“HIPERTYROID”
Disusun Oleh:
1. Ary A. Affandy
2. Yenni Nebore
3. Feronika Sayori
4. Florida Howay
5. Lidya Tarasai
T.A 2020
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya, kami dapat
bahwa masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………………… 2
Daftar Isi………………………………………………………………………………. 3
Bab I
a. Pendahuluan……………………………………………………………………… 4
b. Rumusan masalah………………………………………………………………... 5
c. Tujuan …………………………………………………………………………… 5
Bab II
a. definisi ……………………………………………………………………………
6
b. etiologi…………………………………………………………………………… 6
Bab III
a. Kesimpulan……………………………………………………………………… 12
3
BAB I
a. Pendahuluan
Kelenjar ini tersusun dari bentukan bentukan bulat dengan ukuran yang bervariasi yang
disebut thyroid follicle. Setiap thyroid follicle terdiri dari sel-sel selapis kubis pada tepinya yang
disebut SEL FOLIKEL dan mengelilingi koloid di dalamnya. Folikel ini dikelilingi jaringan ikat
tipis yang kaya dengan pembuluh darah. Sel folikel yang mengelilingi thyroid folikel ini dapat
berubah sesuai dengan aktivitas kelenjar thyroid tersebut. Ada kelenjar thyroid yang hipoaktif,
sel foikel menjadi kubis rendah, bahkan dapat menjadi pipih. Tetapi bila aktivitas kelenjar ini
tinggi, sel folikel dapat berubah menjadi silindris, dengan warna koloid yang dapat berbeda pada
setiap thyroid folikel dan sering kali terdapat Vacuola Resorbsi pada koloid tersebut.
4
2. Proses pembentukan tiroglobulin. Tiroglobulin adalah glikoprotein besar yang
nantinya akan mensekresi hormon tiroid;
3. Proses pengoksidasian ion iodida menjadi iodium. Proses ini dibantu oleh enzim
peroksidase dan hidrogen peroksidase.
4. Proses iodinasi asam amino tirosin. Pada proses ini iodium (I) akan
menggantikan hidrogen (H) pada cincin benzena tirosin. Hal ini dapat terjadi
karena afinitas iodium terhadap oksigen (O) pada cincin benzena lebih besar
daripada hidrogen. Proses ini dibantu oleh enzim iodinase agar lebih cepat.
5. Proses organifikasi tiroid. Pada proses ini tirosin yang sudah teriodinasi (jika
teriodinasi oleh satu unsur I dinamakan monoiodotirosin dan jika dua unsur I
menjadi diiodotirosin)
6. Proses coupling (penggandengan tirosin yang sudah teriodinasi). Jika
monoiodotirosin bergabung dengan diiodotirosin maka akan menjadi
triiodotironin. Jika dua diiodotirosin bergabung akan menjadi tetraiodotironin atau
yang lebih sering disebut tiroksin. Hormon tiroid tidak larut dalam air jadi untuk
diedarkan dalam darah harus dibungkus oleh senyawa lain, dalam hal ini
tiroglobulin. Tiroglobulin ini juga sering disebut protein pengikat plasma. Ikatan
protein pengikat plasma dengan hormon tiroid terutama tiroksin sangat kuat jadi
tiroksin lama keluar dari protein ini. Sedangkan triiodotironin lebih mudah dilepas
karena ikatannya lebih lemah. (Guyton. 1997)
b. Rumusan Masalah
1. Apa itu hipertyroid?
2. Apa saja penyebab Hipertyroid?
3. Bagaimana tanda dan gejala Hipertyroid?
4. Bagaimana Penatalaksaan Hipertyroid?
c. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Hipertyroid
2. Untuk mengetahui penyebab Hipertyroid
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala hipertyroid
4. Untuk mengetahui penetalaksanaan hipertyroid
5
BAB II
PEMBAHASAN
a. Definisi
b. Etiologi
6
Nodul tiroid. Adanya nodul atau tumor di kelenjar tiroid yang mengeluarkan hormon
tiroid akan menyebabkan hipertiroidisme. Pada kondisi nodul tiroid, biasanya kelenjar
tiroid membesar asimetris.
Tiroiditis. Kondisi peradangan kelenjar tiroid. Pada fase awal tiroiditis, umumnya pasien
akan mengalami hipertiroidisme, dilanjutkan dengan hipotiroidisme.
Selain disebabkan karena penyakit lain, hipertiroidisme juga bisa dikarenakan efek samping
obat. Beberapa obat yang sering menyebabkan hipertiroidisme di antaranya adalah lithium
(untuk pengobatan gangguan bipolar) dan amiodarone (untuk pengobatan gangguan irama
jantung).
d. Patofisiologi
7
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali
dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel
folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali
dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan
sekresinya beberapa kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang
disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor
membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut
merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme.
Karena itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan
konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang
pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya
berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI
selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar
batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid
membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk
akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme
tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini,
terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan
sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini
menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik,
sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi
atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon tiroid pada sistem
kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang
mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata
terdesak keluar
8
.
e. Pathway
9
10
f. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini: Pemeriksaan darah yang
mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memastikan diagnosis keadaan dan
lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid. TSH (Tiroid Stimulating
Hormone) Bebas T4 (tiroksin) Bebas T3 (triiodotironin) Diagnosa juga boleh dibuat
menggunakan ultrasound untuk memastikan pembesaran kelenjar tiroid Hipertiroidisme dapat
disertai penurunan kadar lemak serum Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat
menyebabkan hiperglikemia.
g. Pentalaksanaan
Untuk mengatasi hipertiroidisme, ada dua hal utama yang dilakukan. Pengobatan yang pertama
bertujuan untuk mengatasi gejala yang muncul dengan segera dan yang kedua adalah untuk
menurunkan kadar hormon tiroid.
Untuk mengatasi gejala yang muncul dengan segera, dokter akan memberikan obat golongan
penghambat beta (beta blocker). Setelah mulai mengonsumsi obat ini selama beberapa jam,
umumnya gejala yang timbul akibat hipertiroidisme akan mulai mereda.
Sementara itu, untuk menurunkan kadar hormon tiroid, terdapat beberapa pilihan terapi, yaitu:
11
3) Operasi
Bila pengobatan yang lain sudah dilakukan dan belum bisa mengatasi hipertiroidisme,
maka operasi pengangkatan kelenjar tiroid perlu dipertimbangkan. Operasi ini pasti dapat
mengatasi hipertiroidisme, namun juga pasti akan menyebabkan komplikasi berupa
hipotiroidisme (kekurangan hormon tiroid).
Oleh karena itu, orang yang menjalani operasi pengangkatan seluruh kelenjar tiroid harus
mengonsumsi obat subtitusi hormone tiroid (levotiroksin) seumur hidup.
h. Komplikasi
12
BAB III
Kesimpulan
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan
kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan
biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.
Yang di sertai dengan gejala
Peningkatan frekuensi denyut jantung,Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan
kepekaan terhadap Katekolamin,Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan
panas, intoleran terhadap panas, keringat berlebihan,Penurunan berat, peningkatan rasa lapar
(nafsu makan baik), yang apabila tidak di tangan dengan baik dapat menyebabkan Komplikasi
hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid storm).
13