BULLYING DISEKOLAH
Sub Pokok bahasan : Penanganan dan sikap remaja atas bullying di Lingkungan sekolah
Penyuluh : Jusriani
A. TUJUAN
1. TujuanUmum :
Setelah mengikuti penyuluhan bullying disekolah, siswa/siswi mampu memahami
apa perannya dalam pencegahan terjadinya bullying disekolah.
2. Tujuan khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan 3x30 menit diharapkan siswa/siswi
mampu :
a. Pengertian kekerasan/bullying
b. Faktor penyebab bullying
c. Menjelaskan tipe-tipe dan jenis-jenis bullying/kekerasan
d. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi terjadinya bullying
e. Cara menangani bullying yang terjadi disekolah
f. Menjelaskan karakteristik korban/perilaku bullying
g. Menjelaskan dampak
F. Evaluasi
1. Kegiatan : jadwal, alat bantu atau media, proses penyuluhan
2. Hasil penyuluhan : memebri pertanyaan pada siswa/siswi yang mengikuti
penyuluhan di SMKN 5 Selayar tentang :
a. Menyebutkan pengertian kekerasan/bullying
b. Meneyebutkan faktor penyebab bullying
c. Menyebutkan tipe-tipe bullying/kekerasan
d. Menyebutkan cara menangani bullying yang terjadi disekolah
MATERI
BULLYING DI SEKOLAH
1. Pengertian kekerasan/bullying
a. Kekerasan adalah segala tindakan yang cenderung menyakiti orang lain, berbentuk
agresif, fisik, agresifverbal, kemarahan atau permusuhan (taylor, 2000)
b. Perilaku agresif yang dilakukan berulang-ulang oleh seseorang/sekelompok siswa
yang memiliki kekuasaan, terhadap siswa/siswi lain yang lebih lemah, dengan tujuan
menyakiti orang tersebut
c. "Bullying adalah kekerasan mental dan fisik jangka panjang yang dilakukan oleh
individu atau sekelompok orang dan ditujukan pada seseorang yang tidak mampu
membela dirinya sendiri sehingga kami paham jika pengalaman semacam itu dapat
meninggalkan 'luka' pada si korban," ungkap peneliti Thormod Idsoe dari Universitiy
of Stavanger (UiS) dan Bergen's Center for Crisis Psychology.
d. Definisi Bullying menurut PeKA (Peduli Karakter Anak) adalah penggunaan agresi
dengan tujuan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental. Bullying
dapat berupa tindakan fisik, verbal, emosional dan juga seksual. Bullying terjadi ketika
seseorang merasa teraniaya, takut, terintimidasi, oleh tindakan seseorang baik secara
verbal, fisik atau mental. Ia takut bila perilaku tersebut akan terjadi lagi, dan ia merasa
tak berdaya mencegahnya.
3. Tipe kekerasan
a. Fisik
Idnikator secara fisik :
Memar-memar, luka, patah tulang atau bidang-bidang botak pada kulit kepala yang
tidak bisa dijelaskan
Indikator perilaku :
Perilaku berbeda disekolah atau dirumah ; tertutup;sulit menjalani hubungan
sosial;upaya bunuh diri, berbohong, konsep diri lemah;agresif ekstrim
b. Emosi
Indikator secara fisik :
Gangguan komunikasi, penundaan perkembangan fisik
Idndikator perilaku :
Perilaku berbeda disekolah dan dirumah ; tertutup;sulit menjalani hubungan
sosial;upaya bunuh diri,harga diri rendah,tidak sabaran
c. Seksual
Indikator secara fisik :
Kesulitan berjalan atau duduk; darah pada pakaian dalam; kesakitan, kegatalan,
memar, bengkak di area kemaluan; peradangan saluran kecing
Indikator secara perilaku :
Kemajuan pengetahuan seksual, bersetubuh dengan siapa saja, mendadak sulit
untuk pergi ke sekolah, mengisolasi diri, menghindari kontak fisik/menutup diri,
depresi
d. Pengabaian
Indikator secara fisik :
Kelaparan terus menerus (gangguan makan, kurang higienis, pakaian yang tidak
sesuai, tidak perhatian tehadap masalah kesehatan, berat badab dibawah normal,
gagal tumbuh
Indikator secara perilaku :
Perilaku yang merusak diri sendiri, mengemis atau mencuri makanan, kelelahan
yang terus menerus, memikul/mengambil tanggung jawab orang dewasa, sering
tidak hadir atau terlambat, menyatakan tidak ada yang menjaga dirumah
Bullying itu sangat menyakitkan bagi si korban. Tidak seorangpun pantas menjadi korban
bullying. Setiap orang memiliki hak untuk diperlakukan dan dihargai secara pantas dan
wajar. Bullying memiliki dampak yang negatif bagi perkembangan karakter anak, baik
bagi si korban maupun pelaku.
4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Bullying
Kebanyakan perilaku bullying berkembang dari berbagai faktor lingkungan yang
kompleks. Tidak ada faktor tunggal menjadi penyebab munculnya bullying. Faktor-faktor
penyebabnya antara lain:
a. Faktor keluarga
Anak yang melihat orang tuanya atau saudaranya melakukan bullying sering akan
mengembangkan perilaku bullying juga. Ketika anak menerima pesan negatif berupa
hukuman fisik di rumah, mereka akan mengembangkan konsep diri dan harapan diri
yang negatif, yang kemudian dengan pengalaman tersebut mereka cenderung akan
lebih dulu meyerang orang lain sebelum mereka diserang. Bullying dimaknai oleh
anak sebagai sebuah kekuatan untuk melindungi diri dari lingkungan yang
mengancam.
b. Faktor Kepribadian
Salah satu faktor terbesar penyebab anak melakukan bullying adalah tempramen.
Tempramen adalah karakterisktik atau kebiasaan yang terbentuk dari respon
emosional. Hal ini mengarah pada perkembangan tingkah laku personalitas dan sosial
anak. Seseorang yang aktif dan impulsif lebih mungkin untuk berlaku bullying
dibandingkan orang yang pasif atau pemalu.
c. Beberapa anak pelaku bullying sebagai jalan untuk mendapatkan popularitas,
perhatian, atau memperoleh barang-barang yang diinginkannya. Biasanya mereka
takut jika tindakan bullying menimpa diri mereka sehingga mereka mendahului
berlaku bullying pada orang lain untuk membentuk citra sebagai pemberani.
Meskipun beberapa pelaku bullying merasa tidak suka dengan perbuatan mereka,
mereka tidak sungguh-sungguh menyadari akibat perbuatan mereka terhadap orang
lain.
d. Faktor Sekolah
Karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini, anak-anak sebagai
pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk
melakukan intimidasi anak-anak yang lainnya. Bullying berkembang dengan pesat
dalam lingkungan sekolah yang sering memberikan masukan yang negatif pada
siswanya misalnya, berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak
mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama anggota sekolah.
Sekolah yang mudah terdapat kasus bullying pada umumnya berada dalam situasi
sebagai berikut:
1. Sekolah dengan ciri perilaku diskriminatif di kalangan guru dan siswa.
2. Kurangnya pengawasan dan bimbingan etika dari para guru dan satpam.\
3. Sekolah dengan kesenjangan besar antara siswa kaya dan miskin.
4. Adanya kedisiplinan yang sangat kaku atau yang terlalu lemah.\
5. Bimbingan yang tidak layak dan peraturan yang tidak konsisten.
Kejadian di atas mencerminkan bahwa bullying adalah masalah penting yang dapat
terjadi di setiap sekolah jika tidak terjadi hubungan sosial yang akrab oleh sekolah
terhadap komunitasnya yakni murid, staf, masyarakat sekitar, dan orang tua murid.
e. Faktor kelompok sebaya
Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman sekitar rumah kadang
kala terdorong untuk melakukan bullying. Kadang kala beberapa anak melakukan
bullying pada anak yang lainnya dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa
masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman
dengan perilaku tersebut.
Pendapat lain mengatakan bahwa perjalanan seorang anak tumbuh menjadi remaja
pelaku agresi cukup kompleks, dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor; biologis,
psikologis dan sosialkultural.
1. Secara biologis, ada kemungkinan bahwa beberapa anak secara genetik cenderung
akan mengembangkan agresi dibanding anak yang lain. Dalam bukunya
Developmental Psychopathology, Wenar & Kerig (2002) menambahkan bahwa
agresi yang tinggi pada anak-anak dapat merupakan hasil dari abnormalitas
neurologis.
2. Secara psikologis, anak yang agresif kurang memiliki kontrol diri dan sebenarnya
memiliki ketrampilan sosial yang rendah; anak-anak ini memiliki kemampuan
perspectif taking yang rendah, empati terhadap orang lain yang tidak berkembang
dan salah mengartikan sinyal atau tanda-tanda sosial, mereka yakin bahwa agresi
merupakan cara pemecahan masalah yang tepat dan efektif. Jika kita runut dari
lingkungan keluarga, anak-anak yang mengembangkan perilaku agresif tumbuh
dalam pengasuhan yang tidak kondusif, anak mengalami kelekatan (attachment)
yang tidak aman dengan pengasuh terdekatnya, orang tua menerapkan disiplin
yang terlalu keras ataupun terlalu longgar, dan biasanya ditemukan masalah
psikologis pada orang tua; konflik suami-istri, depresi, bersikap antisosial, dan
melakukan tindak kekerasan pada anggota keluarganya.
3. Faktor pubertas dan krisis identitas, yang normal terjadi pada perkembangan
remaja. Dalam rangka mencari identitas dan ingin eksis, biasanya remaja lalu
gemar membentuk geng. Geng remaja sebenarnya sangat normal dan bisa
berdampak positif, namun jika orientasi geng kemudian ’menyimpang’ hal ini
kemudian menimbulkan banyak masalah. Dari relasi antar sebaya juga ditemukan
bahwa beberapa remaja menjadi pelaku bullying karena ’balas dendam’ atas
perlakuan penolakan dan kekerasan yang pernah dialami sebelumnya (misalnya
saat di SD atau SMP).
4. Secara sosiokultural, bullying dipandang sebagai wujud rasa frustrasi akibat
tekanan hidup dan hasil imitasi dari lingkungan orang dewasa. Tanpa sadar,
lingkungan memberikan referensi kepada remaja bahwa kekerasan bisa menjadi
sebuah cara pemecahan masalah. Misalnya saja lingkungan preman yang sehari-
hari dapat dilihat di sekitar mereka dan juga aksi kekerasan dari kelompok-
kelompok massa. Belum lagi tontotan-tontonan kekerasan yang disuguhkan
melalui media visual. Walaupun tak kasat mata, budaya feodal dan senioritas pun
turut memberikan atmosfer dominansi dan menumbuhkan perilaku menindas.
5. Peranan Media Massa
Remaja adalah kelompok atau golongan yang mudah dipengaruhi, karena remaja
sedang mencari identitas diri sehingga mereka dengan mudah untuk meniru atau
mencontoh apa yang dia lihat, seperti pada film atau berita yang sifatnya
kekerasan, dan sebagainya.
5. Akibat bullying
a. Kondisi emosi dan kepribadian terguncang
b. Kondisi tidak seimbang
c. Adaptasi lingkungan terganggu
Sedangkan untuk para pelaku, mereka umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Suka mendominasi anak lain.
2. Suka memanfaatkan anak lain untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
3. Sulit melihat situasi dari titik pandang anak lain.
4. Hanya peduli pada keinginan dan kesenangannya sendiri, dan tak mau peduli dengan
perasaan anak lain.
5. Cenderung melukai anak lain ketika orang tua atau orang dewasa lainnya tidak ada
disekitar mereka.
6. Memandang saudara-saudara atau rekan-rekan yang lebih lemah sebagai sasaran.
7. Tidak mau bertanggung jawab atas tindakannya.
8. Tidak memiliki pandangan terhadap masa depan atau masa bodoh terhadap akibat dari
perbuatannya.
9. Haus perhatian.
Banyak pelaku bullying memiliki karakteristik psikologi. Tetapi umumnya perilaku
bullying mereka dipengaruhi oleh toleransi sekolah atas perilaku bullying, sikap guru,
dan faktor lingkungan yang lain. Selain itu, lingkungan keluarga juga mempengaruhi
perilaku bullying siswa. Bully biasanya berasal dari keluarga yang memperlakukan
mereka dengan kasar (Craig, Peters & Konarski, 1998, dan Pepler & Sedighdellam,
1998 dalam Sciarra (2004; 353). Menurut Bosworth Espelage dan Simon (2001)
dalam Aleude, Adeleke, Omoike, & Akpaida (2008;152) para bully biasanya laki-laki,
populer dan memiliki kemampuan sosial yang bagus. Hal ini memudahkannya
menarik banyak anggota dalam kelompok dan dengan mudah dapat memanipulasi
orang lain.
Secara fisik, pelaku bullying tidak hanya didominasi oleh anak yang berfisik besar
dan kuat, anak bertubuh kecil atau sedang yang memiliki dominasi psikologis yang
besar di kalangan teman-temannya juga dapat menjadi pelaku bullying. Alasan yang
paling jelas mengapa seseorang menjadi pelaku bullying adalah bahwa pelaku
bullyingmerasakan kepuasan apabila ia berkuasa di kalangan teman sebayanya. Selain
itu, tawa teman-teman sekelompok saat ia mempermainkan sang korban memberikan
penguatan terhadap perilaku bullyingnya (Tim Yayasan Semai Jiwa Amini, 2008;
8. Dampak Bullying
1. Bagi korban
Hasil studi yang dilakukan National Youth Violence Prevention Resource Center
Sanders (2003; dalam Anesty, 2009) menunjukkan bahwa bullying dapat membuat
remaja merasa cemas dan ketakutan, mempengaruhi konsentrasi belajar di sekolah
dan menuntun mereka untuk menghindari sekolah. Bila bullying berlanjut dalam
jangka waktu yang lama, dapat mempengaruhi self-esteem siswa, meningkatkan
isolasi sosial, memunculkan perilaku menarik diri, menjadikan remaja rentan terhadap
stress dan depreasi, serta rasa tidak aman. Dalam kasus yang lebih ekstrim,bullying
dapat mengakibatkan remaja berbuat nekat, bahkan bisa membunuh atau melakukan
bunuh diri (commited suicide).
2. Bagi siswa yang menyaksikan bullying
Penelitian- penelitian yang dilakukan baik di dalam maupun luar negeri menunjukkan
bahwa bullying mengakibatkan dampak-dampak negatif sebagai berikut:
a. Gangguan psikologis, misalnya rasa cemas berlebihan, kesepian (Rigby K. 2003).
b. Konsep diri sosial korban bullying menjadi lebih negatif karena korban merasa
tidak diterima oleh teman-temannya, selain itu dirinya juga mempunyai
pengalaman gagal yang terus-menerus dalam membina pertemanan, yaitu di bully
oleh teman dekatnya sendiri (Ratna Djuwita, dkk , 2005).
c. Korban bullying merasakan stress, depresi, benci terhadap pelaku, dendam, ingin
keluar sekolah, merana, malu, tertekan, terancam, bahkan ada yang menyilet-nyilet
tangannya (Ratna Djuwita, dkk , 2005).
d. Membenci lingkungan sosialnya, enggan ke sekolah (Forero et all.1999).
e. Keinginan untuk bunuh diri (Kaltiala-Heino, 1999).
f. Kesulitan konsentrasi, rasa takut berkepanjangan dan depresi (Bond, 2001).
g. Cenderung kurang empatik dan mengarah ke psikotis (Banks R., 1993).
h. Pelaku bullying yang kronis akan membawa perilaku itu sampai dewasa, akan
berpengaruh negatif pada kemampuan mereka untuk membangun dan memelihara
hubungan baik dengan orang lain.
i. Korban akan merasa rendah diri, tidak berharga (Rigby, K, 1999).
j. Gangguan pada kesehatan fisik: sakit kepala, sakit tenggorokan, flu, batuk- batuk,
gatal-gatal, sakit dada, bibir pecah-pecah (Rigby, K, 2003).
3. Bagi pelaku
Sanders (2003; dalam Anesty, 2009) National Youth Violence Prevention
mengemukakan bahwa pada umumnya, para pelaku ini memiliki rasa percaya diri
yang tinggi dengan harga diri yang tinggi pula, cenderung bersifat agresif dengan
perilaku yang pro terhadap kekerasan, tipikal orang berwatak keras, mudah marah dan
impulsif, toleransi yang rendah terhadap frustasi. Para pelaku bullying ini memiliki
kebutuhan kuat untuk mendominasi orang lain dan kurang berempati terhadap
targetnya.