DOSEN PEMBIMBING :
SARIF, S.ST
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dalam waktu yang
ditentukan. Makalah yang berjudul “MAKALAH HIDROSEFALUS” ini, disusun sebagai
salah satu tugas kelompok mata kuliah “KEPERAWATAN MENEJLANG AJAL DAN
PALIATIF”. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang ikut
membantu baik langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu, segala saran dan kritik dari semua pihak ataupun pembaca sangat
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan lebih dan bermanfaat bagi semuanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..1
DAFTAR ISI .....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG .....................................................................................3.3
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................3.3
C. TUJUAN ..........................................................................................................3.4
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................5
A. Definisi Hidrosefalus .......................................................................................5.5
B. Etiologi Hidrosefalus .......................................................................................5.6
C. Patofisiologi Hidrosefalus ...............................................................................5.7
D. Pathways……………………………………………………………..………5.8
E. Tanda dan Gejala……………………………………………………………..5.9
F. Manifestasi klinis Hidrosefalus.........................................................................5.9
G. Klasifikasi Hidrosefalus ....................................................................................10
H. Komplikasi Hidrosefalus ..................................................................................10
I. Pemeriksaan penunjang ....................................................................................11
J. Pentalaksanaan Hidrosefalus ............................................................................12
K. Prognosis Hidrosefalus……………………………………………….……….14
BAB III TEORI ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................15
A. Pengkajian .........................................................................................................15
B. Diagnosa keperawatan ......................................................................................16
C. Intervensi keperawatan .....................................................................................16
BAB IV PENUTUP ..........................................................................................................22
A. KESIMPULAN ................................................................................................22
B. SARAN ............................................................................................................22
Daftar Pustaka…………………………………………….…………………...………...23
BAB I
PENDAHULUAN
2
A. latar Belakang
Hidrosefalus pada anak dapat didiagnosis dan diterapi sejak dini. Diagnosis dapat
ditegakkan dengan melihat adanya empat tanda hipertensi intrakranial. Pemeriksaan
penunjang seperti USG dapat membantu penegakan diagnosis di masa prenatal maupun
postnatal, sedangkan CT Scan dan MRI pada masa postnatal. Terapi pada kasus ini
sebaiknya dilakukan secepat mungkin. Pada kebanyakan kasus, pasien memerlukan
tindakan operasi shunting namun terdapat pula pilihan atau terapi alternatif non-shunting
seperti terapi etiologik dan penetrasi membran. Prognosis ditentukan oleh berbagai macam
faktor, di antaranya adalah kondisi yang menyertai, durasi dan tingkat keparahan, serta
respon pasien terhadap terapi. Tingkat kematian pada pasien hidrosefalus dengan terapi
shunting masih tinggi karena berbagai komplikasi yang terjadi, salah satunya adalah
infeksi pasca operasi.5,6 Hidrosefalus bukanlah suatu penyakit tunggal melainkan hasil
akhir dari proses patologis yang luas baik secara kongenital maupun akibat dari kondisi
yang didapat. Gejala klinis, perubahan dan prognosis jangka panjang dari hidrosefalus
akan bervariasi tergantung dari usia saat munculnya onset dan keadaan yang menyertai
serta yang menjadi penyebabnya. Sangat penting untuk mempertimbangkan banyak hal
yang mempengaruhi kondisi ini sehingga penatalaksanaan yang paling tepat dapat
direncanakan dan dilaku.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah penyakit jantung rematik itu?
2. Bagaimana etiologi penyakit jantung rematik?
3. Apa saja klasifikasi dari penyakit jantung rematik?
4. Bagaimana patofisiologi penyakit jantung rematik?
5. Apa saja manifestasi klinis pada penyakit jantung rematik?
6. Pemeriksaan penunjang apa saja yang diperlukan pada penyakit jantung rematik?
7. Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit jantung
rematik?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
3
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui berbagai
hal yang berhubungan dengan hidrosefalus dan dapat merancang berbagai cara untuk
mengantisipasi masalah serta dapat melakukan asuhan pada kasus hidrosefalus.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengrtian dari Hidrosefalus
b. Mengetahui Etiologi dan Patofisiologi dari Hhidrosefalu
c. Mengetahui Tanda dan Gejala Hidrosefalus
d. Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik dan Komplikasi pada Hidrosefalus
e. Mengetahui Penatalaksanaan dari Hidrosefalus
f. Mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien Hidrosefalus
BAB II
PEMBAHASAN
4
A. DEFINISI
Hydrochepalus yaitu timbul bila ruang cairan serebro spinalis interna atau eksternal
melebar ( Mumenthaler, 1995).
Hydrocephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Kongenital
Merupakan hydrocphalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan sehingga pada
saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil, terdesak oleh banyaknya cairan dalam
kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu
2. Non Kongenital
Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar dengan penyebabnya yaitu
penyakit – penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana
pengobatannya tidak tuntas.Pada hydrocephalus didapat pertumbuhan otak sudah
sempurna, tetapi kemudian teganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan
intrakranial sehingga perbedaan antara hydrocephalus kongenital dan hydrocephalus
non kongenital terletak pad pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya.
Berdasarkan letak obstruksi CSF hydrocephalus pada bayi dan anak ini juga dalam 2
bagian, terbagi yaitu;
5
hydrocephalus kongenital adalah pada sistem ventikel sehingga terjadi bentuk
hydrocephalus nonkomunikan.
B. ETIOLOGI
1. Sebab-sebab Prenatal
Sebab prenatal merupakan faktor yang bertanggung jawab atas terjadinya
hidrosefalus kongenital yang timbul in- utero ataupun setelah lahir. Seabb-sebab ini
mencakup malformasi ( anomali perkembangan sporadis ), infeksi atau kelainan
vaskuler. Pada sebagian besar pasien banyak yang etiologi tidak dapat diketahui dan
untuk ini diistilahkan sebagai hidrosefalus idiopatik
2. Sebab-sebab Postnatal
Penyebab sumbatan aliran CSF, Penyebab sumbatan aliran CSF yang sering terdapat
pada bayi dan anak – anak. Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada
bayi adalah.
1. Kelainan bawaan
a. Stenosis Aquaductus sylv
Merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-90%) Aquaductus
dapat berubah saluran yang buntu sama sekali atau abnormal ialah lebih sempit dari
biasanya. Umumnya gejala Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat
pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
b. Spina bifida dan cranium bifida
Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula
spinalis dengan medula oblongata dan cerebelum, letaknya lebih rendah dan
menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian/total.
6
c. Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan akibat
Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel terutama ventrikel IV
sehingga merupakan krista yang besar di daerah losa posterior.
d. Kista Arachnoid
Dapat terjadi conginetal membai etiologi menurut usi
e. Anomali Pembuluh Darah
2. Infeksi
Infeksi mengakibatkan perlekatan meningen (selaput otak) sehingga terjadi obliterasi
ruang subarakhnoid,misalnya meningitis.
3. Perdarahan
4. Neoplasma
Terjadinya hidrosefalus disini oleh karena obstruksi mekanis yang dapat terjadi di
setiap aliran CSS. Neoplasma tersebut antara lain:
Tumor Ventrikel kiri
Tumorfosa posterior
Pailoma pleksus khoroideus
Leukemia, limfoma
5. Degeneratif.
Histositosis incontentia pigmenti dan penyakit krabbe.
6. Gangguan Vaskuler
Dilatasi sinus dural
Thrombosis sinus venosus
Malformasi V. Galeni
Ekstaksi A. Basilaris
C. PATOFISIOLOGI
Hidrocephalus ini bisa terjadi karena konginetal (sejak lahir), infeksi (meningitis,
pneumonia, TBC), pendarahan di kepala dan faktor bawaan (stenosis aquaductus sylvii)
sehingga menyebabkan adanya obstruksi pada system ventrikuler atau pada ruangan
subarachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut
dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan
tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matter terdapat pemeliharaan yang bersifat
selektif, sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak
mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tiba – tiba / akut
dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu
merupakan kasus emergency.
Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk
mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak
akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan.Stenosis aquaductal (Penyakit
keluarga / keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel
laterasl dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan
dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker
akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV
7
melebar dan fossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah
tentorium. Klien dengan tipe hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrum
yang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional.
Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi
ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelum
ventrikjel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF
pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 –
8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkan kematian.
D. PATHWAYS
Peningkatan TIK
Immobilisasi Resiko infeksi
Resiko ketidakefektifan perfusi
Resiko kerusakan
jaringan otak
integritas kulit
8
Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama kelamaan
menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh peningkatan dimensi
ventrikel lateral dan anterior – posterior diatas proporsi ukuran wajah dan bandan bayi.
Puncak orbital tertekan kebawah dan mata terletak agak kebawah dan keluar dengan
penonjolan putih mata yang tidak biasanya. Tampak adanya dsitensi vena superfisialis dan
kulit kepala menjadi tipis serta rapuh.
Uji radiologis terlihat tengkorak mengalami penipisan dengan sutura yang terpisah
pisah dan pelebaranvontanela. Ventirkulogram menunjukkan pembesaran pada sistim
ventrikel . CT scan dapat menggambarkan sistim ventrikuler dengan penebalan jaringan
dan adnya massa pada ruangan Occuptional.
Pada bayi terlihat lemah dan diam tanpa aktivitas normal. Proses ini pada tipe
communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus dengan menyebabkan atrofi
optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian, jika anak hidup maka akan
terjadi retardasi mental dan fisik.
F. MANIFESTASI KLINIK
Kepala bisa berukuran normal dengan fontanela anterior menonjol, lama kelamaan
menjadi besar dan mengeras menjadi bentuk yang karakteristik oleh peningkatan dimensi
ventrikel lateral dan anterior – posterior diatas proporsi ukuran wajah dan bandan bayi.
Puncak orbital tertekan ke bawah dan mata terletak agak kebawah dan keluar dengan
penonjolan putih mata yang tidak biasanya. Tampak adanya dsitensi vena superfisialis dan
kulit kepala menjadi tipis serta rapuh.
roses ini pada tipe communicating dapat tertahan secara spontan atau dapat terus
dengan menyebabkan atrofi optik, spasme ekstremitas, konvulsi, malnutrisi dan kematian,
jika anak hidup maka akan terjadi retardasi mental dan fisik.
a. Bayi
1. Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun.
2. Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi tegang,
keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
3. Tanda – tanda peningkatan tekanan intracranial antara lain :
Muntah
Gelisah
Menangis dengan suara ringgi
Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan
pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi – stupor.
9
4. peningkatan tonus otot ekstrimitas
5. Dahi menonjol atau mengkilat dan pembuluh – pembuluh darah terlihat jelas
6. Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera terlihat seolah – olah diatas iris
7. Bayi tidak dapat melihat ke atas, ‘‘Sunset Eyes”
8. Strabismus, nystagmus, atropi optic
9. Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas
b. Anak yang telah menutup suturanya;
Tanda – tanda peningkatan intarakranial
Nyeri kepala
Muntah
Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas
Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun
Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer
Strabismus
Perubahan pupil
G. KLASIFIKASI
H. KOMPLIKASI
I. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Selain dari gejala-gejala klinik, keluhan pasien maupun dari hasil pemeriksaan fisik
dan psikis, untuk keperluan diagnostik hidrosefalus dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan
penunjang yaitu;
2. Transimulasi
Syarat untuk transimulasi adalah fontanela masih terbuka, pemeriksaan ini dilakukan
dalam ruangan yang gelap setelah pemeriksa beradaptasi selama 3 menit. Alat yang
dipakai lampu senter yang dilengkapi dengan rubber adaptor. Pada hidrosefalus,
lebar halo dari tepi sinar akan terlihat lebih lebar 1-2 cm.
3. Lingkaran kepala
Diagnosis hidrosefalus pada bayi dapat dicurigai, jika penambahan lingkar kepala
melampaui satu atau lebih garis-garis kisi pada chart (jarak antara dua garis kisi 1
cm) dalam kurun waktu 2-4 minggu. Pada anak yang besar lingkaran kepala dapat
normal hal ini disebabkan oleh karena hidrosefalus terjadi setelah penutupan suturan
secara fungsional.
Tetapi jika hidrosefalus telah ada sebelum penutupan suturan kranialis maka
penutupan sutura tidak akan terjadi secara menyeluruh.
4. Ventrikulografi
Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras mengisi ruang
ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah menutup untuk
memasukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada kranium bagian frontal atau
oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit, dan mempunyai risiko yang tinggi. Di
rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT Scan, prosedur ini telah ditinggalkan.
5. Ultrasanografi
Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG diharapkan
dapat menunjukkan system ventrikel yang melebar. Pendapat lain mengatakan
pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai nilai di
dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan oleh karena USG
11
tidak dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya
pada pemeriksaan CT Scan.
6. CT Scan Kepala
Pada hidrosefalus obstruktif CT Scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari
ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari
occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan
adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikans gambaran CT Scan menunjukkan dilatasi ringan dari
semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah
sumbatan
J. PENATALAKSANAAN
Penanganan hidrocefalus masuk pada katagori ”live saving and live sustaining”
yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan
bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian sehingga
prinsip pengobatan hidrocefalus harus dipenuhi yakni:
12
dihubiungakan dengan selang yang ditanam di bawah kulit hingga tidak terlihat dari
luar.
5. Pengobatan modern atau canggih dilakukan dengan bahan shunt atau pintasan jenis
silicon yang awet, lentur, tidak mudah putus.
Ada 2 macam terapi pintas/ “ shunting “:
a. Eksternal
CSS dialirkan dari ventrikel ke dunia luar, dan bersifat hanya sementara.
Misalnya: pungsi lumbal yang berulang-ulang untuk terapi hidrosefalus tekanan
normal
b. Internal
1. CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain :
Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor-Kjeldsen)
Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronhus.
Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum.
Teknik Shunting:
1. Sebuah kateter ventrikular dimasukkan melalui kornu oksipitalis atau kornu frontalis,
ujungnya ditempatkan setinggi foramen Monroe.
2. Suatu reservoir yang memungkinkan aspirasi dari CSS untuk dilakukan analisis.
3. Sebuah katup yang terdapat dalam sistem Shunting ini, baik yang terletak proksimal
dengan tipe bola atau diafragma (Hakim, Pudenz, Pitz, Holter) maupun yang terletak
di distal dengan katup berbentuk celah (Pudenz). Katup akan membuka pada tekanan
yang berkisar antara 5-150 mm, H2O.
4. Ventriculo-Atrial Shunt. Ujung distal kateter dimasukkan ke dalam atrium kanan
jantung melalui v. jugularis interna (dengan thorax x-ray ® ujung distal setinggi 6/7).
Ventriculo-Peritneal Shunt :
13
Komplikasi yang sering terjadi adalah infeksi VP shunt. Infeksi umumnya akibat
dari infeksi pada saat pemasangan VP shunt. Infeksi itu meliputi septik, Endokarditis
bacterial, infeksi luka, Nefritis shunt, meningitis, dan ventrikulitis. Komplikasi VP shunt
yang serius lainnya adalah subdural hematoma yang di sebabkan oleh reduksi yang cepat
pada tekanan ntrakranial dan ukurannya. Komplikasi yang dapat terjadi adalah peritonitis
abses abdominal, perforasi organ-organ abdomen oleh kateter atau trokar (pada saat
pemasangan), fistula hernia, dan ilius.
K. PROGNOSIS
14
BAB III
TERORI ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Pengumpulan data : nama, usia, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat
b. Riwayat Penyakit / keluhan utama : Muntah, gelisah, nyeri kepala, lelah apatis,
penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
c. Riwayat Penyakit dahulu
Antrenatal : Perdarahan ketika hamil
Natal : Perdarahan pada saat melahirkan, trauma sewaktu lahir
Postnatal : Infeksi, meningitis, TBC, neoplasma
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Pengkajian persiste
B1 ( Breath ) : Dispnea, ronchi, peningkatan frekuensi napas
B2 ( Blood ) : Pucat, peningkatan systole tekanan darah, penurunan nadi
B3 ( Brain ) : Sakit kepala, gangguan kesadaran, dahi menonjol dan
mengkilat, pembesaran kepala, perubahan pupil, penglihatan ganda, kontruksi
penglihatan perifer, strabismus ( juling ), tidak dapat melihat keatas “ sunset
eyes ”, kejang
B4 ( Bladder ) : Oliguria
B5 ( Bowel ) : Mual, muntah, malas makan
B6 ( Bone ) : Kelemahan, lelah, peningkatan tonus otot ekstrimitas
3. Pemeriksaan Fisik
a. Masa bayi :
kepala membesar , Fontanel Anterior menonjol, Vena pada kulit kepala dilatasi dan
terlihat jelas pada saat bayi menangis, terdapat bunyi Cracked- Pot ( tanda
macewe),Mata melihat kebawah (tanda setting – sun ) , mudah terstimulasi, lemah,
kemampuan makan kurang, perubahan kesadaran, opistotonus dan spatik pada
ekstremitas bawah.pada bayi dengan malformasi Arnold- Chiari, bayi mengalami
kesulitan menelan, bunyi nafas stridor, kesulitan bernafas, Apnea, Aspirasi dan
tidak reflek muntah.
b. Masa Kanak-Kanak
Sakit kepala, muntah, papil edema, strabismus, ataxsia mudah terstimulasi ,
Letargy Apatis, Bingung, Bicara inkoheren.
15
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Lingkar Kepala pada masa bayi
b. Translumiasi kepala bayi, tampak pengumpulan cairan serebrospinalis yang
abnormal
c. Perkusi pada tengkorak bayi menghasilkan "suara khas"
d. Opthalmoscopi menunjukan papil edema
e. CT Scan
f. Foto Kepala menunjukan pelebaran pada fontanel dan sutura serta erosi tulang intra
cranial
g. Ventriculografi ( jarang dipakai ) : Hal- hal yang Abnormal dapat terlihat di dalam
system ventrikular atau sub – arakhnoid.
B. Diagnosa keperawatan
1. Risiko ketidak efektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan peningkatan CSS
2. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan imobilisasi fisik
3. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
4. Difisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi
C. Intervensi keperawatan
1. Risiko ketidak efektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan peningkatan CSS
Tujuan : Perfusi jaringan pasien efektif dalam waktu 2x24
jam.
Kriteria hasil :
1. Kulit tidak pucat
2. Membran mukosa lembab
3. Keluaran urine adekuat
4. Tidak terjadi mual/muntah dan distensi abdomen
5. Tidak terjadi perubahan tekanan darah
Intervensi utama : pemantauan tekanan intrakranial
Observasi
16
Identifikasi penyebab peningkatan TIK (mis. Lesi menempati ruang, gangguan
metabolisme, edema serebral, peningkatan tekanan vena, obtrukasi aliran
cairan serebrospinal, hipertensi intrakranial idio pati)
Monitor peningkatan TD
Monitor pelebaran tekanan nadi (selisi TDS dan TDD)
Monitor penurunan prekwensi jantung
Monitor ireguleritas irama nafas
Monitor penurunan tingkat kesadaran
Monitor perlambatan atau ketidak simetrisan respon pupil
Monitor kadar Co2 dan pertahankan dalam rentang yang di indikasikan
Monitor tekanan perfusi serebral
Monitor jumlah, kecepatan, dan karakteristik drainase ciaran serebrospinal
Monitor efek stimulus lingkungan terhadap TIK
Terapeutik
Ambil sampel drainase cairan serebrospinal
Kalibrasi tranduser
Pertahankan sterilitas sistem pemantauan
Pertahankan posisi kepala dan leher netral
Bilas sistem pemantauan, jika perlu
atur intervel memantauan sesuai kondisi pasien
dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
informasikan hasil pemantauan, jika perlu
17
ajarkan teknik untuk mengantisipasi atau mengurangi ketidak nyamanan akibat
tindakan, jika perlu
Edukasi
Jelaskan tujuan memprosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
20
Intervensi pendukung : Edukasi perilaku upaya kesehatan
Observasi
Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesehatan
Berikan kesempatan untuk bertanya
Gunakan fariasi metode pembelajaran
Gunakan pendekatan promosi kesehatan dan memperhatikan pengaruh dan
hambatan dari lingkungan sosial serta budaya
Berikan pujian dan dukungan terhadap usaha positif dan pencapaiannya
Edukasi
Jelaskan penanganan masalah kesehatan
Informasikan sumber yang tepat dan tersedia di masyarakat
Anjurkan menggunakan pasilitas kesehatan
Anjurkan mengevaluasi tujuan secara periodik
Anjurkan menentukan perilaku spesifik yang akan diubah (mis. Keinginan
mengunjungi fasilitas kesehatan
Ajakan mengidentifikasi tujuan yang akan di capai
Ajarkan program kesehatan dalam kehidupan sehari-hari
Ajarkan pencarian dan penggunaan sistem fasilitas pelayanan kesehatan
Ajarkan cara pemeliharaan kesehatan
D. PELAKSANAAN /IMPLEMENTASI
Pelaksanaan tindakan keperawatan anak dengan hydrosefhalus didasarkan pada rencana
yang telah ditentukan dengan prinsip :
Mempertahankan perfusi jaringan serebral tetap adequat:
a. Mencegah terjadinya injuri dan infeksi
b. Meminimalkan terjadinya persepsi sensori
c. Mengatasi perubahan proses keluarga dan antisipasi berduka
E. EVALUASI
Setelah tindakan keperawatan dilaksanakan evaluasi proses dan hasil mengacu pada
kriteria evaluasi yang telah ditentukan pada masing-masing diagnosa keperawatan
sehingga :
• Masalah teratasi atau tujuan tercapai (intervensi di hentikan)
• Masalah teratasi atau tercapai sebagian (intervensi dilanjutkan)
• Masalah tidak teratasi / tujuan tidak tercapai (perlu dilakukan pengkajian ulang &
intervensi dirubah).
21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hidrosefalus adalah salah satu kelainan kongenital, kebanyakan kasus hidrosefalus
dialami oleh neonatus. Anak dengan hidrosefalus memerlukan perawatan khusus dan benar
karena pada anak yang mengalami hidrosefalus mengalami kerusakan saraf yang
menimbulkan kelainan neurologis berupa gangguan kesadaran sampai pada gangguan
pusat vital dan resiko terjadi dekubitus.
Berbagai masalah fisik maupun mental dapat dialami oleh anak dengan
hidrosefalus. Masalah fisik yang muncul dapat berupa gangguan rasa nyaman yang
diakibatkan oleh peningkatan tekanan intrakranial ditandai dengan membesarnya kepala
anak. Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan untuk mengatasi hidrosefalus pun
beragam, salah satunya dengan pemasangan VP shunt. Masalah keperawatan yang dapat
muncul pada anak post operasi pemasangan VP shunt adalah risiko infeksi. Risiko infeksi
dapat dicegah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat seperti perawatan luka
dengan prinsip steril.
B. Saran
Semoga makalah yang kami susun dapat dimanfaatkan secara maksimal, sehingga
dapat membantu proses pembelajaran, dan dapat mengefektifkan kemandirian dan
kreatifitas mahasiswa. Selain itu, diperlukan lebih banyak referensi untuk menunjang
proses pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
22
Padilla, Hari. 2017; STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA. Jakart selatan
:Dewan pengurus pusat.senin ,26 april 2021.
Padilla, Hari. 2018 ; STANDAR INTERENSI KEPERAWATAN INDONESIA. Jakarta
selatan; Dewan pengurus pusat. Senin ,26 april 2021.
Andika, putra. 2019 ; makalah hidrosefalus.
https://www.academia.edu/19961303/Makalah_hidrosefalus. Senin, 26 april 2021.
23