KISTA OVARIUM
1. Konsep Penyakit
A. DEFINISI
Kista ovarium adalah tumor, baik kecil maupun besar, kistik maupun padat,
jinak maupun ganas (Wiknjosastro, 2017: 346). Kista ovarium (kista indung telur)
artinya kantung berisi cairan, normalnya bersama kecil, yang terletak di indung
telur (ovarium) (Nugroho, 2017: 101). Kista ovarium (atau kista indung telur)
artinya kantung berisi cairan, normalnya bersama kecil, yang terletak di indung
telur (ovarium). Kistai ndung telur dapat terbentuk kapan saja, di masa pubertas
sampaimenopause, juga dengan masa masa kehamilan (Bilotta. K, 2017 ).
Kista indung telur adalah rongga bentuk kantong berisi cairan di dalam
jaringan ovarium. Kista ini disebut juga kista fungsional karena terbentuksetelah
telur dilepaskan saat ovulasi (Yatim, 2017: 17 )
B. KLASIFIKASI
a) Kista folikel
a) Kistadenoma
Berasal dari pembungkus ovarium yang tumbuh menjadi kista. Kista ini
juga dapat menyerang ovarium kanan atau kiri. Gejala yang timbul
biasanya akibat penekanan pada bagian tubuh sekitar seperti vesika
urinaria sehingga dapat menyebabkan inkontinensia atau retensi. Jarang
terjadi tapi mudah menjadi ganas terutama pada usia di atas 45 tahun
atau kurang dari 20 tahun.
c) Kista dermoid
d) Kista endometriosis
e) Kista hemorhage
f) Kista lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista lutein yang
sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum haematoma.
Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah dan
melepaskan sel telur secara kontinyu. Biasanya terjadi setiap bulan.
Ovarium akan membesar karena bertumpuknya kista ini. Untuk kista
polikistik ovarium yang menetap (persisten), operasi harus dilakukan
untuk mengangkat kista tersebut agar tidak menimbulkan gangguan dan
rasa sakit.
C. ETIOLOGI
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti tapi ada beberapa factor pemicu
yaitu :
2) Faktor genetic
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu
yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena
makanan yang bersifat karsinogen, polusi, atau terpapar zat kimia
tertentuatau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah menjadi
onkogen, yaitu gen pemicu kanker.
D. MANIFESTASI KLINIK
Kebanyakan kista ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar
gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormon atau
komplikasi tumor tersebut. Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak
menimbulakan gejala dalam waktu yang lama. Gejala umumnya sangat bervariasi
dan tidak spesifik.
Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :
a. Gangguan haid
b. Jika sudah menekan rectum mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih.
e. Sesak nafas akibat penumpukan cairan terjadi pada rongga dada akibat
penyebaran penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan penderita sangat
merasa sesak nafas.
Bila ditemukan sifat kista seperti tersebut diatas, harus dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium seperti tindakan
USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah dan bahkan mungkin
diperlukan untuk menunjang diagnosis adalah pemeriksaan tumor marker seperti
Ca-125 dan Ca 72-4, beta – HCG dan alfafetoprotein. Semua pemeriksaan diatas
belum bisa memastikan diagnosis kanker ovarium, akan tetapi hanya sebagai
pegangan untuk melakukan tindakan operasi. Prosedur operasi pada pasien yang
tersangka kanker ovarium sangat berbeda dengan kista ovarium biasa.
Kista terdiri atas folikel – folikel praovulasi yang telah mengalami atresia
(degenerasi). Pada wanita yang menderita ovarium polokistik, ovarium utuh dan
FSH dan SH tetapi tidak terjadi ovulasi ovum. Kadar FSH dibawah normal
sepanjang stadium folikular daur haid, sementara kadar LH lebih tinggi dari
normal, tetapi tidak memperlihatkan lonjakan. Peningkatan LH yang terus
menerus menimbulkan pembentukan androgen dan estrogen oleh folikel dan
kelenjar adrenal. Folikel anovulasi berdegenerasi dan membentuk kista, yang
menyebabkan terjadinya ovarium polikistik. (Corwin, 2016 )
Gejala tidak pasti yang akan muncul seiring dengan waktu adalah perasaan
berat pada pelvis. Sering berkemih dan disuria dan perubahan fungsi gastro
intestinal, seperti rasa penuh, mual, tidak enak pada perut, cepat kenyang dan
konstipasi. Pada beberapa perempuan dapat terjadi perdarahan abnormal vagina
skunder akibat hiperplasia endometrium, bila tumor menghasilkan estrogen
beberapa tumor menghasilkan testosteron dan menyebabkan virilisasi. (Price,
Wilson, 2016)
peritonitis
Metabolism menurun Luka operasi
Resiko perdarahan
Hipolisis asam laktat Diskontinuitas
jaringan
kelebihan
Gangguan metabolisme
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Fase I
Pada fase ini Leukosit mencerna bakteri dan jaringan rusak terbentuk fibrin
yang menumpuk mengisi luka dari benang fibrin. Lapisan dari sel epitel
bermigrasi lewat luka dan membantu menutupi luka, kekuatan luka rendah tapi
luka dijahit akan menahan jahitan dengan baik.
2. Fase II
3. Fase III
Kolagen terus bertumpuk, hal ini menekan pembuluh darah baru dan arus
darah menurun. Luka sekarang terlihat seperti berwarna merah jambu yang luas,
terjadi pada minggu ke dua hingga enam post operasi, pasien harus menjaga agar
tak menggunakan otot yang terkena.
4. Fase IV
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Ultrasonografi (USG)
2. Laparoskopi
A.Price, Sylvia. 2016. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arief dkk. (2017). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapus.
Mc Closky & Bulechek. (2016 ). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of
America:Mosby.