Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemberian informasi yang lengkap setiap penggunaan kotrasepsi harus
memperhatikan hak-hak reproduksi individu dan pasangannya. Oleh karena itu,
sebelum menggunakan kontrasepsi, individu dan pasangannya harus
mendapatkan informasi selengka-lengkapnya, jujur dan benar tentang metode
kontrasepsi yang akan digunakan oleh calon akseptor. Dalam memberikan
informasi tersebut penting sekali dilakukan dalam komunikasi verbal antara
dokter dan calon akseptor. Sering sekali calon akseptor lupa mengenai
informasi yang te;ah diberikan.

B. Rumusan Masalah
1. Informed choice dan informed consent dalam kesehatan reproduksi dan
keluarga berencana
2. Kewenangan bidan dalam kesehatan reproduksi dan keluarga berencana
menurut permenkes 1464

C. Tujuan
1. Memahami Informed choice dan informed consent dalam kesehatan
reproduksi dan keluarga berencana
2. Mengetahui Kewenangan bidan dalam kesehatan reproduksi dan keluarga
berencana menurut permenkes 1464

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Informed Choice dan Informed Consent Dalam Kesehatan Reproduksi


dan Keluarga Berencana
a. Informed choice
Informed choice berarti membuat pilhan setelah mendapatkan penjelasan
tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya. Pilihan (choice) harus
dibedakan dari persetujuan (consent). Persetujuan penting dari sudut pandang
bidan, karena itu berkaitan dengan aspek hukum yang memberikan otoritas
untuk semua prosedur yang dilakukan oleh bidan. Sedangkan pilihan (choice)
lebih penting dari sudut pandang wanita (pasien) sebagai konsumen penerima
jasa asuhan kebidanan.
Tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya. Peran
bidan tidak hanya membuat asuhan dalam manajemen asuhan kebidanan tatapi
juga menjamin bahwa hak wanita untuk memilih asuhan dan keinginanya
terpenuhi. Hal ini sejalan dengan kode etik internasional bidan yang dinyatakan
oleh ICM 1993 bahwa bidan harus menghormati hak wanita setelah
mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk tanggung jawab untuk
hasil dari pilihannya.

Bentuk pilihan (choice) yang ada dalam asuhan kebidanan

Ada beberapa jenis pelayanan kebidanan yang dapat dipilih oleh pasien antara lain
:

1. Gaya, bentuk pemeriksaan antenatal dan pemeriksaan


laboratorium/screaning antenatal.
2. Tempat bersalin (rumah, polindes, RB, RSB, atau RS) dan kelas perawatan
di RS

2
3. Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan
4. Pendampingan waktu bersalin
5. Metode monitor denyut jantung janin
6. Percepatan persalinan
7. Diet selama proses persalinan
8. Cara memberikan minuman bayi
9. Penolong persalinan
10. Episiotomi
11. Posisi ketika bersalin
12. Pemecahan ketuban secara rutin

b. Informed consent
Pengertian persetujuan tindakan medis (informed consent)
1. Yang dimaksud dengan informed consent adalah persetujuan yang
diberikan oleh klien atau keluarganya atas dasar informasi dan
penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap
klien tersebut. Jika kontrasepsi yang dipilh klien memerlukan tindakan
medis, maka informed consent ini dibutuhkan sebelum kontrasepsi
diberikan.
2. Setiap tindakan medis yang mengandung resiko harus dengan
persetujuan tertulis yang ditandatangani oleh yang berhak memberikan
persetejuan, yaitu klien yang bersangkutan dalam keadaan sadar dan
sehat mental.

Persetujuan tindakan medis oleh pasangan suami isteri

Dengan dilakukannya tindakan medis, misalnya kontrasepsi mantap,


memberikan pengaruh yang besar terhadap lembaga perkawinan sehingga
zin harus diberikan oleh kedua belah pihak. Hal ini berbeda dengan
tindakan medis lain yang tidak menyangkut organ reproduksi, izinnya
terutama diberikan oleh pihak yang mengalami tindakan tersebut.

3
Daftar tilik untuk petugas

Pada halamn belakang lembar persetujuan tindakan medis terdapat daftar


tilik untuk petugas yang digunkan untuk mengingatkan petugas terhadap
aanya beberapa aspek yang harus dijeaskan kepada klien melalui beberapa
pertanyaan yang berkaitan dengan kontrasepsi mantap pria dan wanita,
implant, dan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). Hal yang perlu
dijelaskan meliputi cara kerja, kontra indikasi, efek samping, komplikasi,
kegagalan, keuntungan/kerugian, jadwal kunjungan ulang, persyaratan
kontrasepsi mantap laki-laki dan perempuan dan rekanalisasi serta
keberhasilannya, resiko pencabutan AKDR/implant dan jadwal
pencabutannya serta kategori pencabutan AKDR/implant. Pertanyaan
tersebut harus disampaikan sendiri oleh petugas dengan megisi kode yang
sesuai pada kotak yang tersedia.

Catatan tindakan dan pernyataan

Pelayanan kontrasepsi baru dilaksanakan sesudah calon akseptor dan


pasangannya menandatangani informed consent. Pada halaman belakang
lembar persetujuan tindakan medis, terdapat catatan tindakan dan
pernyataan oleh dokter/bidan/perawat yang melakukan tindakan mengenai
catatan tentang tindakan yang dilakukan meliputi metode, keberhasilan
tindakan medis, waktu serta pernyataan dari petugas bahwa pelayanan
yang diberikan sudah sesuai dengan standar.

Dalam proses informed consent :

1. Dimensi yang menyangkut hukum


Dalam hal ini informed cinsent merupakan perlindungan bagi pasien
terhadap bidan yang berprilaku memaksakan kehendak, dimana proses
informed consent sudah memuat :
a. Keterbukaan informasi dari bidan kepada pasien
b. Informasi tersebut harus dimengerti pasien

4
c. Memberikan kesempatan kepada pasien ntuk memberikan
kesempatan yang baik
2. Dimensi yang menyangkut etik
Dari proses informed consent terkandung nilai etik sebagai berikut :
a. Menghargai kemandirian/otonomi pasien
b. Tidak melakukan intervensi melainkan membantu pasien bila
dibutuhkan/diminta sesuai dengan informasi yang telah dibutuhkan
c. Bidan menggali keingina pasien baik yang dirasakan secara
subjektif maupun sebagai hasil pemikiran yang rasional.

2. Kewenangan bidan dalam asuhan kesehatan reproduksi dan keluarga


berencana sesuai permenkes 1464 atau 2010

Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana,


dengan kewenangan :

1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan


dan keluarga berencana
2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom

Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut diatas, khusus bagi bidan


yang menjalankan program pemerinah mendapat kewenangan tambahan untuk
melakukan pelayann kesehatan yang meliputi :

1. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan


memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit
2. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusu penyakit kronis
tertentu (dilakukan di bawah supervisi dokter)
3. Penangan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan
4. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan
anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyuluhan lingkungan
5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak
sekolah

5
6. Melaksanakan pelayanan keidanan komunitas
7. Melaksanakan dikteri dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap
Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit
lainnya
8. Pencegahan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif
lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi
9. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program pemerintah

Khusus untuk pelayanan alat kontasepsi bawah kulit, asuhan antenal terintegrasi,
penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan
memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit
lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif
lainnya (NAPZA), hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah mendapat
pelatihan untuk pelayanan tersebut.

6
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Informed choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan
tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya, pilihan (choice). Informed
consent adalah persetujuan tindakan kebidanan atau kedokteran yang
diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya setelah mendapatkan
penjelasan secara lengkap mengenai tindakan yang akan dilakukan terhadap
pasien tersebut.
Keputusan Menteri Kesehatan RI No 1464/menkes/per/x/2010 mengenai
izin dan pelaksanaan praktik bidan dapat digolongkan dalam VII BAB,
diantaranya tentang beberapa ketentuan umum, perizinan, penyelenggaraan
praktik, pencatatan dan pelaporan, pembinaan dan pengawasan, ketentuan
peralihan, dan ketntuan penutup.

B. Saran
Semoga pembaca khususnya mahasiswi kebidanan dapat menerapkan dan
memahami tentang “informed choice dan informed consent, dan wewenang
bidan dalam kesehatan reproduksi dan keluarga berencana menurut
permenkes 1464”.Dalam penyusunan makalah ini, mungkin masih banyak
terdapat kesalahan. Untuk itu, diperlukan kritik dan saran yang konstruktif
dari para pembaca.

7
DAFTAR PUSTAKA

Saroha Pinem, SKM, M.Kes. Kesehatan Reproduksi & Kontrasepsi. Trans Info
Media, Jakarta

www.kesehatanibu.depkes.go.id

Hartono, Hanafi, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Pustaka Sinar Harapan,


Jakarta 2002

https://lenteraimpian.wordpress.com/2010/02/10/informed-choice-dan-informed-
concent

Anda mungkin juga menyukai