Anda di halaman 1dari 14

perpustakaan.uns.ac.

id 46
digilib.uns.ac.id

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Preferensi Konsumen

Penduduk Bojonegoro sangat beragam dilihat dari kondisi sosial ekonominya


antara lain tingkat pendidikan, umur, tingkat pendapatan dan jenis pekerjaan membuat hal ini
berpengaruh terhadap preferensi konsumen. Keputusan konsumen dalam membeli suatu
produk sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang melekat pada diri konsumen yaitu afeksi,
kognisi dan perilaku konsumen. Selain itu juga dipengaruhi oleh lingkungan pemasaran dan
stratregi pemasaran suatu produk.
Dilihat dari faktor tingkat pendidikan konsumen buah jeruk keprok di Kabupaten
Bojonegoro sangat beragam. Ini dapat dlihat pada tabel 14 di bawah ini.

Tabel 14. Tingkat pendidikan konsumen buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro
Tingkat pendidikan Responden Prosentase (%)
SD / MI 1 3,33
SMP / MTs 1 3,33
SMA/MA/SMK 2 6,67
SI 22 73,37
S2 4 13,3
JUMLAH 30 100
Sumber : data primer diolah 2015

Berdasarkan tabel 16, konsumen buah jeruk keprok yang paling banyak adalah yang
berpendidikan Sarjana Strata 1 yaitu sebesar 73,37% (22 responden), diikuti dengan yang
berpendidikan Sarjana Strata 2 yaitu sebesar 13,3% (4 responden). Sedangkan konsumen
yang berpendidikan SMA sebesar 6,67% (2 responden), dan yang berpendidikan SMP dan
SD masing-masing sebesar 3,33% (masing-masing 1 responden).

Dilihat dari faktor jenis pekerjaan, konsumen buah jeruk keprok di Kabupaten
Bojonegoro sangat beragam. Ini dapat dilihat dari tabel 15.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 47
digilib.uns.ac.id

Tabel 15 . Jenis pekerjaan konsumen buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro


Jenis pekerjaan Responden Prosentase (%)
Swasta 14 46,67%
Guru dan pegawai pem. 16 53,33%
Jumlah 30 100
Sumber : data primer diolah 2015

Berdasarkan jenis pekerjaan, konsumen buah jeruk keprok paling banyak berprofesi
sebagai guru dan pegawai pemerintahan sebesar 53,337% ( 16 responden ). Sedangkan
swasta menempati urutan kedua sebesar 46,67% ( 14 responden ).

Berdasarkan kelompok umur, konsumen buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro


sangat beragam. Ini dapat dilihat pada tabel 16.

Tabel 16. Kelompok umur konsumen buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro
Kelompok umur responden Prosentase (%)
20 – 30 10 33.33
31 – 40 9 30
41 – 50 4 13,33
51 – 60 7 23,34
Jumlah 30 100
Sumber : data primer diolah 2015

Berdasarkan kelompok umur, dapat diketahui bahwa golongan umur 20 – 30 tahun


merupakan konsumen buah jeruk keprok yang lebih besar yaitu sebesar 33,33% ( 10
responden). Pada urutan kedua, konsumen pada kelompok umur 51 – 60 tahun sebesar
23,34% ( 7 responden). Sedangkan kelompok konsumen yang paling kecil adalah kelompok
umur 41 – 50 tahun sebesar 13,33 % ( 4 responden).

Dilihat dari tingkat pendapatan, konsumen buah jeruk keprok juga beragam. Ini
dapat dilihat pada tabel 17.

Tabel 17. Tingkat pendapatan konsumen buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro
Tingkat pendapatan Responden Prosentase(%)
< 1.000.000 9 30
1.000.000 – 2.000.000 10 33,33
 2.000.000 11 36,67
Jumlah 30 100
Sumber : data primer diolah 2015.

commitdiketahui
Berdasarkan tingkat pendapatan, dapat to user bahwa konsumen jeruk keprok di
kabupaten Bojonegoro paling banyak yang berpendapatan diatas Rp 2.000.000,00 setiap
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id

bulan. Sedangkan kelompok responden yang paling kecil yaitu yang berpendapatan kurang
dari Rp. 1.000.000 tiap bulan sebesar 30% ( 9 responden).

Berdasarkan jumlah anggota keluarga atau tanggungan dalam keluarga, hampir 90%
konsumen buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro merupakan keluarga kecil dengan
jumlah anggota keluarga berjumlah 4 (empat) orang. Sedangkan, jika dilihat dari keputusan
dalam membeli buah jeruk keprok lebih didominasi oleh perempuan. Hal ini terlihat dari
responden buah jeruk keprok di kabupaten Bojonegoro hampir 90% adalah perempuan.

Dilihat dari faktor-faktor perilaku konsumen yang membedakan preferensi konsumen


berdasarkan hasil analisis uji chi square, dapat diketahui bahwa ada keselarasan perilaku
konsumen terhadap preferensi konsumen. Ini dapat dilihat pada tabel 18.

Tabel 18. Nilai chi square faktor-faktor yang membedakan preferensi konsumen buah jeruk
keprok di Kabupaten Bojonegoro
Faktor-faktor preferensi Df Asymp. Chi square hitung Chi square tabel
sig (α = 0,05)
Jenis kelamin 1 0,283 1,154 3,84
Umur 3 0,173 4,978 7,81
Pendidikan 4 0,186 6,182 9,49
Pekerjaan 1 0,713 0,136 3,84
Pendapatan 2 0,022 7,632 5,99
Jumlah anggota keluarga 1 0,361 0,833 3,84
Sumber : data diolah, 2015

Berdasarkan tabel 18, nilai chi square hitung jenis kelamin sebesar 1,154. Nilai chi
square tabel pada derajat kebebasan satu dan tingkat kepercayaan 95% untuk faktor jenis
kelamin sebesar 3,84. Berdasarkan hasil analisis chi square, faktor preferensi konsumen
untuk jenis kelamin, nilai chi square hitung lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai chi
square tabel menyatakan faktor jenis kelamin tidak ada keselarasan (tidak berbeda) terhadap
preferensi konsumen buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro.

Nilai chi square hitung faktor umur sebesar 4,978. Nilai chi square ini jika
dibandingkan dengan nilai chi square tabel pada derajat kebebasan 3 ( tiga ) dengan tingkat
kepercayaan 95% sebesar 7,81. Faktor umur berdasarkan analisis chi square tidak ada
keselarasan (tidak berbeda) terhadap preferensi konsumen buah jeruk keprok di Kabupaten
Bojonegoro.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id

Nilai chi square hitung faktor pendidikan sebesar 6,812. Nilai chi square tabel untuk
faktor pendidikan pada derajat kebebasan 4 dengan tingkat kepercayaan 95% sebesar 9,49.
Nilai chi square hitung faktor pendidikan lebih kecil dari nilai chi square tabel sehingga
faktor pendidikan tidak ada keselarasan (tidak berbeda) dalam preferensi konsumen buah
jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro.

Nilai chi square hitung faktor pekerjaan sebesar 0,136. Nilai chi square tabel faktor
pekerjaan pada derajat kebebasan 1 (satu) dengan tingkat kepercayaan 95% sebesar 3,84.
Berdasarkan hasil perhitungan, nilai chi square hitung lebih kecil daripada nilai chi square
tabel, ini menunjukkan bahwa faktor pekerjaan tidak ada keselarasan (tidak berbeda)
terhadap preferensi konsumen buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro.

Nilai chi square hitung faktor pendapatan sebesar 7,632. Nilai chi square tabel pada
derajat kebebasan 2 (dua) dengan tingkat kepercayaan 95% sebesar 5,99. Berdasarkan hasil
perhitungan nilai chi square hitung lebih besar daripada nilai chi square tabel, ini
menunjukkan bahwa faktor pendapatan berbeda (goodnes of fit) terhadap preferensi
konsumen buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro. Faktor pendapatan terdapat
keselarasan (berbeda) dalam preferensi konsumen buah jeruk keprok di Kabupaten
Bojonegoro karena harga buah jeruk termasuk dalam atribut yang dipertimbangkan oleh
konsumen dalam membeli buah jeruk keprok. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang dibeli
oleh konsumen bergantung pada batasan pendapatan dan preferensi konsumen terhadap buah
jeruk keprok.

Nilai chi square hitung faktor jumlah keluarga sebesar 0,833. Nilai chi square tabel
pada derajat kebebasan 1 dengan taraf kepercayaan 95% sebesar 3,84. Berdasarkan hasil
perhitungan, nilai chi square hitung lebih kecil daripada nilai chi square tabel, ini
menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga tidak berbeda (tidak selaras) terhadap
preferensi konsumen buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro.

Faktor-faktor yang membedakan preferensi konsumen dalam membeli buah jeruk


keprok jika dihubungkan dengan perilaku pembelian dalam satu bulan maka dapat dilihat
konsumen yang suka dan tidak suka. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Kotler dan Keller (2009: 178) mengemukakan bahwa psikologi konsumen dan karakteristik
konsumen dalam perilaku konsumen akan mempengaruhi keputusan pembelian diantaranya
commitkonsumen
adalah jumlah pembelian. Perilaku pembelian to user buah jeruk keprok berdasarkan

kategori suka dan tidak suka diperoleh dari perilaku pembelian konsumen buah jeruk keprok
perpustakaan.uns.ac.id 50
digilib.uns.ac.id

dalam satu bulan. Konsumen yang suka buah jeruk keprok biasanya akan membeli buah
jeruk keprok dua kali dan lebih dari dua kali dalam satu bulan. Konsumen yang tidak suka
buah jeruk keprok dilihat dari perilaku pembeliannya hanya membeli buah jeruk keprok satu
kali dalam satu bulan dan dua bulan satu kali.

Berdasarkan hasil uji chi square menunjukkan faktor pendapatan berbeda terhadap
preferensi konsumen buah jeruk keprok. Hal ini dapat ditunjukkan pada tabel 19.

Tabel 19. Faktor pendapatan berbeda terhadap preferensi konsumen buah jeruk keprok
Pendapatan (Rp) Preferensi Total
Tidak suka Suka
< 1.000.000 7 2 9
1.000.000 – 2.000.000 6 4 10
 2.000.0000 2 9 11
15 15 30

Sumber : data primer diolah, 2015.

Berdasarkan tabel 19 dapat diketahui bahwa konsumen yang suka buah jeruk keprok lebih
banyak yang pendapatannya diatas Rp 2.000.000/bulan. Sementara konsumen yang tidak
suka buah jeruk keprok adalah konsumen yang pendapatan per bulan kurang dari Rp.
1.000.000. Hal ini menunjukkan bahwa preferensi konsumen dibatasi oleh batasan
anggaran atau pendapatan dan pilihan konsumen atas produk buah jeruk keprok.
Berdasarkan hasil analisis fishbein diperoleh nilai kepercayaan (belief) dan evaluasi
konsumen terhadap atribut buah jeruk keprok seperti tercantum pada tabel 20 dan tabel 21.

Tabel 20 . Nilai kepercayaan (belief/bi)) konsumen buah jeruk keprok


Atribut buah jeruk keprok Nilai kepercayaan (belief /bi)
Kesegaran 1,0333
Warna 0,7666
Aroma 0,6667
Ukuran 0,5666
Rasa 0,5333
Harga 0,16667
Sumber : data primer diolah 2015.

Dilihat dari nilai kepercayaan (belief) konsumen buah jeruk keprok terhadap atribut
buah jeruk keprok menunjukkan bahwa keyakinan tertinggi konsumen terhadap atribut buah
jeruk keprok dilihat dari kesegaran buah jeruk keprok yang memiliki nilai 1,0333.
Sementara atribut harga mememiliki nilaicommit
kepercayaan
to useryang paling rendah di antara atribut
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id

buah jeruk keprok yang lain yaitu mempunyai nilai 0,16667. Hal ini menunjukkan bahwa
konsumen mengganggap bahwa harga buah jeruk keprok standar.

Berdasarkan nilai evaluasi konsumen terhadap atribut buah jeruk keprok dapat dilihat
pada tabel 21.

Tabel 21. Nilai evaluasi atribut buah jeruk keprok


Atribut Nilai evaluasi
Kesegaran 1,6667
Rasa 1,6
Aroma 0,7333
Ukuran 0,6
Warna 0,6
Harga 0,5333
Sumber : data diolah, 2015

Berdasarkan tabel 21, dilihat dari nilai evaluasi konsumen terhadap atribut buah jeruk
keprok, konsumen lebih memmentingkan kesegaran dan rasa buah jeruk keprok sebagai
pertimbangan utama sebelum membeli buah jeruk keprok. Hal ini terlihat dari nilai evaluasi
kesegaran dan rasa yang memiliki nilai masing-masing 1,6667 dan 1,6. Sedangkan atribut
harga memiliki nilai evaluasi yang paling kecil diantara atribut buah jeruk keprok yang lain,
yaitu sebesar 0,5333. Hal ini menunjukkan bahwa atribut harga bukan sebagai pertimbangan
utama konsumen dalam membeli buah jeruk keprok. Hal ini menunjukkan bahwa atribut
yang dipentingkan konsumen dalam membeli buah jeruk keprok adalah buah jeruk keprok
yang segar dengan rasa yang manis.

Dilihat dari nilai sikap konsumen (At0) berdasarkan analisis Fishbein, pilihan
konsumen dalam membeli buah jeruk keprok dapat dilihat pada tabel 22.

Tabel 22 . Nilai sikap konsumen (At0) berdasarkan analisis Fishbein atribut buah jeruk
keprok di Kabupaten Bojonegoro
Atribut Nilai sikap konsumen
Harga 0,08
Warna 0,46
Rasa 0,85
Ukuran 0,34
Kesegaran 1,72
Aroma 0,49
Sumber : data primer diolah, 2015.

Dilihat dari nilai sikap konsumen (At 0) berdasarkan analisis Fishbein dapat diketahui
commit to user
bahwa pilihan konsumen yang paling utama dalam membeli buah jeruk keprok adalah
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id

kesegaran buah dengan nilai 1,72. Ini menunjukkan bahwa konsumen lebih suka atau lebih
memilih membeli buah jeruk keprok yang masih segar karena ini berpengaruh terhadap
kualitas buah jeruk keprok. Pilihan kedua konsumen dalam membeli buah jeruk keprok yaitu
rasa buah jeruk keprok yang memiliki nilai sikap konsumen ( At0) sebesar 0,85. Ini berarti
bahwa konsumen lebih memilih buah jeruk keprok dengan rasa yang manis. Pilihan ketiga
dan keempat konsumen dalam membeli buah jeruk keprok yaitu aroma dan warna yang
menunjukkan nilai 0,49 dan 0,46. Ini menunjukkan bahwa konsumen lebih suka memilih
buah jeruk keprok dengan aroma yang harum dan warna yang kekuningan (orange). Harga
buah jeruk keprok memiliki nilai sikap konsumen sebesar 0,08 merupakan nilai paling kecil
diantara atribut buah jeruk keprok yang lain. Ini menunjukkan bahwa konsumen tidak
mempertimbangkan faktor harga dalam membeli buah jeruk keprok. Hal ini menunjukkan
bahwa pilihan konsumen terhadap buah jeruk keprok tidak mementingkan masalah harga
buah jeruk keprok. Yang terpenting bagi konsumen adalah pemenuhan gizi keluarganya
tercukupi dari kesegaran buah jeruk keprok yang dikonsumsi.

Dillihat dari preferensi konsumen buah jeruk keprok dalam memilih buat jeruk keprok
dapat diketahui bahwa pilihan utama konsumen dalam membeli buah jeruk keprok yaitu
kesegaran buah jeruk keprok dan rasa buah jeruk keprok. Sedangkan faktor harga bukan
sebagai pertimbangan utama konsumen dalam membeli buah jeruk keprok. Konsumen buah
jeruk keprok yang sebagian besar kaum ibu, bekerja di luar rumah, tingkat pendidikan yang
tinggi lebih mengutamakan mutu/kualitas buah sebagai konsumsi dalam keluarga.
Konsumen beranggapan bahwa mutu/kualitas buah dapat dilihat dari kesegaran buah yang
dikonsumsi.

B. Strategi Pemasaran Buah Jeruk Keprok


Strategi pemasaran yang diberlakukan pada suatu produk mempunyai pengaruh yang
besar terhadap keputusan konsumen dalam memilih atau membeli suatu produk. Pada
penelitian ini, keputusan konsumen dalam membeli atau mengkonsumsi buah jeruk dilihat
dari strategi pemasaran yang diterapkan oleh pedagang dan strategi tentang teknik budidaya
yang harus dilakukan oleh petani jeruk keprok untuk memenuhi selera konsumen buah jeruk
keprok.
Strategi pemasaran buah jeruk keprok dianalisis dengan menggunakan metode
SWOT. Analisis SWOT merupakan identifikasi yang bersifat sistematis dari faktor kekuatan
commit
dan kelemahan serta peluang dan ancaman luartodan
userstrategi yang menyajikan kombinasi

terbaik diantara keempatnya. Petunjuk umum yang sering diberikan untuk perumusan adalah
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id

memanfaatkan kesempatan dan kekuatan. Analisis ini diharapkan membuahkan rencana


jangka panjang dengan cara mengatasi atau mengurangi ancaman dan kelemahan. Analisis
ini lebih condong menghasilkan rencana jangka pendek yaitu rencana perbaikan (short term
improvement plan). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dan
mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal.

1. Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal


a. Analisis Faktor Internal
Analisis faktor internal digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan dalam pemasaran buah jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro.
1) Penggunaan bibit unggul
Petani jeruk keprok di Batu Malang menggunakan bibit unggul untuk
budidaya jeruk keprok mereka. Bibit unggul yang digunakan adalah bibit
unggul yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kota Batu atau dari
penangkar bibit unggul buah jeruk keprok. Pengunaan bibit unggul ini
berpengaruh terhadap buah jeruk keprok yang dihasilkan oleh petani.
Pada dasarnya penggunaan bibit unggul akan menghasilkan buah yang
bermutu.
2). Pemeliharaan yang intensif
Petani buah jeruk keprok dalam melaksanakan budidaya buah jeruk keprok
sangat memperhatikan proses pemeliharaan buah jeruk keprok.
Pemeliharaan buah jeruk keprok berpengaruh terhadap hasil produksi dan
kualitas buah jeruk keprok yang dihasilkan. Pemeliharaan yang dilakukan
untuk mempertahankan produksi dan kualitas buah jeruk keprok adalah
dengan pemangkasan, penyemprotan dan pemberian pupuk. Pemangkasan
yang dilakukan berpengaruh terhadap jumlah produksi buah jeruk keprok.
Penyemprotan dilakukan selama 10 hari sekali sampai satu bulan sebelum
panen. Tujuan penyemprotan ini selain untuk pengendalian terhadap hama
penyakit juga ditujukan agar buah jeruk keprok dapat di panen pada
waktunya. Jika penyemprotan tidak rutin akan mengakibatkan gagal
panen yaitu buah jeruk keprok tidak berbuah , atau jika ber buahpun, buah
yang dihasilkan rusak. Pemberian pupuk secara rutin juga berpengaruh
terhadap kualitas buahcommit to user
jeruk keprok yang dihasilkan oleh petani.
Pemberian pupuk dengan dosis yang tepat akan berpengaruh terhadap rasa
perpustakaan.uns.ac.id 54
digilib.uns.ac.id

buah jeruk keprok. Untuk memberi rasa manis pada buah jeruk keprok
adalah dengan pemberian pupuk K (Kalium) yang lebih dominan.
3) Pelaku pemasaran
Pelaku pemasaran dalam hal ini pedagang buah jeruk keprok berperan
dalam mempengaruhi keputusan konsumen dalam membeli buah jeruk
keprok. Hal yang dilakukan pedagang buah untuk menarik minat pembeli
adalah dengan menata (mendisplay) buah jeruk keprok, membersihkan
buah dengan cara di lap dan melakukan pemisahan buah berdasarkan
ukuran. Selain itu, strategi yang dilakukan pedagang buah jeruk keprok
untuk menarik minat pembeli adalah dengan pembungkusan buah jeruk
keprok dan pelayanan yang ramah kepada pembeli.
4) Peran pemerintah dalam budidaya hortikultura khususnya buah jeruk
keprok.
Peran pemerintah terhadap budidaya buah jeruk keprok sangat dirasakan
manfaatnya oleh petani. Salah satu perpanjangan pemerintah terhadap
budidaya buah jeruk keprok adalah melalui Balai Penelitian Tanaman
Jeruk (Balitjetro) Kota Batu Malang. Selain itu, Dinas Pertanian Kota
Batu Malang, juga bekerjasama dengan petani jeruk dalam hal penyediaan
bibit unggul buah jeruk keprok.
b) Analisis Faktor Eksternal
Analisis faktor eksternal adalah analisis yang digunakan untuk
mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi oleh petani dan
pedagang dalam budidaya dan pemasaran buah jeruk keprok.
1) Adanya serangan hama dan penyakit dan pemeliharaan yang tidak
intensif.
Serangan hama dan penyakit yang menyerang buah jeruk keprok
menyebabkan buah yang dihasilkan rusak (kualitas buah turun). Selain
itu, jika penyemprotan tidak teratur akan mengakibatkan gagal panen.
2) Adanya persaingan dengan buah jeruk impor
Buah jeruk lokal pada dasarnya bersaing dengan buah jeruk impor.
Buah jeruk impor yang banyak dijual bebas di pasar juga memberikan
peluang bagi konsumen untuk banyak melakukan pemilihan terhadap
commit
buah jeruk yang akan to user Pada dasarnya buah jeruk lokal
dikonsumsi.
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id

dan buah jeruk impor bersaing terhadap harga, rasa dan kemasan
(pembungkusan).
2. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
Berdasarkan hasil analisis faktor internal dan eksternal maka dapat diidentifikasi
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang berpengaruh terhadap pemasaran buah
jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain :

Tabel 23 . Identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pemasaran buah
jeruk keprok di Kabupaten Bojonegoro
Faktor internal Kekuatan Kelemahan
Fasilitas pemerintah - Bantuan bibit unggul
- Peran Balitjetro dan
PPL dalam melakukan
pendampingan kepada
petani jeruk keprok
Letak geografis - Kondisi geografis kota
Batu Malang cocok
untuk budidaya buah
jeruk keprok
Sumber Daya Manusia - Pelaku pemasaran buah - SDM khususnya petani
jeruk keprok masih rendah
(pedagang) mempunyai - Petani dalam proses
peran dalam budidaya buah jeruk
memasarkan buah jeruk keprok tidak
keprok berdasarkan SOP
Faktor eksternal Peluang Ancaman
Kondisi sosial ekonomi - Adanya buah jeruk
impor
Teknik budidaya yang tepat - Penggunaan bibit - Serangan hama dan
diantara proses pemeliharaan unggul penyakit
Sumber : Analisis Data Primer (2015)

a. Identifikasi Faktor Kekuatan


1) Bantuan bibit unggul
Petani dalam budidaya buah jeruk keprok mendapat bantuan bibit unggul dari
pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian Kota Batu Malang. Selain itu, petani
juga mendapat bibit dari penangkar benih yang bekerjasama dengan Dinas
Pertanian Kota Batu Malang.
2) Peran Balitjetro dan PPL dalam melakukan pendampingan kepada petani jeruk
keprok.
Petani dalam mengusahakan budidaya buah jeruk keprok pada dasarnya mendapat
bimbingan dari Balitjetro dan PPL Dinas Pertanian. Walaupun pada dasarnya,
commit to user
petani tidak mengetahui SOP buah jeruk keprok. Karena pada dasarnya petani
perpustakaan.uns.ac.id 56
digilib.uns.ac.id

dalam mengusahakan buah jeruk berdasarkan peran dari petani yang lain dalam
mengusahakan buah jeruk keprok.
3) Kondisi geografis kota Batu Malang cocok untuk budidaya buah jeruk keprok.
Dilihat dari kondisi geografis kota Batu Malang sangat cocok untuk budidaya
buah jeruk keprok. Selain sentra poduksi apel, kota Batu Malang juga sebagai
salah satu sentra produksi buah jeruk keprok. Jeruk keprok yang menjadi ciri
khas Kota Batu Malang adalah buah jeruk keprok Batu 55.
4) Pelaku pemasaran (pedagang) buah jeruk keprok berperan dalam pemasaran buah
jeruk keprok.
Pelaku pemasaran buah jeruk keprok dalam hal ini pedagang mempunyai peran
yang besar dalam pemasaran buah jeruk keprok. Salah satu hal ynag dilkaukan
oleh pedagang untuk pemasaran buah jeruk keprok adalah dengan mendisplay
(menata) buah, membersihkan buah dan pelayanan yang ramah kepada pelanggan
b. Identifikasi faktor Kelemahan
1) SDM petani masih rendah
Rata- rata SDM petani masih relatif rendah. Hal ini terlihat dari rata-rata
petani yang berpendidikan SMP dan SMA. Tetapi walaupun berpendidikan
rendah, petani jeruk keprok Batu Malang memiliki pengalaman yang tinggi.
Petani pada awalnya adalah petani apel. Karena hasil panen apel tidak
memuaskan menyebabkan petani beralih membudidayakan buah jeruk keprok.
Walaupun, beralih ke membudidayakan buah jeruk, budidaya buah apel tetap
diteruskan walaupun tidak sebanyak yang dulu. Rata-rata petani jeruk keprok
dalam membudidayakan buah jeruk keprok, cara menanamnya dengan
menaman di sela-sela pohon apel. Pohon apel yang masih produktif, tidak
dimusnahkan oleh petani.
2) Petani dalam membudidayakan buah jeruk keprok tidak berdasarkan SOP.
Hampir semua petani jeruk keprok Batu dalam membudidayakan buah jeruk
keprok tidak berdasarkan SOP. Hal ini karena petani tidak tahu SOP buah
jeruk keprok. Selain itu, standar yang diberikan oleh pemerintah terhadap
penggunaan lahan dan standar buah jeruk yang bermutu tidak berimplikasi
positif terhadap harga buah jeruk keprok.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id

c. Identifikasi faktor Peluang


1) Penggunaan bibit unggul
Petani dalam membudidayakan buah jeruk keprok menggunakan bibit unggul
yaitu jenis Keprok Tejakula, Keprok Madura, dan Keprok Batu 55. Bibit
unggul yang diperoleh petani berasal dari penangkar bibit dan dari Dinas
Pertanian Kota Batu.
d. Identifikasi Faktor Ancaman
1) Adanya serangan hama dan penyakit
Serangan hama dan penyakit yang menyerang buah jeruk menyebabkan petani
gagal panen. Kalaupun panen, hasil produksinya tidak sesuai dengan yang
diharapkan, atau mutu buah jelek.
2) Adamya buah impor yang tersedia di pasaran
Buah impor yang selalu tersedia di pasar juga menjadi ancaman bagi
pemasaran buah jeruk keprok. Buah impor yang bersaing dari sisi harga, rasa
dan kemasan memberikan pilihan bagi konsumen dalam mengkonsumsi buah
jeruk keprok.

3. Alternatif Strategi
Untuk merumuskan alternatif strategi yang diperlukan dalam pemasaran buah jeruk
keprok digunakan dengan analisis SWOT. Analisis SWOT adalah metode perencanaan
strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
dalam suatu usaha. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan menganalisis dan memilah
berbagai hal yang mempengaruhi kekuatan,kelemahan, ancaman dan peluang.
Matrik SWOT adalah aplikasi bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan
atau peluang yang ada, bagaimana mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan atau
dari peluang yang ada. Selanjutnya bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang
ada dan bagaimana cara kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau
menciptakan sebuah ancaman baru. Matrik SWOT menghasilkan empat sel kemungkinan
alternatif strategi, yaitu strategi S – O, strategi W - O, strategi W – T dan strategi S – T.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 58
digilib.uns.ac.id

Tabel 24. Alternatif strategi Matriks SWOT Pemasaran Buah Jeruk Keprok di Kabupaten
Boonegoro
Kekuatan (S) Kelemahan (W)
1.bantuan bibit unggul 1.SDM khususnya petani masih rendah
2.peran Balitjetro dan PPL dalam melakukan 2.Petani dalam proses budidaya buah
pendampingan kepada petani jeruk keprok jeruk keprok tidak berdasarkan SOP
3.kerjasama yang saling menguntungkan antara petani
dan pedagang
Peluang (O) 1.mengoptimalkan penggunaan bibit unggul dengan 1.peningkatan pengetahuan petani
1. Penggunaan memperhatikan teknis budidaya yang tepat dalam membudidayakan buah jeruk
bibit unggul 2.mengoptimalkan hubungan yang saling keprok
menguntungkan antara petani dan pedagang dalam 2.pengoptimalan peran pemerintah
pemasaran buah jeruk keprok terhadap petani
Ancaman (T) 1.penggunaan bibit unggul untuk memperoleh kualitas 1.peningkatan pengetahuan dan
1. Adanya buah jeruk keprok yang baik keterampilan petani dalam
buah jeruk membudidayakan buah jeruk keprok
impor
2. Serangan
hama
penyakit
Sumber : data diolah, 2015

Setelah mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan


dan kelemahan serta peluang dan ancaman dalam pemasaran buah jeruk keprok di Kabupaten
Bojonegoro, maka diperoleh beberapa alternatif strategi yang dapat dipertimbangkan, antara
lain :
a) Strategi S – O
Strategi S – O atau strategi kekuatan peluang adalah strategi yang
menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif
strategi S-O yang dirumuskan adalah :
1. Mengoptimalkan penggunaan bibit unggul dengan memperhatikan teknis
budidaya yang tepat.
2. Mengoptimalkan hubungan yang saling menguntungkan antara petani dan
pedagang dalam pemasaran buah jeruk keprok.
b) Strategi W – O
Strategi W – O atau strategi kelemahan peluang adalah strategi untuk
meminimalkan kelemahan yang ada untuk memanfaatkan peluang eksternal.
Alternatif strategi W – O yang dapat dirumuskan adalah :
1. Peningkatan pengetahuan petani dalam membudidayakan buah jeruk
keprok
commit to terhadap
2. Pengoptimalan peran pemerintah user petani.
perpustakaan.uns.ac.id 59
digilib.uns.ac.id

c) Strategi S – T
Strategi S – T atau strategi kekuatan ancaman adalah strategi untuk
mengoptimalkan kekuatan internal yang dimiliki dalam menghindari ancaman.
Alternatif strategi S- T yang dapat dirumuskan adalah :
1. Pengunaan bibit unggul untuk memperoleh kualitas buah jeruk keprok
yang baik.
d) Strategi W – T
Strategi W – T atau strategi kelemahan ancaman adalah strategi untuk
meminimalkan kelemahan internal dan menghindari nacaman eksternal. Alternatif
strategi W – T yang dapat dirumuskan adalah :
1. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dalam
membudidayakan buah jeruk keprok

commit to user

Anda mungkin juga menyukai