Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

BULLYING DISEKOLAH

Pokok bahasan : Bullying di Sekolah

Sub Pokok bahasan : Penanganan dan sikap remaja atas bullying di Lingkungan sekolah

Sasaran : SMKN 5 SELAYAR

Hari/tanggal :selasa, 19 januari 2021

Waktu : 09:00 wita - selesai

Tempat : Aula SMKN 5 SELAYAR

Penyuluh : Jusriani

A. TUJUAN
1. TujuanUmum :
Setelah mengikuti penyuluhan bullying disekolah, siswa/siswi mampu memahami
apa perannya dalam pencegahan terjadinya bullying disekolah.
2. Tujuan khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan 3x30 menit diharapkan siswa/siswi
mampu :
a. Pengertian kekerasan/bullying
b. Faktor penyebab bullying
c. Menjelaskan tipe-tipe dan jenis-jenis bullying/kekerasan
d. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi terjadinya bullying
e. Cara menangani bullying yang terjadi disekolah
f. Menjelaskan karakteristik korban/perilaku bullying
g. Menjelaskan dampak

B. Topik dan Sub Topik


1. Topik : mengenal bullying diskolah
2. Sub Topik : mencegah bullying disekolah
C. Langkah-langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Media
 Leaflet
b. Metode
 Ceramah
 Diskusi
D. Setting Tempat
1. Peserta duduk didalam ruangan
2. Penyaji didepannya
- Narasumber
- Peserta/audience
E. Pelaksanaan kegiatan

No Kegiatan Penyuluh Peserta Waktu


.
1. Pembukaan dan  Menyampaikan salam  Menjawab salam 3 menit
salam  Menjelaskan tujuan  Mendengarkan
 Kontrak waktu  Memberi respon

2. Menyampaikan  Menyampaikan  Mendengarkan dan 15 menit


materi materi: memperhatiakan
 Pengertian
kekerasan/bullying
 Faktor penyebab
bullying
 Menjelaskan tipe-
tipe dan jenis-jenis
bullying/kekerasan
 Menjelaskan faktor
yang mempengaruhi
terjadinya bullying
 Cara menangani
bullying yang terjadi
disekolah
 Menjelaskan
karakteristik
korban/perilaku
bullying
 Menjelaskan
dampak
 Menjawab/bertanya
 Tanya jawab
3. Penutup dan salam  Menyimpulkan hasil  Mendengarkan 12 menit
materi
 Mengatakan salam  Menjawab salam

F. Evaluasi
1. Kegiatan : jadwal, alat bantu atau media, proses penyuluhan
2. Hasil penyuluhan : memebri pertanyaan pada siswa/siswi yang mengikuti
penyuluhan di SMKN 5 Selayar tentang :
a. Menyebutkan pengertian kekerasan/bullying
b. Meneyebutkan faktor penyebab bullying
c. Menyebutkan tipe-tipe bullying/kekerasan
d. Menyebutkan cara menangani bullying yang terjadi disekolah
MATERI
BULLYING DI SEKOLAH

1. Pengertian kekerasan/bullying
a. Kekerasan adalah segala tindakan yang cenderung menyakiti orang lain, berbentuk
agresif, fisik, agresifverbal, kemarahan atau permusuhan (taylor, 2000)
b. Perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seseorang/sekelompok siswa
yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa/siswi lain yang lebih lemah, dengan tujuan
menyakiti orang tersebut
c. "Bullying adalah kekerasan mental dan fisik jangka panjang yang dilakukan oleh
individu atau sekelompok orang dan ditujukan pada seseorang yang tidak mampu
membela dirinya sendiri sehingga kami paham jika pengalaman semacam itu dapat
meninggalkan 'luka' pada si korban," ungkap peneliti Thormod Idsoe dari Universitiy
of Stavanger (UiS) dan Bergen's Center for Crisis Psychology.
d. Definisi Bullying menurut PeKA (Peduli Karakter Anak) adalah penggunaan agresi
dengan tujuan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental. Bullying
dapat berupa tindakan fisik, verbal, emosional dan juga seksual. Bullying terjadi ketika
seseorang merasa teraniaya, takut, terintimidasi, oleh tindakan seseorang baik secara
verbal, fisik atau mental. Ia takut bila perilaku tersebut akan terjadi lagi, dan ia merasa
tak berdaya mencegahnya.

2. Faktor penyebab kekerasan didunia pendidikan


a. Dari guru
b. Dari siswa
c. Dari keluarga
d. Pola asuh
e. Orang tua mengalami masalah psikologis
f. Keluarga disfungsional
g. Dari lingkungan

3. Tipe kekerasan
a. Fisik
 Idnikator secara fisik :
Memar-memar, luka, patah tulang atau bidang-bidang botak pada kulit kepala yang
tidak bisa dijelaskan
 Indikator perilaku :
Perilaku berbeda disekolah atau dirumah ; tertutup;sulit menjalani hubungan
sosial;upaya bunuh diri, berbohong, konsep diri lemah;agresif ekstrim
b. Emosi
 Indikator secara fisik :
Gangguan komunikasi, penundaan perkembangan fisik
 Idndikator perilaku :
Perilaku berbeda disekolah dan dirumah ; tertutup;sulit menjalani hubungan
sosial;upaya bunuh diri,harga diri rendah,tidak sabaran
c. Seksual
 Indikator secara fisik :
Kesulitan berjalan atau duduk; darah pada pakaian dalam; kesakitan, kegatalan,
memar, bengkak di area kemaluan; peradangan saluran kecing
 Indikator secara perilaku :
Kemajuan pengetahuan seksual, bersetubuh dengan siapa saja, mendadak sulit
untuk pergi ke sekolah, mengisolasi diri, menghindari kontak fisik/menutup diri,
depresi
d. Pengabaian
 Indikator secara fisik :
Kelaparan terus menerus (gangguan makan, kurang higienis, pakaian yang tidak
sesuai, tidak perhatian tehadap masalah kesehatan, berat badab dibawah normal,
gagal tumbuh
 Indikator secara perilaku :
Perilaku yang merusak diri sendiri, mengemis atau mencuri makanan, kelelahan
yang terus menerus, memikul/mengambil tanggung jawab orang dewasa, sering
tidak hadir atau terlambat, menyatakan tidak ada yang menjaga dirumah

Jenis – jenis bullying antara lain :


a. Bullying secara verbal, berupa julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan
(baik yang bersifat pribadi maupun rasial), pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan
seksual atau pelecehan seksual, teror, surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan-
tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji dan keliru, gosip dan lain
sebagainya. Dari ketiga jenis bullying, bullying dalam bentuk verbal adalah salah satu
jenis yang paling mudah dilakukan, kerap menjadi awal dari perilaku bullying yang
lainnya serta dapat menjadi langkah pertama menuju pada kekerasan yang lebih jauh.
b. Bullying secara fisik, yang termasuk jenis ini ialah memukuli, mencekik, menyikut,
meninju, menendang, menggigit, memiting, mencakar, serta meludahi anak yang
ditindas hingga ke posisi yang menyakitkan, merusak serta menghancurkan barang-
barang milik anak yang tertindas. Kendati bullying jenis ini adalah yang paling
tampak dan mudah untuk diidentifikasi, namun kejadian bullying secara fisik tidak
sebanyak bullying dalam bentuk lain. Anak yang secara teratur melakukan bullying
dalam bentuk ini kerap merupakan anak yang paling bermasalah dan cenderung
beralih pada tindakan - tindakan kriminal yang lebih lanjut.
c. Bullying secara relasional (pengabaian), digunakan untuk mengasingkan atau
menolak seorang teman atau bahkan untuk merusak hubungan persahabatan. Bullying
secara relasional adalah pelemahan harga diri si korban secara sistematis melalui
pengabaian, pengucilan, pengecualian atau penghindaran. Perilaku ini dapat
mencakup sikap-sikap yang tersembunyi seperti pandangan yang agresif, lirikan mata,
helaan nafas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh yang
kasar. Bullying secara relasional mencapai puncak kekuatannya di awal masa remaja,
saat terjadi perubahan-perubahan fisik, mental, emosional dan seksual. Ini adalah saat
ketika remaja mencoba untuk mengetahui diri mereka dan menyesuaikan diri dengan
teman-teman sebaya.
d. Bullying elektronik, merupakan bentuk dari perilaku bullying yang dilakukan
pelakunya melalui sarana elektronik seperti komputer, handphone, internet, website,
chatting room, e-mail, SMS dan sebagainya. Biasanya ditujukan untuk meneror
korban dengan menggunakan tulisan, animasi, gambar dan rekaman video atau film
yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan. Bullying jenis ini
biasanya dilakukan oleh kelompok remaja yang telah memiliki pemahaman cukup
baik terhadap sarana teknologi informasi dan media elektronik lainnya.
e. Psikis / psikologis berupa pelecehan seksual, memfitnah, menghina, menyebarkan
gosip, mengucilkan, dll yang dapat merugikan korban secara mental atau perasaan.
f. Pada umumnya, anak laki-laki lebih banyak menggunakan bullying secara fisik dan
anak wanita banyak menggunakan bullying relasional / emosional, namun keduanya
sama-sama menggunakan bullying verbal. Perbedaan ini, lebih berkaitan dengan pola
sosialisasi yang terjadi antara anak laki-laki dan perempuan (Coloroso,
2006:51).Selanjutnya, Riauskina, Djuwita, dan Soesetio (2005) mengelompokkan
jenis-jenis bullying ke dalam 5 kategori yaitu:
1. Kontak fisik langsung, seperti memukul, mendorong, menggigit, menjambak,
menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga
termasuk memeras dan merusak barang-barang yang dimiliki orang lain.
2. Kontak verbal langsung, seperti mengancam, mempermalukan, merendahkan,
mengganggu, member panggilan nama (name-calling), sarkasme, merendahkan,
mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkan gossip.
3. Perilaku non-verbal langsung, seperti melihat dengan sinis, menjulurkan lidah,
menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam,
biasanya disertai oleh bullying fisik atau verbal.
4. Perilaku non-verbal tidak langsung, seperti mendiamkan seseorang, memanipulasi
persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan,
mengirimkan surat kaleng.
5. Pelecehan seksual, kadang dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal.

Berikut adalah contoh tindakan yang termasuk dalam kategori bullying :


1. Menyisihkan seseorang dari pergaulan,
2. Menyebarkan gosip, membuat julukan bersifat ejekan,
3. Mengerjai seseorang untuk mempermalukannya.
4. Mengintimidasi atau mengancam korban,
5. Melukai secara fisik,
6. Melakukan pemalakan.

Bullying itu sangat menyakitkan bagi si korban. Tidak seorangpun pantas menjadi korban
bullying. Setiap orang memiliki hak untuk diperlakukan dan dihargai secara pantas dan
wajar. Bullying memiliki dampak yang negatif bagi perkembangan karakter anak, baik
bagi si korban maupun pelaku.
4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Bullying
Kebanyakan perilaku bullying berkembang dari berbagai faktor lingkungan yang
kompleks. Tidak ada faktor tunggal menjadi penyebab munculnya bullying. Faktor-faktor
penyebabnya antara lain:
a. Faktor keluarga
Anak yang melihat orang tuanya atau saudaranya melakukan bullying sering akan
mengembangkan perilaku bullying juga. Ketika anak menerima pesan negatif berupa
hukuman fisik di rumah, mereka akan mengembangkan konsep diri dan harapan diri
yang negatif, yang kemudian dengan pengalaman tersebut mereka cenderung akan
lebih dulu meyerang orang lain sebelum mereka diserang. Bullying dimaknai oleh
anak sebagai sebuah kekuatan untuk melindungi diri dari lingkungan yang
mengancam.
b. Faktor Kepribadian
Salah satu faktor terbesar penyebab anak melakukan bullying adalah tempramen.
Tempramen adalah karakterisktik atau kebiasaan yang terbentuk dari respon
emosional. Hal ini mengarah pada perkembangan tingkah laku personalitas dan sosial
anak. Seseorang yang aktif dan impulsif lebih mungkin untuk berlaku bullying
dibandingkan orang yang pasif atau pemalu.
c. Beberapa anak pelaku bullying sebagai jalan untuk mendapatkan popularitas,
perhatian, atau memperoleh barang-barang yang diinginkannya. Biasanya mereka
takut jika tindakan bullying menimpa diri mereka sehingga mereka mendahului
berlaku bullying pada orang lain untuk membentuk citra sebagai pemberani.
Meskipun beberapa pelaku bullying merasa tidak suka dengan perbuatan mereka,
mereka tidak sungguh-sungguh menyadari akibat perbuatan mereka terhadap orang
lain.
d. Faktor Sekolah
Karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini, anak-anak sebagai
pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk
melakukan intimidasi anak-anak yang lainnya. Bullying berkembang dengan pesat
dalam lingkungan sekolah yang sering memberikan masukan yang negatif pada
siswanya misalnya, berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak
mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah.
Sekolah yang mudah terdapat kasus bullying pada umumnya berada dalam situasi
sebagai berikut:
1. Sekolah dengan ciri perilaku diskriminatif di kalangan guru dan siswa.
2. Kurangnya pengawasan dan bimbingan etika dari para guru dan satpam.\
3. Sekolah dengan kesenjangan besar antara siswa kaya dan miskin.
4. Adanya kedisiplinan yang sangat kaku atau yang terlalu lemah.\
5. Bimbingan yang tidak layak dan peraturan yang tidak konsisten.
Kejadian di atas mencerminkan bahwa bullying adalah masalah penting yang dapat
terjadi di setiap sekolah jika tidak terjadi hubungan sosial yang akrab oleh sekolah
terhadap komunitasnya yakni murid, staf, masyarakat sekitar, dan orang tua murid.
e. Faktor kelompok sebaya
Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman sekitar rumah kadang
kala terdorong untuk melakukan bullying. Kadang kala beberapa anak melakukan
bullying pada anak yang lainnya dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa
masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman
dengan perilaku tersebut.
Pendapat lain mengatakan bahwa perjalanan seorang anak tumbuh menjadi remaja
pelaku agresi cukup kompleks, dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor; biologis,
psikologis dan sosialkultural.
1. Secara biologis, ada kemungkinan bahwa beberapa anak secara genetik cenderung
akan mengembangkan agresi dibanding anak yang lain. Dalam bukunya
Developmental Psychopathology, Wenar & Kerig (2002) menambahkan bahwa
agresi yang tinggi pada anak-anak dapat merupakan hasil dari abnormalitas
neurologis.
2. Secara psikologis, anak yang agresif kurang memiliki kontrol diri dan sebenarnya
memiliki ketrampilan sosial yang rendah; anak-anak ini memiliki kemampuan
perspectif taking yang rendah, empati terhadap orang lain yang tidak berkembang
dan salah mengartikan sinyal atau tanda-tanda sosial, mereka yakin bahwa agresi
merupakan cara pemecahan masalah yang tepat dan efektif. Jika kita runut dari
lingkungan keluarga, anak-anak yang mengembangkan perilaku agresif tumbuh
dalam pengasuhan yang tidak kondusif, anak mengalami kelekatan (attachment)
yang tidak aman dengan pengasuh terdekatnya, orang tua menerapkan disiplin
yang terlalu keras ataupun terlalu longgar, dan biasanya ditemukan masalah
psikologis pada orang tua; konflik suami-istri, depresi, bersikap antisosial, dan
melakukan tindak kekerasan pada anggota keluarganya.
3. Faktor pubertas dan krisis identitas, yang normal terjadi pada perkembangan
remaja. Dalam rangka mencari identitas dan ingin eksis, biasanya remaja lalu
gemar membentuk geng. Geng remaja sebenarnya sangat normal dan bisa
berdampak positif, namun jika orientasi geng kemudian ’menyimpang’ hal ini
kemudian menimbulkan banyak masalah. Dari relasi antar sebaya juga ditemukan
bahwa beberapa remaja menjadi pelaku bullying karena ’balas dendam’ atas
perlakuan penolakan dan kekerasan yang pernah dialami sebelumnya (misalnya
saat di SD atau SMP).
4. Secara sosiokultural, bullying dipandang sebagai wujud rasa frustrasi akibat
tekanan hidup dan hasil imitasi dari lingkungan orang dewasa. Tanpa sadar,
lingkungan memberikan referensi kepada remaja bahwa kekerasan bisa menjadi
sebuah cara pemecahan masalah. Misalnya saja lingkungan preman yang sehari-
hari dapat dilihat di sekitar mereka dan juga aksi kekerasan dari kelompok-
kelompok massa. Belum lagi tontotan-tontonan kekerasan yang disuguhkan
melalui media visual. Walaupun tak kasat mata, budaya feodal dan senioritas pun
turut memberikan atmosfer dominansi dan menumbuhkan perilaku menindas.
5. Peranan Media Massa
Remaja adalah kelompok atau golongan yang mudah dipengaruhi, karena remaja
sedang mencari identitas diri sehingga mereka dengan mudah untuk meniru atau
mencontoh apa yang dia lihat, seperti pada film atau berita yang sifatnya
kekerasan, dan sebagainya.

Menurut Astuti (2008) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya


bullyingyaitu:
1. Perbedaan kelas (senioritas), ekonomi, agama, gender, etnisitas atau rasisme.
Pada dasarnya, perbedaan (terlebih jika perbedaan tersebut bersifat ekstrim) individu
dengan suatu kelompok dimana ia bergabung, jika tidak dapat disikapi dengan baik
oleh anggota kelompok tersebut, dapat menjadi faktor penyebab bullying. Sebagai
contoh adanya perbedaan kelas dengan anggapan senior – junior, secara tidak
langsung berpotensi memunculkan perasaan senior lebih berkuasa daripada juniornya.
Senior yang menyalah artikan tingkatannya dalam kelompok, dapat memanfaatkannya
untuk mem-bully junior. Individu yang berada pada kelas ekonomi yang berbeda
dalam suatu kelompok juga dapat menjadi salah satu faktor penyebabbullying.
Individu dengan kelas ekonomi yang jauh berbeda dengan kelas ekonomi mayoritas
kelompoknya berpotensi menjadi korban.
2. Tradisi senioritas.
Senioritas yang salah diartikan dan dijadikan kesempatan atau alasan untuk membully
junior terkadang tidak berhenti dalam suatu periode saja. Hal ini tak jarang menjadi
peraturan tak tertulis yang diwariskan secara turun temurun kepada tingkatan
berikutnya.
Senioritas, sebagai salah satu perilaku bullying seringkali pula justru diperluas oleh
siswa sendiri sebagai kejadian yang bersifat laten. Bagi mereka keinginan untuk
melanjutkan masalah senioritas ada untuk hiburan, penyaluran dendam, iri hati atau
mencari popularitas, melanjutkan tradisi atau menunjukkan kekuasaan.
3. Keluarga yang tidak rukun.
Kompleksitas masalah keluarga seperti ketidakhadiran ayah, ibu menderita depresi,
kurangnya komunikasi antara orangtua dan anak, perceraian atau ketidakharmonisan
orangtua dan ketidakmampuan sosial ekonomi merupakan penyebab tindakan agresi
yang signifikan.
4. Situasi sekolah yang tidak harmonis atau diskriminatif.
Bullying juga dapat terjadi jika pengawasan dan bimbingan etika dari para guru
rendah, sekolah dengan kedisiplinan yang sangat kaku, bimbingan yang tidak layak
dan peraturan yang tidak konsisten.
5. Karakter individu/kelompok seperti:
dendam atau iri hati, adanya semangat ingin menguasai korban dengan kekuasaan
fisik dan daya tarik seksual, untuk meningkatkan popularitas pelaku di kalangan
teman sepermainannya, persepsi nilai yang salah atas perilaku korban. Korban
seringkali merasa dirinya memang pantas untuk diperlakukan demikian (dibully),
sehingga korban hanya mendiamkan saja hal tersebut terjadi berulang kali pada
dirinya.
Menurut data statistik tahun 2010 perilaku bullying di beberapa negara:
a. 69% anak-anak di Inggris melaporkan diperlakukan sebagai anak yang mendapatkan
tindakan bullying.
b. 58% anak-anak di Amerika Serikat mengakui bahwa seseorang telah mengatakan
sesuatu yang menyakitkan mereka secara online.
c. Setiap tahun sedikitnya 20 anak di Inggris mengakui mencoba melakukan tindakan
bunuh diri karena perlakuan bullying yang mereka terima.
d. Di Australia 20% anak-anak yang mengalami bullying secara perlahan-lahan
menghindar dari kegiatan pembelajaran di sekolah.
e. Di Kanada seorang anak mendapatkan tindakan bullying setiap tujuh menit di
halaman bermain sekolah dan setiap 25 menit di dalam kelas.

5. Akibat bullying
a. Kondisi emosi dan kepribadian terguncang
b. Kondisi tidak seimbang
c. Adaptasi lingkungan terganggu

6. Yang harus dilakukan bagi kaum remaja


a. Dengarkan teman anda
b. Ikut terlibat dalam kegiatan/proyek (aktif)
c. Tulus dan perhatian terhadap teman
d. Ceritakan pada teman tentang hari-harimu
e. Fikirkan kembali setiap tindakan dan keputusan
f. Kenali orang yang kamu kagumi dan percaya
g. Gunakan cara yang jauh dari kekerasan untuk memenangkan argumen
h. Ucapkan terimakasih
i. Berkumpulah bersama keluarga setidaknya sekali seminggu
j. Libatkan orang tua dalam PR
k. Terimalah perbedaan
l. Lawan stereotyping
m. Membaca untuk kesenangan

7. Karakteristik Korban / Pelaku Bullying


Ubaydillah (www.e-psikologi.com) mengungkapkan bahwa berdasarkan penjelasan
sejumlah pakar tentang korban bullying, umunya para korban itu memiliki ciri – ciri “ter”,
misalnya: terkecil, terbodoh, terpintar, tercantik, terkaya, dll. Di bukunya Barbara
Colorosa (The bully, The bullied, dan The bystander: 2004), ciri-ciri yang terkait dengan
korban itu antara lain :
1. Anak baru di lingkungan itu.
2. Anak termuda atau paling kecil di sekolah.
3. Anak yang pernah mengalami trauma sehingga sering menghindar karena rasa takut.
4. Anak penurut karena cemas, kurang percaya diri, atau anak yang melakukan sesuatu
karena takut dibenci atau ingin menyenangkan.
5. Anak yang perilakunya dianggap mengganggu orang lain.
6. Anak yang tidak mau berkelahi atau suka mengalah.
7. Anak yang pemalu, menyembunyikan perasaannya, pendiam atau tidak mau menarik
perhatian orang lain.
8. Anak yang paling miskin atau paling kaya.
9. Anak yang ras atau etnisnya dipandang rendah.
10. Anak yang orientasi gender atau seksualnya dipandang rendah.
11. Anak yang agamanya dipandang rendah.
12. Anak yang cerdas, berbakat, memiliki kelebihan atau beda dari yang lain.
13. Anak yang merdeka atau liberal, tidak memedulikan status sosial, dan tidak
berkompromi dengan norma-norma.
14. Anak yang siap mendemonstrasikan emosinya setiap waktu.
15. Anak yang gemuk atau kurus, pendek atau jangkung.
16. Anak yang memakai kawat gigi atau kacamata.
17. Anak yang berjerawat atau memiliki kondisi kulit lainnya.
18. Anak yang memiliki kecacatan fisik atau keterbelakangan mental.
19. Anak yang berada di tempat keliru pada saat yang salah (bernasib buruk).

Sedangkan untuk para pelaku, mereka umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Suka mendominasi anak lain.
2. Suka memanfaatkan anak lain untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
3. Sulit melihat situasi dari titik pandang anak lain.
4. Hanya peduli pada keinginan dan kesenangannya sendiri, dan tak mau peduli dengan
perasaan anak lain.
5. Cenderung melukai anak lain ketika orang tua atau orang dewasa lainnya tidak ada
disekitar mereka.
6. Memandang saudara-saudara atau rekan-rekan yang lebih lemah sebagai sasaran.
7. Tidak mau bertanggung jawab atas tindakannya.
8. Tidak memiliki pandangan terhadap masa depan atau masa bodoh terhadap akibat dari
perbuatannya.
9. Haus perhatian.
Banyak pelaku bullying memiliki karakteristik psikologi. Tetapi umumnya perilaku
bullying mereka dipengaruhi oleh toleransi sekolah atas perilaku bullying, sikap guru,
dan faktor lingkungan yang lain. Selain itu, lingkungan keluarga juga mempengaruhi
perilaku bullying siswa. Bully biasanya berasal dari keluarga yang memperlakukan
mereka dengan kasar (Craig, Peters & Konarski, 1998, dan Pepler & Sedighdellam,
1998 dalam Sciarra (2004; 353). Menurut Bosworth Espelage dan Simon (2001)
dalam Aleude, Adeleke, Omoike, & Akpaida (2008;152) para bully biasanya laki-laki,
populer dan memiliki kemampuan sosial yang bagus. Hal ini memudahkannya
menarik banyak anggota dalam kelompok dan dengan mudah dapat memanipulasi
orang lain.
Secara fisik, pelaku bullying tidak hanya didominasi oleh anak yang berfisik besar
dan kuat, anak bertubuh kecil atau sedang yang memiliki dominasi psikologis yang
besar di kalangan teman-temannya juga dapat menjadi pelaku bullying. Alasan yang
paling jelas mengapa seseorang menjadi pelaku bullying adalah bahwa pelaku
bullyingmerasakan kepuasan apabila ia berkuasa di kalangan teman sebayanya. Selain
itu, tawa teman-teman sekelompok saat ia mempermainkan sang korban memberikan
penguatan terhadap perilaku bullyingnya (Tim Yayasan Semai Jiwa Amini, 2008;

8. Dampak Bullying
1. Bagi korban
Hasil studi yang dilakukan National Youth Violence Prevention Resource Center
Sanders (2003; dalam Anesty, 2009) menunjukkan bahwa bullying dapat membuat
remaja merasa cemas dan ketakutan, mempengaruhi konsentrasi belajar di sekolah
dan menuntun mereka untuk menghindari sekolah. Bila bullying berlanjut dalam
jangka waktu yang lama, dapat mempengaruhi self-esteem siswa, meningkatkan
isolasi sosial, memunculkan perilaku menarik diri, menjadikan remaja rentan terhadap
stress dan depreasi, serta rasa tidak aman. Dalam kasus yang lebih ekstrim,bullying
dapat mengakibatkan remaja berbuat nekat, bahkan bisa membunuh atau melakukan
bunuh diri (commited suicide).
2. Bagi siswa yang menyaksikan bullying
Penelitian- penelitian yang dilakukan baik di dalam maupun luar negeri menunjukkan
bahwa bullying mengakibatkan dampak-dampak negatif sebagai berikut:
a. Gangguan psikologis, misalnya rasa cemas berlebihan, kesepian (Rigby K. 2003).
b. Konsep diri sosial korban bullying menjadi lebih negatif karena korban merasa
tidak diterima oleh teman-temannya, selain itu dirinya juga mempunyai
pengalaman gagal yang terus-menerus dalam membina pertemanan, yaitu di bully
oleh teman dekatnya sendiri (Ratna Djuwita, dkk , 2005).
c. Korban bullying merasakan stress, depresi, benci terhadap pelaku, dendam, ingin
keluar sekolah, merana, malu, tertekan, terancam, bahkan ada yang menyilet-nyilet
tangannya (Ratna Djuwita, dkk , 2005).
d. Membenci lingkungan sosialnya, enggan ke sekolah (Forero et all.1999).
e. Keinginan untuk bunuh diri (Kaltiala-Heino, 1999).
f. Kesulitan konsentrasi, rasa takut berkepanjangan dan depresi (Bond, 2001).
g. Cenderung kurang empatik dan mengarah ke psikotis (Banks R., 1993).
h. Pelaku bullying yang kronis akan membawa perilaku itu sampai dewasa, akan
berpengaruh negatif pada kemampuan mereka untuk membangun dan memelihara
hubungan baik dengan orang lain.
i. Korban akan merasa rendah diri, tidak berharga (Rigby, K, 1999).
j. Gangguan pada kesehatan fisik: sakit kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk- batuk,
gatal-gatal, sakit dada, bibir pecah-pecah (Rigby, K, 2003).
3. Bagi pelaku
Sanders (2003; dalam Anesty, 2009) National Youth Violence Prevention
mengemukakan bahwa pada umumnya, para pelaku ini memiliki rasa percaya diri
yang tinggi dengan harga diri yang tinggi pula, cenderung bersifat agresif dengan
perilaku yang pro terhadap kekerasan, tipikal orang berwatak keras, mudah marah dan
impulsif, toleransi yang rendah terhadap frustasi. Para pelaku bullying ini memiliki
kebutuhan kuat untuk mendominasi orang lain dan kurang berempati terhadap
targetnya.

Dampak perilaku bullying juga dapat dikelompokkan menjadi :


a. Jangka pendek, antara lain menimbulkan perasaan tidak aman, terisolasi, perasaan
harga diri yang rendah, depresi atau menderita stress yang dapat berakhir dengan
bunuh diri.
b. Jangka panjang, antara lain hilangnya motivasi belajar dan kesulitan dalam
memahami pelajaran, sehingga umumnya prestasi belajar mereka juga rendah.
Kekerasan guru terhadap siswa juga menyebabkan siswa benci dan takut pada guru
(Farida Hanum, 2006).
c. Dampak fisik seperti: sakit kepala, sakit dada, luka memar, luka tergores benda tajam,
dan sakit fisik lainnya. Pada beberapa kasus, dampak fisik akibat bullying
mengakibatkan kematian.
d. Dampak psikologis antara lain: menurunnya kesejahteraan psikologis, semakin
buruknya penyesuaian sosial, mengalami emosi negatif seperti marah, dendam, kesal,
tertekan, takut, malu, sedih, tidak nyaman, terancam, dan cemas. Namun korban
merasa tidak berdaya menghadapinya. Tindak kekerasan di sekolah juga berdampak
pada ingin pindahnya atau keluarnya seorang siswa dari sekolah dan sering tidak
masuk sekolah. Selain itu juga mengakibatkan perasaan rendah diri, dan prestasi
akademik terganggu.
Sebagai catatan kejadian bullying tidak hanya terjadi antar sesama siswa, senior-
junior, tapi juga biasa terjadi guru-siswa. Dalam hal ini biasanya siswa merasa
dipermalukan dihadapan teman-temannya ataupun dihadapan guru-gurunya karena
berulang kali mendapat pemanggilan kepala sekolah, guru, ataupun pegawai tata
usaha jika siswa tersebut menunggak iuran sekolah. Dalam kasus lain menjadi hal
yang tidak mungkin apabila korban bully akan menjadi pelaku bully pada anak lain
untuk merasa puas dan membalaskan dendam.
STIKES PANRITA Apa itu bullying??
Beberapa contoh tindakan bullying
HUSADA BULUKUMBA
Secara Umum, Bullying adalah kekerasan yang kerap terjadi di lingkungan
mental dan fisik jangka panjang yang sekolah.
BAHAYA BULLYING dilakukan oleh individu atau sekelompok orang
DISEKOLAH 1. Menyisihkan seseorang dari
dan ditujukan pada seseorang yang tidak
pergaulan,
mampu membela dirinya sendiri.
2. Menyebarkan gosip, membuat
Penyebab terjadinya bullying tentu saja julukan bersifat ejekan,
3. Mengerjai seseorang untuk
karena adanya faktor pemicu dan tahukah
mempermalukannya.
kamu faktor tersebut bisa saja berasal dari
4. Mengintimidasi atau mengancam
orang-orang atau lingkungan terdekat entah korban,
itu dari teman, guru, bahakan keluarga pun 5. Melukai secara fisik,
bisa menjadi faktor terjadinya bullying ini. 6. Melakukan pemalakan.

Jenis-jenis Bullying di kelompokkan


menjadi 5 yaitu :

1. Kontak fisik langsung


AYO memukul, mendorong, menendang dan lain- Apkah yang akan terjadi pada
KETAHUI BAHAYA BULLYING lain
untuk masa depan yang lebih baik si kroban?
2. Kontak verbal langsung
Mengancam,mempermalukan,merendahka a. Kondisi emosi dan kepribadian
ataupun memanggil dengan sebutan yang terguncang
aneh b. Kondisi tidak seimbang
c. Adaptasi lingkungan terganggu
3. Perilaku non-verbal langsung
Melihat dengan sinis, memasang ekspresi
tidak enak ataupun menjulurkan lidah
Stikes Panrita Husada
Bulukumba Domisili Selayar 4. Perilaku non-verbal tidak langsung
Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo Mendiamkan,mengabaikan dan mengucilkan
Kecamatan Benteng Kabupaten 5. Pelecahan seksual
Kepulauan Selayar Kadang dikategorikan kekerasan fisik atau
Ciri-ciri anak yang kerap menjadi
Dampak perilaku bullying juga
target pembulian!
dapat dikelompokkan menjadi :
1. Anak baru di lingkungan itu.
2. Anak termuda atau paling kecil di sekolah. a. Jangka pendek, antara lain menimbulkan
3. Anak yang pernah mengalami trauma perasaan tidak aman, terisolasi, perasaan
sehingga sering menghindar karena rasa harga diri yang rendah, depresi atau
takut. menderita stress yang dapat berakhir dengan
4. Anak penurut karena cemas, kurang percaya bunuh diri.
diri, atau anak yang melakukan sesuatu b. Jangka panjang, antara lain hilangnya
karena takut dibenci atau ingin motivasi belajar dan kesulitan dalam
menyenangkan. memahami pelajaran, sehingga umumnya
5. Anak yang perilakunya dianggap prestasi belajar mereka juga rendah.
mengganggu orang lain. Kekerasan guru terhadap siswa juga
Yang harus dilakukan bagi 6. Anak yang tidak mau berkelahi atau suka menyebabkan siswa benci dan takut pada
mengalah. guru.
kaum remaja! 7. Anak yang pemalu, menyembunyikan
a. Dengarkan teman anda perasaannya, pendiam atau tidak mau
c. Dampak fisik seperti: sakit kepala, sakit
b. Ikut terlibat dalam kegiatan/proyek (aktif) menarik perhatian orang lain. dada, luka memar, luka tergores benda tajam,
c. Tulus dan perhatian terhadap teman 8. Anak yang paling miskin atau paling kaya. dan sakit fisik lainnya. Pada beberapa kasus,
d. Ceritakan pada teman tentang hari-harimu dampak fisik akibat bullying mengakibatkan
e. Fikirkan kembali setiap tindakan dan keputusan kematian.
f. Kenali orang yang kamu kagumi dan percaya Sedangkan untuk para pelaku, d. Dampak psikologis antara lain:
g. Gunakan cara yang jauh dari kekerasan untuk menurunnya kesejahteraan psikologis,
mereka umumnya memiliki ciri-ciri
memenangkan argumen semakin buruknya penyesuaian sosial,
h. Ucapkan terimakasih sebagai berikut: mengalami emosi negatif seperti marah,
i. Berkumpulah bersama keluarga setidaknya dendam, kesal, tertekan, takut, malu, sedih,
1. Suka mendominasi anak lain. tidak nyaman, terancam, dan cemas.
sekali seminggu
j. Libatkan orang tua dalam PR 2. Suka memanfaatkan anak lain untuk 5 Cara untuk menekan bullying
k. Terimalah perbedaan mendapatkan apa yang diinginkan. disekolah
l. Lawan stereotyping 3. Sulit melihat situasi dari titik pandang anak 1. Jadikan topik obrolan
m. Membaca untuk kesenangan lain. Ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagi para
4. Hanya peduli pada keinginan dan murid tentang apa itu bullying dan dampak
kesenangannya sendiri, dan tak mau peduli negatif yang ditimbulkan
dengan perasaan anak lain. 2. Biasakan kerjasama
Kerjasama yang baik antara para murid dapat
5. Cenderung melukai anak lain ketika orang
menimbulkan rasa saling menghargai sesama
tua atau orang dewasa lainnya tidak ada murid
disekitar mereka. 3. Responsif

Anda mungkin juga menyukai