BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.1 Definisi
Hipertensi terjadi ketika tekanan darah sistolik dan diastolik ≥ 140/90 mmHg
dalam urin selama 24 jam atau sama dengan ≥ 1+ dipstick. Preeklampsia dengan
tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg
Beberapa tanda dan gejala dari preeklampsia berat antara lain nyeri epigastrium,
sewaktu bergantung pada beberapa faktor, termasuk jumlah urin. Selain itu juga
dapat disertai dengan keterlibatan organ lain. Kriteria lain preeklampsia berat
yaitu bila ditemukan gejala dan tanda disfungsi organ, seperti kejang, edema paru,
kuadran kanan atas dengan mual dan muntah, serta gejala serebral menetap (sakit
12
kepala, pandangan kabur, penurunan visus atau kebutaan kortikal dan penurunan
kesadaran) ².
3.1.2 Diagnosis
diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang
sama
peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal
lainnya
5. Edema Paru
kuantitas protein urin terhadap luaran preeklampsia, sehingga kondisi protein urin
3.1.3 Tatalaksana
terjadi (terjadi kompetitif inhibition antara ion kalsium dan ion magnesium).
Kadar kalsium yang tinggi dalam darah dapat menghambat kerja magnesium
sulfat.
2. Diueretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru-
paru, payah jantung kongestif atau anasarka. Diuretikum yang dipakai adalah
furosemida.
14
3. Pemberian antihipertensi
karena efek vasodilatasi sangat cepat, sehingga hanya boleh diberikan peroral.
Terminasi kehamilan
Data maternal Data janin
Hipertensi berat yang tidak terkontrol Usia kehamilan 34 minggu
Gejala preeklampsia berat yang tidak Pertumbuhan janin terhambat
berkurang (nyerikepala, pandangan Oligohidramnion persisten
kabur, dsbnya) Profil biofisik < 4
Penuruan fungsi ginjal progresif Deselerasi variabel dan lambat pada
Trombositopenia persisten atau NST
HELLP Syndrome Doppler a. umbilikalis: reversed end
Edema paru diastolic flow
Eklampsia Kematian janin
Solusio Plasenta
Persalinan atau ketuban pecah
3.2.1 Definisi
mengeluarkan bayi dengan melalui insisi pada dinding perut dan didnding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram 8.
keuntunganya adalah parut pada rahim kuat sehingga cukup kecil resiko
menderita rupture uteri (robek rahim) di kemudian hari. Hal ini karna pada masa
nifas, segmen bawah rahim tidak banyak mengalami kontraksi sehingga luka
memanjang dibagian tengah yang memberikan suatu ruang yang lebih besar untuk
mengeluarkan bayi. Namun, jenis ini kini jarang dilakukan karena jenis ini labil,
a) Letak lintang
1) Bila ada kesempitan panggul sectio caesarea adalah cara terbaik dalam
caesarea.
3) Multipara letak lintang dapat lebih dulu dengan cara yang lain
b) Letak bokong
besar, presentasi dahi dan muka bila reposisi dan cara lain tidak berhasil,
2. Gawat Janin
Segera lakukan operasi agar tidak terjadi keracunan atau kematian janin,
Kontra indikasi :
a) Janin mati atau berada dalam keadaan kritis, kemungkinan janin hidup
kecil. Dalam hal ini tidak ada alasan untuk melakukan operasi.
b) Janin lahir ibu mengalami infeksi yang luas dan fasilitas untuksectio
memadai.
3.2.4 Komplikasi
caesarea yang mungkin berasal dari sejumlah sumber, bisa terjadi dari infeksi
ringan yaitu kenaikan suhu beberapa hari saja, sedang yaitu kenaikan suhu lebih
17
tinggi disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung, berat yaitu dengan peritonitis
b) Perdarahan akibat atonia uteri atau banyak pembuluh darah yang terputus
garis kelemahan yang sangat beresiko untuk ruptur pada persalinan berikutnya.
3.3.1 Definisi
disembuhkan, sementara di lain waktu, pada saat tak terduga bisa membuat
frustasi tenaga medis. Salah satu alasan paling umum untuk infeksi sekunder
3.3.2 Etiologi
Pseudomonas sp., dan Escherichia coli 14 . Penelitian yang dilakukan di RSUD Dr.
penyebab ILO di ruang rawat bedah terbanyak adalah Pseudomonas sp. 29,27%,
sp. 25%, Escherichia coli 19,44%, Klebsiella sp. 16,67%, dan Staphylococcus
sekunder :16
1. Umur
tubuh. Ibu nifas post SC dengan umur tua merupakan salah satu penyebab
2. Riwayat persalinan
faktor penyebab terjadinya infeksi pada luka SC. Menurut Varney (2018)
menjelaskan bahwa pada ibu dengan riwayat SC dapat memicu terjadinya infeksi
maksimal, namun persalinan harus kembali terjadi yang menyebabkan luka harus
kembali terbuka.
4. Asupan gizi
proses penyembuhan luka. Gizi yang dibutuhkan ibu nifas pada bulan pertama
kedua energi sebanyak 500 kkal/hari dan protein 12 gram/hari. Pada ibu dengan
luka post SC memerlukan kebutuhan gizi pada protein lebih banyak, karena
protein tinggi berfungsi untuk pembentukan sel-sel jaringan yang baru sehingga
5. Kekebalan tubuh
Pasien dengan faktor imun yang rendah akan lebih rentan terhadap
Faktor lain penyebab infeksi adalah adanya penyakit yang menyertai ibu
sehingga terjadi penipisan protein dan kalori dalam darah. Anemia terjadi karena
pengencaran darah dalam tubuh dan kekuangan zat besi pembentuk sel darah
merah yang menyebabkan penurunan oksigen dan nutrient. Ibu dengan disertai
20
Adanya benda asing dalam luka akan menyebabkan terjadinya infeksi pada
luka.
3.3.4 Patofisiologi
Infeksi sayatan bedah atau infeksi luka dapat terjadi karena adanya
kontaminasi langsung dari area sayatan dengan organisme pada rongga uterus
luka dipengaruhi oleh kebersihan dan nutrisi pada ibu dengan riwayat persalinan
SC. Luka yang tidak dirawat dengan baik yaitu dengan perawatan kebersihan luka
awal luka terasa panas, kemerahan dan terdapat nanah. Infeksi akan semakin
meluas jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat yaitu pengeluaran cairan
dan nanah yang berwarna dan berbau yang menandakan infeksi akut 17.
g) Demam (38ºC)
3.3.6 Pencegahan
Pencegahan infeksi pada ibu nifas post SC dapat dilakukan dengan cara :18
dengan sterile saline solution sampai 48 jam setelah operasi, menjaga kebersihan
luka dengan perawatan ganti balut setiap hari. Perawatan ganti balut dilakukan
dengan larutan betadin dan menutup luka secara steril dengan kasa steril.
dengan tidak membuka tutup luka, menekan nekan luka, dan bekerja terlalu berat
3.3.7 Penatalaksanaan
a) Melakukan kultur specimen pada pus, urin, sputum, darah, feses yang
organisme. Jenis antibiotik yang dapat diberikan pada pasien infeksi luka insisi
(VRE).
mengeluarkan cairan dari luka dengan selang adalah modalitas terapi paling