Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

FISIOLOGI DAN TEKNOLOGI REPRODUKSI


“REPRODUKSI KUDA”

Kelompok:
Ancy Triana Luki Tari 061311133218
Yunita Galuh Indreswari 061311133224
Rama Putra Juansyah Z 061311133235
Gilar Dwi Kurnia 061311133242
Claudia Eviliana Sarisa 061311133250
M. Anas Wildanu Rahman 061311133260
Agtarie Betha Kusumawardani 061311133263
Gadis Fidhya Fadhilla 061311133278
Rizky Aldiansyah 061511133150
Tiara Annisa 061511133151
Novia Rahmawati Fauziyah 061511133152
M. Huda Ramadhan Ibrahim 061511133154
Cahya Eka Agung W 061511133157
Nur Zayn Narulita 061511133158

UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017

1
HALAMAN JUDUL
MAKALAH
FISIOLOGI DAN TEKNOLOGI REPRODUKSI
“REPRODUKSI KUDA”

Kelompok:
Ancy Triana Luki Tari 061311133218
Yunita Galuh Indreswari 061311133224
Rama Putra Juansyah z 061311133235
Gilar Dwi Kurnia 061311133242
Claudia Eviliana Sarisa 061311133250
M. Anas Wildanu Rahman 061311133260
Agtarie Betha Kusumawardani 061311133263
Gadis Fidhya Fadhilla 061311133278
Rizky Aldiansyah 061511133150
Tiara Annisa 061511133151
Novia Rahmawati Fauziyah 061511133152
M. Huda Ramadhan Ibrahim 061511133154
Cahya Eka Agung W 061511133157
Nur Zayn Narulita 061511133158

UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................................................2

KATA PENGANTAR.......................................................................................................4

BAB I..................................................................................................................................5

PENDAHULUAN..............................................................................................................5

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................5

1.3 Tujuan............................................................................................................................6

1.4 Manfaat..........................................................................................................................6

BAB II.................................................................................................................................7

LANDASAN TEORI.........................................................................................................7

2.1 Siklus Reproduksi Secara Umum..................................................................................7

2.2 Anatomis dan Fisiologis Reproduksi Kuda Jantan........................................................8

2.3 Anatomis dan Fisiologis Reproduksi Kuda betina........................................................9


2.3.1 Anatomi Organ Reproduksi Betina.....................................................................9
2.3.2 Fisiologi Organ Reproduksi Betina.....................................................................12
BAB III...............................................................................................................................14
PEMBAHASAN.................................................................................................................14
3.1 Siklus Reproduksi Secara Umum..................................................................................14
3.2 Anatomis dan Fisiologis Reproduksi Kuda Jantan........................................................15
3.3 Anatomis dan Fisiologis Reproduksi Kuda Betina........................................................20
BAB IV................................................................................................................................

PENUTUP..........................................................................................................................

4.1 Simpulan........................................................................................................................

4.2 Saran..............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

3
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalahyang berjudul “Reproduksi
Kuda” dalam rangka memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Fisiologi dan Teknologi
Reproduksi.
Dalam penulisan makalah ini tentu ada beberapa pihak yang ikut berperan aktif dalam
menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Seperti pepatah tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini. Serta penulia
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat di masyarakat.

Surabaya, 28 mei 2017

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang
baru. Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya agar tidak punah. Hewan tingkat
tinggi termasuk kuda, bereproduksi secara seksual dan proses reproduksinya meliputi
beberapa tingkatan fisiologis yang sangat kompleks.
Kuda adalah hewan yang bersifat nomadik dan tersebar diseluruh dunia. Kuda telah
diternak oleh manusia sejak zaman dahulu. Manusia mulai menjinakkan kuda karena merasa
kuda merupakan salah satu aset yang penting untuk menunjang kehidupan manusia. Kuda
digunakan sebagai alat transportasi, serta perlombaan. Bahkan pada beberapa daerah, kuda
dikonsumsi untuk merayakan hari-hari besar.
Dalam keadaan liar, efisiensi reproduksi kuda dapat mencapai 90% dan bisa lebih.
Tetapi dalam kondisi domestik dan dibantu dengan tangan manusia, efisiensi reproduksi kuda
menjadi menurun. Seekor kuda betina mencapai usia dewasa atau pubertas kelamin pada
umur 12 sampai 15 bulan. Tetapi kuda sebaiknya dikawinkan pada umur tiga tahun atau
lebih. Bila kuda betina dikawinkan pada usia yang muda akan menyebabkan tingkat
kebuntingan yang rendah.
Karena tempat pembudidayaan kuda yang masih kurang memenuhi standar
menyebabkan menurunnya kelahiran kuda, serta pengetahuan peternak kuda yang kurang
mengetahui siklus reproduksinya menyebabkan tidak bisa menentukan musim kawin yang
tepat bagi kuda.
Berdasarkan latar belakang, maka dibuatlah makalah yang membahas siklus reproduksi
pada kuda serta anatomi alat kelamin jantan maupun betinadan fungsi fisiologisnya.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana siklus reproduksi secara umum pada kuda?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi alat reproduksi kuda jantan?
3. Bagaimana anatomi dan fisiologi alat reproduksi kuda betina?

5
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui siklus reproduksi secara umum pada kuda.
2. Mengetahui anatomi dan fisiologi alat reproduksi kuda jantan.
3. Mengetahui anatomi dan fisiologi alat reproduksi kuda betina.

1.4. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah:
1. Menambah pengetahuan bagi pembaca serta penulis tentang siklus reproduksi pada
kuda.
2. Menambah informasi hubungan anatomi alat reproduksi kuda dengan fisiologisnya.

6
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Siklus Reproduksi Secara Umum


Untuk mempertahankan jenisnya, setiap hewan dilengkapai kemampuan reproduksi.
Secara umum sistem reproduksi terdiri dari kelenjar utama (gonad), saluaran reproduksi, dan
kelenjar asesoris. Pada umumnya, mamalia melahirkan anaknya (vivipar) dan kemudian
menyusui anaknya sampai anaknya mandiri. Siklus birahi pada setiap hewan berbeda antara
satu sama lain tergantung dari bangsa, umur, dan spesies (Partodiharjo, 1992). Interval antara
timbulnya satu periode berahi ke permulaan periode berikutnya disebut sebagai suatu siklus
berahi. Siklus berahi pada dasarnya dibagi menjadi 4 fase atau periode yaitu ; proestrus,
estrus, metestrus, dan diestrus (Marawali, dkk., 2001).
Proestrus adalah fase sebelum estrus yaitu periode pada saat folikel de graaf tumbuh di
bawah pengaruh FSH dan menghasilkan sejumlah estradiol yang semakin bertambah
(Marawali, dkk, 2001). Fase yang pertama kali dari siklus estrus ini dianggap sebagai fase
penumpukan atau pemantapan dimana folikel ovarium yang berisi ovum membesar terutama
karena meningkatnya cairan folikel yang berisi cairan estrogenik. Estrogen yang diserap dari
folikel ke dalam aliran darah merangsang peningkatam vaskularisasi dan pertumbuhan sel
genital dalam persiapan untuk birahi dan kebuntingan yang terjadi (Frandson, 1992).
Estrus adalah periode yang ditandai dengan penerimaan pejantan oleh hewan betina
untuk berkopulasi. Pada umumnya memperlihatkan tanda-tanda gelisah, nafsu makan turun
atau hilang sama sekali, menghampiri pejantan dan tidak lari bila pejantan menungganginya.
Pengamatan birahi pada ternak sebaiknya dilakukan dua kali, yaitu pagi dan sore sehingga
adanya birahi dapat teramati dan tidak terlewatkan (Salisbury dan Vandenmark, 1978).
Metestrus ditandai dengan berhentinya puncak estrus dan bekas folikel setelah ovulasi
mengecil dan berhentinya pengeluaran lendir (Salisbury dan Vandenmark, 1978). Fase ini
sebagian besar berada dibawah pengaruh progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum
(Frandson, 1992).
Diestrus adalah periode terakhir dan terlama pada siklus berahi, korpus luteum menjadi
matang dan pengaruh progesteron terhadap saluran reproduksi menjadi nyata (Marawali, dkk,
2001).

2.2 Anatomis dan Fisiologis Reproduksi Kuda Jantan


7
Poros gerakan dan glans penis memperpanjang cranioventrally daerah umbilikus dari
dinding perut. Tubuhnya berbentuk silinder tapi dikompresi lateral. Ketika diam, penis secara
perlahan, termanpatkan, dan panjang sekitar 50 cm. Lima belas sampai 20 cm terletak bebas
dalam preputium. Ketika maksimal tegak, penis sampai tiga kali lebih panjang daripada saat
berada dalam keadaan diam.

Gambar : Ujung kranial penis di bagian median secara in situ di kuda, aspek medial.
a, penis corpus cavernosum, b, corpus spongiosum glandis, c, uretra, d, proses uretra,
e, fossa glandis, f, orifice preputial eksternal, g, rongga preputial (internal), h, plica
preputialis, i, preputium.

Gambar : Representasi grafis dari saluran urogenital dari kuda tersebut. a, penis, b, testis, c,
ginjal, d, ureter, e, kandung kemih, f, duktus deferens, g, vesikula seminalis, h, kelenjar
prostat, i, kelenjar Cowper.

8
Gambar : Penis kuda jantan yang diperpanjang (menonjol dari preputium), meninggalkan
aspek lateral. a, glans penis, b, bagian bebas dari penis, c, lampiran lapisan tipis bagian dalam
lipatan preputial ke penis, d, lapisan tipis bagian dalam lipatan preputial, e, cincin preputial, f,
lamina luar lipatan preputial; g, lamina internal lipatan eksternal preputium, h, fossa glandis,
i, proses uretra, k, corona glandis, l, collum glandis.

2.3 Anatomis dan Fisiologis Reproduksi Kuda betina


Organ reproduksi betina terdiri dari beberapa bagian yang bekerja sama secara
kompleks sehingga dapat melangsungkan proses reproduksi dan menghasilkan keturunan
untuk mempertahankan kelangsungan hidup suatu spesies.
Pada reproduksi betina ini akan membahas mengenai anatomi dan fisiologi dari organ
tersebut.
2.3.1 Anatomi Organ Reproduksi Betina
Organ reproduksi betina (untuk sapi, kambing, babi, kuda,domba) dibagi tiga bagian
yaitu:
1. alat kelamin utama dari betina: Gonad atau Ovarium
2. saluran reproduksi: Tuba Falopii, Uterus, Serviks, dan Vagina
3. alat kelamin bagian luar: Vulva dan Klitoris

Ovarium
Ovarium terdiri dari medulla di bagian dalam dan cortex di bagian pinggir atau kulit.
Medulla mengandung pembuluh-pembuluh darah primer, syaraf-syaraf dan jaringan konektif.
Di daerah cortex ovarium hewan betina yang telah dewasa dapat dilihat berbagai bentuk
ovum yang sedang berkembang. Bentuk-bentuk tersebut mulai dari ooganium, oocyt primer,
oocyt sekunder dan ovum.

Tuba Falopii
9
Oviduct ada sepasang, disebut juga tuba fallopii fungsinya menurut Partodihardjo
(1978) dan Anonimus (2002) adalah:
1. Sebagai alat transportasi bagi ovum dan spermatozoa dalam arah berlawanan
ketempat pembuahan.
2. Sebagai kelenjer yang menyediakan makanan untuk ovum.
3. Kapasitasi spermatozoa.
4. Tempat terjadinya pembuahan.
5. Tempat pembuahan ovum yang dibuahi (zigot).
Secara histologi dinding oviduct terdiri dari dua lapisan, bagian luar berbentuk
memanjang dan bagian dalam berbentuk melingkar,tunica mucosa, merupakan lapisan yang
paling dalam. Lapisan ini bersilia dan bersekresi. Menurut Bearden dan Fuquay (1980)
panjangnya oviduct pada kebanyakan spesies hewan ternak berayun antara 20 sampai 30 cm,
dan dibagi atas tiga ruas.
 Infundibulum dengan fimbrae: Letaknya dekat dengan ovarium, membentuk corong
terbuka. Bagian ujung infundibulum yang sangat dekat dengan ovarium dan
dipinggir infundibulum disebut dengan fimbria. Bentuknya seperti rumbai-rumbai
dan saat terjadi ovulasi fimbria ini bergerak lebih aktif, yang kemungkinan untuk
membantu ovum menemukan jalan untuk masuk kedalam oviduct.
 Ampula: merupakan ruas bagian tengah, sebagian besar sel mukosa ampula bersilia,
dan terdapat sel-sel sekretori.
 Isthmus: Batas antara ampula dengan isthmus disebut ampullary-isthmicjunction.
Ditempat ini terjadi hambatan secara fisiologis dimana ovum tertunda beberapa jam
dalam perjalanannya menuju tempat pertemuan dengan spermatozoa.

Uterus
Fungsi utama dari uterus adalah untuk memelihara dan memberi makanan embrio atau
fetus. Sebelum embrio melekat pada dinding uterus, zat-zat makanan datang dari kuning telur
yang ada pada embrio tersebut, atau dari susu uterus yang disekresikan oleh kelenjer-kelenjer
lapisan mukosa dari uterus. Uterus pada mamalia terdiri dari beberapa macam:
 Tipe Duplex: Merupakan uterus yang tidak memiliki korpus uteri, serviksna dua,
dan kedua kornuanya terpisah sama sekali. Tipe ini ditemukan pada kelinci, mencit,
tikus dan marmot.

10
 Tipe Didelphia: Saluran yang seluruhnya terbagi dua. Tipe ini menyesuaikan penis
dari pejantan yang berbentuk garpu bercabang dua sehingga pada waktu kopulasi
bisa masuk secara bersamaan. Hewan yang memiliki tipe ini pada hewan opossum
atau kangguru dan platypus.
 Tipe Bicornua: Hanya memiliki satu serviks, korpus sangat pendek. Tipe ini dimiliki
oleh babi.
 Tipe Bipartite:Tipe uterus yang hanya mempunyai satu serviks uteri, korpus uteri
yang jelas, dan cukup panjang serta kedua koruna uteri dan sebagian korpus
dipisahkan oleh septum. Tipe ini didapatkan pada sapi, kucing, anjing, dan domba.
 Tipe Simplex: Tipe ini tidak didapatkan koruna uteri, korpus uterinya besar, dan
serviks hanya ada satu. Tipe ini terdapat pada primate.

Serviks
Serviks merupakan otot sphincter yang terletak diantara uterus dan vagina. Strukturnya
pada mamalia berbeda, namun pada umumnya terdapat adanya penonjolan-penonjolan pada
dindingnya. Pada ruminansia penonjolan-penonjolan ini rerdapat dalam bentuk lereng-lereng
transversal dan saling menyilang disebut cincin annuler dan pada babi bentuknya sekrup ulir
yang disesuaikan dengan perputaran spiral penis babi. Dinding serviksnya terdiri dari
mukosa, muskularis dan serosa. Mukosa serviks tersusun dalam lipatan-lipatan dengan epitel
kolumnar tinggi. Sel-sel goblet pada lumen berlipat-lipat hingga permukaan sekretorisnya
menjadi luas. Sekresinya bersifat mucus, jumlah dan viskositasnya menjadi berubah sesuai
fase siklus birahi.

Vagina
Vagina adalah saluran kelamin betina yang terletak dibagian kaudal dari cervix. Vagina
dibagi atas dua bagian yaitu:
 Portio vaginalis cervicis atau vagina yang sebenarnya, terletak dibagian dalam dan
berhubungan langsung dengan servix.
 Vestibulum vagina, yaitu bagian vagina yang terletak disebelah luar, dan
berhubungan dengan vulva.
Kedua bagian di atas dibatasi oleh orificium urethra externum. Dibagian ini terdapat
suatu lapisan selaput lendir yang transversal menutup vagina, dan disebut hymen. Hymen
akan robek dan hilang pada waktu hewan mencapai dewasa. Pada mukosa vagina tidak

11
ditemukan kelenjar dan terdiri dari lapisan epitel sisik. Lapisan otot vagina terdiri dari lapisan
otot polos memanjang yang tipis dan lapisan otot polos sirkuler yang agak tebal dan dalam.

Vulva
Vulva bersama-sama dengan clitoris dan beberapa kelenjer yang bermuara pada
vestibulum vulva termasuk alat kelamin luar. Vestibulum vulva berfungsi ganda, selain
berfungsi sebagai saluran reproduksi, juga sebagai saluran urinari. Vulva dan clitoris secara
embriologik homolog dengan scrotum dan penis.

2.3.2 Fisiologi Organ Reproduksi Betina


Ovarium
Ovarium memiliki dua fungsi utama yaitu fungsi reproduksi yang menghasilkan sel
telur (ova) dan fungsi endokrinologi dalam menghasilkan hormone Estrogen, Progesteron,
Relaksin, Activin, dan Inhibin. Komponen penting pada ovarium yaitu Folikel dan Korpus
Luteum. Folikel terdiri dari tahap Folikel Primer, Folikel Sekunder, Folikel Tersier dan
Folikel de Graff serta Atresia Folikel yang terjadi akibat kegagalan folikel menjadi matang.
Korpus Luteum dan Korpus Albikan terbentuk setelah ovulasi karena terjadi kawah
pada permukaan ovarium. Terlihatnya warna merah disebut sebagai korpus rubrum atau
korpus haemorrhagicum. Pada fase ini hewan sudah tidak birahi (fase leutal). Darah akan
membeku dan terjadi proses leuteinisasi. Warna korpus luteum berbeda-beda menurut species
dan siklus birahi. Korpus luteum sangat penting dalam reproduksi.

Tuba Falopii
Pada saat terjadi ovulasi, ovum disapu ke dalam ujung tuba falopii yang berfimbriae.
Kapasitasi spermatozoa, fertilisasi dan pembelahan embrio terjadi di dalam tuba falopii.
Pengangkutan spermatozoa ketempat fertilisasi dan pengangkutan ovum ke uterus diatur oleh
kerja silia dan kontraksi otot- otot yang dikoordinir oleh hormone yang berasal dari ovarium
yaitu Estrogen dan Progesteron. Sekresi cairan lumial oviduct disekresikan oleh lapisan epitel
ovidactdan kadarnya diatur oleh hormone yang berasal dari ovarium.

Uterus
Pada waktu berahi, kelenjar-kelenjar Endometrium menghasilkan cairan uterus.
Walaupun cairan sedikit, cairan tersebut sangat diperlukan Spermatozoa yang masuk ke

12
dalam uterus untuk proses kapasitasi. Pada waktu kopulasi uterus berkontraksi walaupun
sudah selesai kopulasi. Selain itu, Endometrium menyediakan diri untuk menempelnya
lapisan luar dari embrio. Akibatnya terjadi suatu perlekatan antara endometrium dengan
lapisan luar embrio sehingga terbentuk plasenta. Proses terbentuknya plasenta disebut
plasentasi. Dengan terbentuknya plasenta zat-zat makanan yang berasal dari aliran darah
induk disalurkan untuk memenuhi kebutuhan embrio atau fetus. Darah atau hasil sisa yang
tidak berguna bagi embrio dapat dibersihkan melalui peredaran darah induk.

Serviks
Lumen Serviks selalu tertutup kecuali pada saat birahi dan melahirkan. Pada waktu
berahi sel-sel goblet pada dinding lumen serviks menghasilkan sekresi yang banyak
mengandung air. Fungsi cairan serviks untuk memberi jalan dan arah bagi spermatozoa yang
disemprotkan penis ke dalam vagina.Selain itu juga untuk menyeleksi spermatozoa. Pada saat
hewan bunting, sekretum bersifat mucus dan kanalis servikalis menutup Os. Serviks.

Vagina dan Alat Kelamin Bagian Luar


Lapis muskulatur pada vagina tidak sebaik lapis-lapis muskulatur dibagian serviks
maupun uterus tetapi masih tetap terdiri dari dua lapis memanjang tipis yang merupakan lapis
luar dan lapis lingkar agak tebal di bagian dalam. Pada Vagina tidak didapati kelenjar, kalau
terdapat lender pada vagina hewan birahi, maka lender tersebut berasal dari serviks.Alat-alat
kelamin luar terdiri dari vestibulum dan vulva. Sedangkan vulva terdiri dari Labia
Mayora,Labia Minora, Commisura Doersalis dan ventralis serta Clitoris. Labia secara normal
selalu berdekatan, tidak menganga dan lubang vulva terletak tegak lurus terhadap lantai
pelvis.Dinding labia mayora terdiri dari kelenjar sebaseous dan tubuler, deposit lemak,
jaringan elastic dan selapis otot licin.

13
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Siklus Reproduksi Secara Umum


Pada hewan betina sekali pubertas telah tercapai dan musim reproduksi telah dimulai,
estrus akan terjadi pada hewan betina yang tidak bunting menurut suatu siklus yang teratur
dan khas. Estrus atau birahi adalah periode atau waktu hewan betina siap menerima pejantan
untuk melakukan perkawinan. Interval waktu antara timbulnya satu periode estrus
kepermulaan periode estrus berikutnya disebut siklus estrus. Saluran reproduksi hewan betina
akan mengalami perubahan-perubahan pada interval-interval tersebut. Menurut perubahan-
perubahan yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan selama siklus estrus maka siklus
estrus dibedakan menjadi empat fase yaitu proestrus, estrus, metestrus/postestrus, dan
diestrus.
Proestrus adalah fase sebelum estrus, yaitu periode dimana folikel de Graaf bertumbuh
dibawah pengaruh Folikel Stimulating Hormon (FSH) dan menghasilkan sejumlah estradiol
yang semakin bertambah. Sistem reproduksi memulai persiapan untuk melepaskan ovum dari
ovarium. Akhir proestrus terlihat mukus yang terang, transparan dan menggantung. Proestrus
pada kuda berlangsung selama 3 hari (Toelihere, 1995).
Estrus adalah periode yang ditandai oleh keinginan untuk dikawini atau penerimaan
pejantan oleh hewan betina. Selama periode ini umumnya hewan betina akan mencari dan
menerima pejantan untuk kopulasi. Estrus pada kuda berlangsung 4 sampai 7 hari (Toelihere,
1995), sedangkan menurut (Blakely dan Bade, 1995), estrus berlangsung 4 sampai 6 hari.
Selama estrus, selain vulva menjadi besar dan bengkak, vulva menjadi merah, basah,
mengkilap dan ditutup dengan selaput lendir transparan (Hafez, 1983).
Ovulasi terjadi pada saat-saat akhir periode estrus. Ovum yang dihasilkan dapat hidup
selama 6 jam sedangkan sperma pejantan dapat bertahan hidup selama 30 jam di dalam
saluran reproduksi betina. Seekor kuda betina yang birahi dianjurkan dikawinkan tiap hari
atau 2 hari sekali mulai pada hari ketiga timbulnya estrus (Blakely dan Bade, 1995).
Produksi ternak kuda dapat dicapai setinggi-tingginya sehingga diperlukan manajemen
fertilitas kuda yang baik untuk memperoleh efisiensi reproduksi yang baik. Fertilitas
merupakan suatu derajat kemampuan bereproduksi. Kuda betina hanya mau dikawinkan bila
kondisi subur dan untuk mengetahui subur tidaknya, ditempatkan berdekatan dengan kuda
jantan. Musim kawin kuda biasanya berlangsung pada pertengahan September sampai dengan
awal Maret karena sebagai musim yang cocok untuk pertumbuhan hijauan (Maswarni, 2014).

14
Selain musim kawin, kuda harus sudah dalam kondisi dewasa kelamin atau pubertas.
Dewasa kelamin atau pubertas adalah umur atau waktu ketika organ-organ reproduksi
berfungsi dan pembuahan dapat terjadi. Kuda betina mencapai masa pubertas pada umur
sekitar 18 bualn. Kuda yang mengkonsumsi pakan yang berkualitas baik akan mencapai
dewasa keamin lebih cepat daripada yang mengkonsusmsi pakan yang berkulitas jelek.
Walaupun kuda betina telah mencapai dewasa kelamin pada umur 18 bulan, tetapi sebaiknya
kuda dikawinkan setelah berumur 3 tahun sehingga akan melahirkan pada umur 4 tahun.
3.2 Anatomis dan Fisiologis Reproduksi Kuda Jantan
Alat Kelamin Primer pada reproduksi kuda jantan berupa Testis sedangkan alat kelamin
Sekunder meliputi :

 Saluran Epididimis :
o Vas Defferens / Duktus Ejakulatoris
Transpor spermatozoa dari cauda epididimis menuju urethra. Dekat caput
epididimis berjln bersama pmbuluh darah, limfe dan syaraf => funiculus
spermaticus. Ampula duktus deferens
o Urethra
Saluran urogenitalis yang menyalurkan urine dan semen. Colliculus seminalis
terdiri dari jaringan cavernosus yang menutup leher vesica urinaria saat
ejakulasi, mencegah masuknya semen ke dalam vesica urinaria
 Alat kelamin luar (Organa Genetalia Externa) :
 Penis : alat kopulasi
Penis : pengeluaran urin & peletakan semen. Penis terdiri dari akar, badan dan
ujung. Bagian ujung penis : glans penis. Bagian penis terdiri dari :
 Bagian dorsal : corpus cavernosum penis
 Bagian ventral : corpus cavernosum urethrae
 Kedua corpus menyatu dibagian glans penis disebut : corpus
fibrosum
Tipe :
1. Fibroelastis
(sapi, db, kb, kerbau, babi)
2. Vaskuler
(kuda, gajah, primata)

15
Vaskularisasi penis oleh : a. Pudenda interna, a. Obturator, a. Pudenda eksterna.
Inervasi : saraf otonom plexus pelvicus, saraf pudenda & hemoroidalis

 Scrotum : kantong testis


 Preputium : penutup glanspenis
Preputium adalah kulit penutup ujung penis (sirkumsisi). Invaginasi berganda
dari kulit yg menyelubungi bagian bebas penis sewaktu tidak ereksi dan bagian
caudal sewaktu ereksi, sekresi cairan kental berlemak dari epitel kelenjar
dinding preputium bercampur bakteri pembusuk : smegma preputii
 Testis

Terletak dalam kantong scrotum. Jumlah sepasang / tunggal Mengalami Desensus


Testiculorum. Testis memiliki fungsi sebagai berikut:
o Fungsi reproduktif : spermatozoa dihasilkan oleh tubulus seminiferous
o Fungsi endokrin
 hormon jantan / androgen

16
 Spermatogenesis : Spermatocytogenesis dan Spermiogenesis

 Scrotum
Merupakan kantong yang membungkus testis didaerah Inguinal. Fungsi dari skrotum
adalah

17
o Peredam kejut
 Otot-otot licin
 Lapisan fibrosa
 Kulit
o Thermoregulator
 M cremaster eksterna et interna
 Tunika dartos
 Posisi a. testikuler dan plexus venous pampiniformos dalam funiculus
spermatikus
 Kelenjar - Kelenjar Aksesoris
Fungsi : menghasilkan medium sperma (cairan / plasma sperma)
Terdiri dari :
1. Gl. Vesicula seminalis / vesiculosa
o Vol. Sekresi : 80% mengandung
o Prostaglandin → ritmik otot polos
o Fruktosa → sumber nutrisi spermatozoa
o pH asam : 5,7-6,2
2. Gl. Prostata/ Cowper’s
o pH basa : 7,5-8,2
o Menetralisir urin

Mekanisme Ejakulasi

18
Sel Spermatozoa

Terdiri dari : Bagian Kepala, Leher, Bagian Tengah, Ekor. Dilapisi membran sel Berfungsi :

 Pembatas sel,
 Mempertahankan integritas,
 Membentuk interfase dinamis
 Antara sel dengan lingkungan
 Sistem transpor & membantu mempertahankan keseimbangan Intraseluler
 Mengandung reseptor spesifik, Komunikasi antar sel

Bagian kepala spermatozoa terdiri dari :

o Nukleus : pembawa materi genetic


o Post nuclear cap : penutup bagian posterior nucleus
o Akrosom : penutup bagian nukleus (tudung protoplasmik)

Morfologis kepala :

o Lonjong, batas teratur, bagian tepi akkrosom menutupi lebih dari sepertiga
permukaan kepala
o Panjang kepala : 8 – 9 mikron, lebar : 2 – 3 mikron

Bagian tengah :

o Ukuran nya kurang dari sepertiga lebar kepala, batas teratur


o Terletak pada satu sumbu dengan poros panjang kepala 11 – 12 mikron

Bagian leher :

o Panjang : 5 – 7 mikron
o Dipisahkan dari ekor oleh cincin annulus
o Leher adalah persambungan anatara kepala dan ekor
o Bagian leher berhubungan dengan kebutuhan energi untuk motilitas & metabolisme
oksidatif

Bagian ekor :

19
o Berbentuk ramping, tidak tergulung, batasnya teratur, ukuran panjang : 45 – 50
mikron
o Terdiri dari :
1. Mid piece (bagian tengah) : Mitokondria
2. Principal piece (bagian Utama)
3. Endpiece (bagian Ujung)
o Bagian Ekor mengandung poros aksonema terdiri dari mikrotubulus

Susunan Kimiawi :

o Bagian kepala mengandung DNA


o Bagian akrosom mengandung enzim proteolitik : hyaluronidase, acrosin, coronary
penetrating enzyme (cpe)
o Fungsi enzym : untuk penembusan ke zona pelusida saat fertilisasi
o Bagian leher sperma mengandung enzim glikolitik, asam amino, sufhidril,
kolesterol, sitokrom oksida, lipoprotein
o Senyawa lemak terbanyak yang terdapat di bagian ekor adalah plasmalogen
berfungsi untuk respirasi endogen

3.3 Anatomis dan Fisiologis Reproduksi Kuda Betina


Organ genitalia kuda betina terdiri atas dua buah ovarium, dua buah tuba fallopii,
uterus, vagina dan vulva. Organ reproduksi kuda betina selengkapnyadiperlihatkan pada
Gambar 1.

Gambar 1 Organ Reproduksi Kuda Betina


Sumber : Morel (2008)
Ovarium adalah suatu organ primer reproduksi pada betina. Ovarium dapatbersifat
endokrin atau sitogenik karena mempunyai kemampuan menghasilkan hormon yang akan
20
disalurkan ke dalam peredaran darah, dan juga penghasil ovum (sel telur) yang diovulasikan
oleh ovarium. Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum,
ovulasi (egg release) sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (steroidogenesis) (Hafez
dan Hafez, 2000a; Morel, 2008).
Pada saat musim kawin ovarium memiliki ukuran panjang 6-8 cm dan lebar 3-4 cm,
pada saat itu kondisi ovarium terasa lebih lembut hal ini terjadi karena adanya sekresi cairan
akibat perkembangan sel folikel. Lain halnya ketika bukan musim kawin ukuran ovarium
cenderung lebih kecil yaitu dengan panjang 2-4 cm dan lebar 2-3 cm, dalam kondisi seperti
ini ovarium akan terasa tidak lembut hal ini disebabkan tidak adanya perkembangan folikel
(Morel, 2008).
Tuba falopii atau oviduct adalah saluran yang berpasangan dan berkonvulasi yang
berfungsi mengantarkan ovum yang diovulasikan dari ovarium menuju cornua uteri. Ovum
yang diovulasikan oleh ovarium akan diterima oleh infundibulum menuju ampula tempat
terjadinya proses pembuahan (fertilisasi). Lapisan dalam tuba falopii merupakan membran
mukosa yang berlipat-lipat dilapisi oleh epitel siliakolumner sederhana. Selama masa estrus
dan sebelum kelahiran epitel bersilia tersebut bersifat sekretoris aktif (Manan, 2002).
Panjang rataan dari tuba falopii ini adalah 25-30 cm (Morel, 2008). Uterus merupakan
organ yang berperan pada saat kebuntingan berfungsi sebagai tempat implantasi, retensi
(pemeliharaan) dan nutrisi konseptus. Uterus terdiri dari carpus uteri (badan uterus) dan
cornua uteri (tanduk uterus). Corpusuteri berfungsi sebagai tempat deposisi semen pada saat
IB, sedangkan cornua uteriberfungsi sebagai tempat menempelnya zigot, lalu berkembang
menjadi embrio dan fetus. Secara anatomis dan histologis, cornua dan corpus uteri memiliki
struktur yang sama yaitu terdiri dari myometrium (otot), perimetrium (selaput
serosa/peritonium), endometrium (mukosa/selaput lendir) (Manan, 2002).
Corpusuteri normalnya mempunyai rataan panjang 18-20 cm dengan diameter 8-12 cm,
sedangkan untuk cornua uteri memiliki panjang hingga 25 cm dengan diameter 4-6 cm
mengerucut hingga 1-2 cm mendekati tuba falopii. Uterus pada kuda dinamakan dengan
simplex bipartitus, hal ini disebabkan oleh ukuran corpus uteri yang lebihbesar dibandingkan
dengan cornua uteri (Gambar 2), berbeda dengan ternak lainnya dimana cornua uteri
cenderung lebih besar dan mendominasi (Morel, 2008).

21
Gambar 2 Uterus
Sumber: Mottershead (1999)

Serviks (Gambar 3) atau leher uterus adalah suatu urat daging sphinctertubular yaitu
otot polos yang sangat kuat yang terletak antara uterus dan vagina.Serviks mempunyai
panjang antara 5-10 cm dengan diameter antara 1,5-1,7 cm.Saluran serviks dikenal dengan
nama Canalis cervicalis, mempunyai bentukberkelok-belok karena dibentuk oleh Annulus
cervicalis. Annulus cervicalis yaitusuatu cincin yang melingkar di Canalis cervicalis. Cairan
mukus yang dikenalsebagai lendir serviks dapat menutupi lumen pada saat hewan dalam
keadaanbunting, tetapi akan kembali mencair pada saat estrus atau saat proses
kelahiranberlangsung. Adapun fungsi serviks adalah sebagai gerbang yang kuat,
melindungiuterus dari infeksi lingkungan luar (Manan, 2002).
Serviks dalam kondisi tidak estrusakan tertutup rapat dan kuat, berwarna pucat dan
mempunyai ukuran panjang rataan6-8 cm dengan diameter 4-5 cm, sedangkan dalam kondisi
estrus otot serviks akanmengalami relaksasi yang akan memudahkan penis masuk
kedalamnya, selain ituserviks berwarna merah muda dan terlihat menonjol sehingga vagina
kuda yangsedang estrus akan terlihat lebih besar dan tidak terdapat lipatan (Morel, 2008).
Serviks adalah barier fisik bagi pergerakan mikroorganisme kedalam
saluranreproduksi. Fungsi serviks difasilitasi oleh sekresi lendir yang kental dan
dapatmenutupi lumen serviks selama terjadi kebuntingan. Sekresi lendir pada serviks inijuga
mengandung bahan yang disebut lactoferin yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri
(Lestari, 2006)

22
Gambar 3 Serviks
Sumber: Mottershead (1999)
Vagina termasuk kedalam organ reproduksi bagian luar dan merupakangerbang bagi
mikroorganisme memasuki tubuh ternak betina. Vagina memiliki diameter 10 -15 cm dan
panjang rata-rata 18 - 23 cm. Dinding vagina yang elastis ini merupakan otot yang dilapisi
oleh mukosa dan dengan keelastisannya dapat membantu dalam proses kelahiran. Vagina
merupakan perlindungan pertama dalam sistem dan saluran reproduksi yang memiliki pH
asam sehingga dapat membunuh bakteri (Morel, 2008).
Vagina mempunyai fungsi sebagai tempat terjadinya pengawinan, tempat peletakan
semen pada pengawinan alam, dan juga sebagai tempat penyimpanan vaginal pessary atau
spons vaginal pada saat sinkronisasi estrus. Vestibula adalah bagian tubular dari saluran
reproduksi antara vagina dan labia vulva. Vestibula vagina memiliki beberapa urat daging
sirkuler atau serupa sphincter yang menutup saluran kelamin dari lingkungan luar sehingga
dapat memperkecil kemungkinan masuknya mikroorganisme kedalam vagina (Lestari, 2006).
Vulva berada kurang lebih tujuh cm dibawah anus termasuk ke dalam organ reproduksi
bagian luar, yang akan dilalui pada saat kopulasi sebelum vagina. Otot sphincter vulva
memperkecil kemungkinan masuknya mikroorganisme ke dalam vagina, demikian pula otot
sphincter vestibula memperkecil pergerakan mikroba menuju arah anterior vagina (Lestari,
2006).
Vulva terletak lurus secara vertikal terhadap anus dan hal ini memberikan peluang
untuk terjadinya kontaminasi yang berasal dari kotoran. Vulva kuda yang normal tidak boleh
memiliki kemiringan lebih dari 10° dari kondisi vertikal yang sewajarnya (Gambar 4 dan 5),
kondisi bibir vulva harus rapat dan normal (England, 2004).

23
Gambar 4 Konformasi Vulva Normal dan Abnormal
Sumber : England (2004)

(a) (b)
Gambar 5 Vulva Kuda Normal (a) dan Vulva Kuda Abnormal (b)
Sumber : Morel, 2008

Pada bagian dalam vulva terdapat klitoris dan tiga sinus yang menghasilkanlingkungan
yang tidak diinginkan oleh pertumbuhan bakteri yang menyebabkan penyakit (Morel, 2008).
Vulva terdiri dari dua labia (commissural dorsalis dan ventralis). Klitoris terdiri dari dua
krura atau akar, badan dan kepala (glans). Klitoris terdiri dari jaringan erektil yang tertutup
oleh ephitel dan dengan sempurna memperoleh inervansi dari ujung-ujung saraf sensori
(Manan, 2002).

BAB IV
24
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Estrus atau birahi adalah periode atau waktu hewan betina siap menerima pejantan
untuk melakukan perkawinan. Interval waktu antara timbulnya satu periode estrus
kepermulaan periode estrus berikutnya disebut siklus estrus. Saluran reproduksi hewan betina
akan mengalami perubahan-perubahan pada interval-interval tersebut. Menurut perubahan-
perubahan yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan selama siklus estrus maka siklus
estrus dibedakan menjadi empat fase yaitu proestrus, estrus, metestrus/postestrus, dan
diestrus.
Alat Kelamin Primer pada reproduksi kuda jantan berupa Testis sedangkan alat kelamin
Sekunder meliputi Saluran Epididimis, Alat kelamin luar (Organa Genetalia Externa), Testis
Scrotum dan Kelenjar - Kelenjar Aksesoris
Organ reproduksi betina terbagi menjadi tiga bagian, yaitu alat kelamin utama yang terdiri
dari Gonad atau Ovarium, salura reproduksi terdiri dari Tuba Falopii, Uterus, Serviks, Vagina
dan alat kelamin luar yang terdiri dari vulva dan klitoris. Dan tiap bagian memiliki fungsi
masing - masing
4.2 Saran

25
DAFTAR PUSTAKA

 Toelihere, M. R. 1995. Fisiologi Reproduksi Ternak. Cetakan ke 2. Angkasa,


Bandung
 Blakely, J. dan D.H. Bade. 1995. The Science of Animal Husbandry. Diterjemahkan
oleh Srigandono, B. 1998 Edisi keempat. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
 Schuamer, James. 2013. Equine Medicine, Surgery, and Reproduction Second
Edition. Sunders elsvier.
 Ismudiono. 2000. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Surabaya: Airlangga University
Press
 Partodiaharjo, S. 1992. Ilmu Reproduksi Hewan. PT. Mutiara Sumber Widya. Jakarta
Lopez, H., L. D. Satter, and M. C. Wiltbank.2004. Relationship between level of milk
production and estrous behavior of lactating dairy cows. Anim. Reprod. Sci. 89:209–
223.
 Marawali, A., M.T. Hine, Burhanuddin, H.L.L. Belli. 2001. Dasar-dasar ilmu
reproduksi ternak. Departemen pendidikan nasional direktorat pendidikan tinggi
badan kerjasama perguruan tinggi negeri Indonesia timur. Jakarta.
 Frandson, R.D., 1992, Anatomi dan Fisiologi Ternak, Edisi ke-4, diterjemahkan oleh
Srigandono, B dan Praseno, K, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
 Salisbury, R.E. dan W.L. Vandemark. 1985. Fisiologi Reproduksi Dan Inseminasi
Buatan Pada Sapi. Edisi terjemahan oleh R. Djanuar. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
 Toelihere,M.R. 1995.Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa. Bandung
 Hafez, E.S.E. 1983. Reproduction in Farm Animal, 6th ed. Lea and Febiger.
Philadelphia.
 Maswarni dan Nofiar, R. 2014. Kuda: manajemen pemeliharaan dan
pengenbangbiakan. Penebar swadaya. Jakarta.
 England, G.C.W. 2004. Fertility and Obstetries in the Horse. 3 rd Ed. Republika Press
Pvt.Ltd, Kundli.
 Gil, C. V. 2003. Effect of nutrition on follicle development and ovulation rate in the ewe.
Thesis. Swedish University of Agricultural Sciences, Uppsala. Hafez, E.S.E and B Hafez.
2000a. Anatomy of Female Reproduction. In: Hafez E.S.E and B Hafez (Eds).
Reproduction in Farm Animals. 7th ed. Lippincot Willkins & Wilkins, Philadephia.

26
27

Anda mungkin juga menyukai