Anda di halaman 1dari 5

27

BAB IV
PEMBAHASAN

Ny.S 32 tahun datang ke IGD RSUD Cut Meutia post SC 5 hari dengan

keluhan panas dibagian perut setelah pulang kerumah, perut menjadi merah dan

keluar cairan di bekas luka operasi. Cairan bau (+) berwarna kuning (+).

Sebelumnya pasien melahirkan bayi perempuan dengan sectio caesarea atas

indikasi preeklamsia berat. Pasien merasakan cemas dengan keadaannya, tidak

nyaman dengan keluarnya cairan di bekas luka operasi nya.

Sebelumnya pasien ini melahirkan sectio caesarea atas indikasi

preeklampsia berat lima hari yang lalu dengan TD 180/130 mmHg, proteinuria +4

kemudia pada tanggal 30 Agustus 2019 pukul 22.15 pasien didorong keruang

operasi untuk melakukan persalinan secara sectio caesarea. Penelitian yang

dilakukan oleh Novitasari, Dyah Ayu (2015) yang mengatakan bahwa salah satu

indikasi dilakukannya sectio caesarea adalah preeklampsia berat untuk

menyelamatkan bayi dan ibunya. Preeklampsia merupakan salah satu penyebab

langsung kematian ibu. Menurut WHO angka kejadian preeklampsia berkisar

antara 0,51-38%. Di negara maju berkisar 6-7% dan eklampsia 0,1-0,7%,

sedangkan di negara berkembang angka kematian ibu disebabkan preeklampsia

masih tinggi. Ibu hamil yang mengalami preeklampsia di negara Amerika, kira-

kira 8%, yang berkembang menjadi eklampsia 5% dan ibu yang meninggal karena

eklampsia dan komplikasinya sebanyak 5%. Hal ini dihubungkan dengan

penelitian yang dilakukan Veibimiaty (2014) yang mengatakan sectio caesaria

dengan indikasi preeklamsia berat adalah proses pengeluaran janin yang dapat
28

hidup di luar kandungan dari dalam uterus ke dunia luar dengan menggunakan

insisi pada perut dan uterus karena adanya hipertensi,edema dan proteinuria untuk

menyelamatkan ibu dan bayinya. Terdapat peningkatan terjadinya sectio caesarea

di RSUD Kendage Tahuna yaitu sebanyak 24,5 %.

Pasien mengatakan perut panas, menjadi merah dan keluar cairan dari luka

bekas operasi setelah 5 hari. Penelitian yang dilakukan Alexander dan daan Rahim

(2016) didapatkan beberapa komplikasi dari sectio caesarea, salah satunya adalah

infeksi. Insidensi infeksi post sectio caesarea terjadi pada 97 dari 1000 pasien dan

dari keseluruhan infeksi post SC adalah 9,6% disebabkan oleh organisme yang

paling umum diisolasi adalah Staphylococcus aureus, anaerob dan

enterobacteriaceae seperti Escherichia coli (E. coli) dan enterococcus.. Penelitian

yang dilakukan oleh Aroub dan Osman (2019) didapatkan bahwa 45% pasien

yang terinfeksi setelah SC dengan beberapa penyebab seperti umur, riwayat SC

sebelumnya, kekebalan tubuh dan keadaan gizi. Terlihat bahwa hubungan infeksi

yang terjadi post SC dikarenakan beberapa faktor seperti umur yang semakin

bertambah umur akan mempengaruhi penyembuhan luka, asupan gizi pada ibu

yang cukup akan mempercepat penyembuhan luka dan adanya benda asing pada

luka bekas operasi tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh Alexander (2016) di UK didapatkan bahwa

infeksi merupakan komplikasi yang terjadi pada pasien SC. Penlitian Tetsuya dan

Helain (2017) mengatakan infeksi muncul dengan panas, merah dibagian sayatan,

yang mempersulit 2-7% pasien dan umumnya berkembang 4 sampai 7 hari..

Ketika infeksi luka berkembang dalam waktu 48 jam, organisme penyebab


29

biasanya adalah grup A atau B-hemolytic Streptococcus. Patogen umum lain yang

terlibat dalam infeksi luka adalah Ureaplasma urealyticum, Staphylococcus

epidermidis, Enterococcus facialis, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan

Proteus mirabilis.

Tatalaksana yang diberikan pada pasien di Ruang Nifas RSUD Cut Meutia

adalah pemberian terapi farmakologi untuk mengurangi gejala dan mengeluarkan

cairan dari dalam perut di bagian luka bekas operasi tersebut sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Fifin dan Djoko (2015) yaitu pola penggunaan

antibiotik profilaksis menunjukkan bahwa penggunaan ceftriaxon sebanyak

55,7%, cefuroxim sebanyak 34,3%, kombinasi ceftriaxon dan metronidazol

sebanyak 10%. Kesesuaian penggunaan antibiotik profilaksis dengan Pedoman

Umum Penggunaan Antibiotik (PPAB) 2011, American Society of Health System

Pharmacist (ASHP) Therapeutic Guideline 2012, Drug Information Handbook

22nd Edition menunjukkan bahwa dari aspek kesesuaian pemilihan rute dan

interval pemberian sebesar 100%, kesesuaian jenis antibiotik profilaksis sebesar

34,3%, kesesuaian dosis sebesar 65,7%, kesesuaian waktu pemberian sebesar

72,9%.
30

DAFTAR PUSTAKA

1. Stephanie,  Andrei ‘Hypertension in pregnancy: Pathophysiology and


treatment.’, Jurnal e-Clinic.2019.

2. Conde-Agudelo A, Villar J, Lindheimer M. World health organization


systematic review of screening tests for preeclampsia. Obstet Gynecol.
2004;104:1367-91.

3. Task Force on Hypertension in Pregnancy, American College of Obstetricians


and Gynecologist. Hypertension in Pregnancy. Washington: ACOG. 2013

4. Canadian Hypertensive Disorders of Pregnancy Working Group, Diagnosis,


Evaluation, and Management of the Hypertensive Disorders of Pregnancy:
Executive Summary. Journal of Obstetrics Gynecology Canada. 2014: 36(5);
416-438

5. Baha M. Sibai JRB. Expectant management of severe preeclampsia remote


from term: patient selection, treatment, and delivery indications. Am J Obstet
Gynecol. 2007;196:514e.-.e9.

6. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo. 2016.

7. Mulyawati I. Dkk. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan


Persalinan Melalui Operasi Sectio Caesarea. Jurnal Kesehatan
Masyarakat.http://journal,unnes.ac.id/index.Php/kemas. 2012.

8. Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo. Jakarta. 2007.

9. Kasdu, Dini. Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta: Puspa Swara.
2003.

10. Ioannis Mylonas, Klaus Friese. Indications for and Risks of Elective Cesarean
Section. Journal of Obstetrics Gynecology.2015.

11. Alexander Field, Haloob Rahim. Complications of caesarean section. .


Journal of Obstetrics Gynecology.2016.
31

12. Aroub Alkaki. et.al. Surgical site infection following abdominal surgery: a
prospective cohort study. 2019.

13.Bratzler, D. W., Dellinger, E. P., Olsen, K. M., Perl, T. M., Auwaerter, P.


G.,Bolon, M. K., et al. Clinical practice guidelines for antimikcrobial
prophylaxis in surgery. Surgical infections, 14(1) , 2013. 73-156.

14. Bereket W, Hemalatha K, Getenet B, Wondwossen T, Solomon A, Zeynudin


A, Kannan S. Update on bacterial infections. European Review for Medical
and Pharmacological Sciences, 16(8): 2012. 1039-1044.

15. Brooks, G. F., Carroll, K. C., Butel, J. S. dan Morse, S. A. Jawetz, Melnick &
Adelberg’s Medical Microbiology 25 . San Fransisco: The McGraw-Hill
Companies, Inc. 2010. 235-378.

16. Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth.


Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC. 2001.

17. Tetsuya., Landy. Surgical site infections after cesarean delivery: pidemiology,
prevention and treatment.2017. 22-25.

18. National Collaborating Centre for Women's and Children's Health. Surgical
site infection: prevention and treatment of surgical site infection. London
(UK): National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE); 2008.

19.Fifin Oktaviani, Djoko Wahyono. Evaluation Ofusingthe Antibiotic


Prophylaxis Toward Insidence Surgical Site Infection In Sectio Caesarea. 2015.
Journal pharmacy.

Anda mungkin juga menyukai