Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH

TAFSIR TARBAWI
SURAH AL-ALAQ

OLEH :

RIZAL

10120130029
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak awal kehadirannya, Islam telah memberikan perhatian yang amat besar terhadap

penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran dalam arti seluas-luasnya. Hal ini antara lain dapat

dilihat pada apa yang secara normatif-teologi ditegaskan dalam al-Qur’an dan al-Sunnah, dan

pada apa yang secara empiris dapat dilihat dalam sejarah. Secara normatif-teologis, sumber

ajaran Islam, al-Qur’an dan al-Sunnah yang diakui sebagai pedoman hidup yang dapat menjamin

keselamatan hidup di dunia dan akhirat, amat memberikan perhatian yang besar terhadap

pendidikan. Demikian pula secara historis empiris, ummat Islam telah memainkan peranan yang

amat signifikan dan menentukan dalam bidang pendidikan yang hasil-hasilnya hingga kini masih

dapat dirasakan. Kemajuan yang dicapai oleh umat Islam dalam bidang pendidikan pada

khususnya dan ilmu pengetahuan pada umumnya telah melampui apa yang dicapai para

pemikiran Yunani klasik seperti Plato dan Aristoteles serta pemikiran Eropa modern seperti

Covernicus, Galilei dan lain sebagainya.

Al-Qu’an adalah kitab suci, pedoman hidup untuk umat manusia sampai akhir zaman. Tiada

kitab yang sangat spesifik, detail serta akurat salain kitab Al-Qur’an dari kejadian sebelum dan

sesudah terjadi, segala macam hal tertera didalamnya.

Mengikuti  alur zaman yang selalu berkembang ini, dan banyak dari manusia yang hanya

mengaku islam tetapi tidak mempelajari dan mengamalkannya sebagai orang

pendidikan  patutlah mempelajari Ilmu yang membahas tentang isi dari Al-Qur’an diantaranya

Ilmu tafsir.
B. Rumusan Masalah

       Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sedikit diatas dapat

dirumuskan masalah, yaitu:

       B.1   Apa makna dari kosah kata dalam suart Al-Alaq ayat 1-5 ?  

       B.2    Apakah isi tafsir yang terkandung dalam surat Al-Alaq ayat 1-5 ?

       B.3    Intisari dari pembahsan surat Al-Alaq ayat 1-5 ?

C.      Tujuan Masalah

       C.1 Memahami kosah kata dalam surat Al-Alaq ayat 1-5

       C.2 Mengatahui serta memahami isi dari surat Al-Alaq ayat 1-5

       C.3 Memahami dan mengamalkan intisari dari surat Al-Alaq ayat 1-5

D.      Manfaat Masalah

       Hasil dari penulisan ini sedik hanya menambah ilmu pengetahuan, menganalisis surat

Al-Alaq ayat 1-5,  serta masih banyak manfaat yang pasti belum kami ketahui yang membahas

surat Al-Alaq  ayat 1-5. Khususnya untuk penulis dan semua pihak dari Jurusan Kependidikan

Islam Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegurusan dan runag lingkup

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


BAB I
PENDAHULUAN

A. Arab dan terjemahan

SURAH AL ALAQ ayat 1-19

ِ ‫س ِم هَّللا ِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِح‬


‫يم‬ ْ ِ‫ب‬
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Bacalah dengan (menyebut)

nama Tuhanmu Yang

menciptakan, ‫ق‬ ْ ‫ا ْق َر ْأ بِا‬


َ َ‫س ِم َربِّكَ الَّ ِذي َخل‬ 1

Dia telah menciptakan manusia

dari segumpal darah. ٍ َ‫ان ِمنْ َعل‬


‫ق‬ َ ‫س‬ َ َ‫َخل‬
َ ‫ق اإل ْن‬ 2

Bacalah, dan Tuhanmulah Yang

Maha Pemurah, ‫ا ْق َر ْأ َو َربُّ َك األ ْك َر ُم‬ 3

Yang mengajar (manusia)

dengan perantaraan kalam. ‫الَّ ِذي َعلَّ َم بِا ْلقَلَ ِم‬ 4

Dia mengajarkan kepada

manusia apa yang tidak

diketahuinya. ‫ان َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬


َ ‫س‬َ ‫َعلَّ َم اإل ْن‬ 5
Ketahuilah! Sesungguhnya

manusia benar-benar melampaui

batas, ‫ان لَيَ ْط َغى‬


َ ‫س‬َ ‫َكال إِنَّ اإل ْن‬ 6

karena dia melihat dirinya serba

cukup. ْ ‫أَنْ َرآهُ ا‬


‫ستَ ْغنَى‬ 7

Sesungguhnya hanya kepada

Tuhanmulah kembali (mu). ُّ ‫إِنَّ إِلَى َربِّ َك‬


‫الر ْج َعى‬

B.  Makna Kosa Kata (Mufradat’)

‫ا ْق َر ْأ‬          :    bacalah

‫بِاس ِْم‬    َ‫ َربِّك‬     :   dengan menyebut nama Tuhanmu

‫ق الَّ ِذي‬
َ َ‫خَ ل‬        :   Yang menciptakan

 َ‫اإْل ِ ن َسانَ خَ لَق‬    :   Dia telah menciptakan manusia

‫ َعلَقٍ ِم ْن‬    :    dari ‘alaq

َ ُّ‫اأْل َ ْك َر ُم َو َرب‬    :    dan Tuhanmu-lah Yang Maha Pemurah


‫ك‬

‫عَلَّ َم الَّ ِذي‬        :    Yang mengajar

‫بِ ْالقَلَ ِم‬            :    dengan qalam


‫اإْل ِ ن َسانَ عَلَّ َم‬      :    Dia mengajarkan kepada manusia

‫يَ ْعلَ ْم لَ ْم َما‬        :    apa yang tidak diketahuinya

C.      Tafsir Ayat

Tafsiran Ayat ke 1 :

1)   Dalam hadis sahih riwayat Bukhari dinyatakan bahwa ke gua Hira’ suatu gua yang terletak di

atas sebuah bukit pinggir kota mekah untuk berkhalwat beberapa malam. Kemudian sekembali

beliau pulang mengambil bekal dari rumah isteri beliau, Khadijah, datanglah Jibril kepada beliau

dan menyuruhnya membaca.

Nabi menjawab : “Aku tidak bisa membaca”. Jibril merangkulnya sehingga Nabi merasa

sesak nafas. Jibril melepaskannya sambil berkata : “Bacalah”. Nabi menjawab : “Aku tidak bisa

membaca”. Lalu dirangkulnya lagi dan dilepaskannya sambil berkata : “Bacalah”. Nabi

menjawab : “Aku tidak bisa membaca” sehingga Nabi merasa payah, maka Jibril membacakan

ayat 1 sampai ayat 5 surat Al ‘Alaq yang artinya.

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptkan.

Dia telah menciptakan manusia dari (sesuatu) yang melekat. Bacalah !,

dan Tuhanmu Yang Paling Pemurah.

Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam.

Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Lalu Nabi saw dengan gemetar dan ketakutan pulang menemui isteri beliau dan mengatakan :

“Selimutilah aku ! Selimutilah aku !”. nabi terus diselimuti sehingga hilanglah kegelisahannya.
Lalu beliau menceritakan kepada Khadijah apa yang terjadi, dan beliau menambahkan : “Aku

sangat kuatir apa yang akan terjadi atas diriku”. Khadijah berkata : “Tak usah kuatir; malah

seharusnya engkau gembira; demi Allah sekali-kali Tuhan tidak akan menyusahkanmu. Engkau

menghubungkan silaturrahmi, berbicara benar, membantu orang-orang yang tidak mampu,

menghormati tamu dan meringankan kesulitan-kesulitan penderita”.

Kemudian Khadijah membawa Nabi saw menemui Waraqah bin Naufal (anak paman

Khadijah). Waraqah bin Naufal ini adalah seorang beragama Nasrani. Ia banyak menulis buku

yang berhasa Arab dan berbahasa Ibrani yang berasal dari Injil. Ia adalah seorang tua lagi buta.

Khadijah berkata kepadanya : “Wahai anak pamanku, dengarlah cerita dari anak saudaramu

ini !”. Lalu waraqah bertanya : “Apakah yang ingin engkau ketahui wahai anak saudaraku?”.

Lalu Nabi saw menceritakan kepadanya apa yang telah terjadi di gua Hira’. Kemudian Waraqah

berkata : “Itu adalah Jibril yang pernah datang menemui Isa as; sekiranya saya ini seorang

pemuda yang tangkas dan kiranya saya masih hidup ketika kaummu mengusirmu”, maka Nabi

bertanya : “Apakah mereka akan mengusir aku?”. Jawab Waraqah : “Ya! hanya sedikit yang

mengemban apa yang engkau bawa ini dan banyak yang memusuhinya, maka jika aku masih

kuat hidup di waktu itu pasti aku akan membantumu sekuat-kuatnya”. Tidak lama sesudah itu

Waraqah pun meninggal dunia.[1]

Berdasarkan hadis tersebut jelaslah bahwa lima ayat pertama surat Al’Alaq ini adalah ayat-

ayat Al Qur’an yang pertama kali diturunkan sebagai rahmat dan panggilan Allah yang pertama

kali yang dihadapkan kepada Nabi saw.

Adapun ayat-ayat lainnya diturunkan sesudah tersiarnya berita kerasulan Nabi saw dan

sesudah Nabi mulai mengajak orang-orang beriman kepadanya. Ajakan Nabi ini pada mulanya

disambut oleh sebahagian kecil orang-orang Quraisy, sedang kebanyakan mereka mengejek-ejek
orang yang telah beriman dan berusaha agar jangan beriman kepada agama yang di bawa

Muhammad dari Tuhannya.

Allah menyuruh Nabi agar membaca, sedang beliau tidak pandai membaca dan menulis, maka

dengan kekuasaan Allah ini beliau dapat mengikuti ucapan Jibril. Dan Allah akan menurunkan

kepadanya suatu Kitab yang akan menjadi petunjuk bagi manusia.

Maksudnya, bahwa Allah yang menjadikan dan menciptakan seluruh makhluk-Nya dari tidak

ada kepada ada, sanggung menjadi Nabi Nya pandai membaca tanpa belajar.

Tafsiran Ayat ke 2 :

2)   Dalam ayat ini Allah mengungkapkan cara bagaimana ia menjadikan manusia; yaitu manusia

sebagai makhluk yang mulia dijadikan Allah dari sesuatu yang melekat dan diberinya

kesanggupan untuk menguasai segala sesuatu yang ada di bumi ini serta menundukkannya untuk

keperluan hidupnya dengan ilmu yang diberikan Allah kepadanya. Dan Dia berkuasa pula

menjadikan insan kamil ( manusia yang sempurna ) di antara manusia, seperti Nabi saw yang

pandai membaca walaupun tanpa belajar.

Tafsiran Ayat ke 3 :

3)   Dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan kembali Nabi Nya untuk membaca, karena bacaan

tidak dapat melekat pada diri seseorang kecuali dengan mengulang-ngulangi dan

membiasakannya, maka seakan-akan peirntah demikian isi bacaan itu menjadi satu dengan jiwa

Nabi saw sesuai dengan maksud firman Allah dalam ayat yang lain pada surat Al'Ala ayat 6 yang

artinya :
Kami akan membacakan (Al Qur’an) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa.[2]

Nabi saw dapat membaca adalah dengan kemurahan Allah. Dia mengabulkan permintaan

orang-orang yang meminta kepada Nya, maka dengan limpahan karunia Nya dijadikan Nabi Nya

pandai membaca. Dengan demikian hilanglah keuzuran Nabi saw yang beliau kemukakan

kepada Jibril ketika menyuruh beliau membaca : “Saya tidak pandai membaca, karena saya

seorang buta huruf yang tak pandai membaca dan menulis”.

Tafsiran Ayat ke 4 :

4)   Kemudian dengan ayat ini Allah menerangkan bahwa Dia menyediakan kalam sebagai alat

untuk menulis, sehingga tulisan itu menjadi penghubung antar manusia walaupun mereka

berjauhan tempat, sebagaimana mereka berhubungan dengan perantaraan lisan. Kalam sebagai

benda pada yang tidak dapat bergerak dijadikan alat informasi dan komunikasi, maka apakah

sulitnya bagi Allah menjadi Nabi Nya sebagai manusia pilihan Nya bisa membaca, berorientasi

dan dapat pula mengajar.

Allah menyatkan bahwa Dia menjadikan manusia dari ‘Alaq lalu diajarinya berkomunikasi

dengan perantaraan kalam. Pernyataan ini menyatakan bahwa manusia diciptakan dari sesuatu

bahan hina dengan melalui proses, sampai kepada kesempurnaan sebagai manusia sehingga

dapat mengetahui segala rahasia sesuatu, maka seakan-akan dikatakan kepada mereka,

“Perhatikanlah hai manusia bahwa engkau telah berubah dari tingkat yang paling rendah hingga

tingkat yang paling mulia, hal mana tidak mungkin terjadi kecuali dengan kehendak Allah Yang

Maha Kuasa dan Maha Bijaksana menciptakan segala sesuatu sesuai dengan kehendak Nya.
Tafsiran Ayat ke 5 :

5)   Kemudian dalam ayat ini Allah menambahkan keterangan tentang limpahan karunia Nya yang

tidak terhingga kepada manusia, bahwa Allah yang manjadikan Nabi Nya pandai membaca. Dia

lah Tuhan yang mengajar manusia bermacam-macam ilmu pengetahuan yang bermanfaat

baginya yang menyebabkan dia lebih utama dari pada binatang-binatang, sedangkan manusia

pada permulaan hidupnya tidak mengetahui apa-apa. Oleh sebab itu apakah menjadi suatu

keanehan bahwa Dia mengajar Nabi Nya pandai membaca dan mengetahui bermacam-macam

ilmu pengetahuan serta Nabi saw sanggup menerimanya.

Dengan ayat-ayat ini terbuktilah tentang tingginya nilai membaca, menulis dan berilmu

pengetahuan. Andaikata tidak karena kalam niscaya banyak ilmu pengetahuan yang tidak

terpelihara dengan baik, banyak penelitian yang tidak tercatat dan banyak ajaran agama hilang,

pengetahuan orang dahulu kala tidak dapat dikenal oleh orang-orang sekarang baik ilmu, seni

dan ciptaan-ciptaan mereka.

Demikian pula tanpa pena tidak dapat diketahui sejarah orang-orang yang berbuat baik atau

yang berbuat jahat dan tidak ada pula ilmu pengetahuan yang menjadi pelita bagi orang-orang

yang datang sesudah mereka. Lagi pula ayat ini sebagai bukti bahwa manusia yang dijadikan dari

benda mati yang tidak berbentuk dan tidak berupa dapat dijadikan Allah menjadi manusia yang

sangat berguna dengan mengajarinya pandai menulis, berbicara dan mengetahui semua macam

ilmu yang tidak pernah diketahuinya.

D.      Hubungan Surat Al’Alaq dengan Ideologi Pendidikan Islam

Sejak awal abad 20 sampai sekarang humanisme merupakan konsep kemanusiaan yang

sangat berharga karena konsep ini sepenuhnya memihak pada manusia, menjunjung tinggi harkat
dan martabat manusia dan menfasilitasi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusia untuk

memelihara dan menyempurnakan keberadaannya sebagai makhluk mulia. Demikian

berharganya konsep ini humanisme ini, maka terdapat sekurang-kurangnya empat aliran penting

yang mengklaim sebagai pemilik asli konsep humanisme, yaitu 1) Liberalisme Barat, 2)

Marxisme, 3) Eksistensialisme, dan 4) Agama.

Keempatnya memiliki titik-titik kesepakatan mengenai prinsip-prinsip dasar kemanusiaan

sebagai nilai universal. Dalam hal ini Ali Syari’ati mendeskripsi ke dalam tujuh prinsip, yaitu :

1.    Manusia adalah makhluk asli, artinya ia mempunyai substansi yang mandiri di antara makhluk-

makhluk lain, dan memiliki esensi kemuliaan.

2.    Manusia adalah makhluk yang memiliki kehendak bebas yang merupakan kekuatan paling

besar dan luar biasa. Kemerdekaan dan kebebasan memilih adalah dua sifat ilahiah yang

merupakan ciri menonjol dalam diri manusia.

3.    Manusia adalah makhluk yang sadar (berpikir) sebagai karakteristik manusia yang paling

menonjol. Sadar berarti manusia dapat memahami realitas alam luar dengan kekuatan berpikir.

4.    Manusia adalah makhluk yang sadar akan dirinya sendiri, artinya dia adalah makhluk hidup

satu-satunya yang memuliki pengetahuan budaya dan kemampuan membangun perasadaban.

5.    Manusia adalah makhluk kreatif, yang menyebabkan manusia mampu menjadikan dirinya

makhluk sempurna di depan alam dan dihadapan tuhan.

6.    Manusia makhluk yang punya cita-cita dan merindukan sesuatu yang ideal, artinya dia tidak

menyerah dan menerima “apa yang ada”, tetapi selalu berusaha megubahnya menjadi “apa yang

semestinya”.

7.    Manusia adalah makhluk moral, yang hal ini berkaitan dengan masalah nilai(value).
Humanisme yang diangkat menjadi paradigma ideologi Islam pada dasarnya juga bertolak

dari ketujuh prinsip dasar kemanusiaan tersebut yang implisit dalam konsep fitrah manusia.

Namun demikian, humanisme dalam pandangan Islam tidak dapat dipisahkan dari prinsip

teosentrisme. Dalam hal ini, keimanan ”tauhid” sebagai inti ajaran Islam, menjadi pusat seluruh

orientasi nilai. Namun perlu diperjelas, bahwa semua itu kembali untuk manusia yang

dieksplisitkan dalam tujuan risalah Islam, Rahmatan lil ’alamin (rahmat bagi seluruh alam).

Dalam ideologi pendidikan islam terdapat proses pendidikan, metode pendidikan, dan juga

media/alat pendidik, diantara ketiga tersebut akan dibahas dibawah ini, yaitu :

a)    Proses Pendidikan

Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen pendidikan oleh

pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Bagaimana proses pendidikan itu

dilaksanakan sangat menentukan kualitas hasil pencapaian tujuan pendidikan. Kualitas proses

pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya.

Kedua segi tersebut satu sama lain saling tergantung. Walaupun komponen-komponennya cukup

baik, seperti tersedianya prasarana dan sarana serta biaya yang cukup, juga ditunjang dengan

pengelolaan yang andal maka pencapaian tujuan tidak akan tercapai secara optimal. Demikian

pula bila pengelolaan baik tetapi di dalam kondisi serba kekurangan, akan mengakibatkan hasil

yang tidak optimal.

Dalam proses pendidikan pun terdapat lima komponen yang diperlukan dalam proses

pendidikan, yaitu :

1.    Anak Didik.
Anak didik merupakan pusat proses pendidikan. Ibarat lakon dalam sinetron, mereka yang

menjadi peran utama dalam setiap proses pendidikan. Peran utama tidak boleh melakukan

adegan diluar skenario yang telah digariskan.  Peran utama justru dianjurkan untuk melakukan

improvisasi. Pemain hanya bisa memilih sebelum lakon dikumandangkan. Mau jenis laga,

drama, atau humor.

2.    Orang Tua.

Sebelum pendidikan yang seperti kita sekarang kita kenal, orang tua berperan sebagai

pendidik utama. Tak heran, bila orang tua berprofesi pedagang, akan mengular sampai sekian

keturunan memilih profesi pedagang. Karena sesungguhnya orang tua berperan sebagai pelatih,

mentor, penyelesai masalah dalam lingkungan keluarga.

Pendidikan yang sesungguhnya ada dalam keluarga. Keluarga yang sangat berpengaruh

dalam perkembangan proses pendidikan. Hampir bisa dipastikan, bahwa orang sukses

dikarenakan faktor keluarga.

3.    Guru.

Setelah pendidikan mengalami perkembangan yang signifikan, tidak mungkin seseorang

menguasai berbagai macam ilmu. Oleh karenanya, keluarga mulai rela melepas proses

pendidikan yang semula di rumah, berpindah ke lembaga pendidikan. Guru yang menerima

estafet amanah untuk membimbing, memiliki peran yang sentral. Karena kedudukan guru

sebagai pendidik, pengajar, berperan sebagai model.

Peran guru yang demikian komplek, mengharuskan selalu menata ulang tata kelola guru.

Tata kelola ini mengarah kepada kepribadian dan profesi. Kalau diibaratkan, bateray harus selalu

dalam kondisi penuh. Selalu dicharge secara terus-menerus.

4.    Sekolah.
Hemat penulis, seharusnya sekolah harus dipilah dengan peran guru. Sekolah mestinya lebih

fokus dalam menangani sarana, system, metode dan teknis. Maka kalau ada lembaga pendidikan

yang telah memilah urusannya masing-masing, model lembaga pendidikan semacam ini bisa

dijadikan contoh. Misalnya, Kepala Sekolah hanya konsentrasi pada kegiatan pembelajaran.

Sementara ada sebuah tim yang telah memikirkan sarananya. Ada tim yang telah menyiapkan

dana.

5.    Lingkungan Masyarakat.

Inilah satu komponan yang terkadang menjadi kambing hitam. Bila ada siswa yang tidak

mentaati tata tertib, akan dengan mudah menuding karena pengaruh lingkungan. Kalau ada

sekolah yang sudah berpuluh tahun tidak berprestasi, akan dengan mudah karena lingkungan

tidak mendukung. Selama sekolah tidak bisa merangkul masyarakat, maka sekolah itu tak akan

pernah mendapat dukungan masyarakat.

b)   Metode Pendidikan

Pendidikan Islam dalam pelaksanaannya membutuhkan metode yang tepat untuk

menghantarkan kegiatan kependidikannya kearah tujuan yang dicita-citakan. bagaimana baik dan

sempurnanya kurikulum pendidikan Islam, ia tidak akan berarti apa-apa, manakala tidak

memiliki metode atau cara yang tepat dalam mentransformasikannya kepada peserta didik .

Secara literal metode berasal dari bahasa Greek yang terdiri dari dua kata, yaitu meta yang

berarti melalui dan hodos yang berarti jalan. Jadi metode berarti jalan yang dilalui, sebagai

dikutip oleh Mohammad Noor Syam secara teknis menerangkan bahwa metode adalah :

1.    Suatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan.

2.    Suatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari ilmu pengetahuan dari suatu

materi tertentu.
3.    Suatu ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur.

Sementara Al-Syaebany, menjelaskan bahwa metode pendidikan adalah segala segi

kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangaka memberikan pelajaran yang

diajarkannya, ciri-ciri perkembangan peserta didiknya, dan suasana alam sekitar untuk mencapai

proses belajar yang diinginkan.

BAB III

PENUTUP

Simpulan :

1.    Manusia dijadikan dari ’Alaq (yang melekat)


2.    Perintah menyuruh baca kepada Nabi Muhammad saw dan dengan perintah tersebut Nabi terus

pandai membaca.

3.    Manusia yang pada mulanya tidak mengetahui apa-apa, lalu pandai membaca, menulis dan

mendapat ilmu pengetahuan berharga.

Di dalam ayat-ayat ini (surat Al’Alaq) terdapat peringatan tentang awal mula penciptaan

manusia adalah dari segumpal darah. Di antara kemurahan Allah ta’ala adalah mengajarkan

kepada manusia tentang hal yang tidak mereka ketahui. Lalu Allah mengangkat derajatnya dan

memuliakannya dengan ilmu. Ilmu inilah ukuran yang membedakan antara bapak manusia Adam

dengan para malaikat.

Ilmu terkadang terdapat di dalam akal pikiran, terkadang di lisan, terkadang di tulisan

tangan. Akal, lisan, dan tulisan. Tulisan selalu berkaitan dengan dua hal lainnya, tidak

sebaliknya.

Dalam kaitan metode pendidikan Islam yang mempunyai peran penting dalam pendidikan

Islam pada hakekatnya metode adalah suatu penerapan yang dilakukan oleh pendidik. Pada

prinsipnya tidak ada metode yang paling ideal untuk semua tujuan pendidikan,semua ilmu dan

mata pelajaran, semua pertumbuhan, semua tahap kematangan, semua pendidik, dan semua

keadaan, yang meliputi proses pendidikan.

Oleh karena itu tidak bisa dihindarkan pendidik hendaknya mengkombinasikan lebih dari

satu metode pendidikan dalam prakteknya dilapangan. Untuk itu sangat penting menerapkan

metode yang relevan dengan semua situasi sehingga tujuan dapat tercapai dengan maksimal.

Anda mungkin juga menyukai