Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kejahatan atau kekerasan adalah suatu fenomena yang sering kita dengar dan
lihat, baik di media massa maupun realitas yang ada di sekitar lingkungan dan
masyarakat kita. Kabar terbaru dan yang hangat dibicarakan, khalayak serta
media massa dan elektronik yaitu terorisme. Terorisme selalu identik dengan
teror, kekerasan, ekstrimnitas dan intimidasi sehingga seringkali menimbulkan
konsekuensi negatif bagi banyak orang dan dapat menjatuhkan korban yang
banyak. Sebagian para pelaku teroris di Indonesia menganggap dirinya sebagai
mujahid fi sabilillah.
Radikalisme dalam artian bahasa berarti paham atau aliran yang mengingikan
perubahan atau pembaharuan social dan politik dengan cara kekerasan atau
drastic. Namun, dalam artian lain, esensi radikalisme adalah konsep sikap jiwa
dalam mengusung perubahan. Sementara itu radikalisme menurut pengertian lain
adalah inti dari perubahan itu cenderung menggunakan kekerasan.
Dawinsha mengemukakan defenisi radikalisme menyamakannya dengan
teroris. Tapi ia sendiri memakai radikalisme dengan membedakan antara
keduanya. Radikalisme adalah kebijakan dan terorisme bagian dari kebijakan
radikal tersebut.
Radikalisme keagamaan sebenarnya fenomena yang biasa muncul dalam
agama apa saja. Radikalisme sangat berkaitan erat dengan fundamentalisme, yang
ditandai oleh kembalinya masyarakat kepada dasar-dasar agama.
Fundamentalisme adalah semacam Ideologi yang menjadikan agama sebagai
pegangan hidup oleh masyarakat maupun individu. Biasanya fundamentalisme
akan diiringi oleh radikalisme dan kekerasan ketika kebebasan untuk kembali
kepada agama tadi dihalangi oleh situasi sosial politik yang mengelilingi
masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa pengertian radikalisme dan Sejarah Kemunculan Radikalisme?
2) Apa Faktor-faktor Penyebab Radikalisme?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Radikalisme
Radikal dalam bahasa Indonesia berarti amat keras menuntut perubahan.
Sementara itu, radikalisme adalah paham yang menginginkan perubahan sosial
dan politik dengan cara drastis dan kekerasan. Menurut Horace M Kallen,
radikalisme ditandai oleh tiga kecenderungan umum. Radikalisme merupakan
respons terhadap kondisi yang sedang berlangsung. Respons tersebut muncul
dalam bentuk evaluasi, penolakan, atau bahkan perlawanan. Masalah-masalah
yang ditolak dapat berupa asumsi, ide, lembaga, atau nilai-nilai yang dapat
bertanggung jawab terhadap keberlangsungan keadaan yang ditolak.
Radikalisme tidak berhenti pada upaya penolakan, melainkan terus berupaya
mengganti tatanan lain. Ciri ini menunjukkan bahwa di dalam radikalisme
terkandung suatu program atau pandangan dunia (world view) tersendiri. Kaum
radikalis berupaya kuat untuk menjadikan tatanan tersebut sebagai ganti dari
tatanan yang sudah ada.
Kaum radikalis memiliki keyakinan yang kuat akan kebenaran program atau
ideologi yang mereka bawa. Dalam gerakan sosial, kaum radikalis
memperjuangkan keyakinan yang mereka anggap benar dengan sikap emosional
yang menjurus pada kekerasan.
Kita lihat teori ini sedikit banyak pembenarannya tatkala terjadi konflik atas
nama agama dan aksi terorisme di mana-mana. Secara empirik, radikalisme
agama di belahan dunia muncul dalam bentuknya yang paling konkret, yakni
kekerasan atau konflik. Di Bosnia misalnya, kaum Ortodoks, Katolik, dan Islam
saling membunuh. Di Irlandia Utara, umat Katolik dan Protestan saling
bermusuhan. Begitu juga di Tanah Air terjadi konflik antaragama di Poso dan di
Ambon. Kesemuanya ini memberikan penjelasan betapa radikalisme agama
sering kali menjadi pendorong terjadi konflik dan ancaman bagi masa depan
perdamaian.
Pandangan ini tetap hidup dalam kelompok sempalan beberapa agama dan
semuanya berakar pada radikalisme dalam penghayatan agama. Secara teoretis,
radikalisme muncul dalam bentuk aksi penolakan, perlawanan, dan keinginan dari
komunitas tertentu agar dunia ini diubah dan ditata sesuai dengan doktrin
agamanya.
Karena itulah, bentuk-bentuk radikalisme agama yang dipraktikkan oleh
sebagian umat seharusnya tidak sampai menghadirkan ancaman bagi masa depan
bangsa. Pluralisme tetap menjadi komitmen kita semua untuk membangun bangsa
yang modern, yang di dalamnya terdapat banyak agama dan etnis secara damai.
Pluralisme adalah simbol bagi susksesnya kehidupan masyarakat majemuk.
Karena itu, agama yang dimiliki oleh masing-masing umat tetap terjaga sebagai
sosok keyakinan yang tidak melampaui batas. Sebab, bagaimanapun agama
sangat diperlukan untuk mengisi kehampaan spiritual umat, tetapi segala bentuk
ekspresinya tidak boleh menghadirkan ancaman bagi masa depan dunia yang
damai. Kalau kaum radikalis agama mengekspresikan keyakinannya dalam
bentuk kekerasan maka ini merupakan ancaman besar bagi pluralisme.

2.2 Sejarah Kemunculan Radikalisme


Sesungguhnya, sejarah kemunculan gerakan radikalisme dan kelahiran
kelompok fundamentalisme dalam islam lebih di rujuk karena dua factor, yaitu:
1) Faktor internal
Faktor internal adalah adanya legitimasi Teks keagamaan, dalam
melakukan “perlawanan” itu sering kali menggunakan legitimasi teks (baik
teks keagamaan maupun teks “cultural”) sebagai penopangnya. untuk kasus
gerakan “ekstrimisme islam” yang merebak hampir di seluruh kawasan
islam(termasuk indonesia) juga menggunakan teks-teks keislaman (Alquran,
hadits dan classical sources- kitab kuning) sebagai basis legitimasi teologis,
karena memang teks tersebut secara tekstual ada yang mendukung terhadap
sikap-sikap eksklusivisme dan ekstrimisme ini. Seperti ayat-ayat yang
menunjukkan perintah untuk berperang seperti; Perangilah orang-orang yang
tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari Kemudian, dan
mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya
dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (Yaitu orang-
orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar
jizyah dengan patuh sedang mereka dalam Keadaan tunduk. (Q.S. Attaubah:
29).
menurut gerakan radikalisme hal ini adalah sebagai pelopor bentuk
tindak kekerasan dengan dalih menjalankan syari’at , bentuk memerangi
kepada orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan lain sebagainya.
Tidak sebatas itu, kelompok fundamentalis dengan bentuk radikal juga sering
kali menafsirkan teks-teks keislaman menurut “cita rasa” merka sendiri tanpa
memperhatikan kontekstualisasi dan aspek aspek historisitas dari teks itu,
akibatnya banyak fatwa yang bertentangan dengan hak-hak kemanusiaan
yang Universal dan bertentangan dengan emansipatoris islam sebagai agama
pembebas manusia dari belenggu hegemoni. Teks-teks keislaman yang sering
kali di tafsirkan secara bias itu adalah tentang perbudakan, status non muslim
dan kedudukan perempuan.
Faktor internal lainnya adalah dikarenakan gerakan ini mengalami
frustasi yang mendalam karena belum mampu mewujudkan cita-cita
berdirinya ”negara islam internasional” sehingga pelampiasannya dengan cara
anarkis; mengebom fasilitas publik dan terorisme.
Harus diakui bahwa salah satu penyebab gerakan radikalisme adalah
faktor sentimen keagamaan, termasuk di dalamnya adalah solidaritas
keagamaan untuk kawan yang tertindas oleh kekuatan tertentu. Tetapi hal ini
lebih tepat dikatakan sebagai faktor emosi keagamaannya, dan bukan agama
(wahyu suci yang absolut). Hal ini terjadi pada peristiwa pembantaian yang
dilakukan oleh negara Israel terhadap palestina, kejadian ini memicu adanya
sikap radikal di kalangan umat islam terhadap Israel, yani menginginkan agar
negara Israel diisolasi agar tidak dapat beroperasi dalam hal ekspor impor.
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal terdiri dari beberapa sebab di antaranya :
Pertama, dari aspek ekonomi-politik, kekuasaan depostik pemerintah
yang menyeleweng dari nilai-nilai fundamental islam. Itu artinya, rejim di
negara-negara islam gagal menjalankan nilai-nilai idealistik islam. Rejim-
rejim itu bukan menjadi pelayan rakyat, sebaliknya berkuasa dengan
sewenang-wenang bahkan menyengsarakan rakyat. penjajahan Barat yang
serakah, menghancurkan serta sekuler justru datang belakangan, terutama
setelah ide kapitalisme global dan neokapitalisme menjadi pemenang. Satu
ideologi yang kemudian mencari daerah jajahan untuk dijadikan “pasar baru”.
industrialisasi dan ekonomisasi pasar baru yang dijalankan dengan cara-cara
berperang inilah yang sekarang mengejawantah hingga melanggengkan
kehadiran fundamentalisme islam. Karena itu, fundamentalisme dalam islam
bukan lahir karena romantisme tanah (seperti Yahudi), romantisme teks
(seperti kaum bibliolatery), maupun melawan industrialisasi (seperti kristen
eropa). Selebihnya, ia hadir karena kesadaran akan pentingnya realisasi pesan-
pesan idealistik islam yang tak dijalankan oleh para rejim-rejim penguasa dan
baru berkelindan dengan faktor-faktor eksternal yaitu ketidakadilan global.
Kedua, faktor budaya, faktor ini menekankan pada budaya barat yang
mendominasi kehidupan saat ini, budaya sekularisme yang dianggap sebagai
musuh besar yang harus dihilangkan dari bumi.
Ketiga, faktor sosial politik, pemerintah yang kurang tegas dalam
mengendalikan masalah teroris ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu
faktor masih maraknya radikalisme di kalangan umat islam.

2.3 Faktor-faktor Penyebab Radikalisme


Mengacu pada pengertian radikalisme di atas, paham ini dapat terjadi karena
adanya beberapa faktor penyebab, diantaranya:
1) Faktor Pemikiran
Radikalisme dapat berkembang karena adanya pemikiran bahwa segala
sesuatunya harus dikembalikan ke agama walaupun dengan cara yang kaku
dan menggunakan kekerasan.
2) Faktor Ekonomi
Masalah ekonomi juga berperan membuat paham radikalisme muncul di
berbagai negara. Sudah menjadi kodrat manusia untuk bertahan hidup, dan
ketika terdesak karena masalah ekonomi maka manusia dapat melakukan apa
saja, termasuk meneror manusia lainnya.
3) Faktor Politik
Adanya pemikiran sebagian masyarakat bahwa seorang pemimpin negara
hanya berpihak pada pihak tertentu, mengakibatkan munculnya kelompok-
kelompok masyarakat yang terlihat ingin menegakkan keadilan. Kelompok-
kelompok tersebut bisa dari kelompok sosial, agama, maupun politik. Alih-
alih menegakkan keadilan, kelompok-kelompok ini seringkali justru
memperparah keadaan.
4) Faktor Sosial
Masih erat hubungannya dengan faktor ekonomi. Sebagian masyarakat kelas
ekonomi lemah umumnya berpikiran sempit sehingga mudah percaya kepada
tokoh-tokoh yang radikal karena dianggap dapat membawa perubahan drastis
pada hidup mereka.
5) Faktor Psikologis
Peristiwa pahit dalam hidup seseorang juga dapat menjadi faktor penyebab
radikalisme. Masalah ekonomi, masalah keluarga, masalah percintaan, rasa
benci dan dendam, semua ini berpotensi membuat seseorang menjadi
radikalis.
6) Faktor Pendidikan
Pendidikan yang salah merupakan faktor penyebab munculnya radikalis di
berbagai tempat, khususnya pendidikan agama. Tenaga pendidik yang
memberikan ajaran dengan cara yang salah dapat menimbulkan radikalisme di
dalam diri seseorang.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Radikal dalam bahasa Indonesia berarti amat keras menuntut perubahan.
Sementara itu, radikalisme adalah paham yang menginginkan perubahan sosial
dan politik dengan cara drastis dan kekerasan.
Radikalisme bisa menjadi ancaman besar bagi dunia jika mereka
melakukannya atau mengekspresikannya keyakinannya dalam bentuk kekerasan.
Akibat dari timbulnya kekerasan tersebut bisa muncul karena adanya faktor
internal dan eksternal. Radikalisme Islam Indonesia lahir dari hasil persilangan
Mesir dan Pakistan. Nama-nama seperti Hassan al-Banna, Sayyid Qutb dan al-
Maududi terbukti sangat memengaruhi pelajar-pelajar Indonesia yang belajar di
Mesir dan Pakistan. Pemikiran mereka membangun cara memahami Islam ala
garis keras.
DAFTAR PUSTAKA

Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi, Teungku. Hukum-Hukum Fiqh Islam.Semarang :


Pustaka Rizki Putra, 2001.
Sagiv David , islam otentisitas Liberalisme,Penerbit: LkiS yogyakarta,1997
Afadlal, awani Irewati,dkk.ISLAM DAN RADIKALISME DI INDONESIA.-
jakarta:LIPI Press.2004/editor
Hendropriyono, Mahmud, Abdullah. Terorisme: Fundamentalis Kristen, Yahudi,
Islam. Jakarta : Kompas, 2009
Al-Husaini, Abu Bakar, Imam Taqiyuddin. Kifayatul Akhyar. Penerjemah Achmad
Zaidun dan A. Ma’ruf Asrori. Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1997.
Syarifuddin, Amir. Garis-Garis Besar Fiqh. Jakarta : Kencana. 2005.
RADIKALISME

DISUSUN OLEH:
MAGHFIRAH CAHYA LESTARI
18/430007/KG/11415

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS GADJAH MADA
TAHUN AJARAN 2018/2019

Anda mungkin juga menyukai