Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN

PERIOPERATIF DENGAN DIAGNOSA MEDIS


HERNIAINGUINALIS SINISTRA

Disusun Oleh:
ISTIATI CICI ANTIKA
NIM. 2014901066

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI PROFESI NERS

TAHUN 2020/2021
A. Definisi
Hemoroid adalah pelebaran varices satu segmen atau lebih vena-vena
hemoroidalis (Mansjoer, 2000). Hemoroid atau ”wasir (ambeien)” merupakan vena
varikosa pada kanalis ani. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan
oleh gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Hemoroid sering dijumpai dan
terjadi pada sekitar 35% penduduk berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini
tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan perasaan yang sangat tidak
nyaman (Price dan Wilson, 2006).
Hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar
berlebihan untuk penderita yang mengalami keluhan menaun dan pada penderita
hemoroid derajat III dan IV (Sjamsuhidayat dan Jong, 2000).
B. Epidemiologi Kasus
Menurut data Depkes tahun 2015 pravelensi hemoroid di Indonesia setidaknya 5,7 %
dari total populasi atau sekitar 10 juta orang, namun lainnya 1,5 % saja yang
terdiagnosa. Jika data Riskesda (Riset Kesehatan Dasar) 2015 menyebutkan ada 12,5
juta jiwa penduduk Indonesia mengalami hemoroid.
C. Etiologi
1. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah herediter, anatomi, makanan, psikis dan sanitasi,
sedangkan sebagai faktor presipitasi adalah faktor mekanis (kelainan sirkulasi
parsial dan peningkatan tekanan intra abdominal), fisiologis dan radang umumnya
faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan. Menurut
Tambayong (2000) faktor predisposisi dapat diakibatkan dari kondisi hemoroid.
Hemoroid berdarah mungkin akibat dari hipertensi portal kantong-kantong vena
yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan rectum terjadi trombosis,
ulserasi, dan perdarahan,  sehingga nyeri mengganggu. Darah segar sering tampak
sewaktu defekasi atau mengejan. Menurut Smeltzer dan Bare (2002) hemoroid
sangat umum terjadi pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe
hemoroid berdasarkan vena yang melebar, mengawali atau memperberat adanya
hemoroid.
2. Faktor penyebab terjadinya hemoroid
1. Mengejan pada waktu defekasi.
2. Konstipasi yang menahun yang tanpa pengobatan.
3. Pembesaran prostat.
4. Keturunan atau hereditas.
5. Kelemahan dinding structural dari dinding pembuluh darah.
6. Peningkatan tekanan intra abdomen (seperti: Kehamilan, berdiri dan duduk
terlalu lama dan konstipasi).
D. Tanda dan Gejala
1. Tanda
a. Perdarahan
Umumnya merupakan tanda pertama  hemoroid interna trauma oleh feces
yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur
dengan feces. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah
segar karena kaya akan zat asam, jumlahnya bervariasi.
b. Nyeri
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan
hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis dan radang.
2. Gejala
a. Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang.
b. Jika hemoroid bertambah besar dapat terjadi prolap awalnya dapat tereduksi
spontan. Pada tahap lanjut pasien harus memasukkan sendiri setelah defekasi
dan akhirnya sampai pada suatu keadaan dimana tidak dapat dimasukkan.
c. Keluarnya mucus dan terdapatnya feces pada pakaian dalam merupakan ciri
hemoroid yang mengalami prolap menetap.
d. Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus rangsangan
mucus.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Inspeksi
a. Hemoroid eksterna mudah terlihat terutama bila sudah mengandung thrombus.
b. Hemoroid interna yang prolap dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup
mukosa.
c. Untuk membuat prolap dengan menyuruh pasien mengejan.
2. Rectal touch
a. Hemoroid interna biasanya tidak teraba dan tidak nyeri, dapat teraba bila
sudah ada fibrosis
b. Rectal touch diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma recti.

3. Anoscopi
Pemeriksaan anoscopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang belum
prolap. Anoscopi dimasukkan dan dilakukan sebagai struktur vaskuler yang
menonjol ke dalam lubang.
F. Penatalaksanaan Medis
Terapi yang diberikan disesuaikan dengan klasifikasi hemoroid yaitu untuk
derajat I dapat dicoba dengan menghilangkan faktor-faktor penyebab, misalnya saat
konstipasi dengan  menghindari mengejan berlebihan saat BAB. Memberi nasehat
untuk diit tinggi serat, banyak makan sayur, buah dan minum air putih paling sedikit
2.000 cc/hari dan olahraga ringan secara teratur, serta kurangi makan makanan yang
merangsang dan daging, menjaga hygiene daerah anorektal dengan baik, jika ada
infeksi beri antibiotika peroral. Bila terdapat nyeri yang terus-menerus dapat
diberikan suppositoria, untuk melancarkan defekasi, dapat diberikan cairan parafin
atau larutan magnesium sulfat 10%. Bila dengan pengobatan di atas tidak ada
perbaikan, diberikan terapi skleroting (sodium moruat) 5% atau fenol. Penyuntikan
dilakukan antara mukosa dan varices, dengan harapan timbul fibrosis dan hemoroid
mengecil. Kontraindikasi pengobatan ini adalah hemoroid eksterna, radang dan
adanya fibrosis hebat di sekitar hemoroid interna.
Pada hemoroid derajat II dapat dicoba dengan terapi sklerosing secara
bertahap. Apabila terapi sklerosing tidak berhasil dapat dilakukan tindakan operasi.
Pada derajat III dapat dicoba dengan rendaman duduk. Cara lain yang dapat
dilakukan adalah operasi, bila ada peradangan diobati dahulu. Teknik operasi pada
hemoroid antara lain :
1. Prosedur ligasi pita-karet
Prosedur ligasi pita-karet  dengan cara melihat hemoroid melalui anoscop dan
bagian proksimal diatas garis mukokutan di pegang dengan alat. Kemudian pita
karet kecil diselipkan diatas hemoroid yang dapat mengakibatkan bagian distal
jaringan pada pita karet menjadi nekrotik setelah beberapa hari dan lepas.
Tindakan ini memuaskan pada beberapa pasien, namun pasien yang lain
merasakan tindakan ini menyebabkan nyeri dan menyebabkan hemoroid sekunder 
dan infeksi perianal.

2. Hemoroidektomi kriosirurgi
Metode ini dengan cara mengangkat hemoroid dengan jalan membekukan
jaringan hemoroid selama beberapa waktu tertentu sampai waktu tertentu.
Tindakan ini sangat kecil sekali menimbulkan nyeri.  Prosedur ini tidak terpakai
luas karena menyebakan keluarnya rabas yang berbau sangat menyengat dan luka
yang ditimbulkan lama sembuh.
3. Laser Nd: YAG
Metode ini telah digunakan saat ini dalam mengeksisi hemoroid, terutama
hemoroid eksternal. Tindakan ini cepat menimbulkan nyeri. Hemoragi dan abses
jarang menjadi komplikasi pada periode pasca operatif.
4. Hemoroidektomi
Hemoroidektomi atau eksisi bedah, dapat dilakukan untuk mengangkat semua
jaringan sisa yang terlibat dalam proses ini. Setelah prosedur operatif selesai,
selang kecil dimasukkan melaui sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus
dan darah.
Untuk Terapi setelah operasi dapat dilakukan dengan cara suppositoria yang
mengandung anestesi, antibiotika, analgetik dan astrigent. Tiga hari post operasi
diberikan diit rendah sisa untuk menahan BAB. Jika sebelum tiga hari ingin BAB,
tampon dibuka dan berikan rendaman PK hangat (37oC) dengan perbandingan
1:4000 selama 15-20 menit. Setelah BAB, lalu dipasang lagi tampon baru. Jika
setelah tiga hari post operasi pasien belum BAB diberi laxantia. Berikan rendaman
duduk dengan larutan PK hangat (37oC), perbandingan 1:4000 selama 15-20
menit sampai dengan 1-2 minggu post operasi. Pada penatalaksanaan hemoroid
tingkat IV dapat dilakukan dengan istirahat baring dan juga operasi. Bila ada
peradangan diobati dahulu.
G. Patofisiologi / Pathway
Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena hemoroidalis
mengalir dengan lancar sedangkan pada keadaan hemoroid terjadi gangguan aliran
darah balik yang melalui vena hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini antara lain
dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan intra abdominal. Vena porta dan vena
sistematik, bila aliran darah vena balik terus terganggu maka dapat menimbulkan
pembesaran vena (varices) yang dimulai pada bagian struktur normal di regio anal,
dengan pembesaran yang melebihi katup vena dimana sfingter anal membantu
pembatasan pembesaran tersebut. Hal ini yang menyebabkan pasien merasa nyeri dan
feces berdarah pada hemoroid interna karena varices terjepit oleh sfingter anal.
Peningkatan tekanan intra abdominal menyebabkan peningkatan vena portal
dan vena sistemik dimana tekanan ini disalurkan ke vena anorektal. Arteriola regio
anorektal menyalurkan darah dan peningkatan tekanan langsung ke pembesaran
(varices) vena anorektal. Dengan berulangnya peningkatan tekanan dari peningkatan
tekanan intra abdominal dan aliran darah dari arteriola, pembesaran vena (varices)
akhirnya terpisah dari otot halus yang mengelilinginya ini menghasilkan prolap
pembuluh darah hemoroidalis. Hemoroid interna terjadi pada bagian dalam sfingter
anal, dapat berupa terjepitnya pembuluh darah dan nyeri, ini biasanya sering
menyebabkan pendarahan dalam feces, jumlah darah yang hilang sedikit tetapi bila
dalam waktu yang lama bisa menyebabkan anemia defisiensi besi.
Hemoroid eksterna terjadi di bagian luar sfingter anal tampak merah kebiruan,
jarang menyebabkan perdarahan dan nyeri kecuali bila vena ruptur. Jika ada darah
beku (trombus) dalam hemoroid eksternal bisa menimbulkan peradangan dan nyeri
hebat.
H. Prosedur Tindakan Operasi
1. Posisi pasien littotomi atau knee-chest (menungging)
2. Anestesia dapat dilakukan dengan general, regional atau lokal anestesia
3. Dilakukan praktoskopi untuk identofikasi hemorrhoid
4. Dibuat insisi triangular mulai dari kulit anal ke arah prosimal hingga pedikel
hemorrhoid
5. Jaringan hemorrhoid di eksisi dengan gunting atau pisau, pedikel hemorrhoid
diligasi dengan chromic catgut 3-0
6. Defek kulit dan mukosa dapat dirawat secara terbuka atau dijahit sebagian
7. Tindakan diulang pada bagian yang lain 8. lubang anus dibiarkan terbuka atau
ditampon dengan spongostan

ASUHAN KEPERAWATAN

A. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan yang muncul pada keperawatan pre operatif, intra
operatif, dan post operatif antara lain:

1. Pre Operasi :

 Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang


prosedur tindakan operasi

2. Intra Operasi :

 Resiko tinggi cedera berhubungan dengan pemajaan peralatan,


hipoksia jaringan, perubahaan posisi, faktor pembekuan,
perubahaan kulit
3. Post Operasi :
 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
B. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Pre Operasi

o Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur


tindakan operasi
o Ds & Do :
Ds : - Pasien mengatakan sedikit takut akan dilakukan operasi
- Pasien menanyakan kapan operasi dilakukan dan bagaimana
prosesnya
Do : - Pasien terlihat tegang
- Pasien terlihat cemas

Tujuan : Pasien mengerti tentang prosedur tindakan operasi


Kriteria Hasil :
 Pasien tidak cemas
 Pasien dapat menjelaskan tentang prosedur tindakan
operasi yang akan dilakukan
INTERVENSI RASIONAL
Bantu pasien
mengekspresikan Ansietas berkelanjutan memberikan
dampak serangan jantung
perasaan marah kehilangan dan takut
Kaji tanda – tanda ansietas verbal dan Reaksi verbal / non verbal dapat
non verbal menujukan rasa agitasi, marah dan

gelisah
Jelaskan tentang prosedur Pasien dapat beradaptasi dengan
pembedahan sesuai jenis operasi prosedur pembedahan yang akan
dilaluinya dan akan merasa nyaman

Beri dukungan pra bedah Hubungan emosional yang baik


antara perawat dan pasien akan
mempengaruhi penerimaan pasien
terhadap pembedahan.

Hindari konfrontasi Konfrontasi dapat meningkatkan


rasa marah, menurunkan kerjasama
dan mungkin memperlambat
penyembuhan
Orientasikan pasien terhadap prosedur Orientasi dapat menurunkan
rutin dan aktifitas yang diharapkan kecemasan
Berikan kesempatan kepada pasien Dapat menghilangkan ketegangan
untuk mengungkapkan kecemasannya terhadap kekewatiran yang tidak di
ekspresikan

Berikan privasi untuk pasien dengan Kehadiran keluarga dan teman –


orang terdekat teman yang dipilih pasien untuk
menemani aktivitas pengalihan
akan menurunkan perasaaan
terisolasi

Kolaborasi pemberian anti cemas Meningkatkan relaksasi


sesuai indikasi seperti diazepam dan menurunkan kecemasan

2. Intra Operasi

 Resiko tinggi cedera berhubungan dengan pemajaan peralatan,


hipoksia jaringan, perubahaan posisi, faktor pembekuan, perubahaan
kulit
 Ds & Do :
Ds : -
Do : - Pasien menjalani pembedahan pada inguinalis lateralis
- Pasien di bius dengan anastesi spinal
- Pemajanan instrument bedah
- Pemajanan jarum dan bisturi
- Penggunaan cutter

Tujuan : Tidak terjadinya cedera selama pembedahan


Kriteria hasil :
• Tidak terjadinya cedera sekunder akibat pengaturan posisi bedah

• Tidak adanya cedera akibat pemasangan alat – alat penunjang


pembedahan

INTERVENSI RASIONAL
Kaji ulang identitas pasien dan Untuk mencegah kesalahan pasien
jadwal prosedur operasi sesuai dan kesalahan dalam prosedur
dengan jadwal operasi
Lepaskan gigi palsu/ kawat gigi, Menghindari cedera akibat
kontak lensa, perhiasan sesuai penggunaan alat – alat penunjang
dengan protokol operasi operasi

Pastikan brangkar ataupun meja Untuk mencegah pasien jatuh


operasi terkunci pada waktu sehingga menimbulkan cedera
memindahkan pasien

Pastikan penggunaan sabuk Untuk menghindari pergerakan dari


pengaman pada saat operasi pasien pada saat operasi dan
berlangsung menghindari pasien jatuh

Persiapkan bantal dan peralatan Untuk menghindari cedera akibat


pengaman untuk pengaturan posisi penekanan pada posisi operasi pasien
pasien yang lama

Pastikan keamanan elektrikal selama Mencegah cedera pada daerah


selama pembedahan sekitarnya yang tidak mengalami
proses pembedahan

Letakan plate diatermi sesuai dengan Jika tidak diletak dengan benar dapat
prosedur menimbulkan cedera pada daerah
sekitar penempatan diatermi plate
dan mengganggu kelancaran operasi

Pastikan untuk mencatat jumlah Untuk mencegah tertinggalnya alat


pemakaian kasa, instrument, jarum atau bahan habis pakai dalam
anggota tubuh pasien yang dioperasi
dan pisau operasi

4. Post Operasi
 Hipotermi berhubungan dengan terpapar suhu lingkungan rendah
 Ds & Do :
Ds : - Pasien mengatakan dingin
Do : - Kulit teraba dingin, menggigil, suhu tubuh dibawah nilai normal

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi


hipotermi pada pasien, dengan kriteria hasil:

1) Suhu tubuh pasien stabil


2) Tidak terjadi perubahan warna kulit
INTERVENSI RASIONAL
Memonitor suhu tubuh Memastikan suhu tubuh selalu terjaga

Memonitor tanda-tanda vital Memastikan tanda vital dalam batas


normal

Mengidentifikasi penyebab hipotermi Mengetahui penyebab hipotermi

Menyediakan lingkungan yang hangat Mempertahankan suhu lingkungan

Melakukan penghagatan aktif eksternal Untuk menormalkan suhu tubuh


( selimut hangat)
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, H. A. A. 2007. Riset keperawatan dan Tekhnik Penulisan Ilmiah.  Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika.

Ariyoni, D. 2011. Asuhan keperawatan hemoroid. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website
http://desiariyoni.wordpress.com/2011/03/23/.

Basuki, Ngudi. 2007. Pengaruh teknik distraksi dan relaksasi terhadap penurunan tingkat
nyeri pada pasien fraktur ekstremitas bawah. Dikutip tanggal 15 juni 2011 dari website
http:/www.poltekes-soeproen.ac.id/?prm=artikel&yar=detail&id=27.

Anda mungkin juga menyukai