Seorang laki-laki berusia 68 tahun dibawa ke ke IGD rumah sakit oleh
anggota keluarganya, dengan keluhan bangun tidur tidak bisa mengangkat tangan dan kakinya serta tidak bisa berbicara. Hasil pengkajan TD 240/110 mmHg, suara tdk jelas, keluar air liur dari mulut banyak, mata tidak terbuka, ekstremitas atas dan bawah semuanya tdk dapat digerakkan serta pasien mengalami inkontinensia. Pasien dipindahkan ke ruang rawat Inap.
Pertanyaan :
1. Lakukan identifikasi masalah yang ada pada pasien diatas
Berdasarkan data kasus diatas ditemukan masalah diantaraya yaitu : Data obyektif a. Td 240/110 mmHg b. Keluar air liur dari mulut banyak c. Mata tidak terbuka d. Eketermtas atas dan bawah tidak bisa digerakkan e. Inkontinensia urin f. Suara tidak jelas
Data subyektif
a. Keluarga mengatakan pasien bangun tidur bisa mengangkat tangan dan
kakinya serta tidak bisa berbicara. Masalah yang dialami pasien diatas yaitu : a. Inkontinensia fungsional b.d penurunan tonus otot kandung kemih b. Gangguan menelan b.d paralisis cerebral c. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan muscular d. Resiko perfusi cerebral 2. Jelaskan mengapa masalah tersebut bisa terjadi, jelaskan dengan menggunakan ilmu dan teorinya. Berdasarkan data yang didapat dari kasus diatas dapat disimpulkan pasien mengalami gejala stroke non hemoragik/iskemik. Pecahnya pembuluh darah akibat tersumbat oleh bekuan darah dapat mempengaruhi distribusi nutrisi dan oksigen menuju otak. Stroke iskemik merupakan stroke yang terjadi akibat darah tidak cukup mencapai jaringan otak, hal ini mengakibatkan kurangnya ketersediaan oksigen (hipoksia) dan glukosa (hipogliekmia) pada otak ketika gizi tidak tersedia untuk waktu yang lama, sel otak akan mati menyebabkan suatu area infrakus (Digiulio, Jackson and Keogh, 2014). Dampak yang ditimbulkan oleh stroke, berupa hemiparase (kelemahan) dan hemiplegia (kelumpuhan) merupakan salah satu bentuk defisit motorik. Hal ini disebakan oleh gangguan motorik neuron dengan karakteristik kehilangan kontrol gerakan volunteer (gerakan sadar), gangguan gerakan, keterbatasan tonus otot, dan keterbatasan reflek (Susanti, Difran, dan Bistara, 2019). Pengaruh yang akan terjadi karena kondisi defisit neurologis yang lama akan mengakibatkan munculnya masalah baru pada pasien yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar sehari-hari yang sangat berkaitan dengan kualitas hidup pasien. Salah satu kebutuhan dasar yang pada pasien dengan stroke adalah masalah pengontrolan kandung kemih atau disebut inkontinensia urin. Inkontinensia urin merupakan kondisi pasien tidak dapat mengontrol kandung kemih. Komplikasi yang sering muncul pada pasien stroke adalah kelemahan tonus otot, kelemahan tonus otot ini akan mengakibatkan juga pada lemahnya otot sfingter uretra yang mengendalikan kemampuan berkemih pasien. Inkontinenisia urin dapat mengakibatkan terganggunya kebutuhan manusia termasuk diantaranya kebutuhan kebersihan diri, jika kebutuhan kebersihan tidak terpenuhi akan menimbulkan gangguan kenyamanan bagi individu baik kenyamanan fisik, psikospiritual, sosial maupun lingkungan (Lestari dan Rino, 2017). Stroke merupakan penyakit yang secara umum menyebabkan disabilitas fisik, termasuk didalamnya ialah gangguan komunikasi atau berbahasa. Kelumpuhan saraf motoric yang mengatur pergerakan bibir dan lidah menyebabakan gangguan dalam berbicar, deficit komunikasi verbal pada pasien stroke disebabkan kelumpuhan otot sekitar mulut dan lidah seperti otot stiloglosus, hiopglosus, genioglosus, longitudinalis superior inferior, otot masetter, bucinator dan pallatum kelumpuhan pada oto ini menyebakan gangguan dalam proses menghasilkan suara dalam berbicara Yuliastuti, Handayani dan Kartini, 2018). Selain tidak dapat berbicara pasien stroke juga mengalami gangguan dalam menelan makanan sehingga mengakibatakan tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan yang cukup sehingga pasien berisiko kekurangan nutrisi dan hidrasi. Gangguan menelan dalam jangka waktu yang lama akan meningkatkan risiko pneumonia, dehidrasi, malnutrisi dan mempengaruhi kualitas hidup pasien stroke (Atalenov & Christian, 2013). 3. Tindakan penunjang apakah yang diusulkan untuk kolaborasi dengan tim kesehatan lain a. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk melakukan latihan fisik (latihan ROM aktif dan pasif), terapi bicara dan okupasi. b. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi, ahli gizi bertanggungjawab menyediakan formula makanan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pasien. c. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat