Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KMB :

“KATARAK”
ARY AGUNG AFFANDY
LUHUKAY

LIDIA FRANSISKA TARASAY


LATAR BELAKANG

%. Menurut Spesialis Mata dari RS Pondok Indah Dr Ratna Sitompul SpM,
tingginya angka kebutaan di Indonesiadisebabkan usia harapan hidup orang
Indonesia semakin meningkat. “karena beberapa penyakit mata disebabkan proses
penuaan. “Artinya semakin banyak jumlah penduduk usia tua, semakin banyak pula
penduduk yang berpotensi mengalami penyakit mata.
Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah katarak
(0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%).
ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA
 Sclera- Bagian putih pada mata yang melindungi bolamata dan menjaga bentuk mata tetap stabil.
 Pupil- Lubang hitam pada tengah mata yang mengatur cahaya yang masuk ke mata.
 Iris- Bagian berwarna dari mata yang mengontrol jumlah cahaya yang melalui pupil.

 Cornea- Lengkungan transparan yang melindungi iris dan pupil. Bersama lensa mata, Kornea
membelokkan (membiaskan) cahaya untuk fokus ke retina.

 Crystalline lens (Lensa mata) - Disc transparan yang berada di belakang iris.

 Retina - Bagian belakang mata yang mengandung jutaan sel photoreceptor (sensor untuk konversi
cahaya menjadi gelombang elektrik). Sinyal-sinyal ini dikirim oleh saraf optik ke otak, dimana
terjadi proses pembentukan bayangan obyek.
 Macula - Bintik kecil dekat dengan bagian tengah retina yang menjadi pusat penglihatan.

 Vitreous humor - Gel yang mengisi ruang tengah dari mata dan menjaga bentuk bolamata.

 Saraf Optik - Saraf di belakang mata yang membawa sinyal-sinyal dari retina ke otak.

 Konjungtiva - Lapisan membran tipis yang memberi perlindungan pada mata dan
membantu agar tetap lembab. Ini ada di sepanjang kelopak bagian dalam dan permukaan
bola mata.

 Aqueous humour - Cairan bening yang berada di antara iris dan kornea. Ini menjaga
tekanan bola mata dan menjaga bentuk bulat bola mata bagian depan.
DEFINISI

 Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan


penglihatan. (nanda, 2015).
 Katarak adalah terjadinya opasitas dari lensa kristalina yang seharusnya jernih
(Smeltzer,2001) atau dapat dikatakan katarak adalah proses pengaburan pada
lensa.
 Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul
lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih
dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
Penyebab

 Sebagian besar katarak terjadi karena


proses degeneratif atau bertambahnya
usia seseorang. Usia rata-rata
terjadinya katarak adalah pada umur
60 tahun keatas.
 Akan tetapi, katarak dapat pula terjadi
pada bayi karena sang ibu terinfeksi
virus pada saat hamil muda.
Faktor pemicu lainnya

 Pengaruh genetic
 Imunologik
 Dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok, sinar ultraviolet, alkohol, kurang
vitamin E,radang menahun dalam bola mata, polusi asap motor/pabrik karena mengandung
timbal
 Cedera mata, misalnya pukulan keras, tusukan benda, panas yang tinggi, bahan kimia
yang merusak lensa (Katarak Traumatik)
 Obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid, klorokuin, klorpromazin, ergotamine,
pilokarpin)
Pencegahan Katarak

 pencegahan penyakit katarak


dianjurkan untuk banyak
mengkonsumsi buah- buahan
yang banyak mengandung
vit.C,vit.Adan vit.E.
 Pemeriksaan secara teratur
 Hindari factor resiko
Pemeriksaan mata

1) Kartu mata snellen atau mesin telebinokuler


2) Lapang penglihatan
3) Pengukuran Tonografi
4) Oftalmoskopi
5) Keratometri
6) Pemeriksaan lampu slit
7) A-scan ultrasound (echography).
8) USG mata
Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah lengkap, laju sedimentasi (LED) Untuk
menunjukan anemia sistemik atau infeksi
2) Test toleransi glukosa atau GDS Untuk menentukan kontrol diabetes
3) Pemeriksaan biometri
Untuk mengukur power IOL jika pasien akan dioperasi katarak
dan retinometri untuk mengetahui prognosis tajam penglihatan
setelah operasi.
Terapi untuk Katarak

 Pembedahan
 Pemberian saponim
 Pola hidup sehat
Pengakjian fisik

 Keadaan umum
 Klien mengalami mual, muntah, nyeri mata, kemerahan, penglihatan kabur.

 Inspeksi
 Postur dan gambaran klien : - Kesimetrisan mata : -
 Alis :-
 Kelopak mata :-
 Konjungtiva : kemerahan
 Sklera :-
 Iris : terganggu fungsinya
 Kornea : keruh (beruap)

 Pupil : pupil terlihat membesar dan terfiksasi


 Lensa mata :-
 Pemeriksaan penglihatan
- Penurunan visus
- Pemeriksaan lapang pandang: lapang pandang perifer
- Halo positif
 Palpasi

 Palpasi ringan pada kelopak mata untuk menentukan adanya pembengkakan dan
kelemahan, palpasi sakus lakrimalis dengan menekankan jari telunjuk pada kantus medial
untuk menentukan adanya regurgitasi material purulen yang abnormal atau air mata
 berlebihan yang merupakan indikasi hambatan duktus nasolakrimalis.
Diagnosa keperawatan

 DX 1 : Gangguan persepsi sensori visual penglihatan b/d proses penyakit

 Tujuan : peningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal


gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
 Kriteria Hasil :
1. Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.
2. Mengidentifikasi/ memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi :

a.Tentukan ketajaman penglihatan, kemudian catat apakah satu atau dua mata terlibat.
b.Orientasikan klien tehadap lingkungan.
c.Pendekatan dari sisi yangtak dioperasi, bicara dengan menyentuh.

d.Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi
bilamenggunakan tetes mata.

e.Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25
persen, pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.

f.Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25
persen, pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.

g.Letakkan barang yang dibutuhkan berdekatan dengan klien


 DX 2: Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik

 Tujuan : nyeri pasien dapat berkurang dengan kriteria

hasil :

a. Mampu mengontrol nyeri

b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

c. Mampu mengenali nyeri


 Intervensi :

a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, furasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c. Guakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
d. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

e. Evaluasi bersama pasien dengan tim Kesehatan lain tentang ketidakefekifan kontrol nyeri masa lampau
 Sekian dan terima kasih…

Anda mungkin juga menyukai