Anda di halaman 1dari 13

A.

Definisi

Infeksi human immunodeficiency virus (HIV) merupakan penyakit

kekurangan sistem imun yang disebabkan oleh retrovirus HIV tipe 1 atau

HIV tipe 2 (Copstead dan Banasik, 2012). Infeksi HIV adalah infeksi virus

yang secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih infeksi oleh HIV

biasanya berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara

progresif, menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan kanker tertentu

(terutama pada orang dewasa) (Bararah dan Jauhar. 2013). Acquired

immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu kumpulan kondisi

klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV

(Sylvia & Lorraine, 2012).

B. Etiologi

Penyebab kelainan imun pada AIDS adalah suatu agen viral yang

disebut HIV dari kelompok virus yang dikenal dengan retrovirus.

Retrovirus ditularkan oleh darah melalui kontak intim dan mempunyai

afinitas yang kuat terhadap limfosit T (Desmawati, 2013). Virus HIV

menyerang sel CD4 menjadikannya tempat berkembang biak virus HIV

baru dan menyebabkan kerusakan pada sel darah putih sehingga tidak

dapat digunakan lagi. Ketika seseorang terkena HIV, virus ini tidak

langsung menyebabkan penyakit AIDS tapi memerlukan waktu yang

cukup lama (Rimbi, 2014)


C. Manifestasi

Manifestasi klinis infeksi HIV terdiri dari tiga fase tergantung perjalanan

infeksi HIV itu sendiri, yaitu Serokonversi, penyakit HIV asimtomatik,

infeksi HIV simtomatik atau AIDS.

1. Serokonversi

Pertama kali saat tubuh terinfeksi virus HIV misalnya setelah

melakukan hubungan seks dengan pekerjaan seks komersial yang

menderita penyakit HIV dan beberapa minggu kemudian menderita

penyakit yang gejalanya mirip seperti flu masa ini disebut tahap

serokonversi. Jadi gejalanya seperti tenggorokan sakit, demam, muncul

ruam – ruam kemerahan pada kulit, pembengkakan kelenjar,

penurunan berat badan, diare, kelelahan, nyeri persendian, nyeri otot,

biasanya gejala- gejala ini akan betahap 1 minggu /2 bulan. Pada tahap

ini dimana tanda – tanda tubuh berusaha melawan infeksi HIV.

2. Penyakit HIV Asimtomatis

Tahap kedua ini adalah masa inkubasi/masa laten itu adalah waktu

ketika gejala-gejala flu tadi mulai mereda dan tidak menimbulkan

gejala apapun pada tubuh. Dan pada waktu ini virus HIV akan

menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh seseorang. Pada tahap

ini tubuh akan merasa sehat dan tidak memiliki masalah apapun oleh

karena itu tahap ini bisa berlangsung antara 1 tahun sampai 10 tahun

(Nasrodin, 2013).
3. Infeksi HIV simtomatik atau AIDS

Ketika sistem kekebalan tubuh sudah terserang sepenuhnya oleh virus

HIV atau hilangnya imunitas seluler yang menyebabkan hancurnya

limfosit T-hepar CD4+ dengan kondisi ini jelas karena seseorang

sudah tidak punya kekebalan tubuh maka akan sangat rentan dan

sangat mudah sekali terkena penyakit apapun atau disebut infeksi

oportunistik dan sudah masuk pada tahap AIDS. (Price & Wislon

“2014).

D. Patifisiologi

Perjalanan klinis ODHA dari tahap terinfesi HIV sampai tahap

AIDS, sejalan dengan penurunan derajat imunitas pasien, terutama

imunitas sekunder dan menunjukkan gambaran penyakit yang kronis.

Penurunan imunitas biasanya diikuti dengan adanya peningkatan resiko

dan derajat keparahan infeksi oportunistik serta penyakit keganasan

(Nursalam & Kurniati, 2012). Semua orang yang terinfesi HIV sebagian

besar berkembang menjadi AIDS pada tiga tahun pertama, 50% menjadi

AIDS sesudah sepuluh tahun dan hampir 100% ODHA menunjukkan

gejala AIDS setelah 13 tahun (Rendi & Margareth, 2012).

Perjalanan alamiah penyakit HIV pada umumnya terdiri dari 3

tahap, tahap infeksi primer, tahap asimptomatik dan tahap simptomatik

dan AIDS. Pada tahap infeksi primer, terjadi repilkasi virus HIV secara
cepat diikuti dengan kadar CD4+ penderita yang menurun. Pada tahap

tersebut, respon imun tubuh juga akan berusaha melawan virus HIV

dengan mekanisme imunitas seluler dan humoral (Nursalam & Kurniati,

2012).

Tahap selanjutnya adalah tahap asimptomatik, dimana pada tahap

ini, replikas virus tetap terjadi, namun cenderung lambat. Jumlah CD4+

pada tahap ini juga menurun lebih lambat dari pada tahap sebelumnya.

Jika jumlah sel CD4+ penderita mencapai <200 sel/mm3 dan terdapat

minimal 1 infeksi opurtunistik pada penderita, maka penderita sudah

masuk pada tahap AIDS. Pada tahap ini, gejala yang dialami penderita

berupa penurunan berat badan demam >1bulan tanpa sebab yang jelas,

diarekronis >1 bulan, kandidiasis oral, serta gejala lainnya (Folasire,

Folasire, & Sanusi, 2015).

Pasien HIV/AIDS pada umumnya mengalami penurunan nafsu

makan. Hal ini bisa disebabkan karena pengaruh obat ARV dan kesulitan

menelan akibat infeksi jamur kandida pada mulut. Penderita HIV/AIDS

juga menderita diare yang menyebabkan dehidrasi, absorbs makanan yang

buruk sehingga terjadi penurunan berat badan secara signifikan. Saat diare

juga terjadi hilangnya zat gizi dalam tubuh seperti vitamin dan mineral

sehingga harus diberikan asupan zat gizi yang tepat. Terjadinya demam
yang lama sehingga menyebabkan kehilangan kalori dan cairan (Nursalam

& Kurniati, 2013).

E. Penatalaksanaan

Upaya penanganan medis meliputi beberapa cara pendekatan yang

mencakup penanganan infeksi yang berhubungan dengan HIV serta

malignansi, penghentian raplikasi virus HIV lewat preparat antivirus, dan

penguatan serta pemulihan sistem imun melalui penggunaan Spreparat

immunomodulator. Perawatan suportif merupakan tindakan yang penting

karena efek infeksi HIV dan Penyakit AIDS yang sangat menurunkan

keadaan umum pasien ; efek tersebut mencakup malnutrisi, kerusakan

kulit, kelemahan dan imobilisasi dan perubahan status mental. (Burnner

dan Suddarth. 2013)

Penata laksanaan HIV AIDS sebagai berikut :

a. Pengendalian infeksi opurtunistik

Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi

opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tindakan pengendalian infeksi

yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi

penyeba sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan

perawatan klinis.

b. Terapi AZT
Obat ini membantu replikasi antiviral human immunodeficiency Virus

(HIV) denga menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedi

untuk pasien AIDS yang jumlah Terapi antiviral baru

F. Pengkajian focus

a. Riwayat kesehatan

 Riwayar kesehatan sekarang

Meliputi keluhan yang dirasakan biasanya klien mengeluh diare,

demam berkepanjangan, dan batuk berkepanjangan.

 Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat menjalani transfuse darah, penyakit herper simplek, diare

yang hilang timbul, penurunan daya tahan tubuh, kerusakan

immunitas hormonal (antibody), riwayat kerusakan respon imun

seluler (Limfosit T), batuk yang berdahak yang sudah lama tidak

sembuh.

 Riwayat keluarga

Human Immune Deficiency Virus dapat ditularkan melalui

hubungan seksual dengan penderita HIV positif, kontak langsung

dengan darah penderita melalui ASI.

b. Pemeriksaan fisik

 Aktifitas istrahat
Mudah lemah, toleransi terhadap aktifitas berkurang progresi,

kelelahan / malaise, perubahan pola tidur

 Gejala subyektif

Demam kronik, demam tanpa menggigil, keringat malam hari

berulang kali, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit ridur.

 Psikososial

Kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup,

ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.

 Status mental

Marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, hilanginterest

pada lingkungan sekitar, gangguan proses piker, hilang memori,

gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi dan delusi.

 Neurologis

Gangguan reflex pupil, nystagmus, vertigo, ketidak seimbangan,

kaku kuduk, kejang, paraf legi.

 Musculoskeletal

Focal motor deficit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.

 Kardiovaskuler

Takikardi, sianosis, hipotensi,edema perifer, dizzinrss

 Pernafasan

Nafas pendek yang progresif, batuk (sedang parah), batuk

produktif / non produktif, bendungan atau sesak pada dada.

 Integument
Kering, gatal, rash dan lesi, turgor jelek, petekie positif.

b. Diagnosa keperawatan

a) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penuruna

nafsu makan

b) Nyeri akut b.d agen injuri fisik

c) Intolernsi aktivitas b.d penuruna berat badan

d) Kelelahan b.d status penyakit, anemia, malnutrisi

e) Resiko tinggi terhadap infeksi b.d faktor penurunan respon imun,

kerusakan kulit. (Nanda,NIC,NOC)

G. Perencanaan keperawatan

NO DIAGNOSA NOC NIC


1 Ketidak seimbangan nutrisi Tujuan: 1. kaji adanya alergi makanan

dari kebutuhan tubuh  nutritional status 2. monitor adanya penurunan

 nutritional status : food berat badan

and fluid intake 3. monitor adanya mual,

 nutritional status : muntah dan diare

nutrient intake weight 4. kolaborasi dengan dokter

control untuk pemasangan NGT


5. monitor jumlah nutrisi dan

Kriteria hasil : kandungan kalori

 adanya peningkatan berat 6. monitor keadaan albumin,

badan sesuai dengan Hb dan Ht

tujuan 7. kolaborasi dengan ahli gizi

 berat badan ideal sesuai untuk menentukan jumlah

dengan tinggi badan kalori dan nutrisi yang

 tidak adanya randa-tanda dibutuhkan pasien

malnutrisi 8. berikan substansi gula

 menunjukan peningkatan 9. berikan makanan yang sudah

fungsi menelan dikonsultasikan dengan ahli

 mampu mengidentifikasi gizi

kebutuhan nutrisi

2 Nyeri akut b.d agen injuri Tujuan : 1. lakukan pengkajian nyeri

fisik  Pain level secara komprehensif

 Pain control termasuk lokasi,

 Comfort level karakteristik, kualitas dan

faktor presipitas.

Kriteria hasil : 2. kontrol lingkungan yang

dapat mempengaruhi nyeri,


 pasien dapat mengontrol
seperti suhu ruangan,
nyerinya
pencahayaan dan kebisingan
 skala nyeri berkurang
3. ajarkan tentang teknik
dari skala 6 menjadi
nonfarmakologi
skala 3
4. berikan analgetik untuk
 klien mengatakan nyeri mengurangi nyeri

sudah berkurang 5. ajarkan teknik relaksasi

 dapat mengenali faktor

penyebab nyeri

3 Intoleransi aktifitas Tujuan : 1. monitoring vital sign

 joint movement : active sebelum / sesudah latihan

 mobility level dan liat respon pasien saat

 transfer performance latihan

2. konsultasikan dengan terapi

Kriteria hasil : fisik tentang rencana

ambulasi sesuai dengan


 klien dapat meningkat
kebutuhan
dalam aktivitas fisik
3. bantu klien untuk
 mengerti tujuan dan
menggunakan tongkat saat
peningkatan mobilitas
berjalan dan cegah terhadap
 memverbalisasikan
cedera
perasaan dalam
4. ajarkan pasien atau tenaga
meningkatkan kekuatan
kesehatan lain tentang teknik
dan kemampuan
ambulasi
berpindah
5. kaji kemampuan pasien
 memperagakan
dalam mobilisasi
penggunaan alat bantu
6. latih pasien dalam
untuk mobilisasi
pemenuhan kebutuhan

7. ADLs secara mandiri sesuai

kebutuhan
8. damping dan bantu pasien

saat mobilisasi dan bantu

penuhi kebutuhan

9. ADLs pasien berikan alat

bantu jika klien memerlukan

10. ajarkan pasien

bagaimana merubah posisi

dan berikan bantuan jika

diperlukan
4 Kelelahan Tujuan : 1. observasi adanya

 Indurance pembatasan klien dalam

 Concantration melakukan aktivitas

 Energy conservation 2. dorong anal untuk

mengungkapkan perasaan
 Nutritional status : energy
terhadap keterbatasan

3. kaji adanya faktor yang


Kriteria hasil :
menyebabkan kelelahan
 memverbalisasikan
4. monitor nutrisi dan sumber
peningkatan energi dan
energi yang adekuat
merasa lebih baik
5. monitor pasien akan adanya
 menjelaskan penggunaan
kelelahan fisik dan emosi
energi untuk mengatasi
secara berlebihan
kelelahan
6. monitor respon

kardiovaskuler terhadap

aktivitas

7. monitor pola tidur dan


lamanya tidur / istrahat

pasien
5 Resiko tinggi terhadap Tujuan : 1. berikan obat antibiotic dan

infeksi  western blot positif evaluasi keevektifannya

2. jamin pemasukan cairan

Kriteria hasil : paling sedikit 2-3 liter

 temperatur dan SDP sehari

kembaki kebatas normal 3. pelihara kenyamanan suhu

 keringat malam dan kamar, jaga kebersihan dan

berkurang dan tidak ada keringnya kulit.

batuk 4. pantau hasil JDL dan CD4

 meningkatnya masukan pantau temperatur setiap 4

makanan tercapai jam

5. pantau status umum

(apendiks F) setiap 8 jam


DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV AIDS,


Jakarta : Salemba Medika
Nursalam dan Kurniawati,Ninuk Dian, Dkk. 2012. Asuhan Keperawatan Pada `
Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika

Kementrian Kesehatan RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesian 2014. Jakarta:


Sekretaris Jendral
Moorhead,Sue,Dkk. (2013). Nursing Outcomas Classification (NOC). United
Kingdom: ELSEVIER

Anda mungkin juga menyukai