(TOKSOPLASMOSIS/TOXOPLASMA GONDI)
DISUSUN OLEH:
151911913037
3A-LAMONGAN
D III KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah pemilik segala kejadian yang telah memberikan limpahan taufik
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan KARYA TULIS ILMIAH tentang
TOXOPLASMA GONDII ini. Salawat dan salam senantiasa kita tuturkan kepangkuan
baginda Rasulullah SAW,beserta keluarganya,para sahabat dan orang-orang yang
senantiasa konsisten dengan risalahnya.
Sepenuhnya kami menyadari bahwa makalah yang dibuat ini masih jauh dari
kesempurnaan.karena keterbatasan pengetahuan,pengalaman,serta kemampuan
kami.Namun bimbingan,pengarahan,dorongan dan bantuan dari berbagai
pihak,sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Oleh karenanya kami mengucapkan
banyak terima kasih. Apabila ada kekurangan kami memohon ma’af yang sebesar-
besarnya. Dan semoga Allah senantiasa memberikan yang terbaik untuk kita semua
amin
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………ii
Daftar Isi……………………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..1
A Latar belakang..........................................................................1
B. Tujuan…………..…………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………3
A. Sejarah toxoplasma gond.i………………………………………...3
B. Penyebaran………………………………………………………….3
C. Morfologi dan klasifikasi.............................................................4
D. Habitat toxoplasma gondi.......................................................…5
E. Daur hidup toxoplasma gondi……………………………………..6
F. Penyebab penyakit.....................................................................8
G. Pencegahan.............................................................................…9
H. Spesifikasi toxoplasma gondii……………………………………..10
I. Gejala.........................................................................................11
J. Manifestasi Klinis........................................................................13
BAB III PENUTUP..........................................................................................14
A. Kesimpulan.................................................................................14
B. Saran ..........................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................15
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada umumnya, suatu peristiwa timbulnya penyakit akibat makanan dapat disebabkan
oleh kontaminasi yang ada pada makanan yang berupa agen biologi atau patogen
(contohnya virus, bakteri, parasit, prion), agen kimiawi (contohnya senyawa toksin atau
logam) atau agen fisik (contohnya pecahan kaca atau serpihan tulang. Dengan
ditemukannya lebih dari 200 penyakit yang bisa ditularkan melalui makanan, patogen-
patogen tersebut merupakan penyebab utamanya. Hampir semua patogen pembawa
yang berasal dari makanan berukuran mikroskopis, termasuk virus, bakteri, protozoa
dan parasit lainnya. Bakteri merupakan mikroorganisme uniseluler yang memiliki
dinding sel namun tidak memiliki nukleus. Mereka memiliki bentuk, jenis dan properti
yang bermacam-macam. Beberapa bakteri patogen dapat membentuk spora dan
resisten terhadap panas tinggi (contohnya Clostridium botulinum, C. perfringens,
Bacillus subtillus, B. cereus). Bakteri lainnya dapat memproduksi toksin yang membuat
mereka resisten terhadap panas (contohnya Staphylococcus aureus). Protozoa parasit
merupakan mikroorganisme uniseluler yang tidak memiliki dinding sel yang rigid (kaku)
namun memiliki nukleus yang sistematis. Protozoa tersebut lebih besar daripada
bakteri. Seperti layaknya virus, protozoa tidak berkembangbiak di makanan, hanya di
sel inang saja. Bentuk transmisi organisme ini disebut dengan cyst. Protozoa ini dapat
bekerjasama dengan makanan dan menyebarkan penyakit melalui air, contohnya yaitu
Entamoeba histolytica, Toxoplasma gondii, Giardia lamblia, Crytosporidium parvum dan
Cyclospora cayatenensis. Penyakit yang disebabkan oleh protozoon ( bersel satu )
yang disebut toxoplasma gondii yaitu suatu parasit intraselluler yang banyak terinfeksi
pada manusia dan hewan peliharaan. Penyakit toxoplasmosis biasanya ditularkan dari
kucing atau anjing tetapi penyakit ini juga dapat menyerang hewan lain seperti babi,
sapi, domba, dan hewan peliharaan lainnya. Walaupun sering terjadi pada hewan-
hewan yang disebutkan di atas penyakit toxoplasmosis ini paling sering dijumpai pada
kucing dan anjing. Untuk tertular penyakit toxoplasmosis tidak hanya terjadi pada orang
1
yang memelihara kucing atau anjing tetapi juga bisa terjadi pada orang lainnya yang
suka memakan makanan dari daging setengah matang atau sayuran lalapan yang
terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit toxoplasmosis. Pada manusia
penyakit toxoplasmosis ini sering terinfeksi melalui saluran pencernaan, biasanya
melalui perantaraan makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan agent
penyebab penyakit toxoplasmosis ini, misalnya karena minum susu sapi segar atau
makan daging yang belum sempurna matangnya dari hewan yang terinfeksi dengan
penyakit toxoplasmosis. Penyakit ini juga sering terjadi pada sejenis ras kucing yang
berbulu lebat dan warnanya indah yang biasanya disebut dengan mink, pada kucing ras
mink penyakit toxoplasmosis sering terjadi karena makanan yang diberikan biasanya
berasal dari daging segar (mentah) dan sisa-sisa daging dari rumah potong hewan.
B. TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
Toxoplasma gondii pertama kali ditemukan oleh Nicole dan Manceaux tahun 1908
pada limfa dan hati hewan pengerat Ctenodactylus gundi di Tunisia Afrika dan pada
seekor kelinci di Brazil. Lebih lanjut Mello pada tahun 1908 melaporkan protozoa yang
sama pada anjing di Italia, sedangkan Janku pada tahun 1923 menemukan protozoa
tersebut pada penderita korioretinitis. Lalu Wolf pada tahun 1937 telah mengisolasinya
dari neonatus dengan ensefalitis dan dinyatakan sebagai penyebab infeksi kongenital
pada anak. Walaupun perpindahan intra-uterin secara transplasental sudah diketahui,
tetapi baru pada tahun 1970 daur hidup parasit ini menjadi jelas ketika ditemukan daur
seksualnya pacta kucing.
B. PENYEBARAN
Penyebaran parasit ini sangatlah cepat. Penyebaran parasit toxoplasma gondii sangat
luas yaitu dari daerah Alaska sampai dengan Australia. Distribusi yang sangat luas ini
mungkin menjadi suatu bagian dalam mekanisme penularan. Kejadian toksoplasmosis
ini pernah dilaporkan pada 35.940 wanita hamil di Norwegia antara tahun 1992-1994. Di
Indonesia pernah dilaporkan oleh Gandahusada pada tahun 1995, bahwa angka
prevelensi dari toksoplasmosis pada manusia berkisar antara 2-63%, kucing 35-73%,
anjing 75%, babi 11-36%, kambing 11-61%, sedangkan sapi/kerbau kurang dari 10%.
3
Parasit ini juga menyebabkan terjadinya keguguran spontan. Setelah diteliti ternyata
sebagian besar positif terjangkit toxoplasma. Penyebaran Toxoplasma gondii sangat
luas, hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia baik pada manusia maupun pada
hewan. Sekitar 30% dari penduduk Amerika Serikat positif terhadap pemeriksaan
serologis, yang menunjukkan pernah terinfeksi pada suatu saat dalam masa hidupnya.
Kontak yang sering terjadi dengan hewan terkontaminasi atau dagingnya, dapat
dihubungkan dengan adanya prevalensi yang lebih tinggi di antara dokter hewan,
mahasiswa kedokteran hewan, pekerja di rumah potong hewan dan orang yang
menangani daging mentah seperti juru masak.
Konsumsi daging mentah atau daging yang kurang masak merupakan sumber infeksi
pada manusia. Tercemarnya alat-alat untuk masak dan tangan oleh bentuk infektif
parasit ini pada waktu pengolahan makanan merupakan sumber lain untuk penyebaran
T. gondii. Di Indonesia, prevalensi zat anti T. gondii pada hewan adalah sebagai
berikut: kucing 35-73%, babi 11-36%, kambing 11-61%, anjing 75% dan pada ternak
lain kurang dari 10%.
4
kedua sporoblas membentuk dinding dan menjadi sporokista. Masing-masing
sporokista tersebut berisi 4 sporozoit yang berukuran 8 x 2 mikron dan sebuah benda
residu. Toxoplasma gondii dalam klasifikasi termasuk kelas Sporozoasida, karena
berkembang biak secara seksual dan aseksual yang terjadi secara bergantian. Selain
itu Toxoplasma gondii terdapat dalam 3 bentuk yaitu bentuk trofozoit, kista, clan
Ookista. Trofozoit berbentuk oval dengan ukuran 3-7 um, dapat menginvasi semua sel
mamalia yang memiliki inti sel. Dapat ditemukan dalam jaringan selama masa akut dari
infeksi. Bila infeksi menjadi kronis, trofozoit dalam jaringan akan membelah secara
lambat dan disebut bradizoit. Bentuk kedua adalah kista yang terdapat dalam jaringan
dengan jumlah ribuan berukuran 10-100 Kista penting untuk transmisi dan paling
banyak terdapat dalam otot rangka, otot jantung dan susunan syaraf pusat. Bentuk
yang ketiga adalah bentuk Ookista yang berukuran 10-12 um. Ookista terbentuk di sel
mukosa usus kucing dan dikeluarkan bersamaan dengan feces kucing. Dalam epitel
usus kucing berlangsung siklus aseksual atau schizogoni dan siklus seksual atau
gametogeni dan sporogoni yang menghasilkan ookista dan dikeluarkan bersama feces
kucing. Kucing yang mengandung toxoplasma gondii dalam sekali ekskresi akan
mengeluarkan jutaan ookista. Bila ookista ini tertelan oleh hospes perantara seperti
manusia, sapi, kambing atau kucing maka pada berbagai jaringan hospes perantara
akan dibentuk kelompok-kelompok trofozoit yang membelah secara aktif. Pada hospes
perantara tidak dibentuk stadium seksual tetapi dibentuk stadium istirahat yaitu kista.
Bila kucing makan tikus yang mengandung kista maka terbentuk kembali stadium
seksual di dalam usus halus kucing tersebut.
5
Famili : Sarcocystidae
Genus : Toxoplasma
Spesies : Toxoplasma gondii
Sel endotil
Leukosit mononukler
Cairan tubuh
Sel jaringan hospes/tuan rumah
6
semangnya dan bila induk semangnya mati, jasad ini pun akan ikut mati. Toxoplasma
membentuk pseudocyte dalam jaringan tubuh atau jaringan-jaringan tubuh hewan yang
diserangnya secara kronis. Bentuk pseudocyte ini lebih tahan dan dapat bertindak
sebagai penyebar toxoplasmosis.
Siklus hidup T. gondii memiliki dua fase. Bagian seksual dari siklus hidup hanya terjadi
pada kucing, baik domestik maupun liar (keluarga Felidae), yang membuat kucing
menjadi tuan rumah utama parasit. Tahap kedua, bagian aseksual dari siklus hidup,
dapat terjadi di lain hewan berdarah panas, termasuk kucing, tikus, manusia, dan
burung. Host dimana reproduksi aseksual terjadi disebut hospes perantara. Hewan
Pengerat adalah hospes perantara yang khas. Dalam kedua jenis host, parasit
Toxoplasma menyerang sel dan membentuk ruang yang disebut vakuola. Di dalam
vakuola khusus yang disebut vakuola parasitophorous, bentuk parasit bradyzoites,
perlahan mereplikasi parasit. Vakuola yang berisi kista bentuk reproduksi bradyzoites
terutama dalam jaringan otot dan otak. Karena parasit berada di dalam sel, mereka
aman dari sistem kekebalan inang yang tidak menanggapi kista. Kucing dan hewan
sejenisnya merupakan hospes definitif dari T. gondii. Di dalam usus kecil kucing
sporozoit menembus sel epitel dan tumbuh menjadi trofozoit. Inti trofozoit membelah
menjadi banyak sehingga terbentuk skizon. Skizon matang pecah dan menghasilkan
banyak merozoit (skizogoni). Daur aseksual ini dilanjutkan dengan daur seksual.
Merozoit masuk ke dalam sel epitel danmembentuk makrogametosit dan
mikrogametosit yang menjadi makrogamet dan mikrogamet (gametogoni). Setelah
terjadi pembuahan terbentuk ookista, yang akan dikeluarkan bersama kotoran kucing.
Di luar tubuh kucing, ookista tersebut akan berkembang membentuk dua sporokista
yang masing-masing berisi empat sporozoit (sporogoni). Bila ookista tertelan oleh
mamalia seperti domba, babi, sapi dan tikus serta ayam atau burung, maka di dalam
tubuh hospes perantara akan terjadi daur aseksual yang menghasilkan takizoit. Takizoit
akan membelah, kecepatan membelah takizoit ini berkurang secara berangsur
7
kemudian terbentuk kista yang mengandung bradizoit. Bradizoit dalam kista biasanya
ditemukan pada infeksi menahun (infeksi laten). Resistensi Toxoplasma untuk antibiotik
bervariasi, tetapi kista sangat sulit untuk diberantas sepenuhnya. Di dalam vakuola, T.
Gondii itu sendiri (dengan endodyogeni) sampai pada sel yang terinfeksi parasit dan
mengisi dengan semburan, melepaskan takizoit, bentuk, dan motil secara reproduksi
aseksual parasit. Berbeda dengan bradyzoites, maka takizoit bebas biasanya efisien
dibersihkan oleh sistem kekebalan inang, meskipun beberapa dari mereka berhasil
menginfeksi sel dan bradyzoites dengan cara mempertahankan infeksi pada jaringan
kista yang tertelan oleh kucing (misalnya, dengan memberi makan pada tikus yang
terinfeksi). Kista bertahan hidup melalui perut kucing dan parasit menginfeksi epitel dari
usus kecil di mana mereka mengalami reproduksi seksual dan pembentukan ookista.
Ookista berasal dari feses. Hewan dan manusia yang menelan ookista (misalnya,
dengan makan sayuran yang tidak dicuci) atau terinfeksi jaringan kista dalam daging
yang dimasak secara tidak benar. Parasit memasuki makrofag pada lapisan usus dan
didistribusikan melalui aliran darah ke seluruh tubuh. Serupa dengan mekanisme yang
digunakan di banyak virus, toksoplasma mampu mendisregulasi siklus sel inang
dengan mengadakan pembelahan sel sebelum mitosis (perbatasan G2 / M). Disregulasi
siklus sel inang disebabkan oleh sekresi peka panas sel yang terinfeksi sehingga
mengeluarkan faktor yang menghambat siklus sel tetangga. Alasan untuk disregulasi
Toxoplasma tidak diketahui, tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa infeksi adalah
khusus untuk host sel-sel dalam struktur sel S-fase dan host yang berinteraksi dengan
Toxoplasma sehingga tidak dapat diakses selama tahap-tahap lain dari siklus sel.
Infeksi tahap akut toksoplasma dapat tanpa gejala, tetapi sering memberikan gejala
seperti flu pada tahap akut awal, dan dapat menjadi flu yang fatal (kasus sangat jarang
terjadi) lalu tahap akut mereda dalam beberapa hari ke bulan, yang mengarah ke tahap
laten. Infeksi laten biasanya tanpa gejala, namun dalam kasus pasien
immunocompromised (seperti mereka yang terinfeksi HIV atau penerima transplantasi
pada terapi imunosupresif), toksoplasmosis dapat berkembang. Manifestasi yang paling
menonjol dari toksoplasmosis pada pasien immunocompromised adalah ensefalitis
toksoplasma, yang dapat mematikan. Jika infeksi T. gondii terjadi untuk pertama kali
selama kehamilan, misalkan pada kotoran kucing yang terinfeksi T. gondii, parasit
8
dapat melewati plasenta, mungkin menyebabkan hidrosefalus atau mikrosefali,
kalsifikasi intrakranial, korioretinitis dan kemungkinan bisa terjadi aborsi spontan
(keguguran) atau kematian intrauterin.
F. PENYEBAB PENYAKIT
Manusia dapat terinfeksi oleh T. gondii dengan berbagai cara yaitu makan daging
mentah atau kurang masak yang mengandung kista T. gondii, ternakan atau tertelan
bentuk ookista dari kotoran kucing, misalnya bersama buah-buahan dan sayur-sayuran
yang terkontaminasi. Juga mungkin terinfeksi melalui transplantasi organ tubuh dari
donor penderita toksoplasmosis laten kepada resipien yang belum pernah terinfeksi T.
gondii. Kecelakaan laboratorium dapat terjadi melalui jarum suntik dan alat laboratoriurn
lain yang terkontaminasi oleh T. Gondii serta infeksi kongenital yang terjadi intra uterin
melalui plasenta. Setelah terjadi infeksi T. gondii ke dalam tubuh akan terjadi proses
yang terdiri dari tiga tahap yaitu parasitemia, dimana parasit menyerang organ dan
jaringan serta memperbanyak diri dan menghancurkan sel-sel inang. Perbanyakan diri
ini paling nyata terjadi pada jaringan retikuloendotelial dan otak, di mana parasit
mempunyai afinitas paling besar. Pembentukan antibodi merupakan tahap kedua
setelah terjadinya infeksi. Tahap ketiga rnerupakan rase kronik, terbentuk kista-kista
yang menyebar di jaringan otot dan syaraf, yang sifatnya menetap tanpa menimbulkan
peradangan lokal.
G. PENCEGAHAN
9
monensin 200 mg/kg melalui makanannya, maka kucing tersebut tidak akan
mengeluarkan ookista bersama tinjanya, tetapi ini hanya dapat digunakan untuk kucing
peliharaan. Untuk mencegah terjadinya infeksi dengan ookista yang berada di dalam
tanah, dapat diusahakan mematikan ookista dengan bahan kimia seperti formalin,
amonia dan iodin dalam bentuk larutan serta air panas 70 oC yang disiramkan pada tinja
kucing Anak balita yang bermain di tanah atau ibu-ibu yang gemar berkebun, juga
petani sebaiknya mencuci tangan yang bersih dengan sabun sebelum makan. Sayur
mayur yang dimakan sebagai lalapan harus dicuci bersih, karena ada kemungkinan
ookista melekat pada sayuran. Makanan yang matang harus ditutup rapat supaya tidak
dihinggapi lalat atau kecoa yang dapat memindahkan ookista dari tinja kucing ke
makanan tersebut. Kista jaringan dalam hospes perantara (kambing, sapi, babi dan
ayam) sebagai sumber infeksi dapat dimusnahkan dengan memasaknya sampai 66°C
atau mengasap dan sampai matang sebelum dimakan. Bagi ibu yang memasak, jangan
mencicipi hidangan daging yang belum matang. Setelah memegang daging mentah
(tukang jagal, penjual daging, tukang masak) sebaiknya cuci tangan dengan sabun
sampai bersih. Yang paling penting dicegah adalah terjadinya toksoplasmosis
kongenital karena anak yang lahir dapat menyebabkan cacat dengan retardasi mental
dan gangguan motorik.
10
luas dan sebagian besar berlangsung asimtomatis, meskipun penyakit ini belum
digolongkan sebagai penyakit parasiter yang diutamakan pemberantasannya oleh
pemerintah, tetapi beberapa penelitian telah dilakukan di beberapa tempat untuk
mengetahui derajat distribusi dan prevalensinya. Indonesia sebagai negara tropik
merupakan tempat yang sesuai untuk perkembangan parasit tersebut. Keadaan ini
ditunjang oleh beberapa faktor seperti sanitasi lingkungan dan banyak sumber
penularan terutama kucing dan sebangsanya (Felidae). Manusia dapat terkena infeksi
parasit ini dengan cara didapat (Aquired toxoplasmosis) maupun diperoleh semenjak
dalam kandungan (Congenital toxoplasmosis). Diperkirakan sepertiga penduduk dunia
mengalami infeksi penyakit ini. Sebagai parasit, T. gondii ditemukan dalam segala
macam sel jaringan tubuh kecuali sel darah merah. Tetapi pada umumnya parasit ini
ditemukan dalam sel retikulo endotelial dan sistem syaraf pusat.
11
3. Makan makanan yang terkontaminasi oleh pisau, peralatan, talenan, atau makanan
lain yang pernah kontak dengan daging mentah yang terkontaminasi.
I. GEJALA
Pada garis besarnya sesuai dengan cara penularan dan gejala klinisnya,
toksoplasmosis dapat dikelompokkan menjadi : Toksoplasmosis akuisita (dapatan) dan
Toksoplasmosis kongenital. Baik toksoplasmosis dapatan maupun kongenital sebagian
besar asimtomatis atau tanpa gejala. Keduanya dapat bersifat akut dan kemudian
menjadi kronik atau laten. Gejala yang nampak sering tidak spesifik dan sulit dibedakan
dengan penyakit lain. Toksoplasmosis dapatan biasanya tidak diketahui karena jarang
menimbulkan gejala. Tetapi bila seorang ibu yang sedang hamil mendapat infeksi
primer, ada kemungkinan bahwa 50% akan melahirkan anak dengan toksoplasmosis
kongenital. Gejala yang dijumpai pada orang dewasa maupun anak-anak umumnya
ringan. Gejala klinis yang paling sering dijumpai pada toksoplasmosis dapatan adalah
limfadenopati dan rasa lelah, disertai demam dan sakit kepala. Pada infeksi akut,
limfadenopati sering dijumpai pada kelenjer getah bening daerah leher bagian
belakang. Gejala tersebut di atas dapat disertai demam, mialgia, malaise. Bentuk
kelainan pada kulit akibat toksoplasmosis berupa ruam makulopapuler yang mirip
12
kelainan kulit, sedangkan pada jaringan paru dapat terjadi pneumonia
interstisial.Gambaran klinis toksoplasmosis kongenital dapat bermacam-macam. Ada
yang tampak normal pada waktu lahir dan gejala klinisnya baru timbul setelah beberapa
minggu sampai beberapa tahun. Ada gambaran eritroblastosis, hidrops fetalis dan triad
klasik yang terdiri dari hidrosefalus, korioretinitis dan perkapuran intrakranial atau
tetrade sabin yang disertai kelainan psikomotorik. Toksoplasmosis kongenital dapat
menunjukkan gejala yang sangat berat dan menimbulkan kematian penderitanya
karena parasit telah tersebar luas di berbagai organ penting dan juga pada sistem
syaraf penderita. Gejala susunan syaraf pusat sering meninggalkan gejala sisa,
misalnya retardasi mental dan motorik. Kadang-kadang hanya ditemukan sikatriks pada
retina yang dapat kambuh pada masa anak-anak, remaja atau dewasa. Korioretinitis
karena toksoplasmosis pada remaja dan dewasa biasanya akibat infeksi kongenital.
Akibat kerusakan pada berbagai organ, maka kelainan yang sering terjadi bermacam-
macam jenisnya. Kelainan pada bayi dan anak-anak akibat infeksi pada ibu selama
kehamilan trimester pertama, dapat berupa kerusakan yang sangat berat sehingga
terjadi abortus atau lahir mati, atau bayi dilahirkan dengan kelainan seperti
ensefalomielitis, hidrosefalus, kalsifikasi serebral dan korioretinitis. Pada anak yang
lahir prematur, gejala klinis lebih berat dari anak yang lahir cukup bulan, dapat disertai
hepatosplenomegali, ikterus, limfadenopati, kelainan susunan syaraf pusat dan lesi
mata.
13
J. MANIFESTASI KLINIS
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
15
toksoplasmosis akuisita. Hospes Definitif T. gondii adalah kucing dan binatang
sejenisnya (Felidae). Hospes perantaranya adalah manusia, mamalia lainnya dan
burung.
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penulisan
makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi. Demikian penulis ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
16
Ir. Indra Chahaya S., M.Si , 2003 , Epidemiologi “Toxoplasma gondii” . Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara. http://yazhid28bashar.blogspot.com/2013/05/makalah-bakteri-toxoplasma-
gondii.html
Blader, Ira J. , 2009 , Communication between Toxoplasma gondii and its host:
impact on parasite growth, development, immune evasion, and virulence :
Okhlahoma . University of Okhlahoma Health Sciences Center.
17