Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL

“Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pecahan Melalui Penerapan


Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Alat Praga Pecahan”

OLEH:

MUHAMMAD WALDY
A1I119082

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI 2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kita kesehatan beserta kesempatan dalam menyelesaikan Proposal ini pada waktu
yang telah ditetapkan, dengan judul. “Meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
pecahan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif dengan alat praga
pecahan.”

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan support, motivasi serta doa selama Penulis melakukan penelitian
dan penyusunan Proposal ini.

Penulis menyadari bahwa Proposal ini sangat jauh dari kata sempurna, karena
sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Dzat yang Maha Esa. Untuk itulah
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun bagi penulis dan
Proposal ini untuk kedepannya.

Demikianlah, dengan segala kerenahan hati, sekali lagi Penulis ucapkan


banyak Terima Kasih. Semoga Proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
khususnya bagi pembaca nantinya.

Kendari, 22 Juni 2021

Muhammad Waldy
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................6
C. Tujuan......................................................................................................................6
D. Manfaat penelitian...................................................................................................6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori.............................................................................................................7
B. Model Pembelajaran Kooperatif..............................................................................9
C. Hasil Belajar Kognitif..............................................................................................11
D. Faktor Yang Memengaruhi Hasil............................................................................12
E. Alat Praga................................................................................................................13
F. Kerangka Berpikir...................................................................................................14
G. Hipotesis Tindakan..................................................................................................15
H. Penelitian Yang Relevan..........................................................................................16

BAB III METODE PENELITIAN

A. Latar Penelitian........................................................................................................17
B. Faktor Yang Diselidiki............................................................................................17
C. Prosedur Penelitian..................................................................................................18
D. Teknik Pengumpulan Data......................................................................................19
E. Jenis Data Dan Cara Pengambilannya.....................................................................19
F. Teknik Analisis Data...............................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................21
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mata pelajaran Matematika berfungsi mengembangkan kemampuan untuk


berkomunikasi dengan menggunakan bilangan-bilangan dan simbol-simbol serta
ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan
menyelesaikanpermasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan Matematika di
sekolah dasar mengutamakan agar siswa mengenal, memahami, serta mahir
menggunakan media dalam kaitannya dengan praktik dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu siswa dapat mengembangkan kemampuannya secara optimal dalam belajar
matematika sebagaimana yang diharapkan dalam tujuan pembejaran.

Dengan demikian dalam pendidikan matematika dituntut adanya benda


konkret yang merupakan ide-ide matematika dan juga benda konkret yang dapat
digunakan untuk penerapan matematika. Mutu pendidikan yang tinggi merupakan
harapan bagi semua pihak yang mengerti tentang arti makna pendidikan. Pendidikan
sangat penting karena mencakup segala usaha dan perbuatan dari seseorang untuk
menggali pengalaman kepada orang lain.

Peningkatan mutu pendidikan disadari sepenuhnya bahwa masih banyak


kekurangan baik dari segi tenaga pendidik maupun fasilitas yang dijadikan media
pembelajaran yang dapat menunjang peningkatan mutu pendidikan itu sendiri.
MemperhatikanMemperhatikan bahwa materi matematika mempunyai keteraturan
dan keterkaitan, ini menunjang bahwa matematika dipandang dan diresapi sebagai
suatu seni, dalam mencari kebenarannya harus mencari keserasian, kesesuaian dan
keterkaitan antara satu materi dengan materi yang lain.

Maka guru harus membuat pembelaran matematika menjadi menarik untuk


mereka pelajari. Namun kenyetaan di lapangan selama ini siswa masih memandang
bahwa matematika itu sulit dan membosankan. Kesenjangan antara kenyataan dengan
harapan dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya adalah pembelaran matematika yang memiliki konsep abstrak
diajarkan kepada siswa sekolah dasar masih dalam taraf berpikir konkret. Sehingga
pemahaman siswa sulit untuk menjangkau konsep matematika yang sifatnya abstrak.

Hal ini akan menuntut guru untuk mengatasi kondisi pembelajaran tersebut,
yakni dengan mencari alternatif pembelajaran yang dapat menjangkau kemampuan
siswa pada sifat konkret, agar dapat memahami konsep yang sifatnya abstrak. Selain
itu seorang guru hendaknya dapat memilih alat peraga, ataupun menggunakan model
pembelajaran yang sesuai.

Pendidikan merupakan suatu proses pengembangan diri individu dari


kepribadian seseorang yang dilakukan secara sadar dan penuh tangggung jawab untuk
dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta nilai-nilai sehingga
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan. ProsesProses belajar mengajar
merupakan suatu proses yang rumit karena tidak sekadar menyerap informasi dari
guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan maupun tindakan yang dilakukan, terutama
bila diinginkan hasil belajar yang lebih baik atau maksimal.

Belajar mengajar pada hakikatnya merupakan suatu upaya dalam


mengembangkan dan membangkitkan keaktifan belajar yang dilakukan oleh siswa
dan guru. Djamarah dan Aswan (2014: 44) menyatakan “Kegiatan belajar mengajar
adalah inti kegiatan dalam pendidikan”. Proses belajar yang dialami setiap siswa
terjadi secara abstrak, karena terjadi secara mental dan tidak dapat diamati, dapat
diketahui jika ada perubahan perilaku yang berbeda dari seseorang.

BerdasarkanBerdasarkan hasil observasi awal yang peneliti lakukan di SD


Negeri 5 Kendari bahwa dari 40 siswa, 18 orang (45,00%) dari jumlah siswa
sebanyak 40 orang mendapat nilai di bawah KKM, sedangkan yang mendapatkan
nilai di atas atau sama dengan KKM sebanyak 22 orang (55,00%) dan rata-rata
keseluruhan adalah 62,00. Dengan hasil tabel tersebut menjelaskan hasil belajar siswa
belum mencapai standar ketuntasan klasikal yaitu 85%.

KurangKurang maksimalnya hasil belajar pada materi pembagian pecahan


biasa dengan pecahan campuran disebabkan oleh beberapa faktor penyebab
diantaranya dari faktor guru dan siswa. Berdasarkan informasi dari Kepala Sekolah
dari faktor guru antara lain; (1) Proses pembelajaran masih didominasi oleh guru, (2)
Dalam proses belajar di kelas, guru memakai model pembelajaran yang kurang
bervariasi dan cenderung hanya menyampaikan materi serta pemberian tugas, (3)
Guru kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Informasi dari guru
penyebab dari faktor siswa antara lain; (1) Siswa kurang aktif dan minat dalam
pembelajaran matematika,
(2) Siswa kurang menyukai pelajaran.

Berdasarkan latar belakang di atas Penulis tertarik meneliti karena observasi


di SDN 5 Kendari ditemukan permasalahan dalam pembelajaran matematika
khususnya pokok bahasan tentang menjumlah pecahan berpenyebut tidak sama yakni
masih sebagian besar siswa belum mampu menjumlah pecahan berpenyabut tidak
sama, sebab dari hasil perolehan siswa belum mencapai sesuai yang diharapkan.

Maka dari itu Penulis mengangkat judul, “Meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi pecahan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif dengan alat
praga pecahan.”
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakangnya di atas, maka yang menjadi permasalahanya adalah


sebagai berikut:
1. Apa yang di maksud dengan pembelajaran kooperatif?
2. Jelaskan bagaimana cara meningkatkan pembelajaran siswa-siswi pada materi
pecahan?
3. Apakah dengan metode kooperatif dapat meningkatkan pembelajaran siswa-
siswi?

C. TUJUAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menjumlah


pecahan berpenyebut tidak sama melalui model pembelajaran kooperatif dan cara
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pecahan Melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif dengan alat peraga pecahan pada siswa SDN 5 Kendari kelas
V tahun ajaran 2021/2022.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi Peneliti

 Dengan melakukan penelitian diharapkan dapat mengetahui strategi


pembelajaran yang tepat demi peningkatan pembelajaran di kelas, sehingga
masalah yang dihadapi peneliti yang berhubungan dengan materi
pembelajaran siswa dapat ditingkatkan.

 Peneliti dapat melakukan penelitian yang lebih lanjut dan lebih bermanfaat
sehingga mengenal keragaman pembelajaran yang lebih bervariasi untuk
mengatasi kebosanan siswa.

2. Bagi Siswa

 Dengan adanya penelitian diharapkan siswa lebih mudah dalam menerima


dan memahami materi yang disampaikan oleh guru, sehingga prestasi dan
aktivitas belajar siswa meningkat.

 Diharapkan juga siswa dapat mengembangkan kemampuan memecahkan


masalah, komunikasi dan kerja sama serta berpikir kritis.

3. Bagi Guru

Sebagai bahan masukan bagi guru sekolah dasar untuk meningkatkan kualitas
pendidikan dalam pembelajaran matematika khususnya menjumlah pecahan
berpenyebut tidak sama.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah dia menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses
pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi
kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya
melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun
dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas
maupun individu. Faktor-faktor yang memengaruhi Hasil belajar yaitu:

1) Faktor Internal (dari dalam individu yang belajar).

Faktor yang memengaruhi kegiatan belajar ini lebih ditekankan pada faktor faktor
yang memengaruhi kegiatan tersebut adalah faktor psikologis, antara lain yaitu:
motivasi, perhatian, pengamatan, tanggapan dan lain sebagainya.

2) Faktor Eksternal (dari luar individu yang belajar).

Pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan belajar yang
kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan faktor dari luar siswa. Adapun faktor
yang memengaruhi adalah mendapatkan pengetahuan, penanaman konsep dan
keterampilan, dan pembentukan sikap.

Sudjana (1989: 22) menyimpulkan “Pengertian hasil belajar dalam hal ini adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah dia melaksanakan pengalaman
belajarnya”.

Pengertian tersebut maka dapat dikaji bahwa hasil belajar adalah suatu
penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang.
Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-
lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang
selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan mengubah cara
berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.
2. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Dalam Pembelajaran

Fase / tahapan umum medel pembelajaran kooperatif

1) Menyediakan objek dan perangkat


Guru mengemukakan tujuan, memotivasi peserta didik untuk belajar,
menyediakan objek dan membuat perangjat pembelajaran

2) Menghadirkan / menyajikan informasi


Guru menghadirkan / menyajikan informasi untuk peserta didik baik secara
prestasi verbal ataupun dengan tulisan

3) Mengorganisasi peserta didik dalam belajar kelompok


Guru menjelaskan pada peserta didik bagaimana membentuk kelompok belajar
dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

4) Membimbing bekerja dan belajar


Guru membimbing kelompok belajar ketika mereka sedang bekerja meyelesaikan
tugas bersama

5) Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok menyajikan hasil kajiannnya

6) Mengenali prestasi
Guru mencari cara untuk mengenali baik usaha dan prestasi individu juga
kelompoknya dan memberi penghargaan terhadap usaha- usaha kelompok
maupun individu

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada penelitian yang dilakukan antara


lain:

1) Kegiatan awal

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.


b. Memberi motivasi kepada siswa

2) Kegiatan Inti

a. Menyajikan dan menjelaskanan materi yang di bahas.


b. Memandu siswa membuat kelompok dan mengatur tempat duduk.
c. Memfasilitasi lembar kerja siswa/bahan-bahan diskusi.
d. Membagikan bahan-bahan diskusi kelompok pada setiap kelompok.
e. Meminta siswa menyelesaikan tugas dalam kelompok.
f. Membantu siswa yang mengalami kesulitan.
g. Mengamati kerja sama tiap anggota kelompok.
h. Menjadi moderator dalam tanggapan, pertanyaan dan masukan dalam kegiatan
i. Memberi penguatan terhadap materi yang sudah dibahas.
3) Kegiatan akhir

a. Memberikan kuis/evaluasi
b. Guru memberi penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai.
c. Memberikan tugas rumah
d. Melakukan perbaikan dan pengayaan

B. Model Pembelajaran Kooperatif

Falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong-royong atau cooperative


learning adalah falsafah homo homini socius. Berlawanan dengan teori Darwin,
falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerja sama
merupakan faktor yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Tanpa kerja
sama, tidak akan ada individu, keluarga, organisasi atau sekolah.

Slavin (1995) menyatakan pendekatan konstruktivis dalam pengajaran


menerapkan pembelajaran kooperatif secara ekstensif atas dasar teori bahwa siswa
akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila
mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep ini dengan temannya. Didalam
pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil,
saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4
atau 5 siswa dengan kemampuan yang heterogen.

Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran siswa, jenis


kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan
pendapat dan bekerja sama dengan teman yang berbeda latar belakangnya.
Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat
bekerja sama di dalam kelompoknya, keterampilan kooperatif dibedakan 3 tingkatan,
yaitu:

 Keterampilan kooperatif tingkat awal, meliputi menggunakan kesepakatan,


menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada dalam
kelompok, berada dalam tugas, mendorong partismatematikasi, memancing
orang lain untuk berbicara, menyelesaikan tugas pada waktunya, dan
menghormati perbedaan individu.

 Keterampilan kooperatif tingkat menengah, meliputi menunjukkan


penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang
dapat diterima, centenarian dengan aktif, bertanya membuat ringkasan,
menafsirkaan, mengatur dan mengorganisir, memeriksa ketepatan, menerima
tanggung jawab, dan mengurangi ketegangan.
3. Pemecahan Masalah

Strategi pembelajaran yang efektif dengan adanya interaksi dua arah antara
siswa dengan guru sangat mendukung suatu pembelajaran yang optimal. Proses
belajar mengajar akan terhambat jika guru tidak dapat menciptakan suatu kreativitas
dalam strategi pembelajarannya. Misalnya dengan menggunakan media atau model
pembelajaran kooperatif maka diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan
motivasi siswa untuk belajar matematika khususilakukan dalam rangka peningkatan
kualitas pembelajaran dengan menggunakan konkret dalam pembelajaran kooperatif
sekolah sudah pernah dilakukan, akan tetapi berbeda dengan penelitian yang penulis
lakukan ini, diantaranya adalah: Rifnawati. D. (2006) dalam judulnya “Usaha
meningkatkan hasil belajar pada soal cerita melalui pemanfaatan Media Kartu dengan
pembelajaran Kooperatif pada pokok bahasan operasi hitung pecahan pada siswa
kelas V SD Sekaran 01 Semarang. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan
hasil belajar pada siklus I diperoleh dari tes yang dilaksanakan dengan nilai rata – rata
kelas adalah 5,83 dengan ketuntasan klasikal 47,36 %. Berdasarkan hasil observasi
terhadap aktivitas siswa pada siklus II diperoleh hasil belajar pada siklus I diperoleh
nilai rata – rata kelas 8,3 dengan ketuntasan klasikal 87,5 %.

Djamarah & Zain (Susanto, 2016 : 3) menetapkan bahwa hasil belajar telah
telah terpenuhi dua indikator yaitu 1) daya serap terhadap materi yang diajarkan
mencapai nilai yang tinggi, dan 2) sikap yang termuat dalam tujuan pembelajaran
telah dicapai oleh siswa baik. Hasil belajar dapat ditandai dengan adanya perubahan
pada siswa yaitu perubahan tingkah laku, tingkat pengetahuan, dan kemampuan siswa
yang berhubungan dengan materi pembelajaran.

Hasil belajar siswa telah tercapai dengan baik apabila siswa mampu
memahami materi pembelajaran dengan baik dan siswa berhasil mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan termasuk sikap siswa.

Purwanto (2008 : 49) menyebutkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan


yang menyangkut pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh siswa akibat
perubahan tingkah laku setelah mengikuti pembelajaran. Kemampuan yang diperoleh
siswa diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Berdasarkan uraian pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku dan kemampuan siswa yang mencakup
pengetahuan, sikap, dan keterampilan akibat proses belajar. Perubahan perilaku siswa
disebabkan karena siswa berhasil menguasai materi pelajaran yang diberikan dalam
proses belajar mengajar. Jadi hasil belajar digunakan sebagai alat ukur sejauh mana
siswa mampu menguasai materi pelajaran yang telah diberikan.
C. Hasil Belajar Kognitif

Keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru dapat


dilihat dari hasil belajar siswa. Seorang guru melakukan tes kepada siswa untuk
mengetahui hasil belajar. Tes hasil belajar diberikan sebagai alat ukur untuk
mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Tes erat
kaitannya dengan hasil belajar kognitif siswa. Penelitian ini lebih memfokuskan
pengukuran terhadap hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran matematika.
Hasil belajar kognitif dalam penelitian ini berfokus pada dimensi proses kognitif
memahami yaitu mengkonstruksi pengetahuan terhadap materi perkalian pecahan
desimal.

Dimensi proses kognitif dapat dibedakan menjadi enam menurut taksonomi


Bloom (Anderson. Penerjemah : Prihantoro, 2010 : 43) yaitu: 1) mengingat berarti
mengambil pengetahuan tertentu dari memori jangka panjang, 2) memahami berarti
mengkontruksi makna dari materi pembelajaran termasuk apa yang diucapkan,
ditulis, dan digambar oleh guru, 3) mengaplikasikan berarti menerapkan atau
menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu, 4) menganalisis berarti
memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-
hubungan antar bagian- bagian tersebut dan keseluruhan sturktur atau tujuan, 5)
mengevaluasi berarti mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan/atau standar, 6)
mencipta berarti memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan
koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal.

Proses kognitif memahami erat kaitannya dengan pemahaman konsep.


Pemahaman menurut Bloom (Susanto, 2016 : 6) diartikan sebagai kemampuan untuk
menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut Bloom
adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami materi
pelajaran yang diberikan oleh guru atau sejauh mana siswa dapat memahami serta
mengerti apa yang dibaca, yang dilihat, yang dialami, atau yang dirasakan melalui
pengalaman belajar yang diperolehnya. Dengan demikian, pemahaman (kognitif)
merupakan kemampuan siswa dalam memahami bahan ajar atau materi pembelajaran.
Menurut Bloom (Daryanto, 1999:103) pada aspek pemahaman, peserta didik dituntut
untuk dapat mengerti dan memahami apa yang sedang diajarkan oleh guru. Bentuk
soal yang digunakan dalam kemampuan ini adalah pilihan ganda dan uraian.

Hasil belajar kognitif merupakan perubahan perilaku siswa yang terjadi


dalam kawasan kognisi artinya sejauh mana kemampuan siswa dalam menyerap
materi pembelajaran. Untuk mengukur hasil belajar siswa yang berupa pemahaman
konsep (kognitif), guru dapat melakukan evaluasi produk. Sehubungan dengan
evaluasi produk ini, Winkel (2007 : 540) menyatakan bahwa melalui produk dapat
diselidiki apakah dan sampai berapa jauh suatu tujuan instruksional telah tercapai;
semua tujuan itu merupakan hasil belajar yang seharusnya diperoleh siswa.
Berdasarkan pandangan Winkel ini, dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa erat
hubungannya dengan tujuan instruksional (pembelajaran) yang telah dirancang guru
sebelum melaksanakan proses belajar mengajar.
D. Faktor Yang Memengaruhi Hasil

Menurut Russefendi (Susanto, 2016: 14-18) faktor-faktor yang memengaruhi


hasil belajar adalah sebagai berikut.

1) Kecerdasan Anak
Kemampuan inteligensi seseorang sangat berpengaruh terhadap cepat dan
lambatnya penerimaan informasi serta pemecahan suatu permasalahan.
Kecerdasan siswa sangat membantu dalam menentukan apakah siswa itu mampu
mengikuti pelajaran yang diberikan dan untuk meramalkan keberhasilan siswa
setelah mengikuti pelajaran yang diberikan.

2) Kesiapan atau Kematangan


Kesiapan atau kematangan adalah tingkat perkembangan di mana individu atau
organ-organ telah berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam proses belajar,
kematangan atau kesiapan erat hubungannya dengan masalah minat dan
kebutuhan anak.

3) Bakat Anak
Menurut Chaplin (Susanto, 2016 : 16) yang dimaksud dengan bakat adalah
kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada
masa yang akan datang. Dengan demikian, setiap orang memiliki bakat yang
berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu.

4) Kemauan Belajar
Kemauan belajar yang tinggi disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar
tentunya berpengaruh positif terhadap hasil belajar yang diraihnya.

E. ALAT PRAGA

a. Pengertian Alat Peraga

Alat peraga merupakan alat yang digunakan untuk membantu menanamkan


atau mengembangkan konsep yang abstrak agar peserta didik mampu mengerti arti
sebenarnya dari konsep yang dipelajari (Saminanto, 2013:5).

b. Fungsi alat peraga

Fungsi utama alat peraga adalah untuk menurunkan keabstrakan dari konsep,
agar anak mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep yang dipelajari (Sukayati
dan Suharjana, 2009:7). Dengan menggunakan alat peraga dalam kegiatan belajar
mengajar diharapkan siswa dengan mudah menerima materi pelajaran.

c. Jenis-Jenis Alat Peraga Matematika

Ada beberapa contoh alat peraga yang telah teridentifikasi sangat diperlukan
dalam pembelajaran matematika sesuai SI/KD mulai jenjang kelas I sampai dengan
kelas VI.
d. Pengertian Alat Peraga Blok Pecahan

Alat peraga blok pecahan merupakan alat peraga yang berbentuk lingkaran
yang terbuat dari kertas karton. Blok pecahan ini berfungsi sebagai pengganti dari
benda-benda aslinya yang digunakan sebagai peraga pecahan sederhana. Dengan
menghadirkan alat peraga blok pecahan ini, diharapkan siswa yang masih dalam taraf
berpikir konkret dapat menyerap materi pembelajaran dengan mudah.

F. KERANGKA BERPIKIR

Pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang


mengutamakan adanya kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan
belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk
mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Ada empat unsur penting dalam strategi
pembelajaran kooperatif, yaitu adanya peserta dalam kelompok, adanya aturan
kelompok, adanya upaya belajar setiap anggota kelompok, dan adanya tujuan yang
harus dicapai.

Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai


kompetensi dasar yang akan dicapai. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki
kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari suku atau agama yang berbeda serta
memperhatikan kesetaraan jender. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok
darmatematikada masing-masing individu.

Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik siswa


meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta
mengembangkan keterampilan sosial. Secara garis besar pembelajaran kooperatif
sangat memengaruhi terhadap peningkatan hasil belajar siswa terutama hasil belajar
Matematika Kelas V SDN 5 Kendari.

G. HIPOTESIS TINDAKAN

Berdasarkan uraian dari kerangka teoretis maka dapat dirumuskan hipotesis


tindakan: penerapan pembelajaran Kooperatif diduga dapat meningkatkan hasil
belajar Matematika pada siswa kelas V SD Negeri 5 Kendari Semester 2 Tahun
Pelajaran 2021/2022
BAB III
METODE PENELITIAN

A. LATAR PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas V SDN 5 Kendari provinsi Sulawesi Tenggara.

Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Siswa Kelas V
SDN 5 Kendari Tahun Ajaran 2021/2022 dengan jumlah siswa sebanyak 38 orang
siswa yang terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan 12 orang siswa perempuan.

B. FAKTOR YANG DISELIDIKI

Tempat Penelitian adalah di kelas V SDN 5 Kendari, Provinsi Sulawesi


Tenggara. Murid kelas V berjumlah 38 orang. Dan adapun beberapa faktor yang
diselidiki adalah sebagai berikut:

a) Faktor Guru

Salah satu faktor penentu keberhasilan murid adalah strategi/model yang


digunakan oleh guru dalam mengajar. Teori belajar yang memungkinkan siswa secara
aktif membangun pengetahuannya sendiri adalah konstruktvisme, dan di dalam
pembelajaran, pendekatan konstruktivisme, salah satunya menerapkan kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menggunakan
kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran dan bertujuan di samping untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa juga menekankan aspek sosialnya.

Dalam penelitian ini faktor utama yang diselidiki adalah Faktor dari Guru itu
sendiri yaitu dengan memperhatikan Guru dalam melaksanakan aktivitas
pembelajaran.

Selama proses pembelajaran, Guru lebih mengarahkan murid agar aktif


mengemukakan pendapat atau ide kepada guru atau teman dan berdiskusi dalam
kelompoknya dengan menggunakan pendekatan tutor sebaya
b) Faktor Siswa

Faktor siswa yaitu dengan melihat (1) aktivitasnya dalam belajar membaca
pemahaman dan (2) tingkat kemampuan membaca
pemahaman. Model pembelajaran yang melibatkan muird secara aktif dalam proses
pembelajaran memberi dampak sangat kuat bagi peningkatan pretasi belajar murid.
Hasil yang diperoleh ternyata jauh lebih baik bila dibandingkan dengan hasil dari
proses pembelajaran yang terpusat pada guru.

C. PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus tindakan. Tiap siklus


dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti apa yang telah didesain
dalam faktor yang diselidiki. Target ketuntasan belajar yang dipersyaratkan sebagai
patokan pemberhentian siklus adalah minimal 85% murid mencapai nilai paling
rendah 7,0. Sebelum dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD, terlebih
dahulu dilakukan tes awal untuk mengetahui kemampuan Dijadikan rujukan tes awal
adalah tes keterampilan membaca pemahaman. Hasil tes dan observasi awal, maka
dalam refleksi ditetapkan bahwa tindakan yang digunakan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi pecahan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
dengan alat praga pecahan.

Pemahaman dilakukan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe


STAD. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama tiga siklus dengan prosedur
sebagai berikut: (1) perencanaan (planning); (2) pelaksanaan tindakan (action); (3)
observasi (observation); (4) evaluasi (evaluation); dan (5) refleksi (reflection).
Sumber data penelitian ini adalah murid dan guru kelas V SD Negeri 5 Kendari. Data
situasi pelaksanaan pembelajaran diambil menggunakan lembar observasi tentang: (1)
aktivitas guru, (2) aktivitas murid, dan (3) sarana pendukung pembelajaran.
Sedangkan data hasil belajar membaca pemahaman murid diambil dengan
menggunakan tes
hasil belajar.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran berdasarkan Observasi

Lampiran 1

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I (RPP)

Sekolah : SDN 5 KENDARI

Kelas/Semester : V/Il

Materi Pokok : Pecahan Sederhana

Alokasi Waktu : 2 jpl x 35 menit

A. Standar Kompetensi
1. Memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan
masalah.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
3.1 Mengenal pecahan sederhana.
3.2 Membandingkan pecahan sederhana.
Indikator
1. Mengenal pecahan sederhana.
2. Membaca dan menuliskan lambang bilangan pecahan.
3. Membandingkan dua pecahan dengan menggunakan pembanding
“lebih dari” atau “kurang dari”.

D. Tujuan Pembelajaran

 Setelah mendengarkan penjelasan guru, siswa dapat mengenal


pecahan sederhana dengan benar.
 Setelah mengamati demonstrasi guru, siswa dapat membaca dan
menuliskan lambang bilangan pecahan dengan benar.
 Setelah mengamati alat perga blok pecahan, siswa dapat
membandingkan pecahan sederhana dengan benar
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa:

a. Observasi

Observasi dapat disebut juga dengan pengamatan. Observasi atau pengamatan


adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui pengamatan langsung pada
objek penelitian. Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dapat berupa pengamatn
langsung dan pengamatan tidak langsung. Pengamatan langsung yaitu peneliti
mengamati secara langsung proses pembelajaran matematika kelas III MI Ma’arif
Dukuh. Sedangkan pengamatan tidak langsung yaitu peneliti melakukan wawancara
dengan guru.

b. Refleksi Diri

Tahap refleksi bertujuan untuk mengkaji tindakan yang Telah dilakukan,


kemudian dilakukan evaluasi untuk Penyempurnaan tindakan berikutnya.

c. Pemberian Tes

Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa Prancis
kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Ada pula yang
mengartikan sebagai sebuah piring yang terbuat dari tanah (Arikunto, 1999:52).

Tes adalah seperangkat rangsangan (stimuli) yang diberikan kepada seseorang


dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor
angka (Kusumah dan Dwitagama, 2010:78-79).

Menurut Amir Da’in Indrakusuma (1972:27), (dalam Sulistyorini, 2009:8. Tes


adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-
data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara
yang boleh dikatakan tepat dan cepat.Menurut Muhtar Bukhori (dalam Sulistyorini,
2009:86) tes adalah suatu percobaan yang diadakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seseorang murid atau kelompok murid.
TesTes digunakan untuk memperoleh data atau yang bersifat objektif. Bersifat
objektif karena data yang diperoleh dari tes merupakan data asli tanpa rekayasa atau
unsur lain.
F. JENIS DATA DAN CARA PENGAMBILANNYA

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Desain penelitian yang
mengacu pada model Kemmis dan Mc. Taggart dengan terdiri atas empat komponen
yang lazim dilalui yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi
(Arikunto, 2007: 16). Tindakan dan observasi dilakukan pada waktu yang sama.
Subjek penelitian ini adalah Siswa Kelas V SD Negeri 5 Kendari yang telah terdaftar
yang berjumlah 38 orang siswa.

Jenis data dalam penelitian ini yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data
kualitatif meliputi data aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran yang
diperoleh melalui observasi. Data kuantitatif yaitu data hasil belajar yang diperoleh
melalui tes akhir tindakan. Kriteria keberhasilan tindakan dilihat dari aktivitas guru
selama mengelola pembelajaran di kelas dan aktivitas siswa selama mengikuti
pembelajaran melalui lembar observasi minimal berada pada kategori baik serta siswa
mampu menyelesaikan soal tentang mengenal pecahan pada setiap siklus.

G. TEKNIK ANALISIS DATA

Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif dan Kuantitatif. Analisis


data ini bertujuan untuk memberikan informasi terhadap tingkat ketercapaian KKM
dan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Kendari semester 2 tahun pelajaran
2021)2022. Kedua analisis data tersebut dilakukan melalui langkah-langkah yang
dapat diuraikan sebagai
berikut:

1. Analisis Data Kualitatif

Analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini melalui observasi dan
dianalisis secara naratif deskriptif yaitu menentukan kriteria aktivitas dengan
memperhatikan pedoman observasi tingkat aktivitas siswa dan aktivitas guru. Data
kualitatif diperoleh dari observasi yang dilakukan selama tindakan pendidikan
matematika realistik di kelas terhadap aktivitas siswa dan guru.

Proses analisis data pada penelitian terbagi menjadi beberapa langkah yang
saling terkait, yaitu.

a. Menghimpun data

Menghimpun data merupakan kegiatan mengumpulkan berbagai data dan


mengelompokkan data ke dalam kelompok-kelompok sejenis yang menjadi
fokus dalam penelitian.

b. Melakukan koding
Koding adalah proses menemukan pola dan makna dari data yang terkumpul
dari hasil observasi.
c. Menampilkan data

Data disusun sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dengan cara
menghubungkan berbagai variabel secara deskripsi naratif.

d. Reduksi data

Mereduksi data yaitu merangkum data dari hasil observasi dari setiap
pertemuan baik yang berasal dari siswa ataupun yang berasal dari guru.

e. Verifikasi data

Verifikasi data merupakan usaha menarik kesimpulan atas informasi yang telah
valid didapat.

f. Menginterpretasikan data

Menginterpretasikan data merupakan kegiatan menggunakan Informasi yang


telah diperoleh dari hasil penelitian untuk Mengetahui ketercapaian tujuan.

2. Analisis Data Kuantitatif

Menurut Pardjono, dkk(2007: 54), data kuantitatif merupakan informasi yang


muncul di lapangan dan memiliki karakteristik yang dapat ditampilkan dalam bentuk
angka. Data kuantitatif penelitian ini diperoleh dari hasil tes yang dilakukan ada akhir
setiap siklus. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif
kuantitatif yaitu dengan mencari nilai rata-rata dan persentase ketuntasan belajar
siswa.

G. HASIL ANALISIS DATA

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab V dapat disimpulkan


bahwa penerapan model Kooperatif menggunakan alat peraga blok pecahan dapat
meningkatkan hasil belajar matematika materi pecahan pada siswa kelas V SDN 5
Kendari.
DAFTAR PUSTAKA

Abdussakir. 2009. Matematika 1 (Kajian Integratif Matematika & Al-Qur’an).


Malang: UIN-Malang Press.

Akbar, Sa’dun. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 1999. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah


beserta contoh-contohnya. Yogyakarta: Gava Media.

Hamzah, Ali dan Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran


Matematika. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Hartiny Sam’s, Rosma. 2010. Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yogyakarta:
Sukses Offset.

Helmiati. 2012. Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Kastolani. 2014. Model Pembelajaran Inovatif, Teori dan Aplikasi.Salatiga: STAIN


Salatiga Press.

Kusumah, Wijaya dan Dwitagama, Dedi. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan


Kelas.Jakarta Barat: Permata Puri Media.

Nur Arifah, Fita. 2017. Panduan Menulis Penelitian Tindakan Kelas dan Karya
Tulis Ilmiah untuk Guru. Yogyakarta: Araska..

Anda mungkin juga menyukai