Anda di halaman 1dari 8

SATUAN ACUAN PEMBELAJARAN

PENYAKIT DISENTRI

Dosen Pengampu :

Ns.Saiful Gunardi, S.Kep, M.Kes

Disusun Oleh :

Oktika Nurjanah 09180000001

Kelas : 6B

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU JAKARTA 2021

Gedung Hz Jl. Harapan No.50 Lenteng Agung, Jakarta 12610, DKI Jakarta.

Telepon : 021-78894044-45, Fax : 021-78894044

Website : http://stikim.ac.id Email : stikim@centrin.net.id


SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Mata kuliah : Pendidikan Dalam Keperawatan


Topik atau materi : Pendidikan Kesehatan Disentri
Sasaran : Mahasiswa S1 Keperawatan 6B
Waktu : 15 Menit
Tempat : Zoom Meeting
Penyaji : Oktika Nurjanah

1 Standart kompentensi : Setelah diberikan penyuluhan mahasiswa dapat mengetahui


tentang penyakit Disentri
2 Kompentensi dasar : Mahasiswa mampu memahami tentang penyakit Disentri
3 Pokok bahasan : Penyakit Disentri
4 Sub pokok bahasan : Pengertian, jenis, tanda dan gejala, dan tatalaksana
5 Bahan /alat : Leptop, lefleat, LCD proyektor, sound, dll
6 Metode : Ceramah dan tanya jawab
7 Persiapan : Menyiapkan materi, konsumsi, menghubungi ketua kelas
untuk koordinasi jadwal dll.
8 Kegiatan

Proses Tindakan Tindakan Waktu


Kegiatan pembelajaran Kegiatan peserta
Pendahuluan 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam 3
2. Menjelaskan topik 2. Memahami penjelasan
yang akan dibahas topik yang dibahas dan
3. Kontrak waktu kontrak waktu

Penyajian 1. Menjelaskan 1. Memahami penjelasan 8


pengertian Dysmenorrhea yang
dysmenorrhea disampaikan oleh
2. Menjelaskan jenis penyaji
dysmenorrhea 2. Mengajukan pertayaan
3. Menjelaskan penyebab
dysmenorrhea
4. Menjelaskan tanda dan
gejala dysmenorrhea
5. Menjelaskan cara
pencegahan
dysmenorhea
6. Menjelaskan
pengobatan
dysmenorrhea
7. Membuka sesi Tanya
jawab
8. Memberikan
kesimpulan dari hasil
penkes yang telah
dilakukan

Penutup 1. Foto bersama 1. Mengikuti foto 4


2. Menutup acara bersama
pendidikan kesehatan

9. Materi (terlampir)
10. Evaluasi : Menanyakan tentang jenis disentri dan jelaskan dari masing-masing
jenis tersebut.
11. Referensi :
Dr. Supartanto. 2013. Sekilas Tentang Penyakit Disentri. Jakarta : ECG
Lampiran
DISENTRI

1.1 Pengertian Disemtri

Disentri berasal dari bahasa Yunani  yaitu dys (=gangguan) dan enteron (=usus), yang


berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja lendir bercampur darah.
Peradangan usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar. Buang
air besar ini berulang-ulang yang menyebabkan penderita kehilangan banyak cairan
dan darah.

1.2 Jenis Disentri

Secara klinis, disentri dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Disentri basiler yang disebabkan Shigella, penyebab disentri yang terpenting


dan tersering (± 60% kasus disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus
disentri yang berat dan mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella
b. Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
c. Salmonella

d. Disentri amoeba disebabkan oleh Entamoeba hystolitica

1.3 Penyebab Disentri

a. Bakteri (Disentri basiler)


1. Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan tersering (± 60% kasus
disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus disentri yang berat dan
mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella
2. Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
3. Salmonella
4. Campylobacter jejuni, terutama pada bayi
b. Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica, lebih sering pada
anak usia > 5 tahun
FACTOR RESIKO
Perilaku khusus meningkatkan resiko terjadinya diare:

1. Menggunakan botol susu yang tercemar,

2. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar dalam waktu cukup lama,

3. Menggunakan air minuman yang tercemar oleh bakteri yang berasal dari tinja

4. Tidak mencuci tangan setelah buang air besar, sesudah membuang tinja atau
sebelum memasak makanan,

5. Tidak membuang tinja secara benar.

1.4 Tanda dan Gejala disentri

1.      Disentri basiler
a.       Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri
shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24
jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah dan
lendir dalam tinja.
b.      Panas tinggi (39,50 – 400 C), appear toxic.
c.       Muntah-muntah.
d.      Anoreksia.
e.       Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
f.       Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang,
sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).

2.      Disentri amoeba
a.       Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.
b.      Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler (≤10x/hari)
c.       Sakit perut hebat (kolik)
d.      Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya ditemukan pada 1/3 kasus).

1.5 Pencegahan
1. Rajin cuci tangan dengan air dan sabun, khususnya sebelum makan, memasak
atau menyiapkan makanan, setelah dari toilet, dan setelah mengganti popok
bayi.
2. Sebisa mungkin, hindari kontak dengan penderita disentri.
3. Hindari tertelan air saat berenang di fasilitas umum.
1.6 Pengobatan
A. Terapi rehidrasi oral:
Cairan oralit (cairan rehidrasi oral) Oralit adalah campuran gula dan garam. Rasio
glukosa vs natrium paling tidak 1 : 1. Untuk terapi diare di rumah ibu diberi oralit
untuk pemakaian 2 hari. Bila memberikan oralit satu kantong harus diberikan
sekaligus dan larutan oralit yang tidak digunakan dalam 24 jam harus dibuang.
Bila diare terus berlangsung sedangkan oralit sudah habis harus memberikan
cairan rumah tangga atau membawa kembali anaknya ke sarana kesehatan untuk
pengobatan.

B. Obat anti diare

Banyak obat dijual untuk mengobati diare akut dan muntah. Obat-obatan anti
diare meliputi anti motilitas usus (misal loperamid, difenoksilat, kodein), adsorben
(misal norit, kaolin, attapulgit, smectite) dan biakan bakteri hidup (misal
lactobacillus, streptokokus faecalis). Antimuntah termasuk klorpromasin,
prometasin. Semua obat di atas tidak boleh diberikan pada anak di bawah 5 tahun.
Antibiotika juga tidak boleh diberikan secara rutin kecuali untuk penderita disentri
/ kolera. Penggunaan yang berlebihan anti diare, anti muntah, antibiotika, anti
protozoa menghambat pemberian oralit atau menghambat pertolongan ke sarana
kesehatan

C. Pemberian obat  antibiotik
1. Ciprofloxacin

Ciprofloxacin adalah antibiotik yang termasuk dalam golongan fluorokuinolon yang


merupakan generasi ke 2. Obat ini bekerja melakukan penghambatan terhadap dua
jenis enzim topoisomerase yaitu enzim DNA gyrase dan enzim topoisomerase IV. 

2. Ceftriaxone

Ceftriaxone merupakan obat antibiotik cephalosporin yang mampu mengikat lebih


dari satu penicillin-binding proteins (PBP) sehingga menghambat transpeptidasi tahap
akhir dari sintesis peptidoglikan pada dinding sel bakteri. Dengan penghambatan
tersebut, maka mencegah biosintesis dan pembentukan dinding sel sehingga
mengakibatkan matinya sel bakteri. 
3. Tetracycline

Tetracycline adalah kelompok obat antibiotik. Obat ini berfungsi untuk mengobati
infeksi yang disebabkan oleh bakteri dengan menghentikan pertumbuhan bakteri.
Obat ini tidak akan berfungsi untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh virus,
seperti flu dan pilek. 

4. Diiodohydroxyquin

Garam Diiodohydroxyquin diindikasikan untuk perawatan amoebiasis dan kondisi


lainnya. 

5. Chloroquine

Chloroquine adalah obat dengan fungsi untuk mencegah dan mengobati malaria,


penyakit menular yang disebabkan oleh nyamuk yang terinfeksi parasit. Parasit
penyebab malaria masuk melalui gigitan nyamuk dan kemudian menetap dalam
jaringan tubuh, seperti sel darah merah atau hati. 

6. Metronidazole

Metronidazole adalah obat antimikroba yang digunakan untuk mengobati berbagai


macam infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme protozoa dan bakteri anaerob.
Kedua jenis organisme ini dapat hidup dan berkembang biak tanpa bantuan oksigen.
Mereka sering menyebabkan infeksi pada bagian tubuh seperti rongga perut, rongga
panggul, dan gusi.

Anda mungkin juga menyukai