Anda di halaman 1dari 6

Ners 23

Stase Keperawatan dasar

Afifah nur’aini masruroh


J230205030
Kasus Pemicu

 Seorang laki-laki berusia 68 tahun dibawa ke ke IGD rumah sakit oleh anggota


keluarganya, dengan keluhan bangun tidur tidak bisa mengangkat tangan dan kakinya serta
tidak bisa berbicara. Hasil pengkajan TD 240/110 mmHg, suara tdk jelas, keluar air liur
dari mulut banyak, mata tidak terbuka, ekstremitas atas dan bawah semuanya tdk dapat
digerakkan serta pasien mengalami inkontinensia. Pasien dipindahkan ke ruang rawat
Inap. 
1. Lakukan identifikasi masalah yang ada pada pasien diatas
Berdasarkan data kasus diatas ditemukan masalah diantaraya yaitu :
Data obyektif
a. Td 240/110 mmHg
b. Keluar air liur dari mulut banyak
c. Mata tidak terbuka
d. Eketermtas atas dan bawah tidak bisa digerakkan
e. Inkontinensia urin
f. Suara tidak jelas
Data subyektif
2. Keluarga mengatakan pasien bangun tidur bisa mengangkat tangan dan kakinya serta tidak bisa berbicara.
Masalah yang dialami pasien diatas yaitu :
a. Inkontinensia fungsional b.d penurunan tonus otot kandung kemih
b. Gangguan menelan b.d paralisis cerebral
c. Hambatan mobilitas fisik b.d gangguan muscular
d. Resiko perfusi cerebral
2. Jelaskan mengapa masalah tersebut bisa terjadi, jelaskan dengan menggunakan ilmu dan teorinya.
 Berdasarkan data yang didapat dari kasus diatas dapat disimpulkan pasien mengalami gejala stroke non
hemoragik/iskemik. Pecahnya pembuluh darah akibat tersumbat oleh bekuan darah dapat mempengaruhi distribusi nutrisi
dan oksigen menuju otak. Stroke iskemik merupakan stroke yang terjadi akibat darah tidak cukup mencapai jaringan
otak, hal ini mengakibatkan kurangnya ketersediaan oksigen (hipoksia) dan glukosa (hipogliekmia) pada otak ketika gizi
tidak tersedia untuk waktu yang lama, sel otak akan mati menyebabkan suatu area infrakus (Digiulio, Jackson and Keogh,
2014).
 Dampak yang ditimbulkan oleh stroke, berupa hemiparase (kelemahan) dan hemiplegia (kelumpuhan) merupakan salah
satu bentuk defisit motorik. Hal ini disebakan oleh gangguan motorik neuron dengan karakteristik kehilangan kontrol
gerakan volunteer (gerakan sadar), gangguan gerakan, keterbatasan tonus otot, dan keterbatasan reflek (Susanti, Difran,
dan Bistara, 2019).
 Pengaruh yang akan terjadi karena kondisi defisit neurologis yang lama akan mengakibatkan munculnya masalah baru pada
pasien yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar sehari-hari yang sangat berkaitan dengan kualitas hidup pasien.
Salah satu kebutuhan dasar yang pada pasien dengan stroke adalah masalah pengontrolan kandung kemih atau disebut
inkontinensia urin. Inkontinensia urin merupakan kondisi pasien tidak dapat mengontrol kandung kemih. Komplikasi yang
sering muncul pada pasien stroke adalah kelemahan tonus otot, kelemahan tonus otot ini akan mengakibatkan juga pada
lemahnya otot sfingter uretra yang mengendalikan kemampuan berkemih pasien. Inkontinenisia urin dapat mengakibatkan
terganggunya kebutuhan manusia termasuk diantaranya kebutuhan kebersihan diri, jika kebutuhan kebersihan tidak
terpenuhi akan menimbulkan gangguan kenyamanan bagi individu baik kenyamanan fisik, psikospiritual, sosial maupun
lingkungan (Lestari dan Rino, 2017)
 Stroke merupakan penyakit yang secara umum menyebabkan disabilitas fisik, termasuk didalamnya ialah gangguan
komunikasi atau berbahasa. Kelumpuhan saraf motoric yang mengatur pergerakan bibir dan lidah menyebabakan gangguan
dalam berbicar, deficit komunikasi verbal pada pasien stroke disebabkan kelumpuhan otot sekitar mulut dan lidah seperti
otot stiloglosus, hiopglosus, genioglosus, longitudinalis superior inferior, otot masetter, bucinator dan pallatum kelumpuhan
pada oto ini menyebakan gangguan dalam proses menghasilkan suara dalam berbicara Yuliastuti, Handayani dan Kartini,
2018).
 Selain tidak dapat berbicara pasien stroke juga mengalami gangguan dalam menelan makanan sehingga mengakibatakan
tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan yang cukup sehingga pasien berisiko kekurangan nutrisi dan
hidrasi. Gangguan menelan dalam jangka waktu yang lama akan meningkatkan risiko pneumonia, dehidrasi, malnutrisi
dan mempengaruhi kualitas hidup pasien stroke (Atalenov & Christian, 2013).
3. Tindakan penunjang apakah yang diusulkan untuk kolaborasi dengan tim kesehatan lain
a. Kolaborasi dengan fisioterapis untuk melakukan latihan fisik (latihan ROM aktif dan pasif), terapi bicara dan okupasi.
b. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi, ahli gizi bertanggungjawab menyediakan formula
makanan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pasien.
c. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat

Anda mungkin juga menyukai