perbandingan massa bahan baku dengan volume pelarut


maka rendemen minyak atsiri yang didapatkan semakin banyak.

5.2 Saran
Diharapkan pada praktikum selanjutnya juga dilakukan ekstraksi cair-cair
sehingga dapat dibuat perbedaan diantara keduanya (padat-cair dan cair-cair).
Pada praktikum ini dapat juga menggunakan pelarut yang lain, seperti heksana,
toluena, kloroform, eter dan lainnya sehingga dapat membandingkan hasil dari
analisa yang didapat, pada saat melakukan ekstraksi suhu harus konstan tidak
boleh melebihi suhu yang ditentukan jadi harus teliti pada saat memantau dan
tidak boleh ditinggalkan, dan untuk melakukan praktikum diusahakan alat yang
akan digunakan tidak bermasalah.
DAFTAR PUSTAKA

Fitriana, S.A. 2017. Ekstrak Air Kacang Kedelai (Apium Graveolens) Terhadap
Peningkatan Volume Urin Tikus Putih. Program Studi Farmasi S1, Stikes
Harapan Bangsa Purwokerto

Hidayat, F. K. 1999. Ekstraksi Minyak Atsiri dari Daun Jeruk Purut (Critus
hystrix DC) pada Skala Piot-Plant.Skripsi.Jurusan Teknologi Pangan Dan
Gizi. Fakultas Terknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Irawan, B. 2010. Peningkatan Mutu Minyak Nilam Dengan Ekstraksi Dan


Destilasi Pada Berbagai Komposisi Pelarut, Tesis, Universitas Diponegoro,
Semarang, Indonesia.
Kusnadi, K., & Devi, E.T. 2017, Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavanoid pada
Ekstrak Daun Seledri (Apium graveolens L.) dengan Metode Refluks.
Pancasakti Science Education Journal, vol. 2, no. 1, pp. 56-67.
Prashant, et al. 2011. Phytochemical Screening And Extraction: A Review,
Internationale Pharmaceutica Scienca, Vol. 1, Issue 1.
Sarker, S. D, Zahid, L. dan Alexander, I. G. 2006. Natural Products Isolution,
Humana Press, New Jersey.
Sembiring, B. 2007. Teknologi Penyiapan Simplisia Terstandar Tanaman Obat.
Balitro. Bogor. Vol 13(2)
Ubay, Bey. 2011. Ekstraksi padat-cair. www.ekstraksi-padat-cair.html diakses
pada tanggal 15 juni 2020
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh Soendani
N. s. UGM Press, Yogyakarta.
LAMPIRAN A
DATA PENGAMATAN

FAKULTAS TEKNIK KIMIA

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

LEMBAR DATA

Modul Praktikum : Ekstraksi


Nama/Nim : 1. Nurrahmat Arif NIM. 170140094
2. Rahmadhani NIM. 170140100
3. Nova Nadya NIM. 170140101
4. Nur Rizqi Fattah Lubis NIM. 170140102
5. Muazzinah NIM. 170140103
6. Renaldi Septianda NIM. 170140139

N Tahapan Bahan baku Pelarut Suhu Waktu


o (C) (menit)
1. Ekstraksi Serai Etanol 60 120
2. Destilasi Hasil ekstraksi Etanol 105 1,5/90

No Analisa Hasil
1. Rendemen (%) 0,974
2. Densitas (gr/ml) 14,635
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

1. Tahap Ekstraksi
a. Berat sampel = 200 gram kacang kedelai
b. Pelarut = 500 ml metanol
c. Suhu = 64oC
d. Waktu = 120 menit

2. Tahap Destilasi
a. Suhu = 90˚C
b. Waktu = 90 menit

3. Tahap Analisa
a. Rendemen
Erlenmeyer kosong = 102,96gram
Erlenmeyer + minyak atsiri = 154,839 gram
Berat minyak atsiri = 154,839 gr – 102,96 gr
= 51,879 gram

berat minyak atsiri


Rendemen = x 100%
berat sampel
berat minyak atsiri
25,9395 % = x 100%
200 gram
25,9395 berat minyak atsiri
=
100 200 gram
berat minyak atsiri
0,259395 =
200 gram
Berat minyak atsiri = 0,259395 x 200
= 51,879

berat minyak atsiri


Rendemen = x 100%
berat sampel
51,879 gram
= x 100%
200 gram
= 25,9395 %

b. Piknometer kosong 5 ml = 12,00 gram


Piknometer + minyak = 15,29 gram

Berat minyak atsiri = 15,29 gr – 12,00 gr


= 3,29 gram

massa
ρ =
volum
3,29 gram
=
5 ml
=0,658 gr/ml
LAMPIRAN C
GAMBAR ALAT

GAMBAR ALAT FUNGSINYA

Untuk memanaskan larutan.

Alat Pemanas

Sebagai tempat yang digunakan untuk


membuat larutan

Erlenmeyer

Untuk mengukur nilai massa jenis atau


densitas fluida.

Picnometer
Untuk destilasi larutan. Lubang bawah
tempat air masuk, lubang bawah
tempat air keluar.

Kondensor

Digunakan dalam proses destilasi.

Labu Leher Tiga

Untuk mengeringkan bahan yang


dalam keadan basah

Oven

Untuk mengukur suhu (temperatur)


atau perubahan suhu.

Termometer
Untuk menimbang sampel atau bahan
kimia yang akan digunakan.

Neraca Digital

Untuk menyimpan dan membuat


larutan.

Gelas Ukur

Anda mungkin juga menyukai