Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KISTA OVARIUM

1. Konsep Penyakit
A. DEFINISI

Kista ovarium adalah tumor, baik kecil maupun besar, kistik maupun padat,
jinak maupun ganas (Wiknjosastro, 2017: 346). Kista ovarium (kista indung telur)
artinya kantung berisi cairan, normalnya bersama kecil, yang terletak di indung
telur (ovarium) (Nugroho, 2017: 101). Kista ovarium (atau kista indung telur)
artinya kantung berisi cairan, normalnya bersama kecil, yang terletak di indung
telur (ovarium). Kistai ndung telur dapat terbentuk kapan saja, di masa pubertas
sampaimenopause, juga dengan masa masa kehamilan (Bilotta. K, 2017 ).

Kista indung telur adalah rongga bentuk kantong berisi cairan di dalam
jaringan ovarium. Kista ini disebut juga kista fungsional karena terbentuksetelah
telur dilepaskan saat ovulasi (Yatim, 2017: 17 )
B. KLASIFIKASI

1) Kista Ovarium Non Neoplastik (Fungsional)

a) Kista folikel

Kista folikel berkembang pada wanita muda, sebagian akibat folikel de


graft yang matang karena tidak dapat menyerap cairan setelah ovulsi.
Kista ini bisanya asimptomotik kecuali jika robek, dimana kasus ini
terdapat nyeri pada panggul. Jika kista tidak robek, bisanya meyusut
setelah 2-3 siklus menstrusi.

b) Kista corpus luteum

Terjadi setelah ovulasi dan karena peningkatan sekresi dari progesteron


akibat dari peningkatan cairan di korpus luteum ditandai dengan nyeri,
tendenderness pada ovari, keterlambatan menstuasi dan siklus
menstuasi yang tidak teratur atau terlalu panjang. Rupture dapat
mengakibatkan haemoraghe intraperitoneal. Biasanya kista corpus
luteum hilang selama 1-2 siklus menstruasi.

c) Sindroma rolisistik ovarium

Terjadi ketika endokrin tidak seimbang sebagai akibat dari estrogen


yang terlalu tinggi, testosteron dan LH serta penurunan sekresi FSH.
Tanda dan gejala terdiri dari obesitas, hirsurism (kelebihan rambut di
badan) mens tidak teratur, infertilitas.

d) Kista Theca- lutein

Biasanya bersama dangan mola hydatidosa. Kista ini berkembang


akibat lamanya stimulasi ovarium dari human chorionik gonadotropine
(HCG).

2) Kista Ovarium Plastik (Abnormal)

a) Kistadenoma

Berasal dari pembungkus ovarium yang tumbuh menjadi kista. Kista ini
juga dapat menyerang ovarium kanan atau kiri. Gejala yang timbul
biasanya akibat penekanan pada bagian tubuh sekitar seperti vesika
urinaria sehingga dapat menyebabkan inkontinensia atau retensi. Jarang
terjadi tapi mudah menjadi ganas terutama pada usia di atas 45 tahun
atau kurang dari 20 tahun.

b) Kista coklat (endometrioma)

Terjadi karena lapisan di dalam rahim tidak terletak di dalam rah im


tapi melekat pada dinding luar indung telur. Akibatnya, setiap kali haid,
lapisan ini akan menghasilkan darah terus menerus yang akan tertimbun
di dalam ovarium dan menjadi kista. Kista ini dapat terjadi pada satu
ovarium. Timbul gejala utama yaitu rasa sakit terutama ketika haid atau
bersenggama.

c) Kista dermoid

Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik


kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat terjadi perubahan kearah
keganasan, seperti karsinoma epidermoid. Kista ini diduga berasal dari
sel telur melalui proses partenogenesis. Gambaran klinis adalah nyeri
mendadak diperut bagian bawah karena torsi tangkai kista.

d) Kista endometriosis

Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang


berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan
tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan
nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan infertilitas.

e) Kista hemorhage

Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan sehingga


menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah.

f) Kista lutein

Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista lutein yang
sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum haematoma.

g) Kista polikistik ovarium

Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah dan
melepaskan sel telur secara kontinyu. Biasanya terjadi setiap bulan.
Ovarium akan membesar karena bertumpuknya kista ini. Untuk kista
polikistik ovarium yang menetap (persisten), operasi harus dilakukan
untuk mengangkat kista tersebut agar tidak menimbulkan gangguan dan
rasa sakit.

C. ETIOLOGI

Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada beberapa factor pemicu
yaitu :

1) Gaya hidup tidak sehat. Diantaranya :

a) Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat


b) Zat tambahan pada makanan
c) Kurang olah raga
d) Merokok dan konsumsi alcohol
e) Terpapar dengan polusi dan agen infeksius
f) Sering stress
g) Zat polutan

2) Faktor genetic

Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu
yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena
makanan yang bersifat karsinogen, polusi, atau terpapar zat kimia
tertentuatau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi
onkogen, yaitu gen pemicu kanker.

D. MANIFESTASI KLINIK

Kebanyakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar
gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormon atau
komplikasi tumor tersebut. Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak
menimbulakan gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi
dan tidak spesifik.

Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :

a. Menstruasi yang tidak teratur, disertai nyeri.

b. Perasaan penuh dan dtertekan diperut bagian bawah.

c. Nyeri saat bersenggama.

d. Perdarahan menstruasi yang tidak biasa. Mungkin pendarahan lebih lama,


mungkin lebih pendek, atau mungkin tiak keluar darah menstruasi pada siklus
biasa atau siklus menstruasi tidak teratur.

Pada stadium awal gejalanya dapat berupa:

a. Gangguan haid

b. Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.

c. Dapat terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan


nyeri spontan dan sakit diperut.

d. Nyeri saat bersenggma

Pada stadium lanjut :


a. Asites

b. Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam rongga


perut (usus dan hati)

c. Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,

d. Gangguan buang air besar dan kecil.

e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan terjadi pada rongga dada akibat
penyebaran penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan penderita sangat
merasa sesak nafas.

Bila ditemukan sifat kista seperti tersebut diatas, harus dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium seperti tindakan
USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah dan bahkan mungkin
diperlukan untuk menunjang diagnosis adalah pemeriksaan tumor marker seperti
Ca-125 dan Ca 72-4, beta – HCG dan alfafetoprotein. Semua pemeriksaan diatas
belum bisa memastikan diagnosis kanker ovarium, akan tetapi hanya sebagai
pegangan untuk melakukan tindakan operasi. Prosedur operasi pada pasien yang
tersangka kanker ovarium sangat berbeda dengan kista ovarium biasa.

Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan


segera:

1. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba

2. Nyeri bersamaan dengan demam

3. Rasa ingin muntah


E. PATOFISIOLOGI

Kista terdiri atas folikel – folikel praovulasi yang telah mengalami atresia
(degenerasi). Pada wanita yang menderita ovarium polokistik, ovarium utuh dan
FSH dan SH tetapi tidak terjadi ovulasi ovum. Kadar FSH dibawah normal
sepanjang stadium folikular daur haid, sementara kadar LH lebih tinggi dari
normal, tetapi tidak memperlihatkan lonjakan. Peningkatan LH yang terus
menerus menimbulkan pembentukan androgen dan estrogen oleh folikel dan
kelenjar adrenal. Folikel anovulasi berdegenerasi dan membentuk kista, yang
menyebabkan terjadinya ovarium polikistik. (Corwin, 2016 )

Kista bermetastasis dengan invasi langsung struktur yang berdekatan dengan


abdomen dan pelvis dan sel – sel yang menempatkan diri pada rongga abdomen
dan pelvis. Penyebaran awal kanker ovarium dengan jalur intra peritonial dan
limfatik muncul tanpa gejala atau tanda spesifik.

Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan
berat pada pelvis. Sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi gastro
intestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang dan
konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina
skunder akibat hiperplasia endometrium, bila tumor menghasilkan estrogen
beberapa tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi. (Price,
Wilson, 2016)

Kista nonneoplastik sering ditemukan, tetapi bukan masalah serius. Kista


folikel dan luteal di ovarium sangat sering ditemukan sehingga hampir dianggap
sebagai varian fisiologik. Kelainan yang tidak berbahaya ini berasal dari folikel
graaf yang tidak ruptur atau pada folikel yang sudah pecah dan segera menutup
kembali. Kista demikian seringnya adalah multipel dan timbul langsung di bawah
lapisan serosa yang menutupi ovarium, biasanya kecil, dengan diameter 1- 1,5 cm
dan berisi cairan serosa yang bening, tetapi ada kalanya penimbunan cairan cukup
banyak, sampai mencapai diameter 4 hingga 5 cm sehingga dapat di raba massa
dan menimbulkan nyeri panggul. Jika kecil, kista ini dilapisi granulosa atau sel
teka, tetapi seiring dengan penimbunan cairan timbul tekanan yang dapat
menyebabkan atropi sel tersebut. Kadang – kadang kista ini pecah, menimbulkan
perdarahan intraperitonium, dan gejala abdomen akut. (Robbins, 2017)
PATHWAY
Degenerasi ovarium Infeksi ovarium

Cistoma ovari Histerektomi

Kurang informasi Pembesaran ovarium Coverektomi,kistekt


omi
Kurang pengetahuan Rupture ovarium

Ansietas Resiko perdarahan

Komplikasi peritonis Gangguan perfusi jaringan

peritonitis
Metabolism menurun Luka operasi
Resiko perdarahan
Hipolisis asam laktat Diskontinuitas
jaringan
kelebihan

Gangguan metabolisme

Defisit perawatan diri

nyeri Port d’entri

Resiko cedera Resiko infeksi

Reflek menelan & muntah nervus anastesi

Resiko aspirasi Peristaltic usus menurun

konstipasi Absorp air dikolon


F. KOMPLIKASI

Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya


kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih
belum jelas namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40 tahun untuk
melakukan skrining atau deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya kanker
ovarium.

Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral


terutama yang berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila seorang
wanita usia subur menggunakan metode konstrasepsi ini dan kemudian
mengalami keluhan pada siklus menstruasi, lebih baik segera melakukan
pemeriksaan lengkap atas kemungkinan terjadinya kanker ovarium.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

Pengobatan kista ovarium yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui


tindakan bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh
cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat
digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kiste.

Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan


pembedahan abdomen. Penurukan tekanan intraabdomen yang diakibatkan oleh
pengangkatan kiste yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang
berat, komplikasi ini dapat dicegah dengan pemakaian gurita abdomen yang ketat.

H. PROSES PENYEMBUHAN LUKA

Tanpa memandang bentuk, proses penyembuhan luka adalah sama dengan


yang lainnya. Perbedaan terjadi menurut waktu pada tiap-tiap fase penyembuhan
dan waktu granulasi jaringan.

Fase-fase penyembuhan luka antara lain :

1. Fase I

Pada fase ini Leukosit mencerna bakteri dan jaringan rusak terbentuk fibrin
yang menumpuk mengisi luka dari benang fibrin. Lapisan dari sel epitel
bermigrasi lewat luka dan membantu menutupi luka, kekuatan luka rendah tapi
luka dijahit akan menahan jahitan dengan baik.

2. Fase II

Berlangsung 3 sampai 14 hari setelah bedah, leukosit mulai menghilang dan


ceruk mulai kolagen serabut protein putih semua lapisan sel epitel bergenerasi
dalam satu minggu, jaringan ikat kemerahan karena banyak pembuluh darah.
Tumpukan kolagen akan menunjang luka dengan baik dalam 6-7 hari, jadi jahitan
diangkat pada fase ini, tergantung pada tempat dan liasanya bedah.

3. Fase III

Kolagen terus bertumpuk, hal ini menekan pembuluh darah baru dan arus
darah menurun. Luka sekarang terlihat seperti berwarna merah jambu yang luas,
terjadi pada minggu ke dua hingga enam post operasi, pasien harus menjaga agar
tak menggunakan otot yang terkena.

4. Fase IV

Berlangsung beberapa bulan setelah pembedahan, pasien akan mengeluh,


gatal disekitar luka, walau kolagen terus menimbun, pada waktu ini menciut dan
menjadi tegang. Bila luka dekat persendian akan terjadi kontraktur karena
penciutan luka dan akan terjadi ceruk yang berlapis putih.

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan pemeriksaan:

1. Ultrasonografi (USG)

Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk


mengirim dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang
menembus bagian panggul, dan menampilkan gambaran rahim dan ovarium
di layar monitor. Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk
memastikan keberadaan kista, membantu mengenali lokasinya dan
menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung
lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

2. Laparoskopi

Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui


pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, menghisap
cairan dari kista atau mengambil bahan percontoh untuk biopsi.

3. Hitung darah lengkap

Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Risiko perdarhan b.d komplikasi terkait penyakit (komplikasi peritonitis)dan efek
samping terkait perdarahan histerektomi
b. Resiko aspirasi b.d penurunan refleks muntah, penurunan tingkat kesadaran
(tindakan efek anastesi)
c. Konstipasi b.d penurunan peristaltic usus
d. Resiko cedera b.d efek samping terkait agen farmasutikal (obat anastesi)
e. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (luka post operasi)
f. Resiko infeksi b.d poste den entry kuman, trauma jaringan (luka opersi)
g. Ansietas b.d kurangnya informasi tentang penyakit

III. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (NCP)

N Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


o keperawaatan
1 Risiko perdarhan NOC NIC
b.d komplikasi  Blood lose severity Bleeding precautions
terkait penyakit  Blood koagulation - Monitor ketat tanda-tanda
(komplikasi Kriteria hasil: perdarahan
peritonitis)dan  Tidak ada hematuria dan - Catat nilai Hb dan HT sebelum dan
efek samping hematemesis sesudah terjadinya perdarahan
terkait perdarahan  Kehilangan darah yang - Monitor nilai lab (koagulasi) yang
histerektomi terlihat meliputi PT, PTT, trombosit
 Tekanan darah dalam - Monitor TTV ortostatik
batas normal sistol dan - Pertahankan bed rest selama
diastole perdarahan aktif
 Tidak ada perdarahan - Kolaborasi dalam pemberian
pervagina produk darah (platelet atau fresh
 Tidak ada distensi frozen plasma)
abdominal - Lindungi pasien dari trauma yang
 Hemoglobin dan dapat menyebabkan perdarahan
hematrokrit dalam batas - Hindari mengukur suhu lewat rectal
normal - Hindari pemberian aspirin dan
Plasma. PT, PTT dalam batas anticoagulant
normal - Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake makanan yang
banyak mengandung vitamin K
- Hindari terjadinya konstipasi
dengan menganjurkan untuk
mempertahankan cairan yang
adekuat dan pelembut feses
Bleeding reduction
- Identifikasi penyebab perdarahan
- Monitor trend tekanan darah dan
parameter hemodinamik (CVP,
pulmonary capillary / artery wedge
pressure)
- Monitor status cairan yang meliputi
intake dan output
- Monitor penentu pengiriman
oksigen ke jaringan (PaO2, SaO2
dan level Hd dan cardiac output)
- Pertahankan patensi IV line
Bleeding reduction: wound/luka
- Lakukan manual pressure (tekanan)
pada area perdarahan
- Gunakan ice pack pd area
perdarahan
- Lakukan pressure dressing (perban
yang menekan) pada area luka
- Tinggikan ekstremitas yang
perdarahan
- Monitor ukuran dan karakteristik
hematoma
- Monitor nadi distal dari area yang
luka atau perdarahan
- Instruksikan pasien untuk menekan
area luka pada saat bersin atau
batuk
- Instruksikan pasien untuk
membatasi aktivitas
Bleeding reduction: gastrointestinal
- Observasi adanya darah dalam
sekresi cairan tuhuh: emesis, feces,
urine, residu lambung, dan drainase
luka
- Monitor complete blood count dan
leukosit
- Kolaborasi dalam pemberian terapi
lactulose atau vasapressin
- Lakukan pemasangan NGT untuk
memonitor sekresi dan perdarahan
lambung
- Lakukan bilas lambung dengan
NaCl dingin
- Dokumentasikan warna, jumlah dan
karakteristik feses
- Hindari pH lambung yang ekstrem
dengan kolaborasi pemberian
antacids atau histamine blocking
agent)
- Kurangi faktor stress
- Pertahankan jalan nafas
- Hindari penggunaan anticoagulara
- Monitor status nutrisi pasien
- Berikan cairan Intra vena
- Hindari penggunaan aspirin dan
2 Resiko aspirasi NOC NIC
b.d penurunan  Respitratory status: Aspiration precaution
reflek muntah, ventilation - Monitor tingkat kesadaran, reflek
penurunan tingkat  Aspiration control batuk dan kemampuan menelan
kesadaran (  Swallowing status - Monitor status paru pelihara jalan
tindakan afek Kriteria hasil nafas
anestesi )  Klien dapat bernafas - Lakukan suction jika diperlukan
dengan mudah, tidak - Cek nasogastrik sebelum makan
irama, frekuensi - Hindari makan kalau residu masih
pernafasan normal banyak
 Pasien mampu menelan, - Potong makanan kecil-kecil
mengunyah tanpa terjadi - Haluskan obat sebelum pemberian
aspirasi, dan - Posisi tegak 90 derajat atau sejauh
mampu melakukan mungkin
oral hygine - Jauhkan manset trakea meningkat
 Jalan nafas paten, mudah - Jauhkan pengaturan hisap yang
bernafas, tidak merasa tersedia
tercekik dan tidak ada - Periksa penempatan tabung NG
suara nafas abnormal atau gastrostomy sebelum
menyusui
- Periksa tabung NG atau
gastrostomy sisa sebelum makan
- Hindari makan, jika residu tinggi
tempat “pewarna” dalam tabung
pengisi NG
- Hindari cairan atau menggunakan
zat pengental
- Penawaran makanan atau cairan
yang dapat dibentuk menjadi bolus
sebelum menelan
- Potong makanan menjadi
potongan-potongan kecil
- Istirahat atau menghancurkan pil
sebelum pemberian
- Sarankan pidato/berbicara patologi
berkonsultasi, sesuai
3 Konstifasi b.d NOC NIC
penurunan  Bowel elimination Constipation/ Impaction
peristaltic usus  Hydration Management
Kriteria Hasil : - Monitor tanda dan gejala konstipasi
 Mempertahankan bentuk - Montor bising usus
feses lunak setiap 1-3 hari - Monitor feses: frekuensi,
 Bebas dari konsistensi dan volume
ketidaknyamanan dan - Konsultasi dengan dokter tentang
konstipasi penurunan dan peningkatan bising
 Mengidentifikasi indicator usus
untuk mencegah - Monitor tanda dan gejala ruptur
konstipasi usus/peritonitis
Feses lunak dan berbentuk - Jelaskan etiologi dan rasionalisasi
tindakan terhadap pasien
- Identifikasi faktor penyebab dan
kontribusi konstipasi
- Dukung intake cairan
- Kolaborasikan pemberian laksatif
- Pantau tanda-tanda dan gejala
konstipasi
- Pantau tanda-tanda dan gejala
impaksi
- Memantau gerakan usus, termasuk
konsistensi frekuensi, bentuk,
volume, dan warna
- Memantau bising usus
- Konsultasikan dengan dokter
tentang penurunan / kenaikan
frekuensi bising usus
- Pantau tanda-tanda dan gejala
pecahnya usus dan / atau peritonitis
- Jelaskan etiologi masalah dan
pemikiran untuk tindakan untuk
pasien
- Menyusun jadwal ke toilet
- Mendorong meningkatkan asupan
cairan, kecuali dikontraindikasikan
- Evaluasi profil obat untuk efek
samping gastrointestinal
- Anjurkan pasien / keluarga untuk
mencatat warna, volume, frekuensi,
dan konsistensi tinja
- Ajarkan pasien / keluarga
bagaimana untuk menjaga buku
harian makanan
- Anjurkan pasien / keluarga untuk
diet tinggi serat
- Anjurkan pasien / keluarga pada
penggunaan yang tepat dari obat
pencahar
- Anjurkan pasien / keluarga pada
hubungan asupan diet, olahraga,
dan cairan sembelit / impaksi
- Menyarankan pasien untuk
berkonsultasi dengan dokter jika
sembelit atau impaksi terus ada
- Menginformasikan pasien prosedur
penghapusan manual dari tinja, jika
perlu
- Lepaskan impaksi tinja secara
manual, jika perlu
- Timbang pasien secara teratur
- Ajarkan pasien atau keluarga
tentang proses pencernaan yang
normal
- Ajarkan pasien / keluarga tentang
kerangka waktu untuk resolusi
sembelit
4 Resiko cidera b.d NOC NIC
efek samping  Resiko control Enviroment Management (
terkaitagen farma Kriteria hasil Manajemen lingkungan )
sutikal ( obat  Klien terbebas dari cedera o Sediakan lingkungan yang aman
anestesi )  Klien mampu menjelaskan bagi klien
cara/ metode untuk o Identifikasi kebutuhan keamanan
mencegah injury/ cedera klien sesuai dengan kondisi
 Klien mampu menjelaskan fisikdan fungsi kognitif dan
factor resiko dari perilaku riwayat penyakit klien terdahulu
lingkungan/ personal o Menghindarkan lingkungan yang
Mampu mengenali perubahan berbahaya
status kesehatan o Memasang side rail pada tempat
tidur
o Menyediakan tempat tidur yang
nyaman dan bersih
o Menempatkan saklar lampu
ditempat yang mudah dijangkau
klien
o Mengontrol lingkungan dari
kebisisngan
o Memindahkan barang barang
yang dapat membahayakan
o Memberikan penjelasan pada
klien dan keluarga adanya
perubahan status kesehatan dan
penyebab penyakit
5 Nyeri akut b.d  Pain level, Pain management
agen cidera fisik (  Pain controlcomport level  Lakukan pengkajian nyeri secara
Luka post opeasi ) Kriteria Hasil : komprehensif termasuk lokasi,
 Mampu mengontrol karakteristik, durasi, frekuensi,
nyeri(tahu penyebab nyeri, kualitas dan factor
mampu menggunakan presipitasiobservasi reaksi
teknik nonfarmakologi nonverbal dari ketidaknyamanan
untuk mengurangi nyeri,  Berikan analgetik untuk mengurangi
mencari bantuan) nyeri
 Melaporkan bahwa nyeri  Tingkatkan istirahatmonitor
berkurang dengan penerimaan pasien tentang
menggunakan manajemen manajeman nyeri
nyeri Analgesic administration
 Mampu mengenali nyeri  Tentukn lokasi, karakteristik,
(skala, intensitas, frekuensi kualitas, dan derajat nyeri sebelum
dan tanda nyeri ) pemberian obat
Menyatakan rsa nyaman  Cek riwayat alergimonitor vital
setelah nyeri berkurang sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesic pertama kali
 Berikan analgesic tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas analgesic,
tanda dan gejala

6 Resiko infeksi b.d Noc : Nic :


poste de entry o Immune status o Bersihkan linkungan setelah
kuman, trauma o Knomledge : Infeksion dipakai klien lain
jaringan ( luka control o Pertahankan teknik isolasi
post operasi ) o Risiko control o Tingkatkan intake nutrisi
Kriteria Hasil : o Berikan terapi antibiotik bila perlu
 Klien bebas dari tanda dan sesuai resep
gejala infeksi o Monitor tanda dan gejala infeksi
 Mendiskripsikan proses sistemik maupun local
penularan penyakit, factor o Monitor hitung granulosit, WBC
yang mempengaruhi o Monitor kerentanan terhadap
penularan, serta infeksiPertahankan teknik asepsis
penatalaksanaannya pada pasien berisiko
 Menunjukkan kemempuan o Berikan perawatan kulit pada area
untuk mencegah epidemia
timbulnya infeksi o Infekski kulit dan membram
 Jumlah lekosit dalam batas mukosa terhadap kemerahan,
normal panas dan drainase
 Menunjukkan perilaku o Infeksi kondisi luka/ insisi bedah
hidup sehat o Dorong masukkkan nutrisi yang
cukup, masukkan cairan, dan
istirahat yang cukup
o Ajarkan klien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala infeksi
o Ajarkan cara menghindari infeksi
o Laporkan kecurigaan infeksi dan
kultur

7 Ansietas b.d NOC NIC


kurangnya  Anxiety self-control Anxiety reduction ( penurunan
informasi tentang  Anxiety level kecemasan )
penyakit  Coping  Gunakan pendekatan yang
Kriteria hasil : menenangkan
 Klien mampu  Nyatakan dengan jelas harapan
mengidentifikasi dan terhadap pelaku klien
mengungkapkan gejala  Jelaskan semua prosedur dan apa
cemas yang dirasakan selama prosedur
 Mengidentifikasi,  Pahami perspektif klien terhadap
mengungkapkan dan situasi stress
menunjukkan teknik untuk  Temani klien untuk memberikan
mengontrol cemas keamanan dan mengurangi takut
 Vital sign dalam batas  Dorong keluarga untuk menemani
normal anak
Vostur tubuh, ekspresi wajah,  Lakukan back / neck rub
bahasa tubuh dan tingkat
 Dengarkan dengan penuh perhatian
aktivitas menunjukkan
 Identifiksi tingkat kecemasan
berkurangnya kecemasan.
 Bantu klien untuk mengenal situasi
yang memimbulkan kecemasan
 Dorong klien utnuk
mengungkapkan perasaaan,
ketakutan, dan persefsi
 Instruksikan klien menggunakan
teknik relaksasi.
 Berikan obat untuk mengurangi
kecemasasn

8. Defisit perawatan NOC NIC


diri b.d nyeri  Activity Intolerance Self-Care Assistance: Feeding
 Mobility : physical - Memonitor pasien kemampuan
impaired untuk menelan
 Self Care Deficit Hygiene - Identifikasi diet yang diresepkan
 Self Care Deficit Feeding - Mengatur nampan makanan dan
Kriteria Hasil : meja menarik
 Status nutrisi: ketersediaan - Ciptakan lingkungan yang
zat gizi untuk memenuhi menyenangkan selama waktu
kebutuhan metabolik makan (misalnya, pispot
 Status Nutrisi: Asupan menempatkan, urinal, dan peralatan
Makanan dan penyedotan keluar dari pandangan)
 Cairan: kuantitas makanan - Pastikan posisi pasien yang tepat
dan cairan yang di asup ke untuk memfasilitasi mengunyah
dalam tubuh selama dan rnenelan
periode 24 jam - Memberikan bantuan fisik, sesuai
 Perawatan diri : Aktivitas kebutuhan
kehidupan sehari-hari - Menyediakan untuk menghilangkan
(ADL) mampu untuk rasa sakit yang memadai sebelum
melakukan aktivitas makan
perawatan fisik dan - Menyediakan kesehatan mulut
pribadi secara rnandiri sebelum makan
atau dengan alat bantu - Perbaiki makanan di nampan, yang
 Perawatan Diri Makan : diperlukan, seperti memotong
Kemampuan untuk daging atau mengupas telur
menyiapkan dan memakan - Buka makanan kemasan
makanan dan cairan secara - Hindari menempatkan makanan di
mandiri dengan atau tanpa sisi seseorang yang buta
alat bantu - Jelaskan lokasi makanan di atas
 Status menelan perjalanan nampan untuk orang dengan
makanan padat atau cairan gangguan penglihatan
secara aman dari mulut ke - Tempatkan pasien dalam posisi
lambung nyaman makan
 Mampu makan secara - Lindungi dengan bib/kain alas dada
mandiri - Menyediakan sedotan, sesuai
 Mengungkapkan kepuasan kebutuhan atau yang diinginkan
makan dan terhadap - Menyediakan makanan pada suhu
kemampuan untuk makan yang paling selera
sendiri - Menyediakan makanan dan
Menerima suapan dari pemberi minuman
asuhan yang disukai, sesuai - Memantau berat badan pasien
- Memonitor status hidrasi pasien,
sesuai
- Dorong pasien untuk makan di
ruang makan, jika tersedia
- Menyediakan interaksi sosial yang
sesuai
- Menyediakan perangkat adaptif
untuk memfasilitasi diri makan
pasien (mis, panjang menangani,
menangani dengan lingkar yang
besar, atau tali kecil pada
peralatan), sesuai kebutuhan
- Menggunakan cangkir dengan
pegangan yang besar, jika perlu
- Gunakan piring dipecahkan dan
berbobot dan kacamata, yang
diperlukan
Memberikan isyarat sering dan
pengawasan yang ketat
DAFTAR PUSTAKA

A.Price, Sylvia. 2016. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC.

Lowdermil, Perta. 2016. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.

Mansjoer, Arief dkk. (2017). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus.

Manuaba. (2016 ). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana.


Jakarta:EGC.

Mc Closky & Bulechek. (2016 ). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America:Mosby.

Meidian, JM. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of


America:Mosby.

William Helm, C. Ovarian Cysts. 2015. American College of Obstetricians and


Gynecologists ( cited 2015 September 16 ). Available at http://emedicine.com

Winknjosastro, Hanifa. 2015. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai