Anda di halaman 1dari 17

4

BAB 2
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : An. Z

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 3 tahun

Alamat : Batu 12 Cotgirek Lorong Lapangan

Pekerjaan :-

Suku : Aceh

Agama : Islam

Waktu Pemeriksaan : 29 November 2019

2.2 Anamnesis

Keluhan Utama : Bintik-bintik kemerahan

Keluhan Tambahan : Demam, nyeri pada kedua mata, lemas, mata

merah, flu, batuk dan buang air besar 3-4 kali sehari dengan konsistensi cair.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke Puskesmas Lhoksukon dengan keluhan bintik-bintik

kemerahan yang berawal di wajah kemudian menyebar ke seluruh bagian tubuh.

Bintik-bintik kemerahan muncul 3 hari sebelum dibawa orang tuanya ke

puskesmas. Demam dirasakan pasien kurang lebih sudah 3 hari yang lalu disertai

dengan nyeri pada kedua mata disertai mata yang merah. Selain gejala tersebut,

pasien juga mengeluhkan flu dan batuk yang sudah dirasakan 3 hari yang lalu,

4
20

pasien juga mengatakan buang air besar kurang lebih 3-4 kali sehari dengan

konsistensi feses cair (+) yang terjadi 2 hari yang lalu. Selain itu pasien juga

mengeluhkan mengalami nafsu makan makin menurun selama sakit, diketahui

sebelum sakit pasien juga tidak nafsu makan tetapi selama sakit nafsu makannya

makin menurun.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien mengaku bahwa pasien tidak pernah mengalami sakit sebelumnya

dengan keluhan yang sama dan kedatangan pasien kali ini ke Puskesmas

merupakan kunjungan pertama pasien ke Puskesmas Lhoksukon.

Riwayat Pemakaian Obat :

- Pasien mengaku sebelumnya jarang mengalami sakit dan berobat.

- Pasien mengaku pada saat mengalami keluhan penyakit ini tidak

langsung berobat ke Puskesmas, melainkan hanya meminum obat yang di beli di

warung. Namun keluhan dirasakan semakin memberat sehingga pasien

memutuskan untuk berobat ke Puskesmas.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Pasien mengaku tidak ada anggota keluarganya yang mengalami keluhan

yang sama seperti dirinya.

Riwayat Kehamilan Dan Persalinan :

Ibu pasien mengatakan selama kehamilan jarang sekali memeriksakan

kandungannya ke bidan setempat. Selama kehamilan ibu pasien tidak mengalami

sakit yang berat, hanya mual dan muntah di trimester awal kehamilan. Riwayat
20

tekanan darah tinggi, kejang, perdarahan dan sesak nafas saat kehamilan

disangkal.

Pasien merupakan anak pertama dari 2 orang bersaudara, lahir dengan

sectio caesarea di rumah sakit, dengan berat badan lahir sekitar 3000 gram.

Pasien lahir dengan segera menangis. Riwayat kejang, biru, atau kuning setelah

lahir disangkal.

Riwayat Nutrisi

Usia 0-7 bulan pasien diberikan ASI. Setelah itu, pasien tidak diberikan

ASI karena ibu pasien mengaku ASI nya tidak lancar. Pasien diberikan MP-ASI

sejak usia 5 hari. MP-ASI berupa bubur nasi dan pisang. Pasien tidak pernah

diberikan susu formula setelah berhenti ASI. Saat ini pasien makan 2-3 kali

dalam sehari tetapi 1-2 sendok saja. Makan nasi dengan sayur dan lauk berupa

ikan. Pasien jarang mengonsumsi buah-buahan.

Riwayat Imunisasi

Pasien tidak mendapatkan imunisasi dari lahir sampai sekarang

dikarenakan orang tua pasien takut anaknya mengalami cacat.

Riwayat Tumbuh Kembang

Ibu pasien mengatakan tidak terdapat gangguan pertumbuhan pada

anaknya. Pada usia 7 bulan, pasien sudah mampu merangkak, usia 9 bulan dapat

mengucapkan kata ‘ma ma’, usia 10 bulan pasien sudah dapat berdiri sedangkan

pada usia 14 bulan ia sudah dapat berjalan. Pasien lancar berbicara usia 1 tahun

6 bulan.
20

Profil Keluarga

Pasien Z merupakan anak dari Tn. E berumur 31 tahun dan Ny. M yang

berumur 28 tahun. Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara. Pasien

tinggal bersama kedua orang tua dan satu saudaranya serta kakek dan neneknya.

Kedudukan
No Nama dalam Gender Umur Pendidikan Pekerjaan
keluarga
Kepala
1. Tn. E L 31 th SMA Wiraswasta
Keluarga
Ibu rumah
2. Ny. M Ibu P 28 th SMA
tangga
3. An. Z Pasien L 3 th - -

Saudara laki- 3
4. An. U L - -
laki bulan

5. Tn. I Kakek L 62 th SMP Petani

Ibu rumah
6. Ny.H Nenek P 60 th SD
tangga

Karakteristik Demografi Keluarga

a. Identitas Kepala keluarga : Tn. E

b. Bentuk Keluarga : Extended family


20

Ikhtisar keluarga

Tn. I, 62 tahun (Kakek) Ny. H, 60 Tahun (Nenek)

Ny. M, 28 tahun Tn. E, 31 tahun


(Ibu pasien) (Ayah pasien)

An. Z , laki-lali 3 An. U, laki-laki 3


tahun (pasien) bulan (saudara
lakilaki pasien)

Penilaian Status Sosial dan Kesejahteraan Hidup

Status kepemilikan rumah : Milik sendiri

Daerah perumahan : Ramai


Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan
Luas rumah : + 6 x 10 m 2 Keluarga pasien tinggal di
Jumlah penghuni dalam satu rumah : 6 orang
Luas halaman rumah: + 1 x 2 m2 rumah milik sendiri yang
Atap rumah: seng dengan plafon triplek
Lantai rumah dari: semen halus berukuran + 6 x 10 m2,
Dinding rumah dari: papan
Jamban keluarga : ada berbentuk rumah sederhana
Tempat bermain: tidak ada
Penerangan listrik : milik pribadi terdiri atas 2 kamar dan 1
Ketersediaan air bersih: air sumur (+)
Tempat pembuangan sampah : tidak memiliki ruangan tengah, dan 1 dapur.
20

tempat pembuangan sampah

Rumah memiliki 2 jendela

diruang tamu, 1 jendela di

dapur dan 1 jendela di masing-

masing kamar, namun lebih

sering tertutup dari pada

terbuka. Atap rumah terdiri

dari seng, dengan plafon

rumah dari triplek, dinding dari


Penilaian Perilaku Kesehatan Keluarga

- Jenis tempat berobat : Puskesmas

- Asuransi/ Jaminan Kesehatan : BPJS

Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)

Faktor Keterangan Kesimpulan


20

Cara mencapai pusat Keluarga dan pasien Letak puskesmas jauh


pelayanan kesehatan dari tempat tinggal
menggunakan kendaraan
pasien ± 13 km,
pribadi berupa motor
sehingga untuk
untuk menuju ke mencapai puskesmas
keluarga pasien
puskemas
menggunakan
transportasi sepeda
motor.
Tarif pelayanan Menurut keluarga tidak Untuk biaya pengobatan
ada biaya pelayanan diakui oleh keluarga
kesehatan
kesehatan yang pasien yaitu setiap kali
dibayarkan di puskesmas datang berobat tidak
dipungut biaya dan
pelayanan Puskesmas
dirasakan keluarga
pasien memuaskan.
Kualitas pelayanan Menurut keluarga Saat ini pasien dirawat
kualitas pelayanan
kesehatan di ruang rawat inap
kesehatan memuaskan.
dengan fasilitas bed dan

ranjang, infus terpasang,

kipas angin, kamar

mandi.

Status Sosial dan Kesejahteraan Keluarga


20

Ayah pasien bekerja sebagai wiraswasta dan ibu sebagai Ibu Rumah

Tangga, pendapatan orang tua pasien ± Rp.1.000.000 setiap bulannya sehingga

tidak cukup untuk membiayai kebutuhan sehari-hari keluarga.

Pola Konsumsi Makanan Keluarga

An.Z dan keluarganya memiliki kebiasaan makan antara 2-3 kali dalam

sehari. Pasien memiliki nafsu makan yang kurang sebelum sakit, 1-2 kali dalam

sehari tetapi sekali makan hanya 1-2 sendok saja, dan ibu pasien juga

mengatakan anaknya sulit makan sejak umur 1 tahun.

2.3 Pemeriksaan Fisik

Status
Kesadaran Compos Mentis
Generalis
TD 105/110 mmHg
77x/ menit, irama teratur, pulsasi
Nadi
normal
Pernapasan 19x/ menit
Suhu 37,8oC
Berat badan 9,6 kg
Tinggi badan 90 cm
Status Gizi BB/U = -3 SD sampai dengan < - 2 SD = Gizi kurang
TB/U = Normal
BB/TB = < - 3 SD = Sangat kurus
Kepala Normosefali, edema (-), scar (-) rambut tidak mudah dicabut
Wajah Edema (-), kulit sawo matang, bintik-bintik merah (+)
Mata Konjungtiva pucat (-/-), sklera merah (+), palpebra edema (-/-)
Telinga Normotia (-/-), secret (-/-)
Bentuk normal, tidak ada deviasi septum, pendengaran normal
Hidung
pada kedua telinga
20

Bibir edema (-), sianosis (-) Simetris; stomatitis angularis (-);

Mulut gusi : hiperemia (-), perdarahan (-); lidah : glositis (-), atropi

papil lidah (-); gigi : karang gigi (-), mukosa : normal.


Thoraks Paru
Inspeksi :

Bentuk simetris, barel chest (-)

Pergerakan dinding dada simetris

Permukaan dinding dada: hiperpigmentasi (-),

spidernevi (-), vena kolateral (-)

Penggunaan otot bantu nafas (-)

Palpasi :

Pergerakan dinding dada simetris

Fremitus raba simetris (+/+)

Deviasi trakea (-)

Nyeri tekan (-)

Perkusi :

Sonor ( +/+)

Nyeri ketok (-)

Auskultasi :

`Vesikuler (- /-), Ronchi (-/-), Wheezing (-/-),

Jantung
20

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat.

Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS V.

Perkusi :

batas kanan jantung : ICS II linea parasternalis dextra.

batas kiri jantung : ICS V linea midclavicularis sinistra.

Auskultasi : bj 1 > bj 2, murmur (-), gallop (-).


Inspeksi :

Bentuk: distensi (-)

Umbilicus: masuk merata

Permukaan kulit : sikatrik (-), pucat (-), sianosis (-), vena

kolateral (-), bintik-bintik kemerahan (+)


Abdomen

Auskultasi : metallic sound (-), bising aorta (-)

Palpasi : massa (-), nyeri tekan (-), hepar/lien/renal : tidak

teraba

Perkusi : timpani, shifting dullness (-)

Ekstremitas

Hangat (+); edema (-); deformitas (-); tremor (-); clubbing finger (-); sianosis (-);

bintik-bintik merah (+)

Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianosis Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Oedema Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Fraktur Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
20

2.4 Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan pemeriksaan

2.5 Diagnosis Kerja

Campak

2.6 Diagnosis Banding

 Rubella

 Roseola

 Parvovirus

 Demam scarlet

2.7 Penatalaksanaan

2.7.1 Upaya Promotif

- Memberikan edukasi kepada orang tua pasien untuk mengenali gejala

dini dari penyakit campak agar segera memeriksakan ke puskesmas untuk

mencegah terjadinya komplikasi.


20

- Memberikan edukasi kepada orang tua pasien untuk memberikan

makanan yang bergizi kepada anaknya, makanan yang disediakan harus benar-

benar matang dan bersih.

- Menyarankan kepada orang tua pasien untuk membuka jendela setiap

hari agar sirkulasi udara (ventilasi) baik dan cahaya matahari dapat masuk ke

dalam rumah sehingga menurunkan kelembaban udara didalam rumah.

2.7.2 Upaya Preventif

Memisahkan atau mengisolasi tempat tidur ataupun tempat makan pasien

agar anggota keluarga lain tidak tertular penyakit tersebut.

2.7.3 Upaya Kuratif

- Paracetamol syr 3 x cth1

- Vitamin A kapsul merah dosis 200.000 IU

- Cefadroxil syr 1x1

- Cetrizine syr 1x1

- Curcuma plus syr 2x1

- Asupan makanan yang bergizi dan cairan yang cukup

2.7.4 Upaya Rehabilitatif

Jika terdapat gejala batuk yang semakin memberat yang disertai sesak

nafas, demam yang tidak turun, diare, nyeri telinga, nyeri kepala, kejang, atau

adanya tanda-tanda perubahan status mental segera bawa ke dokter.

2.7.5 Upaya Psikososial


20

Meningkatkan kepedulian orangtua terhadap kesehatan anak termasuk

makanan yang dikonsumsi anak sehari-hari dan kebiasaan agar anak menerapkan

perilaku hidup bersih dan sehat.

2.8 Prognosis

- Quo ad vitam : bonam

- Quo ad fungsionam : bonam

- Quo ad sanationam : bonam

2.9 Anjuran

- Minum obat secara teratur sesuai dengan anjuran dokter dan petugas

kesehatan

- Melakukan imunisasi agar terhindar dari penyakit lainnya serta

menguatkan kekebalan tubuh

- Memperbaiki status gizi dengan makan-makanan yang bergizi dan

seimbang, guna meningkatkan imunitas tubuh

2.10 Faktor Resiko Lingkungan Fisik dari Penyakit

1. Ventilasi ruangan

Jendela dan lubang ventilasi selain sebagai tempat keluar masuknya

udara juga sebagai lubang pencahayaan dari luar, menjaga aliran udara di dalam

rumah tersebut tetap segar. Menurut indikator pengawasan rumah, luas ventilasi

yang memenuhi syarat kesehatan adalah = 10% luas lantai rumah dan luas
20

ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah < 10% luas lantai rumah.

Luas ventilasi rumah yang < 10% dari luas lantai (tidak memenuhi syarat

kesehatan) akan mengakibatkan berkurangnya konsentrasi oksigen dan

bertambahnya konsentrasi karbondioksida yang bersifat racun bagi penghuninya.

Disamping itu, tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan peningkatan

kelembaban ruangan karena terjadinya proses penguapan cairan dan penyerapan

kulit. Kelembaban ruangan yang tinggi akan menjadi media yang baik untuk

tumbuh dan berkembangbiaknya mikroorganisme patogen. Selain itu, luas

ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan mengakibatkan

terhalangnya proses pertukaran udara yang masuk ke dalam rumah. Ventilasi

ruangan pada rumah pasien tidak cukup memadai sehingga tidak terjadi

pertukaran udara yang baik didalam rumah.

2.   Pencahayaan Sinar Matahari

Cahaya matahari selain berguna untuk menerangi ruangan juga

mempunyai daya untuk membunuh mikroorganisme. Cahaya matahari masuk ke

dalam rumah melalui jendela atau ventilasi. Rumah pasien memiliki 2 jendela

dengan ukuran 200 cm x 140 cm diruang tamu dan 2 di kamar dengan ukuran

100 cm x 80 cm tetapi jarang sekali dibuka, sehingga cahaya matahari sangat

sedikit yang masuk ke dalam rumah.

3. Kepadatan penghuni rumah

Semakin padat penghuni rumah akan semakin cepat pula udara di dalam

rumah tersebut mengalami pencemaran. Karena jumlah penghuni yang semakin


20

banyak akan berpengaruh terhadap kadar oksigen dalam ruangan tersebut, begitu

juga kadar uap air dan suhu udaranya. Pasien tinggal di sebuah rumah dengan

anggota keluarga 6 orang, sehingga dapat memudahkan terjadinya penularan

atau infeksi pada setiap anggota keluarga jika daya tahan tubuh lemah.

2.11 Faktor Risiko Lingkungan Biologi Dari Penyakit

Virus yang menyebabkan terjadinya penyakit campak yaitu Morbili

virus. Seluruh anggota keluarga yang tinggal serumah berisiko untuk terkena

campak jika ventilasi dirumah tidak baik dan imunitas tubuh yang lemah karena

penyebaran virus ini melalui air borne disease.

2.12 Faktor Risiko Lingkungan Sosial Dari Penyakit

2.12.1 Sosial Ekonomi

Pasien berusia 3 tahun dan belum memasuki usia sekolah, sehingga

setiap harinya ia bersama dengan nenek,ibu dan adik laki-laki dirumah.

Sedangkan, ayahnya yang bekerja sebagi wiraswasta, pulang ke rumah hanya

seminggu sekali dan kakeknya yang bekerja sebagai petani, pulang ke rumah

siang hari. Pasien sering bermain dengan tetangganya yang seumuran

dengannya, yang juga terdiagnosa campak tetapi tidak di rawat dikarenakan

orang tua pasien merasa mampu mengobati anaknya dirumah. Intensitas paparan

yang terlalu sering menyebabkan virus dapat mudah menular ke pasien.


20

Kondisi ekonomi pada keluarga ini tergolong rendah serta untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari kurang minimal.

2.12.2 Pendidikan dan Pengetahuan

Rendahnya tingkat pengetahuan mengenai pentingnya imunisasi,

perilaku hidup bersih dan sehat dalam rumah tangga dan pencegahan penyakit

campak menyebabkan pasien mengalami penyakit campak.

2.13 Penentuan Masalah Kesehatan

Penentuan masalah kesehatan penyakit campak ialah:

a. Campak merupakan penyakit yang dapat menular melalui percikan ludah

dari hidung mulut maupun tenggorokan penderita campak (air borne disease),

penyakit ini juga dapat dipengaruhi oleh imunitas yang rendah. Lingkungan

rumah yang tidak sehat sehingga bakteri dapat berkembang biak.

b. Keadaan gizi yang kurang baik juga dapat mempengaruhi imunitas yang

menyebabkan pasien rentan terserang penyakit.

c. Rendahnya tingkat pengetahuan tentang imunisasi campak yang sangat

penting pada anak dapat mempengaruhi virus dengan mudah menyerah sistem

imun tubuh yang dapat menyebabkan penyakit campak.

d. Rendahnya tingkat pengetahuan tentang penyakit campak dan

penanganannya dapat penyebabkan keterlambatan penanganan.


20

e. Keadaan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat secara

langsung dan tidak langsung juga dapat menyebabkan terjadinya penyakit

campak.

2.14 Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)

KIE yang dapat diberikan kepada pasien dan keluarganya berupa:

1. Edukasi mengenai campak :

a. Bahwa penyakit campak merupakan suatu penyakit menular yang

disebabkan oleh virus.

b. Bahwa penyakit campak merupakan penyakit yang dapat menular dan

penularannya dapat dicegah.

c. Bahwa penyakit campak dapat disembuhkan dengan menjaga pola hidup

sehat dan teratur meminum obat.

2. Edukasi mengenai pentingnya imunisasi dasar.

3. Edukasi mengenai pentingnya ventilasi dan pencahayaan yang baik

untuk menciptakan rumah yang sehat.

4. Edukasi tentang lingkungan sehat dan bersih untuk meningkatkan tingkat

kesehatan.

5. Deteksi dini pada keluarga juga perlu dilakukan, sehingga apabila ada

anggota keluarga atau tetangga yang memiliki gejala serupa, dianjurkan

untuk segera berobat ke puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai