Anda di halaman 1dari 6

Vol.2 No.

2 Desember 2018 57
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
PENCEGAHAN PENYAKIT DI PETERNAKAN SAPI PERAH PT. X SUBANG, JAWA
BARAT

Oleh
Saifudin Ali1),
M. Andre Kasenta & M.Krisna Yulianto3)
1Dosen Program Studi Budidaya Ternak Politeknik Pertanian dan Peternakan Mapena
2Dosen Program Studi Budidaya Ternak Politeknik Pertanian dan Peternakan Mapena
3Mahasiswa Program Studi Budidaya Ternak Politeknik Pertanian dan Peternakan

Mapena
Email: 1ali.saifudin@gmail.com

Abstrak
Peternakan sapi perah merupakan salah satu usaha di bidang peternakan yang memiliki peran
strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat. Salah satu kendala usaha
peternakan sapi perah adalah penyakit yang terjadi seperti retensi plasenta, metritis, dan mastitis.
Keberhasilan reproduksi dan kesehatan ternak merupakan cerminan keberhasilan suatu usaha
peternakan dengan pencegahan kasus reproduksi dan penyakit yang sering terjadi. PT. X
merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang peternakan perah. Kegiatan tugas akhir ini
bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari pencegahan penyakit di PT. X. Metode yang
digunakan dalam pelaksanaan tugas akhir perusahaan ini adalah observasi lapang, wawancara dan
diskusi, dokumentasi, serta studi pustaka. Hasil upaya pencegahan yang dilakukan pada retensi
plasenta dengan memperhatikan pada saat inseminasi buatan, penggunaan straw hasil pemisahan
spermatozoa X dan Y atau betina dan jantan (sexing spermatozoa). Pemberian pakan hijauan
dengan kuantitas dan kualitas yang tercukupi pada induk bunting. Pencegahan metritis dengan
memperhatikan faktor kebersihan kandang, higenitas saat melakukan penanganan kelahiran dan
peralatan yang digunakan, pemberian iodine atau limoxin spray pada vulva serta plasenta.
Pencegahan pada mastitis adalah dengan menjaga kebersihan dan sanitasi kandang, pergantian
pasir bedding kandang yang tercampur dengan feses sapi, desinfektan pada bedding kandang,
desinfektan pada air yang digunakan untuk flushing, desinfektan sebelum dan setelah pemerahan,
sapi pasca pemerahan digiring ketempat pakan dan headlock sampai 30 menit.
Kata Kunci : Ternak, Sapi Perah, Penyakit & Pencegahan

PENDAHULUAN terjadi. Berkembangnya populasi dan produksi


Pusat Data dan Sistem Informasi sangat tergantung pada induk dan bibit yang
Pertanian tahun 2017 menunjukkan populasi berkualitas, jumlah kelahiran sapi serta
sapi perah di Indonesia sebanyak 544,79 ribu produksi yang banyak. Perkembangan tersebut
ekor dengan produksi susu segar sebesar 920,09 tentu sangat ditunjang oleh reproduksi yang
ribu ton, dan konsumsi susu sebesar 11,8 optimal dan ternak dalam kondisi kesehatan
liter/kapita/tahun. Ketersediaan susu sapi saat yang normal. Produksi dan reproduksi sangat
ini belum mampu memenuhi kebutuhan susu berkaitan dengan erat bagi berkembang dan
dalam negeri. Ketersediaan susu dalam negeri tersedianya sapi. Berdasarkan permasalahan
sebanyak 73,84 % di penuhi dari susu impor, tersebut perlu adanya pencegahan penyakit
sementara itu produksi susu dalam negeri hanya yang tepat untuk meningkatkan populasi dan
mampu memenuhi sebesar 26,16 %. produktivitas yang diharapkan. Permasalahan
Keberhasilan reproduksi dan kesehatan ternak yang dihadapi adalah penyakit di peternakan
merupakan cerminan keberhasilan suatu usaha sapi perah yang mengakibatkan efisiensi
peternakan dengan pencegahan penyakit yang
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
58 Vol.2 No.2 Desember 2018
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
produksi dan reproduksi rendah seperti retensi mengikuti kasus partus abnormal seperti
plasenta, metritis, dan mastitis. abortus, retensi plasenta, distokia ataupun
Retensi plasenta merupakan gangguan kelanjutan dari infeksi yang terjadi pada alat
pelepasan plasenta yang masih terjadi setelah reproduksi (Leblanc, 2012). Dapat juga
12 jam pasca partus. Menurut Subronto (2007), disebabkan oleh kontaminasi bakteri pada saat
retensi plasenta tejadi apabila plasenta tidak proses perkawinan alami maupun inseminasi
keluar selama 12 jam pasca partus. Normalnya buatan.
plasenta akan keluar 6-8 jam pasca partus Penyakit radang kelenjar susu yang
(Hafez, 2000). Retensi plasenta pada dasarnya dikenal sebagai mastitis, merupakan masalah
adalah kegagalan pelepasan vili kotiledon dari utama bagi tata laksana usaha peternakan sapi
kripta karankula (Hemayatul et al., 2013). perah. Menurut Balai Pengkajian Teknologi
Retensi plasenta disebabkan oleh beberapa Pertanian (BPTP) tahun 2017, mastitis adalah
faktor seperti, selaput fetus yang sudah terlepas penyakit radang pada ambing bagian dalam
dari dinding uterus tetapi tidak dapat terlepas yang disebabkan mikroorganisme patogen atau
dan keluar dari alat reproduksi karena kanalis bakteri penyebab mastitis di dalam kelenjar
servikalis yang terlalu cepat menutup sehingga susu serta adanya reaksi peradangan pada
selaput fetus terjepit, induk kekurangan jaringan ambing. Penyakit mastitis
kekuatan untuk mengeluarkan plasenta setelah menyebabkan kerugian ekonomis akibat
partus akibat dari induk merejan cukup lama penurunan produksi susu, penurunan kualitas,
sampai pedet keluar saat partus. Akibat dari biaya perawatan serta pengafkiran dini sapi
merejan tersebut terjadi atoni uterus (uterus produktif. Penyebab utama mastitis pada sapi
tidak berkontraksi), gangguan pelepasan dari perah adalah bakteri Streptococcus agalactiae,
karankula oleh induk (Hardjopranjoto, 1995). Streptococcus dysgalactiae, Streptococcus
Metritis adalah peradangan yang terjadi uberis, Streptococcus zooepidemicus. bakteri
pada beberapa lapisan uterus yang biasanya lain yang dapat menyebabkan mastitis adalah
menyerang endometrium hingga miometrium. Escherichia coli, Citrobacter freundii,
Menurut Kasimanickam et al., (2005) metritis Aerobacter aerogenes, dan Klebsiella
merupakan peradangan uterus yang disebabkan pneumoniae (Subronto, 2007). Hasil
bakteri patogen yang mesuk melalui vagina, indentifikasi di daerah sapi perah di Jawa Barat,
servik, dan mengkontaminasi uterus. Metritis bakteri patogen penyebab mastitis adalah
dapat disebabkan oleh infeksi pre-partus atau Staphylococcus aureus dan Streptococcus
post-partus. Infeksi setelah kelahiran pada alat agalactiae (BPTP, 2017). Penularan bakteri
reproduksi betina umumnya terjadi dari saat masuk melalui puting dan berkembang biak di
melahirkan sampai 3 hari sesudahnya, pada saat dalam kelenjar susu.
servik, vagina, vulva masih mengalami dilatasi.
Kondisi tersebut kuman-kuman dengan bebas METODE PENELITIAN
dapat memasuki alat reproduksi (Subronto, Metode pelaksanaan dilakukan dengan
2007). mengumpulkan data primer dan sekunder. Data
Metritis dapat terjadi karena primer dikumpulkan dengan :
penanganan kelahiran yang kurang higenis, 1. Observasi Lapang. Observasi lapang adalah
distokia, kebersihan uterus dari sisa-sisa metode pengumpulan data dengan cara
plasenta, daerah perineal yang kotor oleh feses melakukan pengamatan dengan mengikuti
atau kotoran lainya, overcrowding, sanitasi dan langsung di lapangan untuk mengetahui
tingginya angka kelahiran pada suatu saat, permasalahan yang terjadi dan pemecahan
maupun sering terjadinya retensi plasenta, akan masalah khususnya pada bagian pencegahan
mempengaruhi terjadinya infeksi pada uterus. kasus reproduksi sapi perah.
Metritis disebabkan adanya infeksi bakteri yang

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.2 Desember 2018 59
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
2. Wawancara dan Diskusi. Metode epidemiologi ternak (host), agen, dan
pengumpulan data yang dilakukan dengan lingkungan (environment). Penyebab penyakit
berkomunikasi secara langsung dan tanya dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
jawab dengan pihak-pihak yang berkaitan berkaitan seperti ternak, lingkungan dan agen
untuk memperoleh data dan informasi lapang. penyakit. Ketiga faktor tersebut memiliki
3. Dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan peranan masing-masing dalam terjadinya
dengan cara pengambilan gambar-gambar penyakit. Ternak memiliki berbagai
kegiatan sebagai bukti yang akurat. karakteristik yang dapat mempengaruhi muncul
4. Studi Pustaka. Pengumpulan data dengan atau tidaknya penyakit seperti umur, jenis
cara mempelajari literatur seperti buku, jurnal kelamin, kekebalan tubuh, status produksi dan
dan catatan. Tujuan hal ini agar dapat reproduksi. Agen merupakan masuknya bakteri
mengumpulkan informasi berupa teori-teori atau virus penyebab penyakit karena keadaan
sebagai pendukung data. ternak atau ternak tidak seimbang. Lingkungan
berkaitan dengan faktor eksternal yang
HASIL DAN PEMBAHASAN berdampak pada ternak dan agen penyakit yang
Bangsa sapi perah yang dipelihara di PT. mempengaruhi munculnya penyakit seperti
X adalah sapi Friesian Holstein (FH) yang kelembapan, suhu lingkungan, sanitasi,
merupakan sapi impor dari Australia dalam peralatan, pakan, tingkat kepadatan ternak dan
status dara bunting (heifer pregnant) usia serangga.
kebuntingan 3-4 bulan. Populasi sapi induk Tabel 1. Penyakit pada sapi perah di PT. X
sebanyak 600 ekor, pedet 303 ekor. Total sapi Jenis Penyakit Presentase
laktasi sebanyak 584 ekor dengan produksi Lameness 23,3 %
14.000 liter per hari atau 3 kali pemerahan. Metritis 16,6 %
Kapasitas kandang tahap 1 untuk kandang calf Mastitis 13,8 %
320 ekor, kandang special needs 320 ekor, dan Diarhea 2,5 %
kandang heifer 352 ekor. Pink Eye 1,8 %
Manajemen pencegahan dan Left Displasia Abomasum 1,3 %
pengendalian penyakit merupakan upaya Anorexia 1,3 %
mempertahankan kesehatan ternak secara Enteritis 1%
terpadu dalam suatu usaha peternakan sapi Retensi plasenta 0,6 %
perah. Salah satu cara untuk pengembangan Abortus 0,6 %
kesehatan sapi perah adalah perubahan Arthritis 0,5 %
paradigma dari pengobatan klinis ke
Abses 0,5 %
pencegahan penyakit. Faktor yang menjadi
Total Induk 600
latar belakang adalah adanya multifaktoral dari
rata-rata semua penyakit penting yang terjadi
Penyakit yang terjadi di PT. X dari 600
pada sapi perah. Epidemiologi memiliki
ekor sapi yang tertinggi adalah Lameness
pengaruh yang penting sebagai alat untuk
merupakan penyakit tertinggi dengan
menggambarkan dan mengukur faktor-faktor
presentase sebanyak 23,3 % diikuti dengan
resiko yang saling berhubungan yang
metritis 16,6 %, penyakit terendah terdapat
menghasilkan penyakit. Pencegahan penyakit
arthritis dan abses dengan presentase 0,5 %.
merupakan cara yang signifikan melalui
Pembahasan ini difokuskan ketiga penyakit
pendekatan yang terintregrasi, menyusun
yaitu retensi plasenta, metritis, dan mastitis,
pendekatan ekonomi untuk pencegahan
ketiga penyakit tersebut merupakan penyakit
penyakit dan peningkatan produksi.
strategis yang memiliki dampak pada produksi,
Keseimbangan faktor resiko dan faktor
reproduksi dan kerugian ekonomis terhadap
protektif yang menentukan status kesehatan
usaha peternakan sapi perah. Terjadinya
tergantung pada interaksi komponen triad
penyakit tersebut saling berkaitan dengan
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
60 Vol.2 No.2 Desember 2018
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
riwayat kejadian sebelumnya yang dipengaruhi adanya gangguan reproduksi. Pemberian pakan
oleh lingkungan, agen penyakit, dan imunitas hijauan dengan kuantitas dan kualitas yang
ternak. Kasus retensi plasenta dan metritis tercukupi pada induk bunting juga diperlukan
mengakibatkan involusi uteri menjadi lebih untuk memenuhi kebutuhan nutrisi selama
panjang, berpengaruh pada servis per kebuntingan.
conception, conception rate, calving interval, Mertritis
produktivitas, kinerja reproduksi rendah, Metritis merupakan kasus reproduksi
penurunan produksi dan peningkatan biaya yang paling banyak terjadi di peternakan sapi
pengobatan. Kasus retensi plasenta dan metritis perah PT. X. Angka kejadian metritis mencapai
mengakibatkan involusi uteri menjadi lebih 16,6 % dari total induk 600 ekor. Metritis
panjang, berpengaruh pada servis per merupakan penyakit yang diakibatkan karena
conception, conception rate, calving interval, peradangan uterus yang terjadi setelah
produktivitas, kinerja reproduksi rendah, kelahiran karena infeksi bakteri. Menurut
penurunan produksi dan peningkatan biaya Kasimanickam et al., (2005) metritis
pengobatan. merupakan peradangan uterus yang disebabkan
Retensi Plasenta bakteri patogen yang masuk melalui vagina,
Retensi plasenta yang terjadi disebabkan servik, dan mengkontaminasi uterus. Kasus
karena induk kekurangan kekuatan untuk metritis di PT. X sebagian besar terjadi 3 hari
mengeluarkan plasenta. Pasca partus induk pasca partus sampai 7 hari post-partus yang
merejan cukup lama sampai pedet keluar saat disertai dengan gejala klinis yang keluar dari
partus. Induk merejan cukup lama vulva. Pencegahan metritis dapat dilakukan
mengakibatkan terjadi atoni uterus (uterus tidak untuk meminimalkan tingkat kejadian metritis
berkontraksi), gangguan pelepasan dari dengan memperhatikan beberapa faktor sebagai
karankula oleh induk (Hardjopranjoto, 1995). berikut:
Induk sapi perah PT. X yang mengalami retensi a) Virulensi kuman.
plasenta dengan kondisi umum yang terlihat b) Daya tahan yang dimiliki saluran
plasenta menggantung pada vulva setelah 24 reproduksi.
jam, dilakukan treatment dengan menggunakan c) Jumlah ternak yang dipelihara.
antibiotik secara intra muscular atau intra uteri. d) Overcrowding.
Penarikan plasenta yang menggantung tidak e) Sanitasi dan tingginya angka kelahiran
diperbolehkan di dalam SOP penanganan pada suatu saat.
retensi plasenta di PT. X. Pasca dilakukan f) Mengurangi jumlah retensi plasenta.
treatment pembersihan uterus dilakukan jika g) Higenitas dari alat-alat yang digunakan
terdapat sisa-sisa plasenta yang luruh atau pada saat penanganan kelahiran.
hancur saat treatment secara intra uteri h) Lingkungan kandang.
dilakukan. i) Bedding kandang.
Pencegahan retensi plasenta berdasarkan j) Flushing kandang.
penyebab yang terjadi dapat dilakukan dengan Pemeriksaan metritis (metritis check) di
memperhatikan pada saat inseminasi buatan, PT. X dilakukan sebagai upaya pencegahan
penggunaan straw hasil pemisahan terjadinya metritis akut pada 3 hari pasca partus
spermatozoa X dan Y atau betina dan jantan dan 7 hari post-partus dengan pemeriksaan
(sexing spermatozoa) dapat dimanfaatkan kondisi umum induk (aktif, lemah, kurus),
untuk mengatur populasi pedet jantan atau mengecek suhu tubuh, discharge yang keluar
betina dalam peternakan sapi perah serta (warna, bau, kekentalan), melakukan treatment
meminimalkan terjadinya retensi plasenta. suportif dan antibiotik intra muscular,
Kasus partus rata-rata ukuran pedet jantan lebih dilakukan treatment intra uteri ke alat
besar dari pada betina serta berisiko terhadap reproduksi yang terinfeksi menggunakan

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.2 Desember 2018 61
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
larutan konsentrasi antara NaCl, penicilin dan Pencegahan yang dapat dilakukan untuk
streptomisin 110 cc. meminimalkan resiko terjadinya mastitis
Pencegahan dapat dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan dan sanitasi
berdasarkan penyebab dilapangan untuk kandang, pergantian pasir bedding kandang
meminimalkan tingkat kejadian metritis dengen yang sudah mulai tercampur dengan feses sapi,
memperhatikan beberapa faktor seperti desinfektan pada bedding kandang, desinfektan
kebersihan kandang, higienitas saat melakukan pada air yang digunakan untuk flushing,
penanganan kelahiran dan peralatan yang desinfektan sebelum dan setelah pemerahan,
digunakan, pemberian iodine atau limoxin sapi setelah kembali dari pemerahan digiring
spray pada vulva serta plasenta untuk ketempat pakan dan headlock sampai 30 menit
mencegah bakteri masuk melewati plasenta dan agar puting yang masih terbuka dapat menutup
penanganan retensi plasenta. kembali 15 menit kemudian pasca pemerahan
Mastitis
Kejadian mastitis pada peternakan sapi PENUTUP
perah merupakan hambatan utama bagi Kesimpulan
keberlangsungan usaha sapi perah. Penyakit Pencegahan retensi plasenta berdasarkan
mastitis di peternakan sapi perah PT. X penyebab yang terjadi dilakukan dengan
merupakan salah satu penyakit yang sering memperhatikan pada saat inseminasi buatan,
terjadi. Faktor penyebab terjadinya mastitis penggunaan straw hasil pemisahan
bisa terjadi karena populasi bakteri yang tinggi spermatozoa X dan Y atau betina dan jantan
di lingkungan kandang, alat pemerahan, (sexing spermatozoa) dapat dimanfaatkan
bedding kandang yang kurang higenis, setelah untuk mengatur populasi pedet jantan atau
30 menit pasca pemerahan kondisi puting masih betina dalam peternakan sapi perah serta
terbuka sangat rawan terinfeksi bakteri meminimalkan terjadinya retensi plasenta.
penyebab mastitis. Pemeriksaan mastitis Meminimalkan tingkat kejadian metritis
dilakukan pada saat sebelum pemerahan dengen memperhatikan beberapa faktor seperti
berlangsung, proses pertama yang dilakukan kebersihan kandang, higenitas saat melakukan
adalah dengan membersihkan puting dan penanganan kelahiran dan peralatan yang
ambing, dilakukan teat dipping dengan larutan digunakan, pemberian iodine atau limoxin
iodine, dilakukan stripping pada puting susu. spray pada vulva serta plasenta untuk
Hasilnya pada beberapa sapi yang positif mencegah bakteri masuk melewati plasenta dan
mastitis dengan gejala susu menggumpal, cair penanganan retensi plasenta. Pencegahan
seperti air, bercampur darah atau nanah, disertai mastitis dapat dilakukan dengan menjaga
puting keras. Sapi dipindahkan ke kandang kebersihan dan sanitasi kandang, pergantian
hospital untuk dilakukan treatment. pasir bedding kandang yang sudah mulai
Proses treatment yang dilakukan mulai tercampur dengan feses sapi, desinfektan pada
dari pembersihan puting, teat dipping, stripping bedding kandang, desinfektan pada air yang
puting susu untuk mengamati perkembangan digunakan untuk flushing, desinfektan sebelum
pemulihan, pemerahan pada sapi mastitis dan setelah pemerahan, sapi setelah kembali
hingga habis, tujuanya dilakukan pemerahan dari pemerahan digiring ketempat pakan dan
sampai habis adalah untuk mencegah headlock sampai 30 menit agar puting yang
munculnya koloni bakteri yang lebih banyak di masih terbuka dapat menutup kembali 15 menit
dalam ambing. Treatment suportif dilakukan kemudian pasca pemerahan
setelah proses pemerahan guna menangani sapi
mastitis dengan menyuntikan lactaclox
kedalam puting, proses terakhir dilakukan teat
dipping untuk mencegah masuknya bakteri
kedalam puting susu.

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
62 Vol.2 No.2 Desember 2018
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
[1] [BPTP] Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian. 2017. Penyakit mastitis subklinis
pada sapi perah.
[2] [PUSDATIN] Pusat Data dan Sistem
Informasi Pertanian. 2017. Outlook susu.
[3] Hafez B, Hafez ESE. 2000. Reproduction in
Farm Animals. Philadelphia [AS]:
Lippincott William and Wilkinds.
[4] Hardjopranjoto S. 1995. Ilmu Kemajiran
pada Ternak. Surabaya [ID]: Airlangga
University Press.
[5] Hemayatul I, Sarder JU, Jahan SS, Rahman
M, Zahan M, Kader A, Mozaffor HKM.
2013. Retained placenta of dairy cows
associated with managemental factors in
Rajshahi, Bangladesh. Journal of
Veterinary World. 6(4): 180-184.
[6] Kasimanickam R, Todd FD, Robert AF,
Cathy JG, Ken EL, John SW, Walter HJ.
2005. A comparison of the cytobrush and
uterine lavage techniques to evaluate
endometrial cytology in clinically normal
postpartum dairy cows. Canadian
Veterinary Journal. 46: 255–259.
[7] Leblanc SJ. 2012. Interactions of
metabolism, inflammation, and
reproductive tract health in the postpartum
period in dairy cattle. Journal of
Reproduction in Domestic Animals. 47(5):
18-30.
[8] Subronto. 2007. Ilmu Penyakit Ternak II.
Yogyakarta [ID]: Gadjah Mada University
Press.

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)

Anda mungkin juga menyukai