Paper Individu - Noname
Paper Individu - Noname
Disusun oleh :
Sebuah perusahaan akan berjalan dengan efektif dan efisien jika dikelola dengan cara
yang tepat. Para pengelola perusahaan, yaitu dewan komisaris, dewan direktur,dan para
manajer, tergabung ke dalam suatu kelompok yang disebut manajemen perusahaan. Manajemen inilah
yang bertanggungjawab untuk menggunakan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Pendahuluan
Kajian Pustaka
Kualitas dan waktu merupakan hal yang penting, namun peningkatan efisiensi
adalah hal yang juga vital. Baik pengukuran efisiensi finansial maupun non-
finansial diperlukan. Biaya adalah ukuran kritikal untuk efisiensi. Agar pengukuran
efisiensi menjadi bernilai, biaya harus ditetapkan, diukur, dan dialokasikan
dengan tepat; produk jadi harus berhubungan dengan input yang dibutuhkan,
dan pengaruh karena perubahan produktivitas harus dihitung.
2.1.4 Sertifikasi
Ada tiga bentuk sertifikasi utama yang tersedia bagi akuntan manajemen, yaitu:
CMA (Certified Management Accountant), CPA (Certified Public Accountant) dan CIA
(Certified Internal Accountant). CMA adalah sebuah sertifikasi yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan khusus bagi akuntan manajemen. Penghargaan terhadap CMA
terus meningkat dan sertifikasi tersebut sekarang sangat diakui oleh dunia industri. CPA
merupakan sertifikasi yang paling tua dan paling terkenal dalam akuntansi, diharuskan bagi
akuntan yang menjadi auditor eksternal. Meskipun tidak berorientasi pada akuntansi
manajemen, namun CPA banyak dimiliki oleh akuntan manajemen. CIA merupakan
sertifikat bagi auditor internal, penting dan juga diakui dalam dunia industri.
Semua aktivitas adalah biaya karena aktivitas adalah pengorbanan sumber-sumber daya yang
dapat diukur dengan satuan uang atau aktivitas adalah pengorbanan input untuk memperoleh output
dan keuntungan. Management harus berusaha meningkatkan aktivitas yang bernilai tambah dan
mengurangi aktivitas yang tidak bernilai tambah secara sistematis. Aktivitas bernilai tambah seperti
riset pasar, merancang dan mengembangkan produk, membuat dan menjual produk, serta pelayanan
purna jual produk. Sedangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah seperti pemeriksaan pekerjaan,
pengerjaan ulang, memindahkan bahan baku dan barang setengah jadi, penjadwalan, waktu tunggu,
dan penyimpanan. Aktivitas ini harus dikurangi kalau mungkin dihapuskan.
Activity Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh sistem dan
terintegrasi, yang memfokuskan perhatian management pada berbagai aktivitas, dengan tujuan
meningkatkan nilai untuk pelanggan dan laba sebagai hasilnya (Hansen dan Mowen, 2006; 11).
Menurut Mulyadi (2007; 731), Activity Based Management (ABM) adalah pendekatan management
yang memusatkan pengelolaan pada aktivitas dengan tujuan untuk melakukan improvement
berkelanjutan terhadap value yang dihasilkan bagi customer, dan laba yang dihasilkan dari penyedia
value tersebut. Sedangkan menurut Blocher (2007; 239), Activity Based Management (ABM) analisis
aktivitas yang digunakan untuk memperbaiki nilai produk atau jasa bagi pelanggan dan meningkatkan
keuntungan perusahaan.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, ABM mempunyai dua frasa penting, yaitu management berbasis
aktivitas berfokus pada pengelolaan aktivitas untuk meningkatkan nilai yang diterima oleh konsumen,
dan pemusatan pengelolaan pada aktivitas untuk menghasilkan laba dari penyedia nilai tersebut.
Hansen dan Mowen (2009:41) mendefenisikan aktivitas sebagai unit dasar kerja yang
dilakukan dalam sebuah organisasi dan dapat juga digambarkan sebagai suatu pengumpulan tindakan
dalam suatu organisasi yang berguna bagi para manager untuk melakukan perencanaan, pengendalian,
dan pengambilan keputusan. Menurut Blocher, dkk (2011:205) menyatakan definisi aktivitas
merupakan tugas atau tindakan spesifik dari pekerjaan yang dilakukan
Analisis aktivitas didefinisikan oleh Hansen dan Mowen (2009:551) sebagai proses
mengidentifikasi, menggambarkan, dan mengevaluasi kegiatan yang dilakukan organisasi. Sedangkan
menurut Horngren, dkk (2008:89), analisis aktivitas adalah proses mengidentifikasi biaya yang tepat
dan pengaruhnya terhadap biaya pembuatan produk atau penyediaan layanan.
Aktivitas yang mempengaruhi biaya disebut pemicu biaya (cost driver). Tugas utama
menentukan perilaku biaya adalah mengidentifikasi pemicu biaya, yakni menentukan aktivitas yang
menyebabkan suatu biaya dikeluarkan.
Blocher, dkk (2011:107) menyatakan bahwa pemicu biaya (cost drivers) dapat dibedakan
menjadi 4 jenis, yaitu sebagai berikut.
Jenis biaya yang berdasarkan volume seperti bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.
Penggerak biaya berdasarkan struktur bersifat strategis karena memilih rencana dan
keputusan yang mempunyai dampak jangka panjang.
Activity Based Management (ABM) merupakan pusat dari sistem management biaya oleh
karena itu untuk mengelola organisasi atau perusahaan dengan baik, harus menekankan pada ABM.
ABM bertujuan untuk meningkatkan nilai produk atau jasa yang diterima oleh para konsumen, dan
oleh karena itu dapat digunakan untuk mencapai laba dengan menyediakan nilai tambah bagi
konsumennya. Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan ABM adalah management dapat
menentukan wilayah untuk melakukan perbaikan operasi, mengurangi biaya, atau meninggkatkan
nilai bagi pelanggan. Dengan mengidentifikasi sumber daya yang dipakai konsumen, produk, dan
aktivitas, ABM memperbaiki fokus management atas faktor-faktor kunci perusahaan dan
meningkatkan keunggulan kompetitif (Blocher, 2007; 239).
Activity based management menekankan pada biaya berdasarkan aktivitas atau Activity-
Based Costing (ABC) dan analisis nilai proses. Jadi, Activity–Based Management memiliki dua
dimensi, yaitu dimensi biaya dan dimensi proses (Hansen dan Mowen, 2006; 487).
a. Dimensi Biaya
Dimensi biaya adalah dimensi ABM yang memberikan informasi biaya mengenai sumber,
aktivitas, produk, dan pelanggan. Dimensi biaya ini bertujuan untuk memperbaiki keakuratan
pembebanan biaya. Sebagaimana sumber biaya ditelusuri pada aktivitas dan kemudian biaya
dibebankan pada produk dan pelanggan. Dimensi biaya atau dimensi Activity-Based Costing (ABC),
didasarkan pada ABC generasi kedua yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari ABC generasi
pertama. ABC generasi pertama adalah sistem penentuan biaya produk yang terdiri atas dua tahap
yaitu melacak biaya pada berbagai aktivitas dan membebankan biaya pada produk.
ABC semula diakui sebagai metode untuk menyempurnakan ketelitian biaya produk, namun
ABC generasi kedua merupakan sistem pengukuran kinerja yang bersifat komprehensif yang
digunakan sebagai sumber informasi utama Activity-Based Management (ABM). ABC generasi kedua
adalah metodologi untuk mengukur dan menyediakan informasi mengenai biaya sumber-sumber,
aktivitas-aktivitas, dan pembebanan biaya pada objek-objek biaya. Asumsi yang mendasari adalah
objek-objek biaya menciptakan perlunya aktivitas-aktivitas dan menciptakan perlunya sumber-
sumber. ABC juga merupakan sistem yang bermanfaat untuk mengorganisasi dan
mengkomunikasikan informasi.
b. Dimensi Proses
Dimensi proses atau analisis nilai proses adalah dimensi ABM yang memberikan informasi
tentang aktivitas apa yang dikerjakan, mengapa dikerjakan dan seberapa baik dikerjakannya. Tujuan
dimensi proses adalah pengurangan biaya. Dimensi inilah yang memberikan kemampuan untuk
mengukur perbaikan berkelanjutan. Dimensi proses adalah dimensi model ABM yang berisi informasi
kinerja mengenai pekerjaan yang dilaksanakan dalam organisasi sehingga mencakup analisis
penyebab biaya, analisis aktivitas-aktivitas dan evaluasi kinerja dengan menggunakan informasi dari
ABC. Dimensi proses menyediakan informasi mengenai pekerjaan yang dilakukan dalam suatu
aktivitas dan hubungan antara pekerjaan tersebut dengan aktivitas lainnya. Proses adalah serangkaian
aktivitas yang terkait untuk melaksanakan tujuan tertentu.
2.6.2 Penerapan Activity Based Management
a. Meningkatkan kualitas pengambilan keputuan dengan menyajikan informasi biaya yang lebih
akurat.
b. Melakukan pengurangan biaya dengan mendorong dilakukannya program-program
pengurangan biaya.
Tujuan penting dari ABM adalah untuk mengidentifikasi dan menghilangkan aktivitas
dan biaya tak bernilai tambah. Aktivitas yang tidak bernilai tambah adalah operasi yang tidak
perlu dan tidak penting, perlu tapi tidak efisien dan tidak dapat dikembangkan. Biaya yang tidak
bernilai tambah adalah hasil dari beberapa aktivitas, biaya dari beberapa aktivitas yang bisa
dihilangkan tanpa mengurangi kualitas produk, daya guna, dan nilai yang dirasakan. Berikut
adalah lima langkah yang menyediakan strategi untuk menghilangkan biaya tak bernilai tambah
pada perusahaan manufaktur dan jasa, yaitu:
c. Memahami rantai aktivitas, akar masalah, dan pemicunya, dalam mengidentifikasi aktivitas
yang tidak bernilai tambah, sangat penting untuk memahami jalan dimana aktivitas terhubung
bersama.
d. Menetapkan ukuran kinerja, dengan pengukuran kenerja secara terus-menerus dan
membandingkan kinerja dengan tolak ukur, perhatian management mungkin terarah pada
aktivitas yang tidak perlu dan tidak efisien.
e. Melaporkan biaya yang tidak bernilai tambah, biaya tak bernilai tambah harus disoroti pada
laporan pusat biaya. Dengan mengedintifikasi akktivitas tak bernilai tambah, dan melaporkan
biayanya, management dapat bekerja keras untuk mengembangkan proses dan menghilangkan
biaya tak bernilai tambah.
2.7 Faktor-Faktor Yang Mendukung Keberhasilan Penerapan ABM
Usaha perbaikan secara terus-menerus dengan cara penerapan sistem management biaya yang
baru ke dalam suatu organisasi tidak secara otomatis bisa diterima oleh organisasi tersebut. Karyawan
dari organisasi tersebut umumnya cenderung untuk menolak perubahan yang terjadi, karena
perubahan dapat merupakan ancaman untuk berbagai alasan. Faktor-faktor yang mendukung
keberhasilan penerapan activity based management dalam suatu organisasi adalah sebagai berikut:
Budaya organisasi mencerminkan kerangka berpikir dari karyawan termasuk perilaku, nilai,
keyakinan yang dianut oleh karyawan. Budaya organisasi menunjukkan keterlibatan, kerja sama serta
partisipasi yang tinggi dari seluruh karyawan. Budaya organisasi sangatlah mendukung keberhasilan
dari penerapan ABM di suatu organisasi.
Penerapan suatu sistem management biaya yang baru seperti ABM dan ABC membutuhkan
waktu dan sumber daya, oleh karena itu dukungan dan peran serta top manajer sangatlah diperlukan
untuk keberhasilan penerapannya.
Perubahan bisa terjadi apabila diterapkannya suatu proses yang sudah dirancang untuk
menghasilkan perubahan tersebut. Perbaikan dari proses yang sudah ada sangat mendukung
keberhasilan penerapannya. Elemen-elemen dari proses diantaranya adalah daftar dari aktivitas,
sekumpulan tujuan, dan tindakan lanjutan.
Process Value Analysis merupakan suatu analisa yang menghasilkan informasi tentang
mengapa dan bagaimana suatu aktivitas atau pekerjaan dilakukan. Analisa ini menekankan pada
upaya untuk memaksimumkan sistem penilaian kinerja secara keseluruhan dari pada performance
individu. Process Value Analysis dilakukan dengan 3 langkah di bawah ini:
Apabila permintaan akan suatu aktivitas berubah akan menyebabkan perubahan jumlah
biaya aktivitas, akan tetapi satuan ukuran output aktivitas tidak selalu berhubungan langsung
dengan penyebab timbulnya biaya suatu aktivitas. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu analisa
yang disebut dengan analisa driver. Analisa Driver bertujuan untuk menunjukan penyebab
munculnya biaya aktivitas.
Untuk menentukan aktivitas apa yang dilakukan, jumlah pekerja yang telibat, waktu dan
sumber ekonomi yang digunakan serta rekomendasi bagi management tentang aktivitas tersebut.
Analisa aktivitas akan diuraikan di bawah ini. Analisa aktivitas merupakan inti dari process value
analysis. Analisa aktivitas merupakan suatu proses identifikasi, penjabaran serta evaluasi aktivitas-
aktivitas yang dilakukan oleh suatu organisasi. Analisa aktivitas diharapkan mampu menjawab 4
pertanyaan berikut ini:
b. Berapa jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan setiap aktivitas?
c. Berapa jumlah waktu dan sumber-sumber ekonomi lainnya yang dibutuhkan oleh setiap
aktivitas?
d. Bagaimana manfaat aktivitas bagi organisasi secara keseluruhan termasuk rekomendasi untuk
tetap mempertahankan nilai tambah setiap aktivitas bagi organisasi.
Dari 4 hal tersebut di atas, hasil akhir dari suatu analisa aktivitas adalah penentuan nilai
tambah setiap aktivitas bagi organisasi. Oleh karena itu dalam analisa aktivitas, aktivitas dapat
dibedakan menjadi 2 jenis aktivitas yaitu:
2) Discretionary Activities, merupakan aktivitas kebijakan. Aktivitas ini yang dilakukan untuk
memenuhi 3 kriteria berikut yaitu aktivitas menyebabkan adanya perubahan sifat atau bentuk,
perubahan sifat atau bentuk tidak dapat dilakukan oleh aktivitas sebelumnya dan aktivitas yang
memungkinkan aktivitas lain untuk dilaksanakan.
Merupakan aktivitas yang tidak diperlukan atau diperlukan tetapi dilaksanakan dengan tidak
efisien. Biaya untuk melaksanakan aktivitas ini disebut dengan biaya aktivitas tidak bernilai tambah.
Biaya inilah yang harus dieliminasi karena menimbulkan adanya pemborosan, contohnya:
1) Scheduling, merupakan aktivitas penjadwalan proses produksi untuk setiap jenis produk
2) Moving, merupakan aktivitas pemindahan bahan, barang dalam proses dan barang jadi dari
satu departemen. ke departemen lain
3) Waiting, merupakan aktivitas menunggu tersedianya bahan baku, menunggu datangnya BDP
yang dikirimkan dari bagian atau departemen lain
4) Inspeksi, merupakan aktivitas pemeriksaan barang untuk meyakinkan bahwa barang telah
memenuhi spesifikasi atau kualitas yang diharapkan.
5) Storing, merupakan aktivitas penyimpanan bahan, Barang Dalam Proses, produk selesai
sebagai persediaan di gudang menunggu waktu pemakaian atau pengiriman.
Hasil akhir yang ingin dicapai dalam analisa aktivitas adalah penurunan biaya (cost
reduction) yang ditimbulkan karena adanya continues improvement. Dalam lingkungan yang
kompetitif, perusahaan harus mampu mengirimkan produk yang diinginkan konsumen dalam waktu
yang tepat serta harga yang rendah. Hal ini mendorong perusahaan harus selalau melakukan perbaikan
yang terus menerus dalam melaksanakan aktivitasnya. Analisa aktivitas dapat menurunkan biaya
malalui dengan 4 cara berikut ini:
2. Activity selection, pemilihan serangkaian aktivitas yang berbeda disebabkan kerena srtategi
yang saling bersaing. Strategi berbeda membutuhkan aktivitas berbeda. Dipilih aktivitas yang
biayanya rendah untuk hasil yang sama.
3. Activity reduction, pengurangan waktu dan konsumsi sumber ekonomi yang diperlukan suatu
aktivitas. Pendekatan ini terutama ditujukan untuk peningkatan efisiensi dan peningkatan aktivitas
tidak bernilai tambah dapat dihilangkan.
Yaitu pengukuran performance dalam pelaksanaan suatu aktivitas dengan menggunakan alat ukur
finansial maupun non finansial. Alat ukur yang digunakan harus mampu mengetahui bagaimana suatu
aktivitas dilaksanakan dan hasil yang dicapai. Alat ukur ini juga diharapkan mampu menunjukan
perbaikan yang secara terus menerus dilakukan perusahaan. Penilaian dipusatkan pada 3 hal yaitu
waktu, kualitas serta efisiensi.
a. Waktu
2) Responsiveness : cycle time (waktu untuk melaksanakan 1 aktivitas), velocity (jumlah output
aktivitas yang dihasilkan dalam satuan waktu tertentu)
c. Efisiensi
3.1.1. Penyajian Data Biaya Divisi Room Hotel Gran Central Manado 2017
Biaya-biaya divisi room hotel ini timbul dari semua biaya yang berkaitan dengan
aktivitas pemberian jasa penginapan yaitu mulai dari departemen front office yang terdiri dari
unit aktivitas administrasi, concierge serta departemen front office yang terdiri atas unit aktivitas
housekeeping and laundry. Data biaya divisi room selama tahun 2017 ini diperoleh dari bagian
accounting hotel dimana biaya ini melalui berbagai pola perkiraan telah disusun untuk tujuan
pembuatan laporan keuangan yang ditujukan bagi pihak management hotel :
Salaries 850.360.000
Postage 260.000
Maintenance 48.825.850
Jenis Biaya Jumlah Biaya (Rp)
Housekeeping
Jenis Biaya Administrasi Concierge Total
and Laundry
Phone and
16.125.000 13.448.250 2.676.750 32.250.000
Internet
Printing and
29.541.533 11.431.467 40.973.000
Stationary
Setelah menentukan cost driver untuk masing-masing biaya dan alokasi biaya untuk tiap
unit aktivitas yang ada maka pengalokasian besarnya biaya untuk masing-masing aktivitas dapat
dilakukan. Pembebanan biaya ke tiap-tiap aktivitas ini ditentukan berdasarkan persentase dimana
persentase tersebut diperoleh dengan cara membagi jumlah cost driver masing-masing aktivitas
dengan jumlah cost driver tiap unit aktivitasnya.\
Tabel 3. Biaya Aktivitas Divisi Room Hotel Gran Central Manado Tahun 2017
TOTAL 1.090.630.613
Analisis Aktivitas
2. Reservation Confirmation
4. Inspeksi kamar
Pada tabel berikut akan ditampilkan jumlah biaya yang telah diklasifikasikan menjadi dua menurut
analisis aktivitas yaitu value added activities (VA) dan non value added activities (NVA). Untuk
selanjutnya, dari pengelompokkan biaya ini nantinya akan dilakukan penggabungan, pengeliminasian
atau pereduksian beberapa aktivitas sehingga biaya tidak bernilai tambah yang muncul di divisi room
Hotel Gran Central Manado ini dapat dikurangi :
Tabel 4. Biaya Value Added Activities dan Non Value Added Activities
Tabel 5. Biaya Aktivitas Tidak Bernilai Tambah Divisi Room Hotel Gran Central
Manado Tahun 2017 Setelah Cost Reduction
Arrangement Room
30.374.859 100% 30.374.859
Occupied
Dari pengeliminasian aktivitas tidak bernilai tambah tersebut, maka biaya aktivitas yang
timbul di divisi room Hotel Gran Central Manado ini tentu saja akan berkurang. Total pengurangan
biaya ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6. Biaya Aktivitas Divisi Room Hotel Gran Central Manado Tahun 2017 Setelah Cost
Reduction
Total 948.736.085
Dengan menggunakan Activity Based Management maka total biaya di divisi room hotel Gran
Central Manado dapat berkurang sebanyak 141.363.737 dari 1.090.630.613
Analisis Kasus
Dari hasil analisa sebelumnya nampak bahwa ada beberapa aktivitas yang dapat
digabungkan dengan aktivitas lain yang sejenis, direduksi volume aktivitasnya atau bahkan ada yang
perlu untuk dieliminasi. Aktivitas tersebut antara lain :
Aktivitas ini adalah aktivitas memberi tanda untuk nomor kamar yang ditempati oleh tamu
dan aktivitas ini hampir sama dengan aktivitas reservation call book and blocking sehingga aktivitas
ini tidak bernilai tambah, oleh karena itu aktivitas ini dapat dieliminasi karena merupakan bentuk
pengulangan dari aktivitas reservation call book and blocking sehingga biayanya dapat dieliminasi
100%. Aktivitas ini termasuk dalam aktivitas membuat skedul.
2. Reservation Confirmation
Aktivitas ini adalah aktivitas untuk melakukan konfirmasi ulang kepada tamu yang
akan menginap di hotel. Aktivitas ini juga dapat dieliminasi karena sama dengan aktivitas reservation
call book and blocking sehingga aktivitas reservation confirmation ini hanya menghasilkan biaya
tidak bernilai tambah. Dengan adanya pengeliminasian aktivitas ini maka biaya yang muncul juga
dieliminasi sebanyak 100%. Aktivitas ini termasuk dalam aktivitas membuat skedul.
Aktivitas ini merupakan aktivitas untuk mangatur kamar setelah tamu tiba di hotel. Aktivitas
ini dieliminasi karena jika pihak hotel telah memastikan dengan jelas kepada pihak pemesan kamar
mengenai jumlah kamar yang akan dihuni oleh tamu pada saat tamu tersebut melakukan reservasi
maka pihak hotel dapat memperoleh informasi mengenai jumlah kamar yang akan disediakan untuk
tamu yang memesan kamar sehingga aktivitas ini dapat dieliminasi sebesar 100%. Aktivitas ini
termasuk dalam aktivitas membuat skedul.
4. Inspeksi kamar
Aktivitas ini adalah aktivitas untuk memeriksa keadaan kamar, apakah ada yang rusak atau
tidak. Aktivitas ini dapat dieliminasi karena aktivitas ini telah dilakukan oleh aktivitas lain yaitu
aktivitas supervise housekeeping sehingga dapat dieliminasi 100% langsung. Aktivitas ini termasuk
dalam aktivitas melakukan inspeksi.
Kesimpulan
Activity Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh sistem dan
terintegrasi yang memfokuskan perhatian manajemen pada berbagai aktivitas, dengan tujuan
meningkatkan nilai untuk pelanggan dan laba sebagai hasilnya (Hansen dan Mowen, 2006;
11). Menurut Mulyadi (2007; 731) Activity-Based Management (ABM) adalah pendekatan
manajemen yang memusatkan pengelolaan pada aktivitas dengan tujuan untuk melakukan
improvement berkelanjutan terhadap value yang dihasilkan bagi customer, dan laba yang
dihasilkan dari penyedia value tersebut. Sedangkan menurut Blocher (2007; 239), Activity
Based Management (ABM) analisis aktivitas yang digunakan untuk memperbaiki nilai
produk atau jasa bagi pelanggan dan meningkatkan keuntungan perusahaan. Berdasarkan
definisi-definisi diatas, ABM mempunyai dua frasa penting, yaitu manajemen berbasis
aktivitas berfokus pada pengelolaan aktivitas untuk meningkatkan nilai yang diterima oleh
konsumen, dan pemusatan pengelolaan pada aktivitas untuk menghasilkan laba dari
penyedia nilai tersebut.
ABM bertujuan untuk meningkatkan nilai produk atau jasa yang diterima oleh para
konsumen, dan oleh karena itu dapat digunakan untuk mencapai laba dengan menyediakan
nilai tambah bagi konsumennya. Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan ABM
adalah manajemen dapat menentukan wilayah untuk melakukan perbaikan operasi,
mengurangi biaya, atau meninggkatkan nilai bagi pelanggan. Dengan mengidentifikasi
sumber daya yang dipakai konsumen, produk, dan aktivitas, ABM memperbaiki fokus
manajemen atas faktor-faktor kunci perusahaan dan meningkatkan keunggulan kompetitif
(Blocher, 2007; 239).
Activity based management menekankan pada biaya berdasarkan aktivitas atau Activity-
Based Costing (ABC) dan analisis nilai proses. Jadi, activity based management memiliki
dua dimensi, yaitu dimensi biaya dan dimensi proses. Dimensi biaya adalah dimensi ABM
yang memberikan informasi biaya mengenai sumber, aktivitas, produk, dan pelanggan.
Dimensi biaya ini bertujuan untuk memperbaiki keakuratan pembebanan biaya. Dimensi
proses atau analisis nilai proses adalah dimensi ABM yang memberikan informasi tentang
aktivitas apa yang dikerjakan, mengapa dikerjakan dan seberapa baik dikerjakannya. Tujuan
dimensi proses adalah pengurangan biaya.
b. Activity analysis, untuk menentukan aktivitas apa yang dilakukan, jumlah pekerja
yang telibat, waktu dan sumber ekonomi yang digunakan serta rekomendasi bagi
manajemen tentang aktivitas tersebut.
Ikin, Solikin. 2008, Activity Based Costing (ABC) dan Activity Based Management (ABM).
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tridarma Bandung.
L. Jade, Faliany. 2008. Faktor-faktor Penentu Penerapan Sistem Biaya Berbasis Aktivitas.
Jakarta : Universitas Khatolik Indonesia Atmajaya
Yudi, Avrillianti. 2006. Penerapan Activity Based Management (ABM) Sebagai Sarana Untuk
Mendorong Efisiensi Biaya Produksi. Malang : Universitas Brawijaya.Zia. 2011. ABM (Activity
Based Management). Jakarta.
Jimfeb, Jimfeb Article File 143/110. Tersedia www.jimfeb.ub.ac.id/ (Diakses 15 April 2016)
Christanty J R Muskitta1, Jenny Morasa2, Stanly Alexander. (2017). Analisis Penerapan Activity
Based Management Untuk Meningkatkan Efisiensi Pada Hotel Gran Central Manado. Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi, Universitas Sam Ratulangi. Jurnal Riset Akuntansi Going
Concern 13(3), 2018, 467-476