M
DENGAN DIAGNOSA MEDIS DEMAM THYPOID
A. Identitas
1. Identitas Klien
Nama : An. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 2 tahun
Tanggal Pengkajian : 21 Februari 2020
Diagnosa Medis : Demam Thypoid
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama saat pengkajian, ibu klien mengatakan anak demam sudah 2 hari, perut
anak kembung selama satu minggu dan susah nafas sudah 2 hari beserta mual dan
muntah.
5. Genogram
3 34 32
2 8
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan : Klien
: Tinggal serumah X : Meninggal
C. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Klien tampak lemah, kesadaran compos mentis dengan GCS E4. V5 M6.
TTV : TD : -
N : 90x/m
R : 26 x/m
T : 39,5ºC
Berat badan klien sebelum sakit : 8,5 kg. berat badan klien saat sakit : 7,6.5kg. TB =
85,7cm
2. Mata
Tampak simetris, mata tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak terdapat edema.
3. Hidung
Bentuk hidung tampak simetris, tidak ada peradangan pendarahan pada hidung, tidak ada
secret dan tidak terdapat pernafasan cuping hidung.
4. Mulut
Bentuk mulut simetris, mukosa bibir kering, tidak ada sianosis, tidak ada peradangan dan
pendarahan pada mulut. Lidah klien tampak kotor, tidak terdapat tremor.
5. Telinga
Struktur telinga tampak simetris, tidak ada peradangan, pendarahan dan nyeri pada
telinga.
6. Tengkuk / leher
Tidak ada keterbatasan gerak, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
7. Dada
Struktur dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada sesak, tidak ada bunyi
nafas tambahan dan bunyi toraks sonor.
8. Jantung
Tidak terikat adanya ictus cordis, bunyi s1 s2 tunggal
9. Paru-paru
Tidak ada sesak, tidak ada tarikan dinding dada, tidak ada nafas cepat, tidak ada bunyi
nafas tambahan.
10. Abdomen
Bentuk abdomen datar, dipalpasi hati, limfa, massa tidak teraba, bising usus terdengar
dengan frekuensi 16x / menit. Terdapat nyeri tekan pada perut di kuadran kiri bawah.
11. Ekstremitas
Tidak ada kelainan bentuk pada anggota ekstremitas, tampak terpasang infuse pada
tangan kiri klien, akral teraba hangat.
12. Kulit
Warna kulit sawo matang, tidak ada sianosis, tidak ada pengelupasan pada kulit, turgor
kulit baik kembali dalam < 2 detik.
D. Kebutuhan Dasar
1. Pola Makan
Ibu klien mengatakan bahwa pola makan anaknya dirumah berbeda dengan di RS sehari.
Namun di rumah sakit klien hanya dapat minum sufor dicampur dengan sun selama di
rumah sakit.
2. Pola Tidur
Ibu klien mengatakan di rumah anaknya selalu tidur sekitar 8 jam anak juga tidur disiang
hari. Namun, Selama di Rs anaknya tidur sebentar saja. Pada malam hari anaknya susah
tidur dengan gelisah karena merasaa terganggu dengan panasnya yang naik.
3. Personal Hygiene
Di rumah anak mandi 2x sehari dan dimandikan menggunakan sabun dan sampo.. Di
rumah sakit klien hanya diseka oleh ibu klien.
4. Aktivitas Bermain
Di rumah klien sering bermain dengan teman-temannya disekitaran rumah. Di Rs klien
tidak dapat bermain, klien hanya berbaring di tempat tidur.
5. Eliminasi
Di rumah klien BAB dan BAk tidak ada masalah, BAB 1x sehari dan BAK 3-5x sehari.
Selama di RS klien sudah 2 hari tidak BAB, BAK 2-4x sehari.
E. Data Penunjang
1. Obat-obatan
Inf. RL 16 tpm
Inj. Cloramfenikol 4x500 gr
Paracetamol syrup 3x2 cth
Po Ambroxol 3x1 cth
2. Hasil Labotaratorium
Nil
a
i
Hemat R
Metod
olo Hasil u Satuan
e
gi j
u
k
a
n
11,
0
0
Hemog - Celori
lob 13,3 1 g/dl met
in 6 ric
,
0
0
Lekosi 5,6 4,0 ribu/ul Impeda
t 0 nce
-
1
0
,
5
4,0
0
-
Eritros Impeda
5,22 5 Juta/ul
it nce
,
5
0
32,
0
Analyz
0
e
Hemat -
cal
okr 39,9 4 Vol %
cul
it 4
ate
,
d
0
0
150
-
Tromb Ribu/u Impeda
207 4
osit l nce
5
0
11,
Analyz
5
e
-
RDW- cal
13,1 1 %
CV cul
4
ate
,
d
7
MCV,
M
CH
,
M
CH
C
Analyz
8,0
e
0
cal
MCV 76,6 - fl
cul
9
ate
7
d
MCH 25,4 27, pg Analyz
0 e
- cal
3 cul
2 ate
,
d
0
32,
Analyz
0
e
-
cal
MCHC 33,3 3 %
cul
8
ate
,
d
0
Hitung
Jen
is
50.
0
-
Gran Impeda
64,9 7 %
% nce
0
,
0
25,,
0
Limfos -
Impeda
it 26,5 4 %
nce
% 0
,
0
4,0-
1
Impeda
Mid % 8,6 1 %
nce
,
0
2,5-
7
Ribu/u Impeda
Gran # 3,60 ,
l nce
0
0
1,2
5
Limfos - Ribu/u Impeda
1,5
it # 4 l nce
,
0
Ribu/u Impeda
Mid # 0,5
l nce
F. Data Fokus:
DS :
- Ibu klien mengatakan anaknya panas dan gelisah
- Ibu klien mengatakan nafsu makan anaknya menurun, anaknya hanya mampu
meminum sufor yang dicampur dengan sun selama di RS.
- Klien mengeluh sakit apalagi saat banyak bergerak
DO :
- Klien tampak lemah.
- Klien tampak berbaring di tempat tidur
- Badan teraba panas, T : 39,5ºC
- Klien tampak memegang perut dan meringis saat menahan sakit
- Skala nyeri:
P : Saat banyak bergerak
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Di abdomen kuadran kiri bawah
S: Skala nyeri 2
T : Hilang timbul ±3 menit
- Klien hanya menghabiskan sedikit makanannya
- BB : 22, 5 kg
- BBI : 29 kg
- NCHS :
BB/U = -2,97 (gizi kurang)
TB/U = -2,0 (normal)
BB/TB= -3,03 (sangat kurus)
CDC 2000 = 77,5 % (moderate malnutrisi)
Nilai
R
u Met
Satu
j o
Kimia Hasil a
u d
n
k e
a
n
Gula
Dar
ah
Glukos 102 <200 Mg/ GO
a
D
Dar
ah d
P
Se l
A
wa
P
ktu
Elektro
lit
Mm
135-
o
Natriu 1
134,6 l
m 4
/
6
l
Mm
3,4-
o
5
Kalium 5,3 l
,
/
4
l
Mm
95-
o
Chlorid 1
99,6 l
a 0
/
0
l
Imuno Serologi
Widai
Salmon
ella
Typ 1/160 Negative
hi
O
Salmon
ella
Typ 1/80 Negative
hi
H
Salmon
ella
Typ negative Negative
hi
AO
Salmon
ella
Typ negative Negative
hi
AH
Salmon 1/160 Negative
ella
Typ
hi
BO
Salmon
ella
Typ 1/180 Negative
hi
BH
Salmon
ella
Typ 1/40 Negative
hi
CO
Salmon
ella
Typ 1/40 Negative
hi
CH
G. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. DS : Proses Hiperterm
- Ibu klien infeksi / i
mengatakan peradan
anaknya panas gan
dan gelisah. pada
DO : usus
- Klien tampak halus
lemah dan
- Klien tampak peningk
berbaring di atan
tempat tidur laju
- Badan teraba metabol
panas isme
- T : 39ºC dalam
tubuh
Prioritas Masalah
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi / peradangan pada usus halus dan
peningkatan laju metabolisme dalam tubuh.
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit/peradangan pada usus halus.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak
adekuat.
(Sumber : Nanda, 2009-2011)
H. Intervensi
Diagnosa
Kepe
Tujuan Intervensi Rasional
rawat
an
Hiperter Setelah dilakukan 1. Kaji keadaan umum dan TTV 1. Mengetahui perkembangan
mi tindakan keadaan klien
berhu keperawatan 2. Identifikasi penyebab atau 2. Untuk memutus mata rantai
bunga selama 4 jam faktor yang menimbulkan penyakit
n hipertermi hipertermi
denga teratasi dengan 3. Berikan kompres hangat 3.Menurunkan suhu tubuh
n kriteria hasil: 4. Berikan intake yang adekuat 4.Menghindari terjadinya dehidrasi
prose - TTV dalam batas normal 5. Istirahatkan klien 5.Memulihkan keadaan klien
s - Tidak ada perubahan 6. Kolaborasi dengan dokter 6.Antibiotik adalah
infeks warna kulit dan tidak ada pemberian cairan dan mikroorganisme yang aman
i pada pusing dan klien merasa pemberian antibiotik digunakan untuk melawan
usus nyaman. patoghen jahat yang ada di
halus dalam tubuh guna menurunkan
dan suhu tubuh yang di akibatkan
penin oleh infeksi penyakit tertentu.
gkata
n laju
metab
olism
e
tubuh
Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji karakteristik nyeri dan 1. Untuk mengetahui dmana lokasi
berhubungan dengan tindakan skala nyeri nyeri, karakteristik, skala nyeri
proses penyakit atau keperawatan tersebut guna memberikan
peradangan pada selama 2x24 intervensi selanjutnya.
usus halus. jam nyeri 2. Kaji faktor yang dapat 2. Untuk mencegah nyeri
teratasi dengan menurunkan dan bertambah parah dan mengetahui
kriteria hasil : meningkatkan nyeri bagaimana cara menghilangkan
- Nyeri hilang atau berkurang nyeri.
- Klien tampak tenang dan 3. Berikan posisi yang nyaman 3.Memberikan rasa nyaman
rileks 4. Ajarkan teknik relaksasi 4.Memberikan rasa rileks agarklien
nyaman dan nyeri hilang
5. Ajarkan teknik distraksi 5.Mengalihkan persepsi rasa nyeri
6. Kolaborasi dengan tim dokter 6.Menghilangkan rasa nyeri
untuk memberikan analgetik
Perubaha Setelah dilakukan 1. Kaji pola makan klien di RS 1. Mengetahui perubahan yang
n tindakan terjadi
nutrus keperawatan 2. Kaji makanan yang disukai 2. Memberi rangsangan nafsu
i selama 3x24 klien makan
kuran jam kebutuhan 3. Berikan makanan dalam 3. Merangsang nafsu makan
g dari nutrisi klien keadaan hangat
kebut terpenuhi 4. Anjurkan makan sedikit- 4. Mencegah rasa penuh pada
uhan dengan kriteria sedikit tetapi sering lambung
tubuh hasil: 5. Timbang BB setiap hari 5. Mengetahui perkembangan
berhu - Adanya peningkatan BB yang terjadi
bunga sesuai dengan tujuan 6. Kolaborasi dengan ahli gizi 6. Menentukan tindakan lebih
n - BB ideal sesuai dengan lanjut
denga tinggi badan
n - Mampu
intake mengidentifikasikan
yang kebutuhan nutrisi
tidak - Tidak terjadi penurunan
adeku BB yang berarti
at
I. Implementas dan Evaluasi Keperawatan
No Hari/tanggal No. Dx Jam Implementasi Evaluasi
1 Jum’at, I 08.00 1. mengkaji keadaan umum dan tanda-tanda vital. S: ibu klien mengatakan suhu tubuh
21-02-2020 keadaan umum : lemah anaknya terjadi kenaikan malam hari
TTV: N: 88 /menit, R: 20 /menit, T: 36 c.
x x o dan menurun pada siang hari.
O: klien tampak berbaring di tempat
08.05 2. memberikan atau menganjurkan keluarga tidur, akral teraba hangat, T: 36,4 oc.
untuk memberikan kompres hangat jika suhuA: masalah belum teratasi
tubuh naik. P: iP : intervensi dilanjutkan.
08.05 3. menganjurkan keluarga untuk memberikan
klien minum banyak (200-250 cc) secara
bertahap.
08.05 4. menganjurkan klien untuk banyak istirahat.
08.06 5. Memberian injeksi cloremvenicol 500gr.
2 Jum’at, 11.00 1. Mengkaji karakteristik nyeri. S: klien mengeluh nyeri pada abdomen.
21-02-2020 II P: nyeri saat banyak bergerak.
Q: seperti ditusuk-tusuk
O: klien tampak memegang perutnya
dan tampak meringis.
R: nyeri abdomen di kuadran kiri bawah A: masalah belum teratasi.
S: skalanyeri 2 P : intervensi dilanjutkan.
T: nyeri hilang timbul ± 3 menit.
11.10 2. Mengkaji faktor yang dapat menurunkan nyeri
yaitu dengan istirahat dan nyeri meningkat saat
banyak bergerak.
3. Memberikan posisi yang nyaman.
11.15 4. Mengajarkan tehnik relaksasi dengan menarik
11.20 nafas dalam dan menghembuskannya perlahan
lahan.
11.25 5. Memberikan tehnik distraksi dengan
menciptakan rasa nyaman.
3 Jum’at, 14.00 1. Mengkaji pola makan klien dirumah sakit. S: Ibu Klien mengatakan nafsu makan
21-02-2020 III Klien hanya dapat menghabiskan makanan 5
sendok makan makanan yang disedikan Rmah
anaknya berkurang.
O:
Sakit. - klien tampak lemah.
14.00 2. Memberikan makanan dalam keadaan hangat. - Klien belum bisa menghabiskan
14.05 3. Menganjurkan makan sedikit tapi sering. porsi makannya.
14.30 4. Menimbang berat badan. - BB: 22,5kg
Berat badan klien adalah 22,5 kg. - BBi: 29kg
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
4. Sabtu, 08.00 1. mengkaji keadaan umum dan tanda-tanda vital. S: ibu klien mengatakan suhu tubuh
22-02-2020 I keadaan umum : Baik anaknya terjadi kenaikan malam hari
dan menurun pada siang hari.
TTV: N: 84 /menit, R: 28 /menit, T:39,5 c.
x x o
1. Pengertian
Talasemia merupakan penyakit anemia hemalitik dimana terjadi kerusakan
sel darah merah di dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit menjadi
pendek (kurang dari 100 hari). (Ngastiyah, 1997 : 377).
2. Klasifikasi Talasemia
Thalasemia digolongkan bedasarkan rantai asam amino yang terkena 2
jenis yang utama adalah :
a. Alfa Thalasemia (melibatkan rantai alfa) Alfa – Thalasemia paling
sering ditemukan pada orang kulit hitam (25% minimal membawa 1
gen). Merupakan thalasemia dengan defisiensi pada rantai a
b. Beta Thalasemia (melibatkan rantai beta) Beta – Thalasemia pada
orang di daerah Mediterania dan Asia Tenggara. Merupakan anemia
yang sering dijumpai yang diakibatkan oleh defek yang diturunkan
dalam sintesis rantai beta hemoglobin. Thalasemia beta meliputi:
1) Thalasemia beta mayor, Bentuk homozigot merupakan anemia
hipokrom mikrositik yang berat dengan hemolisis di dalam
sumsum tulang dimulai pada tahun pertama kehidupan.Kedua
orang tua merupakan pembawa “ciri”. Gejala – gejala bersifat
sekunder akibat anemia dan meliputi pucat, wajah yang
karakteristik akibat pelebaran tulang tabular pada tabular pada
kranium, ikterus dengan derajat yang bervariasi, dan
hepatosplenomegali.
2) Thalasemia Intermedia dan minor Pada bentuk heterozigot, dapat
dijumpai tanda – tanda anemia ringan dan splenomegali. Pada
pemeriksaan darah tepi didapatkan kadar Hb bervariasi, normal
agak rendah atau meningkat (polisitemia). Bilirubin dalam serum
meningkat, kadar bilirubin sedikit meningkat
c. Thalasemia b-d (gangguan pembentukan rantai b dan d yang letak gen
nya diduga berdekatan).
d. Thalasemia d (gangguan pembentukan rantai d)
3. Etiologi
Ketidakseimbangan dalam rantai protein globin alfa dan beta, yang
diperlukan dalam pembentukan hemoglobin, disebabkan oleh sebuah gen
cacat yang diturunkan. Untuk menderita penyakit ini, seseorang harus
memiliki 2 gen dari kedua orang tuanya. Jika hanya 1 gen yang
diturunkan, maka orang tersebut hanya menjadi pembawa tetapi tidak
menunjukkan gejala-gejala dari penyakit ini.
a. Thalasemia Mayor
Karena sifat sifat gen dominan. Thalasemia mayor merupakan penyakit
yang ditandai dengan kurangnya kadar hemoglobin dalam darah.
Akibatnya, penderita kekurangan darah merah yang bisa menyebabkan
anemia. Dampak lebih lanjut, sel-sel darah merahnya jadi cepat rusak
dan umurnya pun sangat pendek, hingga yang bersangkutan
memerlukan transfusi darah untuk memperpanjang hidupnya. Penderita
thalasemia mayor akan tampak normal saat lahir, namun di usia 3-18
bulan akan mulai terlihat adanya gejala anemia. Selain itu, juga bisa
muncul gejala lain seperti jantung berdetak lebih kencang dan facies
cooley. Faies cooley adalah ciri khas thalasemia mayor, yakni batang
hidung masuk ke dalam dan tulang pipi menonjol akibat sumsum tulang
yang bekerja terlalu keras untuk mengatasi kekurangan hemoglobin.
Penderita thalasemia mayor akan tampak memerlukan perhatian lebih
khusus. Pada umumnya, penderita thalasemia mayor harus menjalani
transfusi darah dan pengobatan seumur hidup. Tanpa perawatan yang
baik, hidup penderita thalasemia mayor hanya dapat bertahan sekitar 1-
8 bulan. Seberapa sering transfusi darah ini harus dilakukan lagi-lagi
tergantung dari berat ringannya penyakit. Yang pasti, semakin berat
penyakitnya, kian sering pula si penderita harus menjalani transfusi
darah.
b. Thalasemia Minor
Individu hanya membawa gen penyakit thalasemia, namun individu
hidup normal, tanda-tanda penyakit thalasemia tidak muncul. Walau
thalasemia minor tak bermasalah, namun bila ia menikah dengan
thalasemia minor juga akan terjadi masalah. Kemungkinan 25% anak
mereka menerita thalasemia mayor. Pada garis keturunan pasangan ini
akan muncul penyakit thalasemia mayor dengan berbagai ragam
keluhan. Seperti anak menjadi anemia, lemas, loyo dan sering
mengalami pendarahan. Thalasemia minor sudah ada sejak lahir dan
akan tetap ada di sepanjang hidup penderitanya, tapi tidak memerlukan
transfusi darah di sepanjang hidupnya.
Gejala lain (khas) ialah bentuk muka mongoloid, hidung pesek tanpa
pangkal hidung; jarak antara kedua mata lebar dan tulang dahi juga lebar.
Hal ini disebabkan karena adanya gangguan perkembangan tulang muka
dan tengkorak. (Gambaran radiologis tulang memperlihatkan medula yang
besar, korteks tipis dan trabekula kasar).
Keadaan kulit pucat kekuning-kuningan. Jika pasien telah sering mendapat
tranfusi darah kulit menjadi kelabu serupa dengan besi akibat penimbunan
besi dalam jaringan kulit.
5. Patofisiologi
Normal hemoglobin adalah terdiri dari Hb-A dengan polipeptida rantai
alpa dan dua rantai beta. Pada beta thalasemia yaitu tidak adanya atau
kurangnya rantai beta thalasemia yaitu tidak adanya atau kekurangan
rantai beta dalam molekul hemoglobin yang mana ada gangguan
kemampuan ertrosit membawa oksigen. Ada suatu kompensator yang
meningkat dalam rantai alpa, tetapi rantai beta memproduksi secara terus
menerus sehingga menghasilkan hemoglobin defictive. Ketidak
seimbangan polipeptida ini memudahkan ketidakstabilan dan disintegrasi.
Hal ini menyebabkan sel darah merah menjadi hemolisis dan
menimbulkan anemia dan atau hemosiderosis.
Kelebihan pada rantai alpa ditemukan pada talasemia beta dan kelebihan
rantai beta dan gama ditemukan pada talasemia alpa. Kelebihan rantai
polipeptida ini mengalami presipitasi, yang terjadi sebagai rantai
polipeptida alpa dan beta, atau terdiri dari hemoglobin tak stabil badan
heint, merusak sampul eritrosit dan menyebabkan hemolisis. Reduksi
dalam hemoglobin menstimulasi yang konstan pada bone marrow,
produksi RBC diluar menjadi eritropik aktif. Kompensator produksi RBC
secara terus menerus pada suatu dasar kronik, dan dengan cepatnya
destruksi RBC,menimbulkan tidak edukatnya sirkulasi hemoglobin.
Kelebihan produksi dan edstruksi RBC menyebabkan bone marrow
menjadi tipis dan mudah pecah atau rapuh. (Suriadi, 2001 : 23-24)
Pada talasemia letak salah satu asam amino rantai polipre tidak berbeda
urutannya/ditukar dengan jenis asam amino lain. Perubahan susunan asam
amino tersebut. Bisa terjadi pada ke-4 rantai poliper Hb-A, sedangkan
kelainan pada rantai alpha dapat menyebabkan kelainan ketiga Hb yaitu
Hb-A, Hb-A2 dan Hb-F. (Hassan, 1985 : 49)
6. Pohon Masalah
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium.
Pada hapusan darah topi di dapatkan gambaran hipokrom mikrositik,
anisositosis, polklilositosis dan adanya sel target (fragmentasi dan
banyak sel normoblas). Kadar besi dalam serum (SI) meninggi dan
daya ikat serum terhadap besi (IBC) menjadi rendah dan dapat
mencapai nol Elektroforesis hemoglobin memperlihatkan tingginya
HbF lebih dari 30%, kadang ditemukan juga hemoglobin patologik.
Di Indonesia kira-kira 45% pasien Thalasemia juga mempunyai HbE
maupun HbS. Kadar bilirubin dalam serum meningkat, SGOT dan
SGPT dapat meningkat karena kerusakan parankim hati oleh
hemosiderosis. Penyelidikan sintesis alfa/beta terhadap refikulosit
sirkulasi memperlihatkan peningkatan nyata ratio alfa/beta yakni
berkurangnya atau tidak adanya sintetis rantai beta.
b. Pemeriksaan radiologis Gambaran radiologis tulang akan
memperlihatkan medula yang labor, korteks tipis dan trabekula
kasar. Tulang tengkorak memperlihatkan “hair-on-end” yang
disebabkan perluasan sumsum tulang ke dalam tulang korteks.
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Studi hematologi : terdapat perubahan – perubahan pada sel
darah merah, yaitu mikrositosis, hipokromia, anosositosis,
poikilositosis, sel target, eritrosit yang immature, penurunan
hemoglobin dan hematrokrit.
2) Elektroforesis hemoglobin : peningkatan hemoglobin
3) Pada thalasemia beta mayor ditemukan sumsum tulang
hiperaktif terutama seri eritrosit. Hasil foto rontgen meliputi
perubahan pada tulang akibat hiperplasia sumsum yang
berlebihan. Perubahan meliputi pelebaran medulla, penipisan
korteks, dan trabekulasi yang lebih kasar.
4) Analisis DNA, DNA probing, gone blotting dan pemeriksaan
PCR (Polymerase Chain Reaction) merupakan jenis
pemeriksaan yang lebih maju.
8. Panatalaksanaan
a. Memberikan transfusi hingga Hb mencapai 10 gram/dl. Komplikasi
dari pemberian transfusi darah yang berlebihan akan menyebabkan
terjadinya pemupukan zat besi yang disebut hemosiderotis ini dapat
dicegah dengan pemberian deferoxamine (Desferal)
b. S. Plenectomy: dilakukan untuk mengurangi penekanan pada
abdomen dan meningkatkan rentang hidup sel darah merah yang
berasal dari suplemen (transfusi) (Suriadi, 2001 : 26)
Pada keluarga dengan riwayat thalasemia perlu dilakukan penyuluhan
genetik untuk menentukan resiko memiliki anak yang menderita
thalasemia. Pengidap thalasemia yang mendapat pengobatan secara baik
dapat menjalankan hidup layaknya orang normal di tengah masyarakat.
Sementara zat besi yang menumpuk di dalam tubuh bisa dikeluarkan
dengan bantuan obat, melalui urine. Penyakit thalasemia dapat dideteksi
sejak bayi masih di dalam kandungan, jika suami atau istri merupakan
pembawa sifat (carrier) thalasemia, maka anak mereka memiliki
kemungkinan sebesar 25 persen untuk menderita thalasemia. Karena itu,
ketika sang istri mengandung, disarankan untuk melakukan tes darah di
laboratorium untuk memastikan apakah janinnya mengidap thalasemia
atau tidak.
9. Komplikasi
a. Fraktur patologi
b. Hepatosplenomegaly
c. Gangguan tumbuh kembang
d. Difungsi organ, seperti: hepar, limpa, kulit jantung (Suriadi, 2001: 24)
10.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan : NOC : Suveilans ulit NIC : Pressure Management
Eksternal : Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
- Hipertermia atau hipotermia Wound Healing : primer dan sekunder longgar
- Substansi kimia Setelah dilakukan tindakan keperawatan Hindari kerutan pada tempat tidur
- Kelembaban selama….. kerusakan integritas kulit pasien Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
- Faktor mekanik (misalnya : alat yang dapat teratasi dengan kriteria hasil: Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam
menimbulkan luka, tekanan, restraint) Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan sekali
- Immobilitas fisik (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, Monitor kulit akan adanya kemerahan
- Radiasi pigmentasi) Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang
- Usia yang ekstrim Tidak ada luka/lesi pada kulit tertekan
- Kelembaban kulit Perfusi jaringan baik Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
- Obat-obatan Menunjukkan pemahaman dalam proses Monitor status nutrisi pasien
Internal : perbaikan kulit dan mencegah terjadinya Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
- Perubahan status metabolik sedera berulang Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan
- Tonjolan tulang Mampu melindungi kulit dan Observasi luka : lokasi, dimensi, kedalaman luka,
- Defisit imunologi mempertahankan kelembaban kulit dan karakteristik,warna cairan, granulasi, jaringan nekrotik,
- Berhubungan dengan dengan perkembangan perawatan alami tanda-tanda infeksi lokal, formasi traktus
- Perubahan sensasi Menunjukkan terjadinya proses Ajarkan pada keluarga tentang luka dan perawatan luka
- Perubahan status nutrisi (obesitas, kekurusan) penyembuhan luka Kolaburasi ahli gizi pemberian diae TKTP, vitamin
- Perubahan status cairan Cegah kontaminasi feses dan urin
- Perubahan pigmentasi Lakukan tehnik perawatan luka dengan steril
- Perubahan sirkulasi Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka
- Perubahan turgor (elastisitas kulit)
DO:
- Gangguan pada bagian tubuh
- Kerusakan lapisa kulit (dermis)
- Gangguan permukaan kulit (epidermis)
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif. dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran Jilid II, FKUI : Jakarta.
Suriadi S.Kp dan Yuliana Rita S.Kp, 2001, Asuhan Keperawatan Anak, Edisi I.
PT Fajar Interpratama : Jakarta.