Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

“HIPERTYROID”

Disusun Oleh:

1. Ary A. Affandy
2. Yenni Nebore
3. Feronika Sayori
4. Florida Howay
5. Lidya Tarasai

JURUSAN S1 KEPERAWATAN KELAS VB

STIKES PAPUA SORONG

T.A 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya, kami dapat

menyelesaikan makalah ini dengan baik.Makalah  ini membahas tentang apa itu Hipertyroid

penyebab terjadinya hipertyroid dan faktor-faktor resiko serta pengobatannya.

Besar harapan kami makalah ini dapat berguna bagi pembaca.Namun kami menyadari

bahwa masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Sorong, 30 November 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Sampul Judul …………………………………………………………………………. 1

Kata Pengantar………………………………………………………………………… 2

Daftar Isi………………………………………………………………………………. 3

Bab I

a. Pendahuluan……………………………………………………………………… 4
b. Rumusan masalah………………………………………………………………... 5
c. Tujuan …………………………………………………………………………… 5

Bab II

a. definisi ……………………………………………………………………………
6
b. etiologi…………………………………………………………………………… 6

c. Tanda dan Gejala………………………………………………………………… 7


d. Patofisiologi……………………………………………………………………... 7
e. Pathway …………………………………………………………………………. 9
f. Pemeriksaan penunjang………………………………………………………….. 10
g. Penatalaksanaan…………………………………………………………………. 10
h. Komplikasi……………………………………………………………………… 11

Bab III

a. Kesimpulan……………………………………………………………………… 12

3
BAB I

a. Pendahuluan

Kelenjar tiroid merupakan kelenjar berwarna merah kecoklatan dan sangat vascular.


Terletak di anterior cartilago thyroidea di bawah laring setinggi vertebra cervicalis 5 sampai
vertebra thorakalis 1. Kelenjar ini terselubungi lapisan pretracheal dari fascia cervicalis dan
terdiri atas 2 lobus, lobus dextra dan sinistra, yang dihubungkan oleh isthmus. Beratnya kira2 25
gr tetapi bervariasi pada tiap individu. Kelenjar tiroid sedikit lebih berat pada wanita terutama
saat menstruasi dan hamil. Lobus kelenjar tiroid seperti kerucut. Ujung apikalnya menyimpang
ke lateral ke garis oblique pada lamina cartilago thyroidea dan basisnya setinggi cartilago trachea
4-5. Setiap lobus berukutan 5x3x2 cm. Isthmus menghubungkan bagian bawah kedua lobus,
walaupun terkadang pada beberapa orang tidak ada. Panjang dan lebarnya kira2 1,25 cm dan
biasanya anterior dari cartilgo trachea walaupun terkadang lebih tinggi atau rendah karena
kedudukan dan ukurannya berubah.

       Kelenjar ini tersusun dari bentukan bentukan bulat dengan ukuran yang bervariasi yang
disebut thyroid follicle. Setiap thyroid follicle terdiri dari sel-sel selapis kubis pada tepinya yang
disebut SEL FOLIKEL dan mengelilingi koloid di dalamnya. Folikel ini dikelilingi jaringan ikat
tipis yang kaya dengan pembuluh darah. Sel folikel yang mengelilingi thyroid folikel ini dapat
berubah sesuai dengan aktivitas kelenjar thyroid tersebut. Ada kelenjar thyroid yang hipoaktif,
sel foikel menjadi kubis rendah, bahkan dapat menjadi pipih. Tetapi bila aktivitas kelenjar ini
tinggi, sel folikel dapat berubah menjadi silindris, dengan warna koloid yang dapat berbeda pada
setiap thyroid folikel dan sering kali terdapat Vacuola Resorbsi pada koloid tersebut.

Proses pembentukan hormon tiroid adalah:


1. Proses penjeratan ion iodida dengan mekanisme pompa iodida. Pompa ini dapat
memekatkan iodida kira-kira 30 kali konsentrasinya di dalam darah;

4
2. Proses pembentukan tiroglobulin. Tiroglobulin adalah glikoprotein besar yang
nantinya akan mensekresi hormon tiroid;
3. Proses pengoksidasian ion iodida menjadi iodium. Proses ini dibantu oleh enzim
peroksidase dan hidrogen peroksidase.
4. Proses iodinasi asam amino tirosin. Pada proses ini iodium (I) akan
menggantikan hidrogen (H) pada cincin benzena tirosin. Hal ini dapat terjadi
karena afinitas iodium terhadap oksigen (O) pada cincin benzena lebih besar
daripada hidrogen. Proses ini dibantu oleh enzim iodinase agar lebih cepat.
5. Proses organifikasi tiroid. Pada proses ini tirosin yang sudah teriodinasi (jika
teriodinasi oleh satu unsur I dinamakan monoiodotirosin dan jika dua unsur I
menjadi diiodotirosin)
6. Proses coupling (penggandengan tirosin yang sudah teriodinasi). Jika
monoiodotirosin bergabung dengan diiodotirosin maka akan menjadi
triiodotironin. Jika dua diiodotirosin bergabung akan menjadi tetraiodotironin atau
yang lebih sering disebut tiroksin. Hormon tiroid tidak larut dalam air jadi untuk
diedarkan dalam darah harus dibungkus oleh senyawa lain, dalam hal ini
tiroglobulin. Tiroglobulin ini juga sering disebut protein pengikat plasma. Ikatan
protein pengikat plasma dengan hormon tiroid terutama tiroksin sangat kuat jadi
tiroksin lama keluar dari protein ini. Sedangkan triiodotironin lebih mudah dilepas
karena ikatannya lebih lemah. (Guyton. 1997)
b. Rumusan Masalah
1. Apa itu hipertyroid?
2. Apa saja penyebab Hipertyroid?
3. Bagaimana tanda dan gejala Hipertyroid?
4. Bagaimana Penatalaksaan Hipertyroid?
c. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Hipertyroid
2. Untuk mengetahui penyebab Hipertyroid
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala hipertyroid
4. Untuk mengetahui penetalaksanaan hipertyroid

5
BAB II
PEMBAHASAN
a. Definisi

Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan


kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan
biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.
Hipertiroidisme adalah keadaan tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi tiroid, yang
merupakan akibat dari fungsi tiroid yang berlebihan. Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah
keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan
hormon tiroid yang berlebihan di dalam darah.
Hipertiroidisme merupakan kelainan endokrin yang dapat dicegah, seperti kebanyakan
kondisi tiroid, kelainan ini merupakan kelainan yang sangat menonjol pada wanita. Kelainan ini
menyerang wanita empat kali lebih banyak daripada pada pria, terutama wanita muda yang
berusia antara 20 dan 40 tahun. Disini dapat dikarenakan karena dari proses menstruasi,
kehamilan dan menyusui itu sendiri menyebabkan hipermetabolisme sebagai akibat peningkatan
kerja daripada hormone tiroid .(Hotma R, 2006).

b. Etiologi

Hipertiroidisme terkait dengan penyakit lain. Beberapa penyakit yang dapat


menyebabkan hipertiroidisme adalah:

 Penyakit Graves. Merupakan penyakit autoimun yang menyerang kelenjar tiroid.


Penyakit ini merupakan penyebab hipertiroidisme tersering.

6
 Nodul tiroid. Adanya nodul atau tumor di kelenjar tiroid yang mengeluarkan hormon
tiroid akan menyebabkan hipertiroidisme. Pada kondisi nodul tiroid, biasanya kelenjar
tiroid membesar asimetris.

 Tiroiditis. Kondisi peradangan kelenjar tiroid. Pada fase awal tiroiditis, umumnya pasien
akan mengalami hipertiroidisme, dilanjutkan dengan hipotiroidisme.

Selain disebabkan karena penyakit lain, hipertiroidisme juga bisa dikarenakan efek samping
obat. Beberapa obat yang sering menyebabkan hipertiroidisme di antaranya adalah lithium
(untuk pengobatan gangguan bipolar) dan amiodarone (untuk pengobatan gangguan irama
jantung).

c. Tanda dan Gejala


 Peningkatan frekuensi denyut jantung
 Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap
Katekolamin
 Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran
terhadap panas, keringat berlebihan
 Penurunan berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)
 Peningkatan frekuensi buang air besar
 Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
 Gangguan reproduksi
 Tidak tahan panas
 Cepat letih
 Tanda bruit
 Haid sedikit dan tidak tetap
 Pembesaran kelenjar tiroid
 Mata melotot (exoptalmus)

d. Patofisiologi

7
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali
dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel
folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali
dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan
sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang
disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor
membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut
merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme.
Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan
konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang
pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya
berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI
selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar
batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid
membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk
akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme
tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini,
terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan
sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini
menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik,
sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi
atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem
kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang
mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata
terdesak keluar

8
.
e. Pathway

9
10
f. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini: Pemeriksaan darah yang
mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memastikan diagnosis keadaan dan
lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid. TSH (Tiroid Stimulating
Hormone) Bebas T4 (tiroksin) Bebas T3 (triiodotironin) Diagnosa juga boleh dibuat
menggunakan ultrasound untuk memastikan pembesaran kelenjar tiroid Hipertiroidisme dapat
disertai penurunan kadar lemak serum Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat
menyebabkan hiperglikemia.

g. Pentalaksanaan

Untuk mengatasi hipertiroidisme, ada dua hal utama yang dilakukan. Pengobatan yang pertama
bertujuan untuk mengatasi gejala yang muncul dengan segera dan yang kedua adalah untuk
menurunkan kadar hormon tiroid.

Untuk mengatasi gejala yang muncul dengan segera, dokter akan memberikan obat golongan
penghambat beta (beta blocker). Setelah mulai mengonsumsi obat ini selama beberapa jam,
umumnya gejala yang timbul akibat hipertiroidisme akan mulai mereda.

Sementara itu, untuk menurunkan kadar hormon tiroid, terdapat beberapa pilihan terapi, yaitu:

1) Pemberian obat anti-tiroid


Obat anti-tiroid, seperti methimazole dan propylthiouracil (PTU), bekerja dengan cara
menghentikan produksi hormon tiroid di kelenjar tiroid. Obat ini umumnya dikonsumsi
setidaknya selama 1–2 tahun untuk mengontrol kondisi hormon tiroid.
2) Iodine radioaktif
Prinsip pengobatan dengan iodine radioaktif adalah menghancurkan sel yang aktif di
kelenjar tiroid dengan menggunakan zat radioaktif. Pengobatan ini tidak dianjurkan untuk
ibu hamil, ibu menyusui, dan wanita yang sedang merencanakan kehamilan.

11
3) Operasi
Bila pengobatan yang lain sudah dilakukan dan belum bisa mengatasi hipertiroidisme,
maka operasi pengangkatan kelenjar tiroid perlu dipertimbangkan. Operasi ini pasti dapat
mengatasi hipertiroidisme, namun juga pasti akan menyebabkan komplikasi berupa
hipotiroidisme (kekurangan hormon tiroid).
Oleh karena itu, orang yang menjalani operasi pengangkatan seluruh kelenjar tiroid harus
mengonsumsi obat subtitusi hormone tiroid (levotiroksin) seumur hidup.
h. Komplikasi

Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik


(thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani
terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak
terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan HT dalam jumlah yang sangat besar yang
menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106 oF), dan, apabila tidak diobati,
kematian
Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi karena
agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid. Krisis tiroid: mortalitas

12
BAB III
Kesimpulan
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan
kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan
biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.
Yang di sertai dengan gejala
Peningkatan frekuensi denyut jantung,Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan
kepekaan terhadap Katekolamin,Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan
panas, intoleran terhadap panas, keringat berlebihan,Penurunan berat, peningkatan rasa lapar
(nafsu makan baik), yang apabila tidak di tangan dengan baik dapat menyebabkan Komplikasi
hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid storm).

13

Anda mungkin juga menyukai