Anda di halaman 1dari 5

Judul dan SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE (SEFT)

peneliti TERHADAP KUALITAS HIDUP PASIEN HIV/AIDS

Defia Roza, Sila Dewi A, Heppi Sasmita, Yessi Fadriyanti, Nova


Yanti (2020)
Definisi SEFT merupakan gabungan antara spiritual therapy dengan
emotional Freedom Teknique (EFT). SEFT merupakan salah satu
terapi komplementer yang dapat digunakan untuk menurunkan
ganguan Psikologis. Keefektifan SEFT terletak pada pengabungan
antara Spiritual Power dengan Energy Psychology. Spiritual
Power memiliki lima prinsip utama yaitu ikhlas, yakin, syukur,
sabar dan khusyu. Ketidakseimbangan kimia dan gangguan energi
dalam tubuh manusia dapat menyebabkan gangguan emosi,
termasuk depresi. Intervensi SEFT pada sistim energi tubuh inilah
yang dapat mengubah kondisi kimia di dalam otak
(neurotransmitter) yang selanjutnya dapat mengubah kondisi
emosi seseorang.
Tujuan 1. Mengembangkan kemampuan individu dalam penyembuhan
dirinya.
2. Melatih individu memahami bahwa energi psikis mereka
berupa perasaan, pikiran, dan emosi berperan dalam setiap
pengalaman
3. Teknik SEFT dapat membantu melatih pasien HIV AIDS
memahami dan menerima keadaan diri mereka sendiri,selain
itu dapat melatih untuk menyadar isi sinegatif dalamdirinya
dan mengetahui untuk hidup bahagia dengan sisi negative yang
dimiliki, serta menjadikan pengalaman negatifnya menjadi
pelajaran positif dalam hidupnya.
Langkah- Tahap Pra Interaksi
langkah 1. Validasi nama klien
2. Keadaan umum dan TTV
Tahap Orientasi
3. Lakukan 3 S (senyum, sapa dan salam) kepada klien
4. Identifikasi kembali nama klien untuk memastikan tindakan
dilakukan pada orang yang tepat
5. Tanyakan keadaan klien
6. Jelaskan prosedur dan tujuan kegiatan pada klien
7. Berikan kesempatan klien dan keluarga untuk bertanya
8. Pastikan lingkungan representatif, cahaya cukup terang.
9. Berikan privasi pasien dengan menutup tirai
Tahap Kerja
10. Cuci tangan 6 langkah
11. Lafazkan basmalah di depan pasien
12. Memperagakan masing-masing gerakan SEFT
1) The Set-UP
Pada saat Set Up yang strukturnya: Akui-Terima-
Pasrahkan
Melafazkan:”Ya Allah, meskipun saya merasa
cemas/gelisah/ khawatir, sebutkan masalah/sakit yang
diderita atau yang dirasakan), tetapi saya ikhlas menerima
penyakit/masalah saya ini, dan saya pasrahkan
kesembuhanku Padamu
2) The Tune-In
Kita melakukan “Tune-In dengan cara memikirkan sesuatu
atau peristiwa yang spesifik tertentu yang dapat
membangkitkan emosi negative yang ingin kita hilangkan.
Ketika terjadi reaksi negatif (marah,sedih, takut dan
sebagainya) hati dan mulut kita berdoa bersamaan dengan
Tune-in ini kita melakukan langkah ketiga
3) The Tapping
Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari
pada titik-titik tertentu di tubuh kita sambil terus Tune-In,
titik-titik ini adalah titik-titik kunci dari
13. Lafazkan hamdalah
Tahap terminasi
14. Kaji respon pasien setelah diberikan tindakan
15. Beri feedback positif kepada pasien
16. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
17. Cuci tangan 6 langkah
18. Catat hasil evaluasi dan dokumentasi.
Judul dan MADU SEBAGAI TERAPI KOMPLEMENTER MENGATASI
peneliti DIARE PADA ANAK BALITA
Rifka Putri Andayani (2020)
Definisi Memberikan oral rehydration salts (ORS) merupakan osmolaritas
rendah, zink, dan meningkatkan intake cairan juga termasuk dalam
penatalaksanaan pada anak diare. Memberikan ORS dengan
menggabungkan dengan madu dapat dijadikan sebagai pengobatan
untuk diare. Madu mampu menghambat 60 spesies bakteri, jamur,
dan virus penyebab diare.
Tujuan 1. Madu dapat sebagai anti bakteri dan prebiotik yang dapat
mengatasi diare
2. Madu juga mampu mengobati masalah konstipasi dan diare
anak, meminimalikan patogen dan menurunkan durasi diare
Langkah- Tahap Pra Interaksi
langkah 1. Validasi nama klien
2. Keadaan umum
3. Penilaian awal sebelum intervensi dilakukan. Penilaian
tersebut adalah adanya tanda-tanda dehidrasi pada anak,
menilai derajat dehidrasi anak dan menilai frekuensi diare.
Tahap Orientasi
4. Lakukan 3 S (senyum, sapa dan salam) kepada klien
5. Identifikasi kembali nama klien untuk memastikan tindakan
dilakukan pada orang yang tepat
6. Tanyakan keadaan klien
7. Jelaskan prosedur dan tujuan kegiatan pada klien
8. Berikan kesempatan klien dan keluarga untuk bertanya
9. Pastikan lingkungan representatif, cahaya cukup terang.
10. Berikan privasi pasien dengan menutup tirai
Tahap Kerja
11. Cuci tangan 6 langkah
12. Lafazkan basmalah di depan pasien
13. Minum larutan ORS *sesuai terapi
14. Berikan madu 5 ml sehari 3 kali
15. Lafazkan hamdalah
Tahap terminasi
16. Kaji respon pasien setelah diberikan tindakan
17. Beri feedback positif kepada pasien
18. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
19. Cuci tangan 6 langkah
20. Catat hasil evaluasi dan dokumentasi
Model Karantina Kesehatan Berdasarkan Hukum Positif dan Fiqh Maslahat
untuk Memutus Rantai Penularan Virus Corona
Ade Mahmud, Dian Alan Setiawan, Arini Puspitasari, 2020
Hukum Positif Fiqih Maslahat
Dasar hukum: Dasar hukum:
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 1. Al-Quran Surat Al-Anfal ayat 25
tentang Kekarantinaan Kesehatan 2. Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat
195
3. Hadits Rasulullah SAW
4. Ijtihad ulama
Tujuan: Tujuan:
1. Menghentikan atau membatasi 1. Menolak mafsadah dan
pergerakan orang dan barang untuk mendatangkan maslahat bagi
satu provinsi, kabupaten/kota umat.
secara ketat. 2. Menjaga kesehatan diri atau jiwa
2. Mengendalikan dan memutus (hifdzu nafs) sebagai bagian dari
rantai penularan Covid-19 terhadap menjaga tujuan pokok beragama
spesimen. (al-Dharuriyat al-Khams).
3. Memulihkan kondisi kesehatan 3. Mendekatkan diri kepada Allah
masyarakat seperti semula. SWT dengan memperbanyak
ibadah, taubat, istighfar, shalawat
dan bersedekah serta berdoa
diberikan perlindungan dan
keselamatan dari musibah dan
marabahaya (daf’u al-bala).
Metode pelaksanaan: Metode pelaksanaan:
1. Pengaturan pelaksanaan karantina 1. Cara pelaksanaan karantina
diatur dalam peraturan perundang- diserahkan kepada kebijakan ulil
undangan. amri (pemimpin).
2. Pengajuan karantina oleh kepala 2. Melibatkan ulama yang terkumpul
pemerintah pusat Menteri dalam MUI, terutama dalam
Kesehatan. mengatur pelaksanaan tata cara
3. Memperhatikan hasil kajian ibadah selama masa karantina.
epidemiologis, kesiapan sumber 3. Memisahkan orang yang sehat
daya, teknis operasional, dengan yang sakit dan
pertimbangan politik, ekonomi, mengobatinya.
sosial, dan keamanan. 4. Menetapkan larangan mamasuki
4. Mengisolasi pasien positif corona dan meninggalkan wilayah
dan mengobati secara intensif. karantina.
5. Mengatur ruang lingkup karantina
termasuk didalamnya kebutuhan
pendidikan, produktivitas kerja,
dan ibadah penduduk.
6. Mengatur lamanya waktu
karantina.

Anda mungkin juga menyukai