Anda di halaman 1dari 95

PAJAK PENGHASILAN

Dosen :
DR. H. HERU TJARAKA, DRS. AK, Msi, BKP, CA
DASAR HUKUM

UU NO. 36 TAHUN 2008 TENTANG


PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UU NO. 7
TAHUN 1983 TENTANG PPH
ARAH DAN TUJUAN
PENYEMPURNAAN UU PPH
▪ lebih meningkatkan keadilan pengenaan pajak;
▪ lebih memberikan kemudahan kepada Wajib Pajak;
▪ lebih memberikan kesederhanaan administrasi
perpajakan;
▪ lebih memberikan kepastian hukum, konsistensi, dan
transparansi;
▪ lebih menunjang kebijakan pemerintah dalam rangka
meningkatkan daya saing dalam menarik investasi
langsung di Indonesia baik penanaman modal asing
maupun penanaman modal dalam negeri di bidang-bidang
usaha tertentu dan daerah-daerah tertentu yang mendapat
prioritas.
PAJAK PENGHASILAN (PPh)
[ Pasal 1 ]
ADALAH

Pajak yang dikenakan terhadap


subjek pajak atas penghasilan
yang diterima atau diperolehnya
dalam tahun pajak
BAGAN SUBJEK PAJAK

Objek Pajak
Orang Pribadi
SUBJEK PAJAK Seluruh Penghasilan
DALAM NEGERI Badan
Pasal 4
Pasal 2(3) Warisan yang
SUBJEK belum terbagi • Penghasilan dari kegiatan operasi
PAJAK dan harta yang dimiliki/dikuasai
Pasal 2(2) Orang • Penghasilan kantor pusat
Pribadi
SUBJEK PAJAK • Penghasilan lainnya yang diperoleh
LUAR NEGERI sehubungan dengan penghasilan
kantor pusat
BUT
Badan Pasal 5(1)
Pasal 2(4)

Penghasilan yang diperoleh dari


Non BUT
Indonesia
Pasal 5(1)
SUBJEK PAJAK [ PASAL 2 (1) ]

- ORANG PRIBADI
- WARISAN YG BELUM TERBAGI

BADAN (PT, CV, BUMN/D, FIRMA, KONGSI,


KOPERASI, DAPEN, PERSEKUTUAN, ORMAS
YAYASAN, LEMBAGA, KIK

BENTUK USAHA TETAP (BUT)


SUBJEK PAJAK
DALAM NEGERI
[ PASAL 2 (3) ]

ORANG PRIBADI :
- BERTEMPAT TINGGAL / BERADA DI INDONESIA LEBIH
DARI 183 HARI DLM 12 BULAN; ATAU
- DALAM SUATU TAHUN PAJAK BERADA DI INDONESIA
DAN MEMPUNYAI NIAT BERTEMPAT TINGGAL DI
INDONESIA
BADAN
YANG DIDIRIKAN ATAU BERTEMPAT KEDUDUKAN DI
INDONESIA

WARISAN YANG BELUM TERBAGI SEBAGAI SATU


KESATUAN MENGGANTIKAN YANG BERHAK
CONTOH SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI

 Budi lahir dan bertempat tinggal selama hidupnya di


Indonesia, maka ia adalah Subjek Pajak Dalam Negeri;
 Mr. Alex warga negara Singapore bolak balik Indonesia -
Singapore selama 1 tahun, namun lebih lama berada di
Indonesia ( lebih dari 183 hari ), maka Mr. Alex
merupakan Subjek Pajak Dalam Negeri.
 Mr. David warga negara Canada mulai bekerja di
Indonesia bulan Oktober 2015 tapi berniat untuk menetap
di Indonesia, maka untuk tahun 2015 Mr. David sudah
sebagai Subjek Pajak Dalam Negeri
SUBJEK PAJAK
LUAR NEGERI [ PASAL 2 (4) ]

• ORANG PRIBADI YG TIDAK BERTEMPAT TINGGAL DI INDONESIA


/ BERADA DI INDONESIA TIDAK LEBIH DARI 183 HARI DALAM
12 BULAN
• BADAN YG TIDAK DIDIRIKAN DAN TIDAK BERTEMPAT
KEDUDUKAN DI INDONESIA

YANG MENJALANKAN YANG MENERIMA ATAU


USAHA ATAU KEGIATAN MELALUI MEMPEROLEH
BUT DI INDONESIA PENGHASILAN DARI
INDONESIA BUKAN DARI
MENJALANKAN USAHA ATAU
KEGIATAN MELALUI
BUT DI INDONESIA
ORANG PRIBADI
Menentukan Subjek Pajak OP DN atau LN (Per-43/PJ/2011)

Bertempat Berada Berniat


Tinggal ps.3(1)
Ps. 3(1) hrf a.2) Ps. 3(1) hrf a.3)
hrf a. 1)
SP OP DN time test 183 hari

1. Permanent dwelling 1. Berniat tinggal di


resident Tempat tinggal di Indonesia, memberikan
VISA, KITAS, Kontrak
2. Ordinary course of INDONESIA, bepergian ke
Kerja lbh dari 183 hari.
life LN, berada di Indonesia lbh
2. Melakukan tindakan
3. Place of habitual dari 183 hari akan bertempat tinggal
abode (Ps. 8) di Indonesia
(Ps. 7 ) (Ps. 11)

WNI berada di LN sbg SP LN, menunjukan Green


SP OP LN

Card,Student Card, Cap paspor yang disahkan


KBRI setempat (Ps. 8 ayat 2)
MULAI DAN BERAKHIRNYA
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF
ORANG PRIBADI
SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI

MULAI:
• SAAT DILAHIRKAN
• BERADA ATAU BERNIAT TINGGAL DI INDONESIA

BERAKHIR:
•SAAT MENINGGAL DUNIA
• MENINGGALKAN INDONESIA UNTUK SELAMA-LAMANYA

PASAL 2A Ayat (1), (2), (3), (4),(5),& (6)


MULAI DAN BERAKHIRNYA
KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF
ORANG PRIBADI/BADAN
SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI Ps. 2 : (4) huruf a

MULAI:
• SAAT MENJALANKAN USAHA/ MELAKUKAN
KEGIATAN MELALUI BUT

BERAKHIR:
- SAAT TIDAK LAGI MENJALANKAN USAHA
- TIDAK MELAKUKAN KEGIATAN MELALUI BUT

PASAL 2A Ayat (1), (2), (3), (4),(5),& (6)


TIDAK TERMASUK SUBJEK PAJAK
[ Pasal 3 ]

KANTOR PERWAKILAN NEGARA ASING

ORGANISASI INTERNASIONAL YANG DITETAPKAN OLEH MENKEU


DGN SYARAT INDONESIA MENJADI ANGGOTANYA DAN
TDK MENJALANKAN USAHA / KEGIATAN LAIN UNTUK
MEMPEROLEH PENGHASILAN DARI INDONESIA

PEJABAT PERWAKILAN ORGANISASI INTERNASIONAL YG


DITETAPKAN DGN KEPMENKEU DGN SYARAT BUKAN WNI DAN
TDK MENJALANKAN USAHA / KEGIATAN/ PEKERJAAN LAIN UTK
MEMPEROLEH PENGHASILAN DARI INDONESIA
PEJABAT PERWAKILAN DIPLOMATIK DAN KONSULAT BESERTA
ORANG-ORANG YANG DIPERBANTUKAN DENGAN SYARAT BUKAN
WNI DAN TIDAK MENERIMA PENGHASILAN LAIN SELAIN PEKERJAAN
SERTA BERLAKU ASAS TIMBAL BALIK
yuuk diskusi

WN Amerika Serikat,
Robert Blake, Dubes AS untuk Indonesia
English Teacher EF Jakarta

Apakah dia Subjek Pajak


Dalam Negeri atau Subjek
Pajak Luar Negeri?
PNS Tugas Belajar ke
Luar Negeri

TKI di Malaysia

Apakah mereka Subjek Pajak


Dalam Negeri atau Subjek Pajak
Luar Negeri?
TOURIST GUIDE, 2 TAHUN DI INDONESIA,
TEMPAT TINGGAL dan KEBERADAANNYA
BERPINDAH-PINDAH.

HARUS TERDAFTAR DI KPP MANA ?


PER-02/PJ/2009
Pasal 1
Dalam PerDirJen Pajak ini, yg dimaksud dengan Pekerja Indonesia di Luar
Negeri adalah orang pribadi WNI yg bekerja di luar negeri lebih dari 183
hari dalam jangka waktu 12 bulan.

Pasal 2
Pekerja Indonesia di Luar Negeri sdd Pasal 1 merupakan Subjek Pajak Luar
Negeri.

Pasal 3
Atas penghasilan yg diterima atau diperoleh Pekerja Indonesia di LN sdd
Pasal 1 sehubungan dengan pekerjaannya di LN dan telah dikenai pajak di
luar negeri, tidak dikenai Pajak Penghasilan di Indonesia.

Pasal 4
Dalam hal Pekerja Indonesia di LN sdd Pasal 1 menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia maka atas penghasilan tersebut dikenai Pajak
Penghasilan sesuai ketentuan yang berlaku.
WARISAN

Mengapa warisan yang belum terbagi sebagai


satu kesatuan menggantikan yang berhak ditunjuk
oleh UU sebagai Subjek Pajak ?
Pasal 32 ayat (1) huruf e UU KUP

Dalam menjalankan hak dan memenuhi


kewajiban menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan, Wajib Pajak
diwakili, dalam hal suatu warisan yang belum
terbagi oleh salah seorang ahli warisnya,
pelaksana wasiatnya atau yang mengurus
harta peninggalannya.
WP DALAM NEGERI VS WP LUAR NEGERI
No. Uraian WP Dalam Negeri WP Luar Negeri
1. Ruang lingkup penghasilan Penghasilan yang diterima Penghasilan yang
yang dapat dikenakan pajak / diperoleh dari Indonesia diterima / diperoleh
dan dari luar Indonesia dari Indonesia
2. Dasar Pengenaan Pajak Penghasilan Neto Penghasilan Bruto
3. Tarif Tarif Umum Pasal 17 Tarif sepadan / sesuai
treaty
4. Kewajiban SPT Tahunan Wajib Tidak wajib
Bagan Pajak Penghasilan (PPh OP)
Luar Negeri Pasal 24 Pembayaran dari Luar Negeri Pembayaran ke Luar Negeri Pasal 26

Indonesia
Pasal 23
WAJIB PAJAK OP
Pasal 23
usaha/pek bebas

Laporan Laba / Rugi


Penghasilan xxx Pasal 4
Pasal 6 Biaya (xxx)
Laba xxx
Koreksi Fiskal ( + / - ) xxx Pasal 9
Penghasilan Neto xxx
Pasal 7 PTKP (xxx)
Penghasilan Kena Pajak xxx
Pajak Terutang (PKP x tariff PPh) xxx Pasal 17
Pasal 21, 22, 23, 24, 25 Kredit Pajak (xxx)
Pajak KB /LB xxx Pasal 29
OBJEK PAJAK / PENGHASILAN
[ Pasal 4 (1) ]
Pengertian :
Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atas diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan
Wajib Pajak, yang bersangkutan, dengan nama dan
bentuk apapun.
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

Penggantian atau imbalan berkenaan dgn pekerjaan atau


jasa yg diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah,
tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi,
uang pensiun, atau imbalan dlm bentuk lainnya,
kec. ditentukan lain dlm UU ini

Hadiah dari undian atau pekerjaan/kegiatan dan penghargaan

Laba Usaha
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :


1. keuntungan krn pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan,
dan badan lainnya sbg pengganti saham/penyertaan modal;
2. keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan
lainnya krn pengalihan harta kpd pemegang saham, sekutu atau
anggota;
3. keuntungan krn likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, atau pengambilalihan usaha;
4. keuntungan krn pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau
sumbangan, kec. yang diberikan kpd keluarga sedarah dlm garis
keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan
pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk
koperasi yg ditetapkan oleh Menkeu, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara
pihak-pihak yg bersangkutan
5.Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh
hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau
permodalan dalam perusahaan pertambangan
OBJEK PAJAK
[ Pasal 4 ayat (1) ]

Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya

Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan krn jaminan pengembalian utang

Dividen, dgn nama dan dlm bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kpd pemegang polis, dan pembagian SHU koperasi
Royalti, sewa dan penghasilan lain sehubungan dgn penggunaan harta

Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

Keuntungan krn pembebasan utang

Keuntungan krn selisih kurs mata uang asing, selisih lebih karena penilaian
kembali aktiva, premi asuransi, iuran yg diterima atau diperoleh perkumpulan dari
anggotanya yg terdiri dari WP yg menjalankan usaha / pekerjaan bebas,
tambahan kekayaan neto yg berasal dari penghasilan yg belum dikenakan pajak.
OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1)

Penghasilan dari Usaha Berbasis Syariah

imbalan bunga

surplus Bank Indonesia


PENGHASILAN DAPAT DIKENAI PAJAK FINAL
Pasal 4 ayat (2)

▪ penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga


obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang
dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi
Transaksi saham dan sekuritas di bursa efek;
▪ penghasilan berupa hadiah undian;
▪ penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi
derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan
saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan
pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;
▪ penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau
bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan
tanah dan bangunan; dan
▪ Penghasilan tertentu lainnya

PENGENAAN PAJAKNYA
DIATUR DENGAN (PP)
Kalo begitu PAJAK FINAL ??
Jenis pajak yang memiliki sifat final, dimana
si pembayar pajak tidak lagi dikenai kewajiban
untuk memasukkan obyek pajak dan pajak
yang bersangkutan kedalam perhitungan pajak
akhir tahun, karena pajak dan obyek pajak
tersebut sudah dianggap rampung, tuntas,
atau pasti.

lebih pada konteks Pajak Penghasilan (PPh),


karena dalam PPh ada ‘Perampungan’ yang
dilakukan setiap akhir tahun
Kalau Sudah Kena Pajak Final ??

 Tidak Dapat Dikreditkan Terhadap Total PPh


Terutang
 Pengeluaran dalam memperoleh penghasilan
(obyek PPh Final) yang bersangkutan tidak boleh
dibiayakan secara fiskal
Kenapa Harus Pajak Final ??
Penyederhanaan Administrasi
 PPh oleh OP yang belum terdaftar secara resmi
sebagai WP
 PPh atas obyek yang timbul atau terjadi hanya sekali /
tidak sering
 PPh berkaitan dengan pembayar pajak tertentu yang
dikecualikan dari kewajiban tertentu seperti
pembukuan atau memasukkan SPT
 Obyek Tertentu :

◼ Industri
spesifik
◼ Transaksi khusus
PENGHASILAN TERTENTU YANG
PENGENAAN PAJAKNYA TELAH DIATUR DGN
PERATURAN PEMERINTAH (PP)

1. PENGHASILAN DARI TRANSAKSI PENJUALAN SAHAM DI BURSA


EFEK ( PP No. 41 TAHUN 1994 jo PP No. 14 TAHUN 1997)

2. PENGHASILAN DARI HADIAH UNDIAN


( PP No. 132 TAHUN 2000)

3. PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU


BANGUNAN (PP No. 48 TAHUN 1994 jo PP No.79 TAHUN 1999)

4. PENGHASILAN DARI BUNGA DEPOSITO DAN TABUNGAN SERTA


DISKONTO SBI ( PP No. 131 TAHUN 2000 jo KMK No.51/KMK.04/2001)

5. PENGHASILAN DARI PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN


( PP No. 29 TAHUN 1996 Jo. PP No. 5 Tahun 2002 )

6. PENGHASILAN BERUPA OBLIGASI YG DIPERDAGANGKAN DI


BURSA EFEK ( PP No. 139 TAHUN 2000 jo PP No. 6 Tahun 2002 Jo.
KMK No.121/KMK.03/2002)

7. PENGHASILAN DARI USAHA JASA KONSTRUKSI DAN JASA


KONSULTAN ( PP No. 51 TAHUN 2008)
NON OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (3)
❑ Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat
❑ Harta hibahan;
❑ Warisan;
❑ harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh
badan sebagai pengganti saham atau sebagai
pengganti penyertaan modal;
❑ Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang
pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan,
asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
dan asuransi bea siswa;
❑ Penggantian atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh
dalam bentuk natura atau kenikmatan dari WP atau
Pemerintah;
NON OBJEK PAJAK
 dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT
sebagai WP DN, koperasi, BUMN, atau BUMD, dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan
bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
1. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
2. bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan
badan usaha milik daerah yang menerima dividen,
kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen
paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah
modal yang disetor.
❑ iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menkeu, baik yang
dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai;
NON OBJEK PAJAK
 penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun,
dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan;
 bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-
saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk
pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;
 penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal
ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang
didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia,
dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
1. merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang
menjalankan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan
2. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia;
NON OBJEK PAJAK
❑ beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu;
❑ sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau
lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang
pendidikan dan/atau bidang penelitian dan
pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi
yang membidanginya, yang ditanamkan kembali
dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan,
dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun
sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang
ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; dan ;
❑ bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak
tertentu.
SOAL KASUS

1. PT HERANITA pada tahun 2021 membagikan dividen sebesar Rp


2 milyar. Pemegang saham pada tahun 2021 adalah :
- H. RAKA (20%)
- Koperasi RIFA (10%)
- PT HERFAN (10%)
- PT ARTANTI (30%)
- CV ARRASYID (30%)
2. PT HERANISA menerima pembayaran dividen dari sebuah
perusahaan di Australia (kepemilikan 35%). Dividen tsb sudah
dipotong pajak di Australia
3. UQI menerima hibah sebuah mobil Mercedes Benz dari kakeknya
4. SALMA menerima pembayaran dari PT Lippo Life atas asuransi
jiwa suaminya yang baru meninggal.
5. HERIKO bekerja pada PT Metro TV menerima imbalan berupa gaji
per bulan Rp 3 juta, tunjangan transpor Rp 1 juta, beras 20 kg,
mobil dinas APV, iuran pensiun dibayar pemberi kerja Rp 150 ribu.
37
PENGHASILAN (Ph) BRUTO
Ph-OP Ph-OP
Ph-BOP
Non Final Final

terkait terkait terkait

Boleh
Tidak Boleh Dikurangkan
Dikurangkan
(PP 94/2010)
(Ps.6(1) UU PPh)

PENGELUARAN/BIAYA
Tidak boleh dikurangkan
berdasarkan
Ps. 9(1) UU PPh dan
ketentuan lainnya
Pengeluaran yg
mempunyai
Biaya tahun
masa manfaat
ybs.
tidak lebih dari
1 tahun

Pengeluaran yg
Pembebanannya
mempunyai
melalui
masa manfaat
penyusutan/
lebih dari 1
amortisasi
tahun

Penjelasan Ps. 6 (1) UU PPh


BIAYA BOLEH DIKURANGKAN BAGI WP DN & BUT
(Ps. 6 Ayat (1) UU PPh

B
a. Terkait dg kegiatan usaha baik I b. Penyusutan dan amortisasi sdd Ps.
secara langsung/tidak langsung 11 & 11A UU PPh
A
c. Iuran kepada Dana Pensiun yg Y
A d. Kerugian krn penjualan/
pendiriaannya disahkan MenKeu
pengalihan harta yg dimiliki dan
digunakan/dimiliki untuk 3M Ph
e. Kerugian selisih kurs mata uang 3M
asing
f. Biaya litbang perusahaan yg
Ph dilakukan di Ind
g. Biaya beasiswa, magang, dan
pelatihan
N h. Piutang yg nyata-nyata tidak
i. Sumbangan dlm rangka O dapat ditagih dgn syarat ttt
penanggulangan bencana nasional N
j. Sumbangan dlm rangka penelitian
F dan pengembangan yang dilakukan
k. Biaya pembangunan infrastruktur
sosial I di Ind
N
m. Sumbangan dlm rangka A l. Sumbangan fasilitas pendidikan
pembinaan olah raga L
a. Biaya yang secara langsung atau tidak
langsung berkaitan dgn kegiatan usaha

antara lain:
1. biaya pembelian bahan;
2. biaya berkenaan dgn pekerjaan atau jasa termasuk upah,
gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang
diberikan dalam bentuk uang;
3. bunga, sewa, dan royalti;
4. biaya perjalanan;
5. biaya pengolahan limbah;
6. premi asuransi;
7. biaya promosi dan penjualan yg diatur dgn atau
berdasarkan PMK (PMK No. 02/PMK.03/2010) tgl 08-01-
2010 mb-s 01-01-2009);
8. biaya administrasi; dan
9. pajak kecuali Pajak Penghasilan.
BIAYA PROMOSI

Biaya Promosi adalah bagian dari biaya penjualan


yg dikeluarkan oleh Wajib Pajak dalam rangka
memperkenalkan dan/atau menganjurkan pemakaian
suatu produk baik langsung maupun tidak langsung
untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan
penjualan.

PMK No. 02/PMK.03/2010


BIAYA PROMOSI

Besarnya Biaya Promosi yg dapat dikurangkan dari


penghasilan bruto merupakan akumulasi dari jumlah :
a. biaya periklanan di media elektronik, media cetak,
dan/atau media lainnya;
b. biaya pameran produk;
c. biaya pengenalan produk baru;dan/atau
d. biaya sponsorship yg berkaitan dgn promosi produk.

PMK No. 02/PMK.03/2010


BIAYA PROMOSI
➢ Wajib Pajak wajib membuat daftar nominatif atas
pengeluaran Biaya Promosi yg dikeluarkan kepada
pihak lain.
➢ Daftar nominatif paling sedikit harus memuat data
penerima berupa nama, NPWP, alamat, tanggal,
bentuk dan jenis biaya, besarnya biaya, nomor
bukti pemotongan dan besarnya PPh yg dipotong.
➢ Daftar nominatif dibuat sesuai format
sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran PMK ini.
➢ Daftar nominatif dilaporkan sebagai lampiran saat
Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan PPh
Badan.
➢ Dalam hal persyaratan tsb. di atas tidak dipenuhi,
Biaya Promosi tidak dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto.
PMK No. 02/PMK.03/2010
DAFTAR NOMINATIF BIAYA PROMOSI

No. Urut
Data Penerima:
▪ Nama
▪ NPWP
▪ Alamat
▪ Tanggal
▪ Bentuk dan Jenis Biaya
▪ Jumlah (Rp)
▪ Keterangan
Pemotongan PPh
▪ Jumlah PPh
▪ Nomor Bukti Potong

Tempat, Tanggal, Tanda Tangan dan Nama Wajib Pajak yang


menandatangani
➢ Mengenai pengeluaran untuk promosi perlu dibedakan antara
biaya yg benar-benar dikeluarkan untuk promosi dan biaya yg
pada hakikatnya merupakan sumbangan / suap.

➢ Walaupun terdapat daftar nominatif, jika biaya promosi tidak


dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, jika tidak berkaitan
langsung dg 3M penghasilan objek pajak tidak final.
PAJAK YANG DAPAT DIKURANGKAN
DARI PENGHASILAN BRUTO

➢ Pajak-pajak selain PPh, dapat dikurangkan dari Penghasilan


Bruto, sepanjang digunakan untuk 3M Penghasilan objek pajak
tidak final.
Misalnya PBB, BM, Pajak Hotel, dan Pajak Restoran, dapat
dibebankan sebagai biaya.
PAJAK MASUKAN YG TIDAK DAPAT DIKREDITKAN

(1) Pajak Masukan yg tidak dapat dikreditkan sdd Ps. 9 ayat


(8) UU PPN dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
sepanjang dapat dibuktikan Pajak Masukan tsb:
a. benar-benar telah dibayar; dan
b. berkenaan dgn pengeluaran yg berhubungan dgn
kegiatan untuk 3M penghasilan.
(2) Pajak Masukan yg dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto sdp ayat (1) sehubungan dgn pengeluaran untuk
memperoleh harta berwujud dan/atau harta tidak
berwujud serta biaya lainnya yg mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 tahun sdd Ps. 11 dan Ps. 11A UU
PPh, harus dikapitalisasi dgn pengeluaran atau biaya tsb
dan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi.

Ps. 10 PP 94/2010
c. Iuran Pensiun/JHT, JPK, JKK, JKM
➢ Iuran pensiun yg dibayarkan kepada dana pensiun
yg pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan dan JHT yg dibayarkan kepada PT
Jamsostek oleh WP Orang Pribadi boleh dikurangkan
dari penghasilan bruto WP Orang Pribadi tsb.

➢ JPK, JKK, JKM yg dibayarkan kepada PT


Jamsostek/premi asuransi kesehatan, premi asuransi
kecelakaan, premi asuransi jiwa, premi asuransi
beasiswa dan premi asuransi dwiguna yg
dibayarkan oleh WP Orang Pribadi tidak boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto WP Orang
Pribasi tsb. kecuali dibayarkan oleh pemberi kerja
dan premi tsb. merupakan penghasilan bagi
karyawan/orang pribadi tsb.
SE-02/PJ.31/1996, 5-Jun-96

JAMSOSTEK

JKK JKM JPK JHT

= =

PREMI ASURANSI IPEN-DP (MK)

Dibayar pemberi kerja Dibayar pemberi kerja

KARYAWAN KARYAWAN
PEMBERI KERJA

Penghasilan Pengenaan
Objek Boleh Dikurangkan PPh-nya
Pph Pasal 21 ditangguhkan
50
d. Kerugian karena Penjualan/ Pengalihan Harta

➢ Boleh dikurangkan:
Kerugian karena penjualan/pengalihan harta
yang dimiliki dan digunakan dalam
perusahaan/3M penghasilan.

➢ Tidak boleh dikurangkan:


Kerugian karena penjualan/pengalihan harta
yang dimiliki tetapi tidak digunakan dalam
perusahaan/3M penghasilan.
e. Kerugian Selisih Kurs Mata Uang Asing

Kerugian karena fluktuasi kurs mata uang


asing diakui
➢ berdasarkan sistem pembukuan yang

dianut dan dilakukan secara taat asas


➢ sesuai dengan Standar Akuntansi

Keuangan yang berlaku di Indonesia.


f. Biaya Penelitian dan Pengembangan yang
Dilakukan di Indonesia
➢ Yang dimaksud dgn biaya penelitian dan
pengembangan adalah biaya yg nyata-nyata
dikeluarkan untuk pengembangan produksi
(product development), serta biaya untuk
meningkatkan efisiensi perusahaan termasuk
teknologi untuk pengembangan proses (process
technology).

KMK No. 769/KMK.04/1990


Biaya Penelitian dan Pengembangan yang Dilakukan di Indonesia

Pembebanan biaya penelitian dan pengembangan dibedakan


dalam 3 (tiga) kategori :
1. Biaya yg dikeluarkan dlm rangka penelitian dan
pengembangan yg menurut ket. peraturan per-UU-an
perpajakan harus disusutkan/diamortisasi.
2. Biaya yg dikeluarkan dalam rangka penelitian dan
pengembangan yg menurut ketentuan peraturan per-UU-an
perpajakan merupakan biaya usaha sehari-hari, dibebankan
sebagai biaya dalam tahun pajak ybs.
3. Biaya di luar biaya sdd butir 1 dan butir 2 antara lain biaya
konsultan, perlakuan perpajakannya disesuaikan dgn prinsip-
prinsip akuntansi yg berlaku.

KMK No. 769/KMK.04/1990


g. Biaya Beasiswa, Magang, dan Pelatihan

Biaya yang dikeluarkan u/ keperluan


beasiswa, magang, dan pelatihan dlm
rangka peningkatan kualitas SDM dapat
dibebankan sebagai biaya perusahaan
▪ dgn memperhatikan kewajaran,

▪ termasuk beasiswa yg dapat dibebankan

sebagai biaya adalah beasiswa yg


diberikan kepada pelajar, mahasiswa, dan
pihak lain.
h. Piutang yang Nyata-nyata Tidak Dapat Ditagih
Syarat:
1. telah dibebankan sbg biaya dlm laporan laba rugi
komersial;
2. WP harus menyerahkan daftar piutang yg tidak dapat
ditagih kepada DJP; dan
3. telah diserahkan perkara penagihannya kepada
▪ Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yg
menangani piutang negara; atau
▪ adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan
piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur
yang bersangkutan; atau
Piutang yang Nyata-nyata Tidak Dapat Ditagih

▪ telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau


khusus; atau
▪ adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah

dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;


4. syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku
untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k UU
PPh;
yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dgn atau
berdasarkan PMK (PMK No. 105/PMK.03/2009 stdd PMK
No. 57/PMK.03/2010)
PMK No.105/PMK.03/2009 stdd PMK No.57/PMK.03/2010
➢ Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada debitur kecil adalah
piutang debitur kecil yang jumlahnya tidak melebihi Rp100.000.000,00, yang
merupakan gunggungan jumlah piutang dari beberapa kredit yang diberikan
oleh suatu institusi bank/lembaga pembiayaan dalam negeri sebagai akibat
adanya pemberian:
a. Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera (Kukesra);
b. Kredit Usaha Tani (KUT);
c. Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KPRSS;
d. Kredit Usaha Kecil (KUK);
e. Kredit Usaha Rakyat (KUR; dan/atau
f. Kredit kecil lainnya dalam rangka kebijakan perkreditan Bank Indonesia
dalam mengembangkan usaha kecil dan koperasi.
➢ Piutang yang nyata-nyata tidak ditagih kepada debitur kecil lainnya adalah
piutang debitur kecil lainnya yang jumlahnya tidak melebihi Rp5.000.000,00.
PMK No.105/PMK.03/2009 stdd PMK No.57/PMK.03/2010

Apabila Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dibayar


seluruhnya atau dibayar sebagian oleh debitur, jumlah piutang
yang dibayar seluruhnya atau dibayar sebagian tersebut
merupakan penghasilan bagi kreditur pada tahun pajak
diterimanya pembayaran.
i. Sumbangan
Ps. 6(1) huruf i,j,k,l,m UU PPh jo PP 93/2010

 Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana


nasional
 Sumbangan dalam rangka penelitian dan
pengembangan yang dilakukan di Indonesia
 Biaya pembangunan infrastruktur sosial
 Sumbangan fasilitas pendidikan
 Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga
Sumbangan dan/atau Biaya Yang Dapat Dikurangkan
Sampai Jumlah Tertentu

a. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional,


➢ yg mrpk sumbangan untuk korban bencana nasional

➢ yg disampaikan scr langsung melalui badan penanggulangan


bencana atau disampaikan scr tidak langsung melalui lembaga
atau pihak yg telah mendapat izin dari instansi/lembaga yg
berwenang untuk pengumpulan dana penanggulangan
bencana;
b. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan,
➢ yg merupakan sumbangan untuk penelitian dan pengembangan
yg dilakukan di wilayah RI
➢ yg disampaikan melalui lembaga penelitian dan pengembangan;

Ps. 1 PP 93/2010
Sumbangan dan/atau Biaya Yang Dapat Dikurangkan
Sampai Jumlah Tertentu
c. Sumbangan fasilitas pendidikan,
➢ yg merupakan sumbangan berupa fasilitas pendidikan

➢ yg disampaikan melalui lembaga pendidikan;

d. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga,


➢ yg merupakan sumbangan untuk membina, mengembangkan dan
mengoordinasikan suatu atau gabungan organisasi cabang/jenis olahraga
prestasi
➢ yg disampaikan melalui lembaga pembinaan olah raga; dan

e. Biaya pembangunan infrastruktur sosial


➢ merupakan biaya yg dikeluarkan untuk keperluan membangun sarana dan
prasarana untuk kepentingan umum dan bersifat nirlaba.

Ps. 1 PP 93/2010
Syarat Sumbangan dan/atau Biaya
Agar Dapat Dikurangkan
a. WP mempunyai penghasilan neto fiskal
berdasarkan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak
sebelumnya;
b. pemberian sumbangan dan/atau biaya tidak
menyebabkan rugi pada Tahun Pajak sumbangan
diberikan;
c. didukung oleh bukti yang sah; dan
d. lembaga yang menerima sumbangan dan/atau
biaya memiliki NPWP, kecuali badan yg
dikecualikan sebagai subjek pajak sdd UU PPh.
e. Besarnya nilai sumbangan dan/atau biaya
pembangunan infrastruktur sosial yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto sdd Pasal 1
untuk 1 (satu) tahun
➢ dibatasi tidak melebihi 5% dari penghasilan neto
fiskal Tahun Pajak sebelumnya.

Ps. 2 PP 93/2010
Batas Sumbangan dan/atau Biaya
yang Dapat Dikurangkan

Contoh:
Penghasilan neto fiskal Wajib Pajak adalah tahun lalu Rp
60.000.000.000,00 maka berapa jumlah sumbangan yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto tahun ini ?

Contoh:
PT HERIKO pada tahun 2019 mempunyai penghasilan neto fiskal sebesar
Rp1.000.000.000,00. Pada tahun 2020 Wajib Pajak memberikan sumbangan
dalam rangka pembinaan olahraga melalui lembaga pembinaan olahraga
sebesar Rp.40.000.000,00. Pada tahun 2020 Wajib Pajak mempunyai
penghasilan neto fiskal sebesar Rp30.000.000,00. Wajib Pajak tidak
diperkenankan mengurangkan sumbangan tersebut dari penghasilan bruto
tahun 2020 karena akan menyebabkan rugi sebesar Rp10.000.000,00.

Ps. 3 PP 93/2010
Terdapat Hubungan Istimewa

➢ Sumbangan dan/atau biaya tidak dapat


dikurangkan dari penghasilan bruto bagi pihak
pemberi
➢ apabila sumbangan dan/atau biaya diberikan
kepada pihak yang mempunyai hubungan
istimewa sdd UU PPh.

Yang dimaksud dengan "hubungan istimewa" adalah sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 18 UU PPh.

Ps. 4 PP 93/2010
Penentuan Nilai Sumbangan dan/atau Biaya
yang Dapat Dikurangkan

(1) Nilai sumbangan dalam bentuk barang sdd Pasal 5


ayat (1) ditentukan berdasarkan:
a. nilai perolehan, apabila barang yg disumbangkan
belum disusutkan;
b. nilai buku fiskal, apabila barang yg disumbangkan
sudah disusutkan; atau
c. harga pokok penjualan, apabila barang yg
disumbangkan mrpk barang produksi sendiri.
(2) Nilai biaya pembangunan infrastruktur sosial sdd
Pasal 5 ayat (2) ditentukan berdasarkan jumlah yang
sesungguhnya dikeluarkan untuk membangun sarana
dan/atau prasarana.

Ps. 6 PP 93/2010
➢Pengeluaran-pengeluaran yg dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto harus dilakukan dalam
batas-batas yg wajar sesuai dengan adat
kebiasaan pedagang yg baik.

Apabila pengeluaran yg melampaui batas


kewajaran dipengaruhi oleh hubungan istimewa,
jumlah yg melampaui batas kewajaran tsb. tidak
boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.
Pengeluaran Berupa Pembayaran di Muka

➢ misalnya sewa untuk beberapa tahun yang


dibayar sekaligus,
➢ pembebanannya dapat dilakukan melalui
alokasi.
Ps.11(1),(2) UU PPh Pengeluaran Dilakukan secara taat asas
untuk
pembelian,
pendirian,
Penyusutan penambahan, mm 1 Tahun
perbaikan, atau
perubahan harta
berwujud

Kecuali tanah yg berstatus HM, HGB, HGU dan hak pakai yg


pertama kali (nilai tdk berkurang)
Metode garis lurus (bagian-bagian yg sama besar) atau straight-
line method
Metode saldo menurun (bagian-bagian yg menurun) atau
declining balance method (sekaligus pada akhir masa manfaat)
Small tools yg sejenis dapat disusutkan dlm 1 golongan
Bangunan disusutkan dengan straight-line method
KOMPENSASI KERUGIAAN

▪ Kerugian tahun lalu dapat dibawa dan


dikompensasikan ke penghasilan kena pajak
selama 5 tahun pajak berikutnya
▪ Kerugian yang diakibatkan karena penghasilan
yang telah dikenakan pajak final, tidak dapat
dibawa/dikompensasikan ke tahun pajak
berikutnya
KOMPENSASI KERUGIAN

KOMPENSASI HORISONTAL
DENGAN PENGHASILAN
TAHUN PAJAK YANG SAMA, kecuali
Rugi di Luar Negeri tidak bisa dikompensasikan
dengan di Dalam Negeri
KOMPENSASI VERTIKAL
DENGAN PENGHASILAN
TAHUN TAHUN PAJAK BERIKUTNYA
KOMPENSASI KERUGIAN PSL.6(2)
71
Kompensasi Kerugian

➢ Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan biaya


sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (1) UU PPh
didapat kerugian,
➢ kerugian tersebut dikompensasikan dengan
penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut
sampai dengan 5 (lima) tahun.

Ps. 6 (2) UU PPh


Contoh :
PT SALMA dalam tahun 2015 menderita kerugian fiskal
sebesar Rp1.200.000.000,00. Dalam 5 (lima) tahun
berikutnya laba rugi fiskal PT SALMA sebagai berikut :
2016 : laba fiskal Rp 200.000.000,00
2017 : rugi fiskal (Rp 300.000.000,00)
2018 : laba fiskal Rp N I H I L
2019 : laba fiskal Rp 100.000.000,00
2020 : laba fiskal Rp 800.000.000,00
Kompensasi kerugian dilakukan sebagai berikut :
Rugi fiskal tahun 2015 (Rp1.200.000.000,00)
Laba fiskal tahun 2016 Rp 200.000.000,00 (+)
--------------------------------
Sisa rugi fiskal tahun 2015 (Rp1.000.000.000,00)
Rugi fiskal tahun 2017 (Rp 300.000.000,00)
---------------------------------
Sisa rugi fiskal tahun 2015 (Rp1.000.000.000,00)
Laba fiskal tahun 2018 Rp N I H I L (+)
----------------------------------
Sisa rugi fiskal tahun 2015 (Rp1.000.000.000,00)
Laba fiskal tahun 2019 Rp 100.000.000,00 (+)
----------------------------------
Sisa rugi fiskal tahun 2015 (Rp 900.000.000,00)
Laba fiskal tahun 2020 Rp 800.000.000,00 (+)
-----------------------------
Sisa rugi fiskal tahun 2015 (Rp 100.000.000,00)
Misalnya PT SALMA tersebut pada tahun 2021 dan 2022
memperoleh laba fiskal sbb. Berapakah besarnya PPh terutang tahun
2021 dan 2022 ?

2021 Laba fiskal Rp 200.000.000


2022 Laba fiskal Rp 400.000.000
➢ Rugi fiskal tahun 2015 sebesar Rp100.000.000,00
yang masih tersisa pada akhir tahun 2020 tidak
boleh dikompensasikan lagi dengan laba fiskal
tahun 2021,

➢ sedangkan rugi fiskal tahun 2017 sebesar Rp


300.000.000,00 hanya boleh dikompensasikan
dengan laba fiskal tahun 2021 dan tahun 2022,
karena jangka waktu lima tahun yang dimulai sejak
tahun 2018 berakhir pada akhir tahun 2022.

Penjelasan Ps. 6 (2) UU PPh


Form SPT

NPWP : Nama WP : PT SALMA


Rugi/Laba neto Kompensasi Kerugian Fiskal
fiskal (Dalam jutaan Rp)
Tahun Jumlah 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
50
2015 (1.200) 200 - 50 100 800
2016 200 - - - - - - - -
2017 (300) - - - - - 200 100
2018 50 - - - - - - - -
2019 100 - - - - - - - -
2020 800 - - - - - - - -
2021 200 - - - - - - - -
2022 400 - - - - - - - -
2023 500 - - - - - - - -
Jumlah 200 - 50 100 800 200 100 -
KOMPENSASI KERUGIAN
Bagi WP yang mendapatkan fasilitas Pasal 31A UU PPh, diberikan
tambahan kompensasi kerugian vertikal menjadi
> 5 thn – 10 thn

KOMPENSASI HORISONTAL
DENGAN PENGHASILAN
TAHUN PAJAK YANG SAMA, kecuali
Rugi di luar negeri tidak bisa dikompensasikan
dengan di dalam negeri

78
KOMPENSASI KERUGIAN PSL.6(2)
PTKP
PTKP BARU PTKP LAMA
Mulai 1-1-2015 Mulai 1-1-2013
Keterangan PMK No. 122/PMK.010/2015
SETAHUN SEBULAN SETAHUN SEBULAN
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

WP 36.000.000,- 3.000.000,- 24.300.000,- 2.025.000,-


WP KAWIN 3.000.000,- 250.000,- 2.025.000,- 168.750,-
PENGHASILAN 36.000.000,- 3.000.000,- 24.300.000,- 2.025.000,-
ISTERI DIGABUNG
DENGAN SUAMI
TANGGUNGAN 3.000.000,- 250.000,- 2.025.000,- 168.750,-
(Max 3 orang)
PENERAPAN PTKP DITENTUKAN OLEH KEADAAN
PADA AWAL TAHUN KALENDER
ATAU
AWAL BULAN DARI BAGIAN TAHUN KALENDER
79
(Pasal 11 ayat (5) dan (6)
PENYESUAIAN PTKP SESUAI PER-101/PMK 010/2016 Tgl 22 Juni 16
berlaku mulai 2016 jo PER-16 /PJ/16 tanggal 29 September 2016
BESARNYA PTKP SBB:Per Men Keu No 137/KMK03/2005 tgl 30 Des 05
1 tahun 1 bulan
Wajib Pajak Rp 54.000.000 . ,- Rp 4.500.000,-
Status Kawin Rp 4.500.000,- Rp 375.000,-
Tanggungan/anak
Max 3 tanggungan @Rp 4.500.000 Rp 13.500.000,- Rp 1.125.000,-

Status PTKP 1 tahun PTKP 1 Bulan


TK/- Rp 54.000.000,- Rp 4.500.000,-
K/- Rp 58.500.000,- Rp 4.875.000,-
K/1 Rp 63.000.000,- Rp 5.250.000,-
K/2 Rp 67.500.000,- Rp 5.625.000,-
K/3 Rp 72.000.000,- Rp 6.000.000,-
K/I/3 Rp 126.000.000,- Rp 10.500.000,-
80
Heru Tjaraka
TANGGUNGAN

SEDARAH
IBU AYAH

KAKAK ADIK
KANDUNG KANDUNG

ANAK
TANGGUNGAN

SEMENDA
IBU AYAH
MERTUA MERTUA

KAKAK ADIK
IPAR IPAR

ANAK
TIRI
PENGHASILAN ATAU KERUGIAN
BAGI WANITA KAWIN
Pasal 8 ayat (1)

PENGHASILAN ATAU KERUGIAN BAGI WANITA


YANG TELAH KAWIN

DIANGGAP SEBAGAI PENGHASILAN ATAU


KERUGIAN SUAMINYA

KECUALI
1. PENGHASILAN TSB SEMATA-MATA DITERIMA
ATAU DIPEROLEH DARI SATU PEMBERI KERJA
YG TELAH DIPOTONG PPh PASAL 21,
DAN
2. PEKERJAAN TSB TIDAK ADA HUBUNGANNYA
DENGAN USAHA ATAU PEKERJAAN BEBAS
SUAMI ATAU ANGGOTA KELUARGA LAINNYA
PENGHASILAN SUAMI ISTRI DIKENAI PAJAK SECARA TERPISAH
[ PASAL 8 (2) ]

a.suami-isteri telah hidup berpisah berdasarkan


putusan hakim;
b.dikehendaki secara tertulis oleh suami-isteri
berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan
penghasilan;
c. dikehendaki oleh isteri yang memilih untuk
menjalankan hak dan kewajiban
perpajakannya sendiri.

Penghasilan anak yang belum dewasa digabung dengan penghasilan


orang tuanya. [ PASAL 8 (4) ]
NON DEDUCTIBLE EXPENSES
 Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun
 Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan
pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota
 Pembentukan dana cadangan, kecuali :
 Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan
sewa guna usaha dengan hak opsi
 Cadangan untuk usaha asuransi

 Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan


Pembentukan atau Pemupukan
Dana Cadangan tidak boleh dikurangkan
kecuali:
1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yg
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dgn hak opsi, perusahaan
pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yg
dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
4. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
5. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan;
6. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah
industri untuk usaha pengolahan limbah industri,
yg ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan PMK (PMK
No. 81/PMK.03/2009).
NON DEDUCTIBLE EXPENSES
▪ Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali
penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta
penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di
daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan
▪ Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada
pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan
istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan
Pemberian Natura Dan Kenikmatan Yang Dapat Dikurangkan
Bagi Pemberi Kerja Dan Bukan Penghasilan Bagi Pegawai
(PMK No. 83/PMK.03/2009)

a. Pengeluaran untuk penyediaan makanan dan/atau


minuman bagi Pegawai yang meliputi:
➢ pemberian makanan dan/atau minuman yang
disediakan oleh pemberi kerja di tempat kerja,
atau
➢ pemberian kupon makanan dan/atau minuman
bagi Pegawai yang karena sifat pekerjaannya
tidak dapat memanfaatkan pemberian
sebagaimana dimaksud pada huruf a, meliputi
Pegawai bagian pemasaran, bagian transportasi,
dan dinas luar lainnya.
Pemberian Natura Dan Kenikmatan Yang Dapat Dikurangkan
Bagi Pemberi Kerja Dan Bukan Penghasilan Bagi Pegawai
(PMK No. 83/PMK.03/2009)

b. Pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan


keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana
keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut
mengharuskannya:
➢ meliputi pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja,
pakaian seragam petugas keamanan (satpam), sarana
antar jemput Pegawai, serta penginapan untuk awak kapal,
dan yang sejenisnya.
Pemberian Natura Dan Kenikmatan di Daerah Tertentu
(PMK No. 83/PMK.03/2009)

c. Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan yang diberikan
berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di daerah tertentu dalam rangka menunjang
kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan di daerah tersebut:
➢ sarana dan fasilitas di lokasi kerja untuk :
a. tempat tinggal, termasuk perumahan bagi Pegawai dan keluarganya;
b. pelayanan kesehatan;
c. pendidikan bagi Pegawai dan keluarganya;
d. peribadatan;
e. pengangkutan bagi Pegawai dan keluarganya;
f. olahraga bagi Pegawai dan keluarganya tidak termasuk golf, power boating,
pacuan kuda, dan terbang layang,
sepanjang sarana dan fasilitas tersebut tidak tersedia, sehingga pemberi kerja
harus menyediakannya sendiri.
➢ Pengeluaran untuk pembangunan sarana dan fasilitas tsb di atas yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun disusutkan.
Perlakuan PPh atas Pengeluaran BPHTB dan PBB

a. BPHTB adalah pajak yg dibayar merupakan bagian dari biaya pengeluaran untuk
memperoleh hak atas tanah dan/atau bangunan;

b. BPHTB atas hak atas tanah yg dimiliki untuk 3M penghasilan → dapat dibebankan
melalui amortisasi hak atas tanah sepanjang hak atas tanah tsb dapat diamortisasi,
misalnya tanah yang diperoleh untuk usaha genteng → bisa diamortisasi;

c. BPHTB atas bangunan yang digunakan untuk 3M Penghasilan → pembebanannya


melalui penyusutan bangunan

d. PBB → dibebankan setiap tahun

e. Butir a, b, c, dan d diatas jika berkaitan dg 3M Penghasilan objek tidak final, dan juga
bukan WP yang menggunakan norma penghitungan

SE- 01/PJ.42/2002
Perlakuan PPh Atas Biaya Pemakaian Telepon Seluler Dan
Kendaraan Perusahaan
a. Atas biaya perolehan telepon seluler yang dimiliki perusahaan untuk pegawai tertentu
karena jabatan atau pekerjaannya → dibebankan 50% melalui penyusutan aktiva tetap
kelompok I.

b. Atas biaya berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan telepon seluler di
atas → dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50%

c. Atas biaya perolehan atau perbaikan bus,minibus, atau yang sejenis yang dimiliki dan
dipergunakan perusahaan untuk antar jemput para pegawai → dibebankan seluruhnya
melalui penyusutan aktiva tetap kelompok II .

d. Atas biaya perolehan atau perbaikan kendaraan sedan ,atau yang sejenis yang dimiliki
perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya → dibebankan
50% melalui penyusutan aktiva tetap kelompok II.

e. Atas biaya pemeliharaan atau perbaikan rutin kendaraan sedan ,atau yang sejenis yang
dimiliki perusahaan untuk pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya →
dibebankan 50%
KEP-220/PJ/2002 SE-09/PJ.42/2002
Perlakuan PPh Atas Biaya Perolehan Perangkat Lunak
(Software) Komputer

a. Perangkat lunak komputer berupa program aplikasi umum (misal


windows, MS Office) → dibebankan periode pengeluaran,
kecuali merupakan bagian dari pembelian komputer →
pembebanannya melalui penyusutan komputer kelompok aktiva I

b. Atas pengeluaran program aplikasi khusus (misal aplikasi


perbankan, SI DJP) → dibebankan melalui amortisasi kelompok I.

c. Atas pengeluaran untuk upgrade program aplikasi khusus →


ditambahkan dengan nilai buku program yang di-upgrade, dan
diamortisasi kelompok I secara penuh (masa manfaat 4 tahun)

KEP- 316/PJ./ 2002


NON DEDUCTIBLE EXPENSES
 Hadiah, bantuan atau sumbangan, warisan kecuali zakat
yang dibayarkan kepada badan amil zakat
 Pajak penghasilan
 Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma,
atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham
 Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan
serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan
pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.

Anda mungkin juga menyukai