Anda di halaman 1dari 15

II.

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Penelitian Terdahulu

Beatrix S. Duwit (2015) Persepsi Pedagang Kaki Lima Terhadap Area

Berjualan Sepanjang Jalan Pasar Pinasungkulan Karombasan Manado. Tujuan dari

penelitian ini mengetahui karakteristik dan untuk mengetahui persepsi pedang kak

lima di sepanjang jalan Pasar Pinasungkulan Karombasan dengan menggunakan

metode kuantitatif dengan teknik pengambilan sampel Random Sampling. Hasil

penelitian karakteristik pedagang kaki lima rata-rata berusia 27-36 tahun berjenis

kelamin laki-laki dengan pendidikan SMP dan berasal dari Kota Gorontalo. Persepsi

pedangang kaki lima kondisi lokasi tempat mereka dagang saat ini masih layak

dengan alas an tempatnya strategis karena dekat dengan keramaian.

Zantermans Rajagukguk (2016). Karakteristik Kewirausahaan Pengusaha

Kecil Dan Strategi Pengembangan Usahanya Di Masa Depan: Studi Kasus

Pengusaha Pakaian Jadi di Depok. Tujuan mengidentifikasi karakteristik

kewirausahaan pengusaha kecil pakaian jadi di Bulak Timur Kota Depok; untuk

mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan hambatan. Data yang terkumpul

diolah dan dianalisis secara deskriptif kuantitatif maupun kualitatif. Hasil analisis

menyimpulkan bahwa para responden masih memiliki banyak kelemahan ketimbang

kekuatan, yang mengakibatkan rendahnya nilai karakteristik kewirausahaan mereka.

Selain itu, hambatan yang mengakibatkan terkendalanya perkembangan

kewirausahaan di Depok juga masih banyak, termasuk belum optimalnya kebijakan

atau program pemerintah. Agar usaha-usaha kecil di Depok dapat berkembang

dengan karakteristik kewirausahaan yang tinggi, banyak hal yang harus dilakukan.

6
7

Heruna Tanty (2013) “Metode Nonparametrik Untuk Analisis Hubungan

Perilaku Dan Pengetahuan Masyarakat Tentang Kode Plastik”. Tujuan penelitian

untuk mengetahui hubungan antara pendidikan (pengetahuan) dan perilaku

masyarakat dalam menggunakan produk plastic. Metode statistika yang digunakan

yaitu uji chi square dan uji Wilcoxon. Berdasarkan uji Chi Square α=15% didapatkan

kesimpulan bahwa pendidikan terakhir berhubungan dengan perilaku menggunakan

produk plastik berkode ketika makanan masih panas. Melalui uji Wilcoxon α=5%

diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan pengetahuan masyarakat sebelum dan

sesudah mengikuti sosialisasi kode plastik.

Anggi Anggraeni (2019) Analisis Pemasaran Sayur Mayur Di Desa Alebo

Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan. Tujuan penelitian untuk

menganalisis pemasaran usahatani sayur mayor di Desa Alebo. Metode deskriptif

dengan strategi bauran pemasaran (Marketing Mix) yaitu produk (product), harga

(price), tempat/saluran distribusi (place) dan promosi (promotion). Hasilnya pertama

produk sayur mayur seperti kangkung, bayam, kacang panjang dan cabai petani

produsen sayuran harus lebih memperhatikan ciri-ciri sayuran yang layak

dipasarkan. Kedua strategi bauran harga yaitu penentuan harga di tingkat petani

sayuran di Desa Alebo ditentukan berdasarkan mekanisme pasar. Ketiga strategi

bauran distribusi yaitu saluran pemasaran sayuran yang dilakukan petani ini memiliki

satu saluran dimana petani produsen melakukan proses pemasaran sayuran melalui

papalele. Dan Kkeempat strategi bauran promosi merupakan bentuk promosi yang

dilakukan oleh petani sayur mayur dalam produknya dengan cara promosi personal

selling.

Pratama Restu Muda (2017) melakukan peneitian dengan judul “Analisis

Structure, Conduct, Performance (SCP) pada Industri Kecil dan Menengah Makanan
8

Olahan Kota Pekanbaru. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk

mengidentifikasi struktur, perilaku, dan kinerja pasar terbentuk di industri kecil tahu

sedang yang ada di Kabupaten Payung Sekaki. Metode penelitian yang digunakan

adalah deskriptif kualitatif dengan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

perhitungan CR4 dan IHH sesuai kisaran dalam struktur pasar industri kaleng di tahu

kabupaten adalah struktur pasar monopolistik dengan nilai CR4 35,35% dan IHH

sebesar 562,82%. Perilaku industri dilihat dari CLR hasilnya menunjukkan itu nilai

CLR hanya sekitar 2.846% - 6,142% ini berarti bahwa perilaku kecil tahu industri

menengah di Kabupaten Payung Sekaki adalah padat modal industri. Kinerja tahu

industri dapat dilihat dari PCM yang diperoleh rata -rata 23,8%. Dengan PCM

terbesar adalah 82,3% tetapi PCM terbesar tidak menjadi pangsa pasar (MS)

terbesar berarti bahwa manfaat dilihat dari PCM tidak mempengaruhi pangsa pasar.

Pujiharto (2014) dalam jurnalnya dengan judul “Pola Tataniaga Sayuran

Dataran Rendah Berbasis Stucture, Conduct, Performance (SCP). Tujuan penelitian

tersebut adalah menggambarkan pola tataniaga sayuran dataran rendah dengan

menggunakan pendekatan SCP. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode deskriptif analisis. Berdasarkan penelitian tersebut dapat

diperoleh hasil yaitu terdapat empat pola saluran tataniaga sayuran dataran rendah.

Struktur pasar sayuran dataran rendah di wilayah kecamatan Sumbang dan

Kecamatan Kembaran adalah struktur pasar oligopsoni kuat. Perilaku pasar yang

terjadi antara lembaga pemasaran sebagian menunjukkan adanya ikatan pemberian

modal dengan tujuan memperoleh keuntungan. Kinerja pasar dilihat dari sisi profit

margin petani memperoleh profit margin terendah sebesar 13,95% dan tertinggi

adalah pedangan pengecer sebesar 24,81%. Nilai R/C petani sebesar 1,25 danB/C
9

sebesar 0,25, sedangkan nilai R/C tengkulak sebesar 1,51 dan B/C tertinggi pada

pedagan besar dengan nilai 3,61. Farmer share sebesar 18,52%.

Situmorang (2015) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Efisiensi

Pemasaran Sawi Manis dengan Pendekatan Structure, Conduct, and Performance

(SCP) di Kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui gambaran pemasaran sawi manis di Kecamatan Jambi Selatan,

untuk menghitung efisiensi pemasaran sawi manis dilihat dari analisis struktur pasar,

kinerja pasar dan perilaku pasar. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan

secara kualitatif dengan pendekatan structure, conduct, performance (SCP).

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan adalah pemasaran sawi manis di

Kecamatan Jambi Selaran terdapat lima pola saluran pemasaran. Fungsi yang

dilakukan oleh lemabaga pemasaran adalah fungsi pertukaran, fungsi fisik dan

fungsi fasilitas. Analisis dengan pendekatan struktur pasar menunjukkan pasar sawi

manis di Kecamatan Jambi Selatan cenderung mengarah kepada persaingan

oligopsony murni. Dilihat dari perilaku pasar sistem pembayaran masih terjadi antar

pedagang pengumpul dengan petani dan antara pedagang pengumpul dengan

pedangan pengecer. Analisis dengan kinerja pasar menunjukkan bahwa penyebaran

margin, farmer share, rasio keuntungan tidak merata pada masing-masing lembaga

pemasaran.

Winda Wahyu Widyasari (2013) dalam jurnalnya dengan judul “Identifikasi

Struktur Pasar Dan Implikasinya Terhadap Pembentukan Harga (Studi Kasus Pada

Sentra Industri Keripik Tempe Sanan Malang)”. Hasil dari Identifikasi Struktur Pasar

dan Implikasinya Terhadap Pembentukan Harga Terhadap Sentra Industri Keripik

Tempe Sanan Malang adalah Sentra Industri Keripik Tempe Sanan dimana tidak

ada kesulitan berarti dalam memasuki pasar, banyaknya penjual dan pembeli, jenis
10

barang yang dijual yaitu diferensiasi produk, tidak ada kerjasama antar pelaku

usahanya kemudian beberapa usaha ada yang menggunakan iklan ada yang tidak,

dari ciri-ciri tersebut maka dapat dikatakan struktur pasar yang ada di Sentra Industri

Keripik Tempe Sanan lebih mengarah ke pasar persaingan monopolistik. Seperti

yang kita ketahui bahwa ciri-ciri pasar persaingan monopolistik adalah tidak ada

hambatan masuk bagi perusahaaan yang ingin memasuki pasar, diferensiasi produk,

banyak penjual dan pembeli, dan tidak ada kerjasama antar para penjual, maka hal

ini sesuai dengan ciri-ciri pasar yang ada di Sanan. Walaupun memang beberapa

penjual ada yang menggunakan ijin ke Dinkes akan tetapi itu bukan merupakan

hambatan yang berarti bagi para pelaku usaha di Sanan.

II.2 Karakteristik Individu

Setiap manusia mempunyai karakteristik individu yang berbeda-beda antara

yang satu dengan yang lainnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang

dimaksud dengan karakteristik adalah ciri atau sifat yang berkemampuan untuk

memperbaiki kualitas hidup. Menurut Winardi dalam Rahman (2013), karakteristik

individu mencakup sifat-sifat berupa kemampuan dan keterampilan; latar belakang

keluarga, sosial, dan pengalaman, umur, bangsa, jenis kelamin dan lainnya yang

mencerminkan sifat demografis tertentu; serta karakteristik psikologis yang terdiri

dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi. Lanjutnya, cakupan sifat-sifat

tersebut membentuk suatu nuansa budaya tertentu yang menandai ciri dasar bagi

suatu organisasi tertentu pula.

Berdasarkan penelitian terdahulu dan penyesuaian dengan kondisi responden

penjual pecel semanggi yang akan diteliti karakteristik individu yang akan digunakan
11

pada penelitian ini meliputi umur, asal daerah, tingkat pendidikan, dan jumlah

tanggungan keluarga.

II.3 Karakteristik Usaha

Hijriyah (2004) dalam penelitiannya karakteristik usaha meliputi pemilikan

usaha, pengalaman berdagang, lama berdagang, pasokan ayam, dan penerimaan

usaha. Umur semua pedagang termasuk kedalam kategori umur produktif. Alat

analisis yang digunakan adalah korelasi Rank Spearman. Karakteristik usaha

pedagang meliputi modal usaha, besarnya modal usaha, pengalaman usaha, cara

belajar membuat, pencatatan pemasukan dan pengeluaran usaha, jumlah tenaga

kerja, upah tenaga kerja, produk yang dijual, curahan waktu kerja, biaya-biaya yang

digunakan dalam usaha. (Setiawan, 2003).

Berbeda dengan karakteristik usaha pada peternak meliputi pendapatan.

(Ramanti, 2006). Karakteristik usaha peternakan meliputi tahun berdiri, bentuk

hukum, lokasi, investasi, populasi, produksi, pemasaran dan tenaga kerja. (Saputro,

2009).

Berdasarkan penelitian terdahulu dan penyesuaian dengan kondisi responden

penjual pecel semanggi yang akan diteliti karakteristik usaha yang akan digunakan

pada penelitian ini meliputi pemilikan usaha, pengalaman berdagang, lama

berdagang, pasokan semanggi, dan penerimaan usaha.

II.4 Pecel Semanggi

Pecel Semanggi adalah sejenis makanan khas Surabaya, Jawa Timur, dibuat

dari daun semanggi yang dikukus dan kemudian dinikmati dengan sambal pedas

yang nikmat. Pecel semanggi juga dapat dihidangkan dengan kecambah, kangkung,
12

kerupuk uli yang terbuat dari beras, serta bumbu yang terbuat dari ketela rambat.

Saus atau bumbu yang digunakan dalam makanan semanggi memiliki bahan baku

serta rasa yang berbeda.

Penjual pecel semanggi di Surabaya menggunakan sambal yang dibuat dari

gula jawa (lebih banyak), terasi, dan cabai. Penjual pecel semanggi Surabaya

mudah dikenali karena menggunakan jarit dan selendang untuk memanggul

semanggi. Sayuran yang digunakan ada dua macam, yaitu daun semanggi dan

kecambah yang direbus. Bumbunya yang khas terbuat dari perpaduan ketela

rambat, kacang tanah, dan gula merah serta dilengkapi kerupuk puli. Karena bahan

utamanya ketela rambat, rasa sambal pecel ini pun didominasi manis ketela. Untuk

memasak pecel semanggi, setelah dibersihkan dari kotoran, semanggi direndam air

panas beberapa saat supaya tidak hancur. Saat menyajikan, pertama-tama sayuran

ditempatkan dalam pincuk daun pisang, kemudian disiram bumbu yang sudah

dicairkan dengan air.

Sebagian besar penjual makanan ini berasal dari Desa Kendung, Benowo,

wilayah pinggiran Kota Surabaya yang berbatasan dengan Gresik. Desa Kendung,

Kecamatan Benowo, Surabaya, dikenal sebagai kampung semanggi. Warganya

membudidayakan tanaman semanggi di lahan-lahan serta sebagian besar berprofesi

sebagai penjual semanggi dengan cara digendong. Mereka keliling dan keluar

masuk kampung di Surabaya menjajaka pecel semanggi secara berkelompok dan

menyebar ke berbagai pelosok di Surabaya.

Makanan ini khas Kota Surabaya dan tidak ditemui di tempat lain. Pecel

semanggi Surabaya bahkan biasa disebut dalam kisah-kisah (lakon) ludruk

Suroboyoan. Bahkan ada sebuah lagu daerah Surabaya yang berjudul Semanggi

Suroboyo.
13

II.5 Wirausaha

Menurut M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer 1996: 6-8 (dalam

Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat

Kurikulum, 2010) karakteristik sikap dan perilaku kewirausahaan meliputi:

1. Commmitment and determination, yaitu wirausahawan harus mempunyai

komitmen dan tekad untuk memberikan perhatian penuh terhadap usaha yang

ia jalani, sikap setengah hati akan membuat mereka mudah goyah dan

kemungkinan gagal lebih besar.

2. Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab atas usaha-usaha

yang dilakukannya. Wirausahan harus mempunyai rasa tanggung jawab yang

tinggi atas usaha apa yang sudah dijalankan.

3. Opportunity obsesession, yaitu selalu berambisi untuk mencari peluang.

Wirausahawan harus mempunyai tekad untuk yakin, mampu mancari peluang

dan berhasil dimasa depan

4. Tolerance for risk, ambiquity, and uncertainty, yaitu tahan terhadap resiko dan

ketidakpastian. Wirausahawan harus belajar mampu mengelola resiko dan

cara mentransfer resiko ke pihak lain seperti investor, konsumen, pemasok

dan lain-lain

5. Self confidence, yaitu percaya diri. Wirausahawan cenderung optimis terhadap

apa yang dikerjakan untuk pencapaian tujuan

6. Creativity and flexibility, yaitu berdaya cipta dan luwes. Seorang wirausahawan

harus cepat dan fleksibel menghadapi perubahan permintaan. Untuk mencapai

itu semua dibutuhkan kreativtas yang tinggi

7. Desire for immadiate feedback, yaitu wirausahawan selalu menghendaki

umpan balik dan ingin selalu mengetahui hasil dari apa yang dikerjakannya.
14

Untuk memperbaiki hasil kerjanya, ia selalu mmenggunakan pengetahuan

yang dimiliki dan belajar dari kegagalan

8. High level of energy, yaitu memiliki semangat dan kerja keras yang tinggi untuk

mewujudkan tujuannya

9. Motivation to excel, yaitu memiliki dorongan untuk selalu unggul. Ia memiliki

keinginan untuk lebih berhasil dalam mengerjakan apa yang dilakukannya.

Motivasi ini muncul karena dari dalam diri (internal) dan jarang dari eksternal

10. Orientation to the future, yaitu seorang wirausahawan harus berorientasi ke

masa depan, dan tidak melihat ke belakang tanpa evaluasi yang jelas

11. Willingness to learn from failure, yaitu selalu belajar dari kegagalan. Seorang

wirausahawan harus yakin pada kemampuannya untuk berhasil, dan pantang

menyerah jika terjadi kegalalan

12. Leadership ability, yaitu kemampuan dalam kepemimpinan. Wirausaha yang

ingin berhasil harus mampu memimpin dan memberikan pengaruh sebagai

arahan untuk mecapaitujuan, ia harus mampu menjadi seorang mediator dan

negotiator daripada menjadi seorang diktator.

Berdasarkan pendapat di atas maka karakteristik wirausaha adalah seseorang

wirausaha harus memiliki karakter khusus, berbeda dengan orang biasa. Karakter

yang harus dimiliki itu antara lain:

1) Inovasi (sasaran kerja, alat kerja, metode kerja, pemberdayaan SDM)

2) Berani menanggung risiko (mengetahui teknik perhitungan risiko bisnis)

3) Berani bersaing (kepuasan pelanggan, proses bisnis, dan pembelajaran)

4) Kepemimpinan (memotivasi, gaya otokratik vs demokratik)

5) Hidup sepanjang waktu melalui pertumbuhan pendapatan, laba bersih, dan

kemampuan SDM yang digunakan. (Prawironegoro (2017)


15

II.5.1 Wirausaha Pecel Semanggi

Wirausaha Pecel Semanggi adalah orang yang melakukan usaha pecel

semanggi yang berada di pinggir jalan dengan menggunakan gerobak. Mereka

berjualan dari pagi hingga sore hari dan kebanyakan orang-orang menyebutnya

pedagang kaki lima.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan

Republik Indonesia No. 23/MPP/Kep/1/1998 pasal 4 tentang lembaga-lembaga

usaha perdagangan terdiri dari: (1) Termasuk perdagangan informal adalah

pedagang kaki lima, pedagang keliling, pedagang kelontong, pedagang asongan,

bakul gendong, kedai, warung, depot, los pasar, jasa reparasi, jasa pertukangan,

dan jasa-jasa informal lainnya, dan (2) Pedagang informal harus memenuhi

ketentuan-ketentuan sebagai berikut: memiliki modal usaha diluar tanah dan

bangunan tempat usaha tidak lebih dari lima juta rupiah, dikerjakan sendiri oleh

beberapa orang, jenis usaha yang dijalankan umumnya tidak tetap (Setiawan, 2003)

Di dalam ketentuan umum Bab I Pasal I Peraturan Daerah No 13 Tahun 2005

arti dari pedagang kaki lima adalah penjual barang dan atau jasa yang secara

perorangan dan atau kelompok berusaha dalam kegiatan ekonomi yang tergolong

dalam skala usaha kecil yang menggunakan fasilitas umum dan bersifat

sementara/tidak menetap dengan menggunakan peralatan bergerak maupun tidak

bergerak maupun tidak bergerak dan atau menggunakan sarana berdagang yang

mudah dipindahkan dan dibongkar pasang.

II.5.2 Perilaku Wirausaha

Perilaku menunjukkan pola tindakan yang diperlihatkan seseorang dan

merupakan hasil kombinasi pangetahuan, sikap, dan keterampilannya. Perubahan


16

perilaku dipengaruhi oleh internal seseorang dan faktor lingkungan dimana

seseorang berinteraksi sosial (Dirlanudin, 2010).

Perilaku wirausaha merupakan aspek-aspek yang terinternalisasi dalam diri

yang ditunjukkan pada pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melakukan

usaha dengan inovatif, inisiatif, berani mengambil risiko dan berdaya saing. Perilaku

wirausaha merupakan sikap mental, gaya hidup dan pola tindak yang didasarkan

atas pengetahuan, keahlian, pengalaman, dan kebutuhannya dalam upaya mengkaji

peluang dan pertumbuhan bisnis serta tindakannya berusaha mencari kreatifitas,

menunjukkan keuletan, bersikap mandiri, dan berani mengambil risiko dengan

perhitungan yang matang (Dirlanudin, 2010).

Firmansyah (2017) membagi perilaku wirausaha menjadi tiga indicator dalam

penelitiannya yaitu pengetahuan wirausaha, sikap wirausaha, dan tindakan, dimana

indikator tersebut memiliki atribut masing-masing. Atribut pengetahuan wirausaha

yaitu pengetahuan teknis dan pengetahuan manajerial. Kemudian atribut sikap

wirausaha antara lain: disiplin, komitmen tinggi, jujur, kreatif dan inovatif, mandiri,

dan realistis. Serta atribut tindakan yaitu teknis dan manajerial. Hasil penelitiannya

menunjukkan perilaku wirausaha memiliki sebaran yang sama antara rendah dan

tinggi. Sebagian besar wirausaha memiliki keunggulan pada variabel pengetahuan

wirausaha.

Perilaku

Sikap Pengetahuan Keterampilan Material

Gambar 2.1 Perubahan Perilaku Manusia


17

II.5.3 Pengetahuan Wirausaha

Pengetahuan adalah kemampuan seseorang dalam berpikir. Pengetahuan

yang dimiliki seseorang akan berkembang seiring dengan majunya jaman, sebagai

pelaku usaha maka pengetahuan yang terkini harus didapat dan diikuti agar

usahanya maju (Atmakusuma dalam Setiawan, 2003).

Pambudy (2003) menjelaskan untuk menjadi seorang wirausaha tidak hanya

sekedar memiliki pengetahuan praktis, tetapi juga pada gaya hidup dan prinsip-

prinsip tertentu yang akan berpengaruh pada bisnis yang dijalankan. Walaupun

secara tak langsung tidak ada hubungan antara pendidikan dengan semangat

kewirausahaan, tetapi dalam menjalankan usahanya seorang wirausahawan perlu

memiliki pengetahuan dasar yang memadai agar usahanya berhasil.

II.5.4 Sikap Wirausaha

Sikap mental yang diperlukan seorang wirausahawan adalah unsur

mencirikan respon, tanggapan atau tingkah laku seseorang ketika dihadapkan pada

situasi. Sikap mental berbeda dengan kepribadian. Kepribadian menunjukkan watak

seseorang atau sikap mental yang relatif mantap dan tetap (Wijandi dalam

Setiawan, 2003).

Selanjutnya Pambudy (1999) menjelaskan sikap dasar seorang wirausahawan

adalah kemauan, kemampuan dan memiliki kesempatan untuk selalu

memperhatikan usahanya. Soesarsono (2002) mengemukan ada enam sikap yang

harus dimiliki penjual:

1. Kepercayaan diri,

2. Kemauan, semangat dan kegairahan,

3. Gigih dan ulet,


18

4. Kepribadian menarik,

5. Kesedian memberi pelayanan terbaik,

6. Ada keyakinan dan kebanggaan.

II.5.5 Keterampilan Wirausaha

Keterampilan adalah kemauan dan kemampuan serta kesempatan yang ada

pada diri seseorang untuk selalu menggunakan semua organ fisiknya dalam

mengembangkan usahanya tersebut. Keterampilan berhubungan dengan kerja fisik

anggota badan terutama tangan, kaki dan mulut (suara) untuk berkerja (Pambudy,

1999).

Soesarsono (2002) mengemukakan bahwa keterampilan pedagang

merupakan tindakan atau kegiatan pedagang dalam mengelola usahanya. Seorang

pedagang dalam menjalankan usahanya harus mempunyai berbagai kemampuan.

Adapun kemampuan yang harus dimiliki oleh pedagang diantaranya adalah: (1)

Kemampuan melakukan observasi dan diidentifikasi terhadap kebutuhan

masyarakat, pasar, saingan dan pembeli, (2) Kemampuan mempengaruhi orang

lain, menanam, dan memelihara kepercayaan orang lain, (3) Kemampuan

menentukan harga yang tepat dan baik, (4) Kemampuan mengenal kondisi fisik dan

psikologis pembeli, (5) Kemampuan membuat suasana yang menyenangkan, (6)

Kemampuan mencari dan memperoleh informasi yang tepat dan (7) Kemampuan

membuat rencana dan evaluasi penjualan.

II.6 Kerangka Pemikiran

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, penjual pecel semanggi di Kampung

Semanggi Surabaya dihadapkan berbagai masalah. Permasalahan yang terjadi


19

adalah persaingan yang semakin ketat, hal ini dikarenakan penjual pecel semanggi

yang berjualan saling berdekatan jarak antar perumah. Selain itu persaingan juga

mengakibatkan jumlah pelanggan yang tetap dan perkembangan usaha yang tidak

ada peningkatan, serta mudah keluar masuknya dalam menjalankan bisnis pecel

semanggi dan juga tidak adanya pencatatan pembukuan keuangan.

Dalam menganalisis hubungan karakteristik dan perilaku wirausaha harus

terlebih dahulu mengetahui karakteristik dan perilaku wirausaha penjual pecel

semanggi. Dengan melakukan identifikasi terhadap karakteristik dan perilaku

wirausaha maka akan diketahui karakteristik masing-masing pedagang pecel

semanggi. Karakteristik wirausaha yaitu percaya diri, berani mengambil resiko,

inovatif, kerja keras dan kepemimpinan. Perilaku wirausaha yaitu pengetahuan,

sikap dan keterampilan.

Karakteristik wirausaha merupakan bagian penting dalam kewirausahaan.

Karakteristik wirausaha akan menentukan keberhasilan dalam menjalankan dan

mengembangkan usaha. Setiap penjual pecel semanggi di kampung semanggi

Surabaya memiliki karakteristik sendiri sehingga perlu kajian mengenai karakteristik

dan perilaku wirausaha dalam menjalankan bisnisnya. Kegiatan operasional yang

akan dilakukan dapat dilihat pada Gambar 2.2


20

Penjual Pecel Semanggi di Kampung


Semanggi Kota Surabaya

Permasalahan yang dihadapi :

1. Persaingan yang ketat yaitu tempat jualan yang


saling berdekatan
2. Jumlah pelanggan yang tetap
3. Bisnis pecel semanggi yang tidak berkembang

Hubungan antara Karakteristik


dengan Perilaku Wirausaha

Karakteristik Individu Perilaku Wirausaha


1. Umur 1. Pemilikan usaha
2. Asal Daerah 2. Pengalaman
3. Tingkat pendidikan berjualan
4. Jumlah tanggungan 3. Lama berdagang
keluarga 4. Pasokan semanggi
5. Penerimaan usaha

Perilaku Wirausaha
1. Pengetahuan wirausaha
2. Sikap wirausaha
3. Keterampilan wirausaha

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Hubungan Karakteristik dan Perilaku Wirausaha


Penjual Pecel Semanggi di Kampung Semanggi Kota Surabaya

Anda mungkin juga menyukai