Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tubuh manusia merupakan suatu system yang terdiri dari berbagai proses fisikokimia yang
menunjang kehidupan sehari-hari. Tubuh selalu berusaha agar segala sesuatu yang ada didalamnya
berada dalam rentang konstan agar tercapai keadaan homestasis. Seluruh system metabolism
bekerja sama dengan harmonis satu sama lain dalam menjalankan fungsi masing-masing. Elektrolit
dan cairan merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menjaga keseimbangan tersebut.
Secara kimiawi, elektrolit adalah unsure-unsur yang berperan sebagai ion dalam larutan dan
memiliki kapasitas untuk konduksi listrik. Elektrolit terdiri atas kation dan anion. Didalam tubuh
terdapat beberapa kation yang penting yaitu natrium, kalium, kalsium, dan magnesium. Sedangkan
anion yang penting yaitu klorida, bikarbonat dan fosfat. (Boedhi-Darmojo. 1990: 45).

Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungus pencernaan,
penyerapan dan sekresi. Diare disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam
usus. Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita diare setiap tahunnya,
dan 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di Negara berkembang berhubungan dengan
diare serta dehidrasi (Wong, 2008).

Di Indonesia penyakit diare masih menjadi masalah di masyarakat. Angka kesakitannya


mencapai 200-400 kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap tahunnya, sengan demukian di
Indonesia ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, 70-80% penderitanya
adalah anak dibawah umur 5 tahun. Sekitar 1-2% dari penderitanya mengalami dehidrasi dan jika
tidak tertolong 50% diantaranya akan meninggal (Suraatmaja,2007).

Gangguan volume elektrolit merupakan salah satu kebutuhan dasar fisiologis manusia yang
harus dipenuhi, apabila penderita telah banyak mengalami kehilangan air dan elektrolit, maka
terjadilah gejala dehidrasi. Terutama diare pada anak perlu mendapatkan penanganan yang cepat
dan tepat sehingga tidak mempengaruhi tumbuh kembang anak (Sodikin, 2011). Dari uraian data
diatas maka perlu ditingkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya keseimbangan
elektrolit bagi tubuh untuk menghindari dehidrasi. Karena keseimbangan elektrolit merupakan suatu
hal yang penting agar sel dan organ dapat berfungsi secara normal.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Elektrolit

Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut
ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk kedalam tubuh melalui makanan,
minuman dan cairan intravena selanjutnya akan didistribusikan ke seluruh tubuh. Keseimbangan
cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit kedalam
seluruh bagian tubuh.

Zat terlarut yang ada dalam tubuh terdiri dari elektrolit dan non elektrolit. Non elektrolit
adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik, seperti: protein,
urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam-asam organic. Sedangkan elektrolit tubuh
mencakup natrium (Na+), Kalium (K+), Kalsium (Ca++), Magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat
(HCO3-), fosfat(HPO42-), sulfat (SO42-).

Konsentrasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu bagian dengan bagian yang
lainnya, tetapi meskipun konsenterasi ion pada tiap-tiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik
menyatakan bahwa jumlah muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan
positif. Komposisi dari elektrolit-elektrolit tubuh baik pada intraseluler maupun pada plasma:

Ø Plasma Interstitial

a) Kation : Natrium (Na+), Kalium (K+), Kalsium (Ca++), Magnesium (Mg ++)

b) Anion : Klorida (Cl-), Bikarbonat (HCO3-), Fosfat (HPO42-), Sulfat (SO42-), Protein

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat.
Keseimbangan cairan dan elektrolit didalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi
homeostasis . Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai
cairan tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit kedalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya (Siregar P,2006,135).

Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain :

a) Umur

b) Iklim

c) Diet

d) Stress

e) Kondisi Sakit

f) Pengobatan

Anak-anak memerlukan cairan dan elektronik lebih banyak dari pada dewasa, karena itu anak-
anak lebih mudah terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Hal ini karena kemampuan
konsentrasi urin rendah, serta kemampuan bayi-bayi mengekskresi air juga rendah karena
immaturitas ginjal pada usia < 1 tahun dan mempunyai kecenderungan ADHnya tinggi.

Penyebab terganggunya keseimbangan elektrolit dalam tubuh ada berbagai macam hal
diantaranya yaitu :

a. Terlalu banyak minum


Terlalu banyak minum termasuk minum air putih dapat mengganggu keseimbangan elektrolit
tubuh. Ketika kita terlalu banyak minum, maka frekuensi untuk buang air kecil akan meningkat. Saat
buang air kecil, elektrolit tubuh ikut keluar bersama urin juga akan meningkat. Akibatnya, tubuh bisa
kehilangan sejumlah elektrolit tertentu dan keseimbangan elektrolit akan terganggu. Oleh karena
itu disarankan untuk minum air dengan jumlah yang cukup, tidak terlalu banyak, agar keseimbangan
elektrolit dapat tetap terjaga.

b. Penggunaan obat yang bersifat laksatif dan diuretik

Obat yang bersifat laktasif (pencahar) dan diuretik (meningkatkan sekresi urin) juga dapat
mengganggu keseimbangan elektrolit tubuh. Obat-obat tersebut dapat meningkatkan frekuensi
buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK). Obat-obat diuretik dan laksatif sering dipakai oleh
merekan yang ingin diet ekstrim, penderita bulimia, dan mereka yang sembelit. Pemakaian obat
yang terlalu banyak dapat menyebabkan tubuh mengalami dehidrasi. Saat dehidrasi berarti sudah
banyak cairan elektrolit yang hilang dan ini beresiko tinggi untuk menyebabkan berbagai efek
samping seperti pingsan, pusing, kelelahan, gagal jantung bahkan pada kasus yang lebih berat bisa
menyebabkan kematian.

c. Olahraga atau aktifitas fisik yang berat

Olahraga atau aktifitas fisik yang terlalu berat juga dapat menggangu keseimbangan elektrolit
tubuh. Semakin berat aktifitas, maka akan semakin banyak keringat yang keluar dan berarti pula
akan semakin banyak elektrolit tubuh yang keluar (hilang), karena elektrolit tubuh akan ikut keluar
bersama keringat.

Gejala umum yang sering terjadi akibat dari ketidak seimbangan elektrolit dalam tubuh yaitu

ü Kelekahan

ü Kram otot dan kejang

ü Mual

ü Pusing

ü Pingsan

ü Muntah

ü Mulut kering

ü Denyut jantung lambat

ü Kejang

ü Palpitasi

ü Tekanan darah rendah


ü Sembelit

ü Kekakuan sendi

· Dalam kasus ketidakseimbangan elektrolit yang parah, gejala yang terjadi yaitu koma, kejang,
perhentian jantung, hingga kematian.

B. Diare

Menurut C.L Betz dan L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaanterjadinya inflamasi
mukosa lambung atau usus. Menurut Suradi dan Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan
dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebih yang terjadi karena frekuens
buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.

Jadi, diare dapat diartikan suatu kondisi buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali
sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah dan lendir
sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah gangguan osmotic, akibat terdapatnya makanan
atau zat yang tidak bisa diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan
ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.

a. Dehidrasi

Dehidrasi adalah kekurangan cairan tubuh. Penyebab dehidrasi adalah kehilangan cairan yang
berlebihan atau kekurangan pemasukan cairan tubuh. Diare dan muntah adalah penyakit yang sering
menyebabkan dehidrasi pada bayi dan anak. Dehidrasi yang disebabkan oleh diare merupakan
dehidrasi yang terbanyak. Hal ini terjadi jika cairan yang disekresi lebih banyak dari kapasitas
absorpsi atau adanya kegagalan absorpsi. Cairan saluran cerna merupakan campuran dari makanan
dan sekresi cairan lambung, pankreas, empedu dan usus.

Pada diare sekretori terjadi kehilangan cairan, natrum dan klorida. Pada diare karena
rotavirus kehilangan HCO3 dan kalium di usus menyebabkan asidosis metabolik dan penekanan
kalium. Umumnya anak sakit dengan anoreksia dan kehilangan elektrolit menyebabkan dehidrasi
isotonic. Dehidrasi berhubungan dengan fungsi berbagai macam sistim organ jadi homeostasis cairan
tubuh tak dapat dipertahankan. Pengobatan yang effektif hanyalah pengembalikan fungsi ginjal
sehingga ginjal dapat memandu memperbaiki keseimbangan asam basa dan elektrolit. Kehilangan
volume cairan yang ringan bisa diganti dengan cairan oral meskipun banyak senter melakukan
penggantian secara parenteral.

Dehidrasi dibagi menjadi 2 :

· Dehidrasi Primer

Terjadi karena masuknya air sangat terbatas, misalnya pada pasien coma yang terus menerus dan
penderita rabies oleh karena hydrophobia.

· Dehidrasi Skunder (Sodium defletion)


Dehidrasi yang terjadi karena tubuh kehilangan cairan tubuh yang mengandung elektrolit.
Kekurangan natrium sering terjadi akibat dari keluarnya cairan melalui saluran pencernaan pada
keadaan muntah-muntah dan diare yang hebat.

Dehidrasi skunder inilah yang terjadi pada anak akibat dari menderita diare. Dehidrasi skunder
mengakibatkan ketidak seimbangan elektrolit natrium yang mengakibatkan terjadinya hipotoni
ekstrasel sehingga osmotik menurun. Hal ini menghambat dikeluarkannya hormon antideuretik
sehingga ginjal mengeluarkan air agar tercapai konsentrasi cairan eksternal yang normal. Akibatnya
volume plasma dan cairan interstisial menurun. Selain itu, karena terdapat hipotoni eksternal, air
akan masuk kedalam sel.

· Gejala dehidrasi skunder

Gejala yang terjadi saat mengalami dehidrasi sekunder diantaranya yaitu nausea, muntah-muntah,
kekejangan, sakit kepala, perasaan lesu dan lelah. Akibat dari turunnya volume darah maka cardiac
output juga menurun, sehingga tekanan darah juga menurun dan sering menyebabkan pingsan kalau
berdiri lama dan filtrasi glomerulos menurun, sehingga terjadi penimbunan nitrogen. Air kemih
sebenarnya tidak mengandung natrium klorida, selain itu juga terjadi gangguan keseimbangan asam
basa dan homokonsentrasi.

C. Ketidakseimbangan elektrolit natrium dalam tubuh

Natrium adalah ion positif penting yang berada diluar sel. Fungsinya untuk mengatur volume
cairan didalam sel dan juga volume plasma darah. Natrium sangat penting dalam membantu fungsi
saraf, otot, dan otak. Natrium juga berperan penting dalam mengontrol dan menjaga keseimbangan
asam basa tubuh. Tubuh tidak boleh sampai kekurangn elektrolit natrium. Kekurangan elektrolit
natrium akan menyebabkan terjadinya Hiponatremia (kadar natrium rendah), atau disis lain
kelebihan natrium juga dapat membahayakan tubuh yaitu dapat terjadi Hipernatremia (kadar
natrium yang terlalu tinggi).

Pada hipernatremia, kadar natrium dalam darah lebih dari 145 mEq/L darah. Tubuh mengandung air
terlalu sedikit dibandingkan dengan jumlah natrium. Konsentrasi natrium darah biasanya meningkat
secara tidak normal jika kehilangan cairan melampaui kehilangan natrium, yang biasanya terjadi
karena minum yang terlalu sedikit. Hipernatremia biasanya terjadi pada seseorang yang mengalami
diare dan muntah yang hebat.

Bab III

KASUS

Gangguan keseimbangan elektrolit diartikan sebagai suatu keadaan dimana kadar elektrolit
didalam darah berada pada rentan nilai yang tidak normal. Bisa melebihi atau dibawah nilai normal.
Implikasi dari keadaan ini berpengaruh dalam hal keseimbangan cairan dan fungsi-fungsi organ
tubuh lainnya. Berbagai macam hal dapat menyebabkan ketidak seimbangan ini. Ketidak
seimbangan antara kebutuhan dengan asupan serta ekskresi adalah penyebab utamanya. Adanya
gangguan dari system regulasi yang berperan, juga memberikan dampak dalam keseimbangan
elektrolit (Boedhi-Darmojo. 1990: 35)

Keseimbangan elektrolit didalam dan luar sel haruslah dijaga. Jika keseimbangan ini
terganggu, maka sel tubuh akan mengalami dehidrasi (kehilangan cairan), dimana pada kasus yang
cukup ekstrim dapat menimbulkan kerusakan atau kematian sel. Dehidrasi dapat terjadi akibat dari
tubuh yang kehilangan cairan tubuh yang mengandung elektrolit terlalu banyak akibat dari keluarnya
cairan melalui saluran pencernaan pada saat muntah-muntah, keringat serta diare yang hebat.dan
kurangnya asupan elektrolit.

Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan suatu hubungan yang erat dan bergantung
satu dengan yang lainnya. Apabila terjadi gangguan keseimbangan pada salah satunya, maka akan
memberikan pengaruh pada yang lainnya. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh
dapat terjadi pada keadaan diare.

Penyebab utama kematian yang disebabkan oleh diare adalah karena dehidrasi sebagai akibat
kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses. Dasar dari semua diare adalah gangguan transportasi
larutan usus akibat perpindahan air melalui membrane usus berlangsung secara pasif dan hal ini
ditentukan oleh aliran larutan secara aktif maupun pasif, terutama natrium, klorida dan glukosa
(Sodikin, 2011).

Istilah dehidrasi lebih dikenal oleh masyarakat dengan kekurangan cairan. Dehidrasi dapat
terjadi ketika cairan didalam tubuh keluar secara berlebihan. Keluarnya cairan ini bisa dengan
berbagai bentuk seperti halnya keringat, air seni, dan diare. Hanya saja msih banyaknya masyarakat
yang menganggap sepele hal tersebut. Ketika seorang anka mengelami dehidrasi, tidak hanya
kekurangan cairan saja, namun ia juga kehilangan elektrolit yang sangat penting bagi tubuh. Kondisi
inilah yang sering kali menyebabkan diare yang berujung dehidrasi berat hingga mengakibatkan
kematian.

Gangguan volume cairan dan elektrolit merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
fisiologis yang harus dipenuhi, apabila penderita telah banyak mengalami kehilangan air dan
elektrolit, maka terjadilah gejala dehidrasi. Terutama diare pada anak perlu mendapatkan
penanganan yang cepat dan tepat sehingga tidak mempengaruhi tumbuh kembang anak. Gangguan
elektrolit tidak selalu disertai dengan gejala klinis, sehingga jarang memerlukan terapi. Meskipun
tidak mengancam jiwa, tetapi gangguan elektrolit memerlukan tindakan segera, sehingga anak yang
mengalami dehidrasi atau gangguan elektrolit dapat segera pulih.

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Keseimbangan Elektrolit

Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut
ion jika berada dalam larutan. Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh
mengandung oksigen, nutrien, dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang semuanya
disebut ion. Beberpa jenis garam akan dipecah menjadi elektrolit. Contohnya NaCl akan dipecah
menjadi Na+ dan Cl–. Pecahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat mengahantarkan arus
litrik. Elektrolit adalah substansi ion-ion yang bermuatan listrik yang terdapat pada cairan. Satuan
pengukuran elektrolit menggunakan istilah milliequivalent (mEq). Satu milliequivalent adalah
aktivitass secara kimia dari 1 mg dari hidrogen.
Keseimbangan elektrolit sangat penting, karena total konsentrasi elektrolit akan
mempengaruhi keseimbangan cairan dan konsentrasi elektrolit berpengaruh pada fungsi sel.
Elektrolit berperan dalam mempertahankan keseimbangan cairan, regulasi asam basa, memfasilitasi
reaksi enzim dan transmisi reaksi neuromuscular. Ada 2 elektrolit yang sangat berpengaruh terhadap
konsentrasi cairan intasel dan ekstrasel yaitu natrium dan kalium.

Natrium merupakan kation paling banyak pada cairan ekstrasel serta sangat berperan dalam
keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. Ion natrium didapat dari saluran
pencernaan, makanan atau minuman kemudian masuk ke dalam cairan ekstrasel melalui proses
difusi. Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran pencernaan dan kulit.
Pengaturan konsentrasi ion natrium dilakukan oleh ginjal, jika konsentrasi natrium serum menurun
maka ginjal akan mengeluarkan cairan sehingga konsentrasi natrium akan meningkat. Sebaliknya jika
terjadi peningkatan konsentrasi natrium serum maka akan merangsang pelepasan ADH sehingga
ginjal akan menahan air. Jumlah normal 135-148 mEq/Lt.

Hipernatremia merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi yang
ditandai dengan addanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit
membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan, konvulsi, suhu badan naik, serta kadar
natrium dalam plasma lebih dari 145 mEq/Lt. kondisi demikian dapat disebabkan oleh dehidrasi,
diare, dan asupan, air yang berlebihan sedangkan asupan garamnya sedikit.

Fungsi Elektrolit dalam tubuh

· Membantu dalam perpindahan cairan antara ruangan dalam sel dan diluar sel terutama
dengan adanya natrium. Apabila jumlah natrium dalam CES meningkat maka sejumlah cairan akan
berpindah menuju CES untuk keseimbangan cairan.

· Mengatur keseimbangan asam basa dan menentukan pH darah dengan adanya system buffer.

· Dengan adanya perbedaan komposisi elektrolit di CES dan CIS naka akan terjadi perpindahan
yang menghasilkan implus-implus saraf dan mengakibatkan terjadinya kontraksi otor.

Cairan dalam tubuh meliputi 60% total berat badan laki-laki dewasa. Prosentase cairan tubuh ini
bervariasi antara individu, sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu tersebut. Pada wanita
dewasa, cairan tubuh meliputi 50% dari total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, prosentase ini
relatif lebih besar dibandingkan orang dewasa dan lansia.

Cairan tubuh menempati kompartmen intrasel dan ekstrasel. 2/3 bagian dari cairan tubuh
berada di dalam sel (cairan intrasel/CIS) dan 1/3 bagian berada di luar sel (cairan ekstrasel/CES). CES
dibagi cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat
badan; dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan. Selain kedua
kompatmen tersebut, ada kompartmen lain yang ditempati oleh cairan tubuh, yaitu cairan transel.
Namun volumenya diabaikan karena kecil, yaitu cairan sendi, cairan otak, cairan perikard, liur
pencernaan, dll. Ion Na+ dan Cl- terutama terdapat pada cairan ektrasel, sedangkan ion K+ di cairan
intrasel. Anion protein tidak tampak dalam cairan intersisial karena jumlahnya paling sedikit
dibandingkan dengan intrasel dan plasma.

Perbedaan komposisi cairan tubuh berbagai kompartmen terjadi karena adanya barier yang
memisahkan mereka. Membran sel memisahkan cairan intrasel dengan cairan intersisial, sedangkan
dinding kapiler memisahkan cairan intersisial dengan plasma. Dalam keadaan normal, terjadi
keseimbangan susunan dan volume cairan antar kompartmen. Bila terjadi perubahan konsentrasi
atau tekanan di salah satu kompartmen, maka akan terjadi perpindahan cairan atau ion antar
kompartemen sehingga terjadi keseimbangan kembali.

Keseimbangan cairan dan elektrolit sangat penting artinya untuk proses kehidupan dalam
tubuh manusia. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit didefinisikan sebagai keadaan
perubahan homeostasis cairan dan elektrolit tubuh total. Didalam tubuh homeostasis dijaga oleh
aktifitas kerjasama terhadap lingkungan, hormonal, ginjal, adaptasi vaskuler untuk perubahan
volume dan tekanan osmotic. Total cairan tubuh mencapai 55-72% massa tubuh, tergantung pada
jenis kelamin, umur dan kadar lemak yang berada pada antara intraseluler dan ekstraseluler.

Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan suatu hubungan yang erat dan bergantung
satu dengan yang lainnya. Apabila terjadi gangguan keseimbangan pada salah satunya, maka akan
memberikan pengaruh pada yang lainnya. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh
dapat terjadi pada keadaan diare, muntah-muntah, sindrom malabsorpsi, ekskresi keringat yang
berlebih pada kulit, pengeluaran cairan yang tidak disadari (insensible water loss) secara berlebihan
oleh paru-paru, pendarahan, berkurangnya kemampuan pada ginjal dalam mengatur keseimbangan
cairan dan elektrolit dalam tubuh. Dalam keadaan tersebut, pasien perlu diberikan terapi cairan agar
volume cairan tubuh yang hilang dengan segera dapat digantikan. Terdapat tiga prinsip utama
dalampemberian terapi cairan yaitu koreksi kehilangan elektrolit, koreksi kehilangan cairan dan
koreksi terhadap kebutuhan normal asupan cairan per harinya. Koreksi yang dilakukan cukup sampai
batas normal atau kondisi yang dapat ditolerir oleh tubuh. Tujuannya adalah untuk menghindari
terjadinya resiko iatrogenic yang tidak diinginkan akibat dari pemberian terapi yang berlebihan
(Hillman, 2004; Sjamsuhidajat dan Jong, 2011).

Kehilangan caiaran tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :

a.Urine :

Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan proses output
cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau
sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine
bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine akan
menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.

b.IWL (Insesible Water Loss) :

WL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi. Pada orang dewasa
normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila
proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.

c.Keringat :
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal dari
anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang
dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.

d.Feces :

Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur melalui mekanisme
reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh

Tiga kategori umum yang menjelaskan abnormalitas cairan tibuh adalah :

• Volume

Ketidakseimbangan volume terutama mempengaruhi cairan ekstraseluler (ECF) dan


menyangkut kehilangan atau bertambahnya natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama,
sehingga berakibat pada kekurangan atau kelebihan volume ekstraseluler (ECF). Kekurangan volume
isotonik sering kali diistilahkan dehidrasi yang seharusnya dipakai untuk kondisi kehilangan air murni
yang relatif mengakibatkan hipernatremia.

- airan Isotonis adalah cairan yang konsentrasi/kepekatannya sama dengan cairan


tubuh, contohnya : larutan NaCl 0,9 %, Larutan Ringer Lactate (RL).

- Cairan hipertonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekatannya


melebihi cairan tubuh, contohnya Larutan dextrose 5 % dalam NaCl normal, Dextrose
5% dalam RL, Dextrose 5 % dalam NaCl 0,45%.

- Cairan Hipotonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekataannya kurang


dari cairan tubuh, contohnya : larutan Glukosa 2,5 %., NaCl.0,45 %, NaCl 0,33 %.

• Osmolalitas

Ketidakseimbangan osmotik terutama mempengaruhi cairan intraseluler (ICF) dan


menyangkut bertambahnya atau kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif tidak
seimbang. Gangguan osmotik umumnya berkaitan dengan hiponatremia dan hipernatremia sehingga
nilai natrium serum penting untuk mengenali keadaan ini.
Ketidakseimbangan osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut dalam cairan-cairan tubuh.
Karena natrium merupakan zat terlarut utama yang aktif secara osmotik dalam ECF maka
kebanyakan kasus hipoosmolalitas (overhidrasi) adalah hiponatremia yaitu rendahnya kadar natrium
di dalam plasma dan hipernatremia yaitu tingginya kadar natrium di dalam plasma. Pahami juga
perubahan komposisional di bawah ini :

- Hipokalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum kurang dari 3,5 mEq/L.

- Hiperkalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum lebih dari atau sama dengan
5,5 mEq/L.

- Hiperkalemia akut adalah keadaan gawat medik yang perlu segera dikenali, dan
ditangani untuk menghindari disritmia dan gagal jantung yang fatal.

• Komposisi

Kadar dari kebanyakan ion di dalam ruang ekstraseluler dapat berubah tanpa disertai
perubahan yang jelas dari jumlah total dari partikel-partikel yang aktif secara osmotik sehingga
mengakibatkan perubahan komposisional.

Intervensi keperawatan yang umum dilakukan pada pasien gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit adalah :

a. Atur intake cairan dan elektrolit

b. Berikan therapi intravena (IVFD) sesuai kondisi pasien dan intruksi dokter dengan
memperhatikan : jenis cairan, jumlah/dosis pemberian, komplikasi dari tindakan

c. Kolaborasi pemberian obat-obatan seperti :deuretik, kayexalate.

d. Provide care seperti : perawatan kulit, safe environment.

Hipernatremia diobati dengan pemberian cairan. Pada semua kasus terutama kasus ringan ,
cairan diberikan secara intravena (melalui invus). Untuk membantu apakah pemberian cairan telah
mencukupi, dilakukan pemeriksaan darah secara berkala. Konsentrasi natrium dalam darah
diturunkan secara perlahan, karena perbaikan yang terlalu cepat akan menyebabkan kerusakan otak.
Saat ini sudah banyak produk minuman suplemen (berelektrolit) yang dipasarkan di
masyarakat, biasanya minuman tersebut mengandung natrium, kalium, dan glukosa. Namun
komposisi elektrolit dari minuman tersebut masih kurang diperhatikan dan bisa berbahaya jika
dikonsumsi berlebihan (Lieberman dan Nancy, 1990). Air kelapa merupakan salah satu minuman
yang mengandung elektrolit alami, antara lain kalsium (6,6 mM/L), kalium (77,3 mM/L), natrium (2,2
mM/L), dan gula yang dapat digunakan untuk mengatasi dehidrasi pada atlet. Kandungan total gula,
protein, dan elektrolit serta volume air kelapa bervariasi sesuai umur buah kelapa, dan parameter
tersebut maksimum terdapat pada usia 7-9 bulan (Jackson dan Gordon, 2004). (415)

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika
berada dalam larutan. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Total jumlah volume cairan tubuh (total body water-TBW) kira-kira 60% dari
berat badan pria dan 50% dari berat badan wanita, jumlah volume ini tergantung pada kandungan
lemak badan dan usia.

Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh ada Sembilan faktor
yaitu usia, aktifitas, iklim, diet, stress, penyakit, tindakan medis, pengobatan, dan pembedahan.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat dipengaruh oleh dua faktor yaitu
kelebihan dan kekurangan elektrolit.

B. Saran

Kesehatan sangat penting dalam tubuh, seseorang akan tampak sehat saat tubuh terlihat
segar dan bugar. Elektrolit merupakan kandngan dari cairan dalam tubuh yang memiliki peran sangat
penting bagi kelancaran organ-organ dalam tubuh manusia.seyogyanya kita harus tetap memantau
keadaan elektrolit dalam tubuh dengan memahami ciri-ciri dan gejala yang tampak pada tubuh kita.
Kita juga harus senantiasa menjaga cairan dalam tubuh kita tetap terjaga sehingga tidak mengalami
dehidrasi akibat dari sakit diare maupun aktifitas berat.

Demikianlah kesimpulan dan saran saya sampaikan, apabila ada kesalahan mohon diberikan
saran dan kritik dari dosen dan teman-teman sekalian yang sifatnya membangun agar makalah ini
menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Nanda International. 2009. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klarifikasi. Jakarta: EGC

Siregar P.2006.Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit . Dalam Srywati Aras. artikel Ilmiah.
Semarang: FK UNDIP, 2006: 134-139

Sodikin.2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal dan Hepatobiler.


Salemba Medika; Jakarta

Boedhi-Darmojo. 1990. Pola penyakit pada golongan usia lanjut. Dalam Hadinoto.S, Noerjanto.M, et
al,editor. Neurogeriatri : Buku tahunan neurologiII., Semarang.: FK UNDIP-UGM-UNS

Suraatmaja, Sudaryat. 2007. Gastroenterologi. Jakarta : Sagung Seto

Wong Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol. 2. EGC : Jakarta

http://www.amazine.co/39984/penyebab-gejala-pengobatan-ketidakseimbangan-elektrolit/
(diakses pada tgl 25 April 2016)

http://dominggushalla.blogspot.co.id/2009/04/askep-gangguan-cairan-dan-elektrolit.html (diakses
pada tgl 25 April 2016)

https://rabiah65.wordpress.com/2011/03/27/diagnosis-dan-penatalaksanaan-keseimbangan-
elektrolit/ (diakses tgl 25 April 2016)

http://www.sisroom.blogspot.co.id/2006/05/kebutuhan-cairan-dan-elektrolit.html (diakses tgl 25


April 2016)

Anda mungkin juga menyukai