Oleh
Fitri Ariska Malona Nasution, S.Ked
NIM.150611010
Pembimbing
dr. Dicky Noviar, Sp. An
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik
dan hidayahnya sehingga dapat menyelasaikan tugas ini dengan baik dan lancar.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW
bagian Ilmu Anestesi RSU Cut Meutia Aceh Utara dan juga untuk menambah
Dalam hal ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
refarat ini yang telah membimbing saya dengan tulus ikhlas dengan segenap
keilmuannya selama mengikuti KKS di bagian Ilmu Anestesi RSU Cut Meutia.
Dan rasa terima kasih saya kepada seluruh staf RSU Cut Meutia yang telah
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya penulis sangat berharap
kritik dan saran yang membangun. Semoga laporan kasus ini dapat berguna dan
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
pasien. Menurut asal katanya, anestesia berasal dari kata yang berarti “tidak” dan
“estesia” yang berarti “rasa”. Dengan demikian, esia” memiliki arti “tidak berasa”.
ilmu kedokteran. Pasien yang akan menjalani anastesi dan pembedahan baik
anestesi dan pembedahan terhadap fisiologis tubuh dan resiko maupun komplikasi
yang diakibatkannya2.
pemeriksaan fisik yang dilakukan secara lengkap, yang termasuk didalamnya data
riwayat alergi dan respon pasien terhadap tindakan anastesi sebelumnya harus
diketahui. Persiapan perioperatif yang kurang memadai merupakan faktor
yang mendasari yang dapat mempengaruhi hasil operasi. Meskipun skor ASA
mendasari, skor ASA juga dapat digunakan untuk membantu ahli bedah dalam
Terapi Beta-Blocker
Terapi Statin
d. Penilaian ginjal
Gagal ginjal telah dikaitkan dengan peningkatan risiko infeksi bedah dan
masalah penyembuhan luka. Selain itu, gagal ginjal dapat menyebabkan gangguan
pada elektrolit dan keseimbangan cairan, yang dapat memperburuk perubahan
fisiologis yang terjadi selama periode perioperatif. Pada pasien dengan gagal
ginjal yang diketahui atau dicurigai menjalani operasi kolorektal mayor, serum
harus dikirim untuk elektrolit termasuk kalium, magnesium, kalsium, dan fosfat.
Nitrogen urea darah dan tes kreatinin harus diperoleh dan laju filtrasi glomerulus
harus dihitung. Pasien dengan gagal ginjal yang baru didiagnosis harus dievaluasi
oleh nefrolog sebelum operasi. Dialisis dapat diindikasikan jika uremia ditemukan
signifikan12,13.
Pada pasien gagal ginjal, perawatan harus digunakan dalam memilih sediaan
usus. Larutan natrium fosfat (OSP) oral harus dihindari. Risiko utama yang terkait
dengan sediaan ini adalah hiperfosfatemia, yang dapat menyebabkan komplikasi
yang fatal. Perawatan juga harus diberikan pada pasien diabetes dengan fungsi
ginjal dasar normal, di mana terdapat peningkatan risiko gagal ginjal setelah
konsumsi OSP. The US Food dan Drug Administration (FDA) menyarankan
penggunaan sediaan OSP pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, dehidrasi,
dan kelainan elektrolit. Selain itu, hati-hati harus digunakan pada pasien yang
memakai diuretik, penghambat enzim pengubah angiotensin, penghambat reseptor
angiotensin, dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAIDS). Enema natrium fosfat
juga menimbulkan risiko bagi pasien gagal ginjal dengan menyebabkan
hiperfosfatemia dan potensi tetani hiperkalsemik. Jika usus harus dibersihkan
pada pasien ini, larutan polietilen glikol harus digunakan; namun, pilihan teraman
mungkin adalah tidak menggunakan sediaan mekanis sama sekali.
I) Anamnesis
Anamnesa dapat dilakukan secara langsung pada pasien (autoanamnesa)
atau dengan keluarga pasien (hetero anamnesa) yang meliputi :
1. Identitas pasien
misalnya : nama, usia, jenis kelamin, alamat. pekeiaan, dll.
2. Riwavat penyakit pasien sekarang
Penyakit yang sedang diderita pasien dan penyakit penyerta yang dapat
menjadi penyulit anestesi misalnya : penyakit kardiovaskular, penyakit metabolik,
penyakit respiratorik, dll.
3. Riwayat penyakit terdahulu
Penyakit yang pernah diderita pasien yang dapat mempengaruhi
anestesi misalnya : asthma, diabetes.
4. Riwayat alergi
Apakah pasien mempunyai riwayat alergi baik alergi obat, makanan
ataupun alat yang akan dipakai saat anestesi.
5. Riwayat kemungkinan adanya kehamilan
Pada pasien yang hamil pemilihan cara dan obat anestesi harus sangat hati-
hati karena dapat berpengaruh pada kehamilan dan janin.
6. Riwayat anestesi sebelumnya
Apakan pasien pemah dianestesi sebelumnya dan apakah ada masalah
dengan cara atau obat anestesi pada anestesi sebelumnya.
7. Riwayat kebiasaan
Banyak kebiasaan yang akan berpengaruh pada anestesi dan bahkan bisa
menjadi penyulit dalam anestesi misalnya:
a. Rokok
Pasien yang memiliki kebiasaan merokok berat dapat menimbulkan pengaruh
dalam anestesi seperti merangsang batuk, merangsang sekret pada jalan nafas,
memicu atelektasis dan pneumoni pasca bedah, oleh karena itu sebelum dilakukan
anestesi dan pembedahan rokok harus dihentikan minimal 24 jam sebelumnya.
b. Alkohol
Kebiasaan mengkonsums alkohol pada umumnya akan menimbulkan resistensi
terhadap obat-obat anestesi terutama golongan barbiturat sehingga jumlah obat
yang diberikan harus di sesuaikan.
c. Obat-obat yang dikonsumsi
Obat-obatan yang sedang dikonsumsi oleh pasien dapat berpengaruh pada anestesi
sehingga hams diperiksa apakah obatobatan tersebut dapat terus dikonsumsi atau
harus dihentikan sementara.
II) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan secara umum adalah pemeriksaan tinggi
dan berat badan, kesadaran, tanda-tanda anemia, ikterus, sianosis, dehidrasi,
edema, tekanan darah, frekuensi nadi, suhu tubuh, frekuensi nafas dan nyeri.
Secara keseluruhan dilakukan pemeriksaan 5B yaitu : Breath, Blood, Bowel.
Bladder, dan Bone.
Breath (jalan nafas, pola nafas, suara nafas, anatomi dan fungsi paru)
Perhatikan jalan nafas terutama bagian atas dan rencanakan
penatalaksanaan selama anestesi.Evaluasi apakah jalan nafas tersumbat, apakah
ada penyulit dalam intubasi seperti panjang leher, gangguan membuka mulut
(jarak minimal 4 cm), kekakuan otot leher, masalah gigi (ompong, gigi palsu, gigi
goyah), atau lidah yang relatif besar.Hal tersebut dapat menjadi penyulit dalam
pelaksanaan laringoskopi intubasi.
Leher yang pendek maupun panjang akan mempersulit intubasi, untuk
mengetahui apakah panjang leher cukup untuk melakukan intubasi dengan cara
mengukur jarak mentohyoid, yaitu jarak antara mento dengan os. hyoid
dibelakang Adam’s apple. Jarak ideal mentohyoid adalah 4 jari atau 7 cm. Untuk
memeriksa rongga mulut biasanya digunakan pemeriksaan Mallampati, yaitu
dengan mulut terbuka maksimal dan lidah dijulurkan. Pemeriksaan Mallampati ini
dibagi menjadi beberapa derajat, antara lain:
Derajat I : Uvula terlihat semua
Derajat II : Uvula terlihat sebagian
Derajat III : Uvula tidak terlihat tetapi palatum molle terlihat
Derajat IV : Hanya terlihat palatum durum
Periksa juga sistem pemafasan, perhatikan frekuensi nafas, suara nafas,
apakah ada suara nafas tambahan seperti ronki
atau wheezing. Perhatikan gerakan dada saat bemafas simetris atau dan apakah
pasien sesak atau nyeri saat bernafas.
Kardiovaskuler (tensi. suara jantung, kelainan anatomis dan fungsi
jantung)
Periksalah apakah pasien memiliki masalah dengan jantung dan pembuluh
darah, khususnya penyakit katup jantung, hipertensi dan gagal jantung baik kiri
maupun kanan.Pemeriksaan dilakukan dengan melihat adanya peningkatan
tekanan vena, edema pada ekstremitas bawah maupun pembesaran
hepar.Dengarkan suara jantung apakah ada suara tambahan atau tidak.
Sistem saraf (GCS, kelainan saraf pusat atau perifer)
Periksa apakah pasien ada gangguan kesadaran atau tidak, adakah
gangguan pada saraf perifer atau pusat. Hal ini penting untuk pengelo1aan
anestesi baik sebelum, selama dan sesudah anestesi dan bedah.
Gastrointestinal (makan minum terakhir, bising usus, gangguan peristaltik,
gangguan lambung, kehamilan)
Pada abdomen banyak yang harus diperhatikan, pembesaran hepar akibat
konsumsi alkohol atau penyakit lain akan berpengaruh terhadap obat anestesi
yang akan digunakan. Makan minum terakhir harus diperhatikan oleh karena
dapat menimbulkan efek muntah, yang dapat mengakibatkan aspirasi muntahan ke
dalam paru. Jika pasien dalam keadaan hamil harus diperhatikan obat-obat yang
akan diberikan karena dapat berpengaruh pada kehamilan dan janin.
Genitourinaria (produksi urine)
Periksa fungsi ginjal apakah ada gangguan atau tidak, misalnya gagal
ginjal akut. Secara umum urine dapat menggambarkan :
Fungsi ginjal dan salurannya
Kemodinamik penderita
Hidrasi
Hormonal
Pemeriksaan dilakukan dengan memeriksa :
Produksi urine
Serum kreatinin
BUN
Sedimen urine
2.6 Premedikasi
Premedikasi adalah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anesthesia
dengan tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anestesi
diantaranya5 :
b) Induksi intramuscular
Induksi intramuskular biasanya menggunakan ketamin dengan dosis 5-7
mg/kgBB dan setelah 3-5 menit pasien tidur.
c) Induksi inhalasi
Induksi inhalasi hanya dikerjakan dengan halotan atau sevofluran. Induksi
halotan memerlukan gas pendorong O2 atau campuran N2O dan O2. Induksi
dimulai dengan aliran O2 > 4 liter/menit atau campuran N20 :Induksi dengan
enfluran (etran), isofluran (foran, aeran) atau desfluran jarang dilakukan, karena
pasien sering batuk dan waktu induksi menjadi lama. Obat yang digunakan untuk
induksi inhalasi adalah obat-obat yang memiliki sifat-sifat : tidak berbau
menyengat / merangsang, baunya enak, cepat membuat pasien tertidur.
O2 = 3 : 1 aliran > 4 liter/menit, dimulai dengan halotan 0,5 vol %
sampai konsentrasi yang dibutuhkan. Kalau pasien batuk konsentrasi halotan
diturunkan untuk kemudian kalau sudah tenang dinaikkan lagi sampai konsentrasi
yang diperlukan.
Induksi dengan sevofluran lebih disenangi karena pasien jarang
batuk.Walaupun langsung diberikan dengan konsentrasi tinggi sampai 8 vol
%.Seperti dengan halotan konsentrasi dipertahankan sesuai kebutuhan.
SKOR ALDRETE
NO KRITERIA NILAI
1 Aktivitas motorik:
o Mampu menggerakkanempat ekstremitas 2
o Mampu menggerakkan dua ekstremitas 1
o Tidak mampu 0
2 Respirasi:
o Mampu napas dalam, batuk 2
o Sesak atau pernapasan terbatas 1
o Henti napas 0
3 Tekanan darah:
o Berubah sampai 20% dari prabedah 2
o Berubah 20%-50% dari prabedah 1
o Berbubah > 50% dari prabedah 0
4 Kesadaran:
o Sadar baik dan orientasi baik 2
o Sadar setelah dipanggil 1
o Tak ada tanggapan terhadap rangsangan 0
5 Warna kulit:
o Kemerahan 2
o Pucat agak suram 1
o Sianosis 0
dan sesudah anestesi / pembedahan, meliputi semua aspek fisiologis dan patologis
anestesi, yaitu persiapan mental dan fisik pasien yang terdiri dari anamnesis,
bagi pasien, operator dan ahli anestesi. Pre-operative visit bertujuan untuk menilai
kelayakan pasien untuk dilakukan anestesi dan juga untuk menentukan jenis dan
obat anestesi yang akan digunakan. Hal ini penting untuk meminimalisasi resiko