1. Latar Belakang
a. Dasar hukum/Kebijakan
1) Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2) Undang-Undang No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian,
Pengembangandan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
3) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1995 tentang Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
4) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 791/Menkes/SK/VII/1999 tentang
Koordinasi Penyelenggaran Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
5) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1179A/Menkes/SK/X/1999 tentang
Kebijakan Nasional Penelitian dan Pengembangan Kesehatan;
6) Permenkes No.681/MENKES/PER/VI/2012 tentang Riset Kesehatan Nasional
b. Gambaran Umum
Sesuai dengan peraturan presiden no 18 tentang RPJMN 2020-2024 bahwa
masalah kematian ibu dan stunting merupakan Major Project nasional, adanya
komitmen pemerintah dengan global terkait capaian tujuan SDG’s no 2 yaitu
mengakhiri kelaparan mencapai ketahanan pangan dan nutrisi yang lebih baik dan
mendukung pertanian berkelanjutan serta adanya surat dari Set Wapres no
B.504/s.b.01.01/07/2009 tentang pelaksanaan SSGI. Selain itu hasil Ratas
Evaluasi Proyek Strategis Nasional untuk Pemulihan Ekonomi Nasional Dampak
COVID-19 tanggal 19 Mei 2020, Presiden mengingatkan seluruh jajaran
menterinya untuk tidak melupakan ancaman stunting dan penyakit lainnya yang
masih mewabah di tengah masyarakat. Meski kini pemerintah masih fokus
menangani pandemi COVID-19.
Untuk menunjang program pembangunan kesehatan salah satu indikator yaitu
percepatan perbaikan gizi masyarakat, dalam hal ini studi status gizi melakukan
evaluasi status gizi di tingkat rumah tangga dengan menggunakan data Susenas
Maret 2021.
Strategi Pemerintah dalam upaya penanggulangan stunting dituangkan dalam
bentuk 5 Pilar Strategi Nasional (STRANAS) Percepatan Pencegahan Stunting
2018-2024. Salah satu pilar penting dari STRANAS Percepatan Pencegahan
Stunting adalah pemantauan dan evaluasi. Oleh karena itu diperlukan sistem
pendataan yang dapat memantau secara akurat dan data prevalensi stunting di
tingkat nasonal dan kabupaten/kota. Sehingga sejak tahun 2019 dilakukan survei
status gizi Balita yang dilanjutkan setiap tahun sampai tahun 2024. Karena saat
ini, baik di tingkat global maupun di Indonesia masih dalam kondisi Pandemi
COVID-19 maka pelaksanaan SSGI tahun 2021 akan dilaksanakan dengan
Protokol Kesehatan COVID-19.
b. Tujuan khusus :
a. Diperolehnya dukungan dari pihak terkait atas pelaksanaan SSGI 2021:
1. Surat Dukungan Satgas Covid-19 Provinsi dan Kabupaten/Kota
2. Surat Ijin Kesbanglimas Provinsi dan Kabupaten/Kota
3. Surat Dukungan Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota
4. Dukungan Jaringan Laboratorium (Labkesda) dan Jaringannya untuk
pemeriksaan Covid-19 (termasuk nama Lab yang ditunjuk baik di Provinsi
maupun di Kabupaten/Kota)
b. Tersosialisasinya hasil SDSG 2020
c. Tersosialisasi rencana pelaksanaan SSGI 2021
d. Diperolehnya Laporan Rakornis Provinsi yang berisi:
1. Rencana Rekrutmen Petugas updating dan Enumerator
2. Rencana pelaksanaan sosialisasi updating
3. Rencana pelaksanaan updating listing rumah tangga
4. Rencana pelaksanaan validasi updating listing rumah tangga
5. Rencana pelaksanaan Workshop enumerator
6. Rencana Penanganan bila terjadi kasus covid19 pada saat rangkaian
kegiatan SSGI 2021 di lapangan
7. Teridentifikasinya kebutuhan biaya daerah sulit
3. Rencana Kegiatan
a. Uraian Kegiatan
Rapat Koordinasi Tingkat Provinsi dilaksanakan dalam bentuk pertemuan secara
luring dan darin yang melibatkan Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan
Kab/Kota, BPS tingkat provinsi, Satgas Covid-19 tingkat provinsi dan kab/kota.
b. Batasan Kegiatan
Rapat koordinasi Tingkat Provinsi merupakan rencana teknis dan persiapan
pelaksanaan penelitian SSGI 2021
5. Ouput
Matriks terlampir.