DISUSUN OLEH
Kelompok 4
1. Herliana A.19.11.054
2. Oktapiani Silpani P A.19.11.059
3. Syahra Taqiah A.19.11. 065
4. Wiwik Jusniati A.19.11.070
5. Yusnita A.19.11.071
Dalam penilisan makalah ini tentunya tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan
baik dalam pembuatan makalah ini. Namun berkat bimbingan dan arahan serta bantuan berbagai
pihak atau teman – teman kelompok akhirnya makalah ini dapat diselesaikan.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati kelompok menyampaikan ucapan terima kasih
kepada :
1. Ibu Dr. Muriyati, S.Kep.,M.Kes Selaku Ketua Stikes Panrita Husada Bulukumba
2. Pak Nurlina nasir, S.Kep,Ns selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Anak
3. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan dorongan moril maupun material, sehingga
kami dapat menyelesaikan penusunan makalah ini
4. Rekan – rekan mahasiswa/i yang telah memberikan bantuan dalam rangka penyusunan
makalah ini.
Kelompok menyadari bahwa penulis makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
kelompok mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Kelompok berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan tenaga keperawatan
pada khususnya dalam meningkatkan perawatan pada pasien.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………......…………….
DAFTAR ISI………………………………………….......………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi …….…..…………..…………….......………………………………………..
B. Etiologi ........……….......................…………………………………………………...
C. Patofisiologi …...….....…………..…………...………………………………………..
E. Komplikasi ………….……………………….......……………………………………..
G. Penatalaksanaan Medis………………………………………………………………...
A.Pengkajian ………………………………………………………….........……………..
B. Diagnosa ………...........………………………………........................………………
D. Evaluasi ………………………………………………………………………………...
E. Pathway/penyimpangan ……………………………………………………………….
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan …..............……....…....…………………..………………………………
B. Saran………………………………............................................................................
C. DAFTAR PUSTAKA…………….......…………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor (Neoplasma) adalah pertumbuhan baru jaringan yang tidak terkontrol dan
progresif. Tumor dan kanker dapat diakibatkan oleh faktor genetika atau diwariskan
kecenderungan genetika untuk karsinogen mungkin disebabkan oleh rapuhnya gen-gen
regulator, kerentanan terhadap inisiator dan promotor, kesalahan enzim pengoreksi atau
gagalnya sistem imun. Kecenderungan genetik kita dapat positif atau negatif terhadap
tumor dipengaruhi oleh berbagai pengalaman prilaku dan lingkungan (kamus kedokteran
dorland, 2010)
Salah satu contoh tumor akibat genetik ini adalah tumor wilms, tumor wilms adalah
tumor ginjal campuran ganas yang tumbuh dengan cepat, terbentuk dari unsur embrional,
biasanya mengenai anak-anak sebelum usia lima tahun
Tumor wilms menyebabkan neoplasma ginjal sebagian besar anak dan terjadi dengan
frekuensi hampir sama pada kedua jenis kelamin dari semua ras, dengan indikasi tahunan 7,8 per
juta anak yang berusia kurang dari 15 tahun. Gambaran tumor Wilms yang paling penting adalah
kaitannya dengan anomaly congenital, yang paling umum adalah anomaly urogenotal (4,4%),
hemihipertrofi (2,9%), dan aniridia sporadic (91,1%).
B. Rmusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit Tumor wilms?
2. Bagaimana etiologi dari Tumor wilms?
3. Bagaimana patofisiologi dari Tumor wilms?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari Tumor wilms?
5. Bagaimana komplikasi dari Tumor wilms?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari Tumor wilms?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari Tumor wilms?
8. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan dari Tumor wilms?
9. Bagaimana pathway/penyimpangan dari Tumor wilms?
C. Tujuan
1. Memahami yang dimaksud dengan penyakit Tumor wilms
2. Memahami etiologi dari penyakit Tumor wilms
3. Memahami patofisiologi dari penyakit Tumor wilms
4. Memahami manifestasi klinis dari Tumor wilms
5. Memahami komplikasi dari Tumor wilms
6. Memahami pemeriksaan diagnostik dari Tumor wilms
7. Memahami penatalaksanaan medis dari Tumor wilms
8. Memahami konsep dasar asuhan keperawatan dari Tumor wilms
9. Memahami pathway/penyimpangan dari Tumor wilms
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Tumor Wilms ( Nefroblastoma) adalah tumor ginjal yang tumbuh dari sel embrional
primitive diginjal.Tumor Wilms biasanya ditemukan pada anak-anak yang berumur kurang
dari 5 tahun, tetapi kadang ditemukan pada anak yang lebih besar atau orang dewasa. Tumor
Wilms merupakan tumor ganas intraabdomen yang tersering pada anak-anak.
Tumor wilms adalah tumor ginjal campuran ganas yang tumbuh dengan cepat, terbentuk
dari unsur embrional, biasanya mengenai anak-anak sebelum usia lima tahun (kamus
kedokteran dorland)
B. ETIOLOGI
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik. Tumor wilms
berasal dari proliferasi patologik blastema metanefron akibat tidak adanya stimulasi yang
normal dari duktus metanefron untuk menghasilkan tubuli dan glomeruli yang
berdiferensiasi baik. Perkembangan blastema renalis untuk membentuk struktur ginjal
terjadi pada umur kehamilan 8-34 minggu. Sehinga diperkirakan bahwa kemampuan
blastema primitif untuk merintis jalan ke arah pembentukan Tumor wilms, apakah sebagai
mutasi germinal atau somatik, itu terjadi pada usia kehamilan 8-34 minggu.
Sekitar 1,5% penderita mempunyai saudara atau anggota keluarga lain yang juga
menderita Tumor wilms. Hampir semua kasus unilateral tidak bersifat keturunan yang
berbeda dengan kasus Tumor bilateral. Sekitar 7-10% kasus Tumor wilms diturunkan
secara autosomal dominan.
C. PATOFISIOLOGI
Tumor Wilms (Nefroblastoma) merupakan tumor ginjal yang tumbuh dari sel embrional
primitif diginjal, makroskopis ginjal akan tampak membesar dan keras sedangkan
gambaran histo-patologisnya menunjukan gabungan dari pembentukan abortif
glomerulus dan gambaran otot polos, otot serat lintang, tulang rawan dan tulang. Biasanya
unilateral dan hanya 3-10% ditemukan bilateral. Tumor bermetastase ke paru, hati, ginjal,
dan jarang sekali ke tulang. Komponen klasik dari tumor Wilms terdiri dari tiga komponen
yang tampak pada diferensiasi ginjal normal: blastema, tubulus,dan stroma. Terdapat
gambaran yang heterogen dari proporsi komponen tersebut dan juga adanya diferensiasi
yang aberan, seperti jaringan lemak, otot lurik, kartilago, dan tulang. Adanya gambaran
komponen yang monofasik juga ditemukan. Tumor ginjal lain yang ditemukan pada anak
berupa mesoblastik nefroma, clear cell sarkoma, dan renal rhabdoid tumor dapat
membingungkan.
Gambaran anaplasia merupakan indikator penting dalam prognosis tumor Wilms.
Gambaran anaplastik ditandai oleh pembesaran inti sel 2-3 kali lipat, hiperkromatisasi, dan
gambaran mitosis yang abnormal.
Stadium pada tumor wilms Staging berdasarkan NWTSG V, terdiri dari:
Stadium I
Tumor terbatas pada ginjal dan dapat direseksi secara lengkap dengan kapsul ginjal yang
utuh. Tidak terjadi ruptur atau robekan kapsul. Pembuluh darah sinus renal tidak terlibat
Stadium II
Tumor sudah melewati kapsul ginjal namun dapat dieksisi secara lengkap. Terdapat
ekstensi regional tumor yang dibuktikan dengan penetrasi kapsul atau dengan invasi
ekstensif sinus renal. Pembuluh darah di luar sinus renal dapat mengandung tumor.
Tumor mengalami cedera akibat biopsi atau tercecer terbatas di daerah flank. Tidak ada
bukti tumor pada atau di luar batas reseksi.
Stadium III
Terdapat sisa tumor nonhematogen yang terbatas pada abdomen, atau yang meliputi
berikut ini:
Keterlibatan kelenjar getah bening pada hilus atau pelvis
Penetrasi tumor melalui permukaan peritoneum
Implan tumor pada permukaan peritoneum
Tumor gross atau mikroskopik pada atau di luar batas reseksi bedah
Tumor tidak dapat direseksi secara lengkap karena infiltrasi lokal ke dalam
struktur vital
Tumor menyebar tidak terbatas pada daerah flank
Stadium IV
Metastasis hematogen ke paru-paru, hepar, tulang atau otak atau metastasis ke kelenkar
getah bening di luar abdomen dan pelvis. Nodul paru tampak pada CT scan harus dibiopsi
untuk diagnosis definitif stadium IV.
Stadium V
Keterlibatan kedua ginjal pada diagnosis. Setiap sisi harus didiagnosis secara individu
menurut kriteria di atas.
D. MANIFESTASI KLINIS
Keluhan utama biasanya hanya benjolan perut, jarang dilaporkan adanya nyeri perut dan
hematuria, nyeri perut dapat timbul bila terjadi invasi tumor yang menembus ginjal
sedangkan hematuria terjadi karena invasi tumor yang menembus sistim
pelveokalises. Demam dapat terjadi sebagai reaksi anafilaksis tubuh terdapat protein tumor
dan gejala lain yang bisa muncul adalah :
-Pada 15-20% kasus, terjadi hematuria (darah terdapat di dalam air kemih).
Tumor Wilms bisa menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi). Gambaran klinis
lainnya berupa demam, penurunan berat badan, anemia, varikokel kiri (akibat obstruksi vena
renalis kiri), dan hipertensi. Trombus tumor dapat meluas ke vena cava inferior dan jantung
sehingga menimbulkan malfungsi jantung. Kadang-kadang, terjadi gejala akut abdomen
akibat ruptur tumor setelah suatu trauma minor.
E. KOMPLIKASI
1. Tumor Bilateral
2. Ekstensi Intracaval dan atrium
3. Tumor lokal yang lanjut
4. Obstruksi usus halus
5. Tumor maligna sekunder
F. PEMERIKSAAN DIAGNOST IK
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tindakan operasi merupakan tindakan untuk terapi sekaligus penentuan stadium tumor.
Berdasarkan rekomendasi NWTSG, nefrektomi primer dikerjakan pada semua keadaan
kecuali pada tumor unilateral yang unresectable, tumor bilateral dan tumor yang sudah
berekstensi ke vena cava inferior di atas vena hepatika. Tumor yang unresectable dinilai
intraoperatif. Diberikan kemoterapi seperti stadium III dan pengangkatan tumor dilakukan
setelah 6 minggu. Pada tumor bilateral, dilakukan biopsi untuk menentukan jenis tumor dan
diberikan kemoterapi biasanya dalam 8-10 minggu. Nefrektomi dilakukan pada kasus tumor
bilateral jika diberikan sisa parenkim ginjal setelah reseksi tumor masih lebih dari 2/3. Hal
penting dalam pembedahan meliputi insisi transperitoneal, eksplorasi ginjal kontralateral,
dilakukan nefrektomi radikal, hindari tumpahan tumor, dan biopsi kelenjar getah bening
yang dicurigai.
Terapi lanjutan dengan kemoterapi atau radioterapi tergantung pada hasil staging dan
histologi (favourable atau non favourable) dari tumor. Berdasarkan NWTS-5 berikut
algoritma pemberian kemoterapi dan radioterapi pada tumor Wilms. Nefrektomi parsial
hanya dianjurkan pada pasien dengan tumor bilateral, solitary kidney, dan insufisiensi
renal. Pada kasus tumor Wilms bilateral yang perlu dilakukan nefrektomi bilateral,
transplantasi dilakukan setelah 1 tahun setelah selesai pemberian kemoterapi.
Keberhasilan penanganan tumor Wilms ditentukan dari hasil stratifikasi, registrasi, dan
studi NWTSG. Survival bebas penyakit 95% untuk stadium I, dan kira-kira 80% untuk
pasien secara keseluruhan. Prognosis buruk dijumpai pada pasien dengan metastasis ke
kelenjar getah bening, paru-paru dan hepar.
BAB III
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium tidak banyak membantu, hanya dapat ditemukan laju endap
darah yang meninggi dan kadang kadang ditemukan hematuria. Bila kedua kelainan
labolatorium ini ditemukan, maka prognosis diagnosa buruk
Pada foto polos abdomen akan tampak masa jaringan lunak dan jarang ditemukan
klasifikasi didalamnya
Pemeriksaan pielografi intravena dapat memperlihatkan gambaran distori, penekanan
dan pemanjangan susunan pelvis dan kalises.
Dari pemeriksaan renoarteriogram didaptkan gambaran arteri yang memasuki masa
tumor. Foto thoraks dibuat untuk mencari metastasi kedalam paru-paru.
7. Pola aktivitas
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia
2. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolime, kehilangan protein dan penurunan intake.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan
4. Ansietas berhubungan dengan defisit pengetahuan
C. INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan efek fisiologis dari neoplasia
a. Tujuan : Pasien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang dapat
diterima anak
b. Kreteria hasil :
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan), Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri, Mampu mengenali nyeri (skala,
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Terapeautik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
Kolaborasi
d. Intervensi Pendukung :
Edukasi Manajemen Nyeri
Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeautik
Edukasi
Pemantauan Nyeri
Observasi
1. Identifikasi factor pencetus dan peredaan nyeri
2. Monitor kualitas nyeri (mis.Terasa tajam, tumpul, diremas remas, ditimpa berat badan)
3. Monitor lokasi dan penyebaran nyeri
4. Monitor intensitas nyeri dengan menggunakan skala
5. Monitor durasi dan frekuensi nyeri
Terapeautik
Edukasi
Observasi
Terapeautik
Edukasi
Kolaborasi
Intervensi Pendukung :
Pemantauan Nutrisi
Observasi
Terapeautik
Edukasi
Intervensi Pendukung :
Konseling Nutrisi
Observasi
Terapeautik
Edukasi
Kolaborasi
Observasi
Terapeautik
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
3. Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan
4. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tira baring
2. Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
Intervensi Pendukung :
Dukungan tidur
Observasi
Terapeautik
1. Modivikasi lingkungan (mis. pencahayaan, kebisingan, suhu, matras, dan tempat tidur)
2. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
3. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur
4. Tetapkan jalan tidur rutin
5. Melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (mis. pijat, pengaturan posisi,
terapi akupresur)
6. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk menunjang siklus tidur/terjaga
Edukasi
Observasi
Terapeautik
Edukasi
Observasi
Terapeautik
Edukasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
Intervensi Pendukung :
Dukungan Emosional
Observasi
Terapeautik
Edukasi
Kolaborasi
Konseling
Observasi
Terapeautik
Edukasi
D. IMPLEMENTASI
E. EVALUASI
F. PATHWAY/PENYIMPANG
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tumor Wilms ( Nefroblastoma) adalah tumor ginjal yang tumbuh dari sel embrional primitive
diginjal. Tumor Wilms biasanya ditemukan pada anak-anak yang berumur kurang dari 5 tahun,
tetapi kadang ditemukan pada anak yang lebih besar atau orang dewasa.
Tumor Wilms merupakan tumor ginjal padat yang sering dijumnpai pada anak dibawah umur 10
th dan merupakan kira-kira 10% keganasan pada anak. Paling sering dijumpai pada umur tiga
tahun dan kira-kira 10% merupakan lesi bilateral
Penghapusan (delesi) yang melibatkan salah satu dari minimal dua lokus kromosom 11 telah
ditemukan dalam sel dari lebih kurang 33% tumor Wilms. Delesi constitutional hemi zigot dari
salah satu dari lokus ini, 11p13, berkaitan dengan dua sindrom yang langka yang mencakup
tumor wilms: sindrom WAGR (tumor Wilms, Aniridia, Malforasi genitourinaria, dan
Retardasi Mental) dan sindrom Denys-Drash (Tumor Wilms, nefropati, kelainan genital).
Terdapatnya lokus kedua, 11p15, dapat menjelaskan hubungan tumor wilms dengan sindrom
Beckwith-Wiedemann, suatu sindrom congenital yang ditandai dengan beberapa tipe neoplasma
embrional, hemihipertrofi, makroglosi, dan viseromegali.
2. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangatlah
kami perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya akan lebih baik dari sekarang dan
kami juga berharap pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan Anak dengan willem’s Tumor
dapat terus di kembangkan dan diterapkan dalam bidang keperawatan dalam menangani pasien
terutama pada anak.
DAFTAR PUSTAKA
Fadhilah Harif: (2017), Buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Jakarta Selatan, Jumat
25 Desember 2020, Jam 14:00
Fadhilah Harif: (2017), Buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Jakarta Selatan, Jumat
25 Desember 2020, Jam 14.00
Fadhilah Harif: (2017), Buku Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Jakarta Selatan, Jumat 25
Desember 2020, Jam 14:00
Staf pengajar ilmu keperawatan anak. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI