Anda di halaman 1dari 13

STOLOTERMITIDAE

(Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Termitologi)

Dosen Pengampu : Anisa O. S Pratama, M. Pd

Disusun Oleh :
1. Divia Ika Ningrum (1811060312)
2. Fida Aulia Khoirunnisa (1811060064)
3. Nanik Suherlin (1811060297)

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
T.A 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Stolotermitidae". Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Termitologi.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyelesain makalah ini tidak terlepas
dari peran dan pemikiran serta intervensi dari banyak pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, diantaranya Ibu
Anisa O. S Pratama, M. Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Termitologi.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan,
sehingga masih diperlukan saran dari semua pihak yang bersifat membangun dalam
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkan khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai.

Bandar Lampung, April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Klasifikasi Stolotermitidae.......................................................................... 3
B. Ciri-Ciri Morfologi dan Fisiologi Stolotermitidae.................................... 3
C. Tempat Hidup Stolotermitidae................................................................... 5
D. Peran Stolotermitidae bagi Kehidupan...................................................... 6
E. Artikel Rayap................................................................................................. 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................... 8
B. Saran.............................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rayap merupakan serangga yang hidup berkelompok (koloni), dengan individu-
individu yang secara morfologi dibedakan menjadi bentuk-bentuk berlainan atau
biasa disebut dengan istilah kasta. Rayap juga merupakan bagian dari siklus dalam
ekosistem yang membantu menjaga keseimbangan alam dengan cara menghancurkan
kayu menjadi unsur hara dalam tanah secara biotik, yang dikatakan sebagai
dekomposer. Namun, saat ini rayap tidak hanya memakan kayu melainkan juga
karton, kertas, pakaian, jaringan-jaringan tanaman dan bahan lainnya yang
mengandung selulosa.
Serangan rayap pada kayu konstruksi bangunan dan bahan lignoselulosa lainnya
telah dilaporkan hampir di seluruh propinsi di Indonesia. Bahkan kerugian ekonomis
yang terjadi akibat serangannya pada bangunan gedung terus meningkat dari tahun
ke tahun. Pada tahun 2000 kerugian tersebut diperkirakan mencapai Rp. 3,73 trilyun
(Nandika dkk., 2003).
Adanya serangan rayap pada tanaman dan hasil hutan pertama kali dilaporkan
oleh Henry Smeathman kepada Royal Society di London pada tahun 1891,
sedangkan serangan rayap pada tanaman perkebunan dan kehutanan di Indonesia
mulai banyak dilaporkan oleh Kalshoven pada tahun 1959–1960 (Nandika dkk.,
2003). Serangan rayap pada berbagai spesies tanaman seringkali menyebabkan
terjadinya penurunan hasil bahkan menyebabkan kematian pada tanaman inang
sehingga menimbukan kerugian ekonomis yang sangat besar. Mengingat bahwa
rayap dapat menjadi ancaman yang dapat menimbulkan kerugian yang cukup berarti,
maka perlu adanya antisipasi awal penanggulangan rayap dengan metode melihat
karakteristik keragaman bioekologinya utamanya di Hutan Tanaman Rakyat (HTR)
agar upaya pengendalian yang dilakukan dapat lebih efektif dan efisien.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari latar belakang diatas yaitu :
1. Bagaimana klasifikasi rayap Stolotermitidae?
2. Bagaimana ciri-ciri morfologi dan fisiologi rayap Stolotermitidae?
3. Bagaimana tempat hidup (bentuk sarang atau habitat) dari rayap
Stolotermitidae?
4. Bagaimana peran rayap Stolotermitidae bagi kehidupan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui klasifikasi rayap Stolotermitidae
2. Untuk mengetahui ciri-ciri morfologi dan fisiologi rayap Stolotermitidae
3. Untuk mengetahui tempat hidup (bentuk sarang atau habitat) dari rayap
Stolotermitidae
4. Untuk mengetahui peranan rayap Stolotermitidae bagi kehidupan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Klasifikasi Stolotermitidae

Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Blattodea
Famili : Stolotermitidae

B. Ciri-ciri Morfologi dan Fisiologi Stolotermitidae


Spesies ini dideskripsikan pada tahun 1942 oleh Emerson dari serangkaian tentara
dan ratu rayap. Ciri-ciri dari Stolotermitidae yaitu panjang prajurit 5-10mm, kepala
memiliki tanduk, perut imago ditutupi dengan rambut panjang, kumis terdiri dari 15-
17 segmen (prajurit 14-18), mata oval, badan berukuran sedang.1

1
Iago Bueno da Silva and Ana Maria Costa-Leonardo, “Hypopharynx in Termites:
Morphological and Functional Aspects,” Micron 101, no. June (2017): 186–196.

3
Sayapnya memiliki semburat hitam kecoklatan yang berbeda karena berat endapan
micrasters gelap pada membran, ini lebih banyak padat di daerah antara sektor radius
dan margin pantai daripada antara sektor radius dan margin dalam sayap.
Selaput kedua sayap depan dan belakang jelas tetapi lemah reticulated. Margin
kosta cukup lurus, tetapi di ujungnya melengkung ke bawah dengan tajam untuk
bertemu di titik persimpangan yang berbeda, margin bagian dalam sayap yang
melengkung rata dan cembung.

4
Di sayap depan ada sub costa, subcosta, radius, sektor radius, median dan kubitus
semuanya timbul secara independen di jahitan sayap. Sektor subkosta, radius dan
radius sangat kuat berkembang dan berwarna gelap karena kitinisasi berat. Median
dan cubitus kurang berkembang dan tidak tersaring. Angka median berjalan agak
lebih dekat ke kubitus daripada ke sektor jari-jari. Subkosta dan radius sederhana.
Sektor radius dengan dari 4 - 8 sederhana atau cabang bercabang ke tepi pantai.
Median dengan dari 3 - 8 sambungan dengan margin bagian dalam sayap. Kubitus
dengan 4 - 6 koneksi dengan margin bagian dalam sayap.
Di sayap belakang ada subkosta yang kurang, jari-jari dan kubitus muncul secara
independen pada jahitan sayap, sektor radius dan median dari batang umum di luar
jahitan. Jari-jari, radius margin sektor dan kosta berkembang pesat, karena warnanya
gelap kitinisasi yang berat, median dan kubitus kurang berkembang dan tidak
berpigmen. Median mendekati kubitus daripada ke sektor radius. Jari-jarinya
sederhana. Sektor radius dengan 4 - 6 cabang ke tepi pantai. Median dengan 4 - 6, ·
itu cubitus dengan 4 - 6 sambungan dengan margin bagian dalam sayap.2
Fisiologi stolotermitidae yaitu memiliki reproduksi sekunder (neotenics), memiliki
organ reproduksi dan senjata3

C. Habitat Stolotermitidae
Habitat dari Stolotermitidae yaitu pada sarang potongan kayu. Mereka  menggali
sarang mereka langsung di dalam potongan kayu.Selain itu, untuk memastikan
perjalanan yang aman di antara potongan kayu, nesters multi ple-piece sering
menggali terowongan di bawah tanah atau membangun tabung pelindung di atas
permukaan tanah menyerupai pipa yang terbuat dari potongan kayu.4

D. Peranan Stolotermitidae bagi Kehidupan


2
B. De Winter, “Notes on Some South African Species of the Genus Euclea,” Bothalia 7, no. 2 (1960):
403–404.
3
Yudai Masuoka et al., “Reproductive Soldier Development Is Controlled by Direct Physical
Interactions with Reproductive and Soldier Termites,” Insects 12, no. 1 (2021): 1–12.
4
Nobuaki Mizumoto and Thomas Bourguignon, “Modern Termites Inherited the Potential of
Collective Construction from Their Common Ancestor,” Ecology and Evolution 10, no. 13 (2020):
6775–6784.

5
Dekomposer atau pengurai adalah organisme yang memakan organisme mati dan
produk-produk limbah dari organisme lain. Pengurai membantu siklus nutrisi kembali
ke ekosistem.
Dekomposer membuat tanah kaya dengan menambahkan senyawa organik dengan
itu. Zat seperti karbon, air dan nitrogen dikembalikan ke ekosistem melalui tindakan
pengurai. Yang termasuk contoh pengurai (dekomposer) adalah serangga, cacing
tanah, bakteri, jamur, belatung, lactobacteria, kecoa, ragi, siput, lumut, dan
actinomycetes.
Stolotermitidae atau Stolotrmitinae merupakan genus anai-anai. Rayap yang dalam
bahasa Inggris disebut white ants (semut putih). Pendapat tersebut tidak sepenuhnya
benar karena dalam ekosistem alam, rayap juga merupakan serangga yang
menguntungkan bagi manusia yaitu sebagai serangga pengurai (dekomposer) yang
menguraikan sisa-sisa tanaman/kayu. Rayap memakan bahan yang mengandung
selulosa seperti kayu dan produk turunannya seperti kertas. Selulosa merupakan
senyawa organik yang keberadaanya melimpah di alam namun tidak dapat dicerna
oleh manusia maupun organisme tingkat tinggi lainnya sedangkan rayap dengan
mudah dapat mencerna senyawa ini karena dalam usus rayap terdapat bakteri
selulolitik Trichonympha yang mengeluarkan enzim selulase yang dapat memecah
selulosa menjadi D-glukosa (gula alami).
Di Indonesia, yang merupakan daerah tropis memiliki hutan terluas di dunia,
serangga rayap berperan penting sebagai pengurai di hutan tropis tersebut, mereka
bersarang dalam tanah terutama dekat pada bahan organik yang mengandung selulosa
seperti kayu, serasah dan humus, spesies rayap termasuk golongan “daur ulang”
sebab mereka bisa menguraikan zat-zat yang sudah mati menjadi sesuatu yang
makhluk hidup perombak bahan mati yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi
kelangsungan kehidupan dalam sebuah ekosistem hutan.
Hanya dengan mengurai daun (serasah) dan memungkinkan menguntungkan satwa
lain untuk hidup nyaman, mereka bertugas membersihkan sampah dedauan dan kayu
tumbang di hutan, hasil dari daun dan kayu tersebut teresktraksi menjadi humus
membuat tanah hutan tropis subur. Mereka merupakan konsumen primer dalam rantai

6
makanan yang berperan dalam kelangsungan siklus hidup di hutan dan menghasilkan
beberapa unsur penting seperti karbon dan nitrogen.
Ketika hutan terdegradasi hutan berubah fungsi maka binatang terkecil pun seperti
spesies rayap menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dulu mereka makan serasah
dan kayu pohon dan berganti pola makan, mereka akan memakan beton, kayu
bangunan hingga perabotan rumah tangga bahkan rayap menyerang lahan pertanian
dengan merusak tanah pertanian.
Rayap secara alami juga membantu membentuk proses siklus air tanah di hutan
dengan membuat lorong atau rongga tanah, hingga jatuhnya air hujan masuk ke
tanah, karena bantuan rayaplah air hujan di hutan bereaksi secara alami dan masuk ke
dalam tanah, hingga air tanah dapat disitribusikan bagi bagi tanaman hutan dan
adanya simpanan air tanah.5

E. Artikel Rayap
1. Reproductive Soldier Development Is Controlled by Direct Physical
Interactions with Reproductive and Soldier Termites.
2. Modern Termites Inherited the Potential of Collective Construction from Their
Common Ancestor.
3. Hypopharynx in Termites: Morphological and Functional Aspects.
4. Notes on Some South African Species of the Genus Euclea

5
“Rayap”. Wikipedia. Ensiklopedia Bebas. Diakses pada 15:51, April 2, 2021 dar
https://id.wikipedia.org/wiki/Rayap?veaction=edit&section=3

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Stolotermitidae dari kingdom : animalia, filum : Arthropoda, kelas : insekta, ordo
: Blattodea, Famili : Stolotermitidae, genus: Stolotermes, spesies : Porotermes
quadricolis
2. Ciri-ciri morfologi Stolotermitidae yaitu pada prajurit memiliki panjang 5-10
mm, kepala memiliki tanduk, perut imago ditutupi dengan rambut panjang,
kumis terdiri dari 15-17 segmen (prajurit 14-18), mata oval, badan berukuran
sedang, Sayapnya memiliki semburat hitam kecoklatan yang berbeda karena
berat endapan micrasters gelap pada membran, ini lebih banyak padat di daerah
antara sektor radius dan margin pantai daripada antara sektor radius dan margin
dalam sayap. Di sayap belakang ada subkosta yang kurang, jari-jari dan kubitus
muncul secara independen pada jahitan sayap, sektor radius dan median dari
batang umum di luar jahitan.
Cirri-ciri fisiologi stolotermitidae yaitu memiliki reproduksi sekunder
(neotenics), memiliki organ reproduksi dan senjata.
3. Habitat Stolotermitidae yaitu pada sarang potongan kayu. Mereka  menggali
sarang mereka langsung di dalam potongan kayu.
4. Peranan stolotermitidae baagi kehidupan yaitu sebagai decomposer atau pengurai
organisme lain.
5. Artikel rayap :
6. Reproductive Soldier Development Is Controlled by Direct Physical
Interactions with Reproductive and Soldier Termites.
7. Modern Termites Inherited the Potential of Collective Construction from
Their Common Ancestor.
8. Hypopharynx in Termites: Morphological and Functional Aspects.
9. Notes on Some South African Species of the Genus Euclea

8
B. Saran
Diharapkan kritik yang membangun untuk maakalah ini agar dapat lebih baik
lagi kedepannya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca.
10.

9
DAFTAR PUSTAKA

Masuoka, Yudai, Keigo Nuibe, Naoto Hayase, Takateru Oka, and Kiyoto Maekawa.
“Reproductive Soldier Development Is Controlled by Direct Physical
Interactions with Reproductive and Soldier Termites.” Insects 12, no. 1 (2021):
1–12.
Mizumoto, Nobuaki, and Thomas Bourguignon. “Modern Termites Inherited the
Potential of Collective Construction from Their Common Ancestor.” Ecology
and Evolution 10, no. 13 (2020): 6775–6784.
Silva, Iago Bueno da, and Ana Maria Costa-Leonardo. “Hypopharynx in Termites:
Morphological and Functional Aspects.” Micron 101, no. June (2017): 186–196.
De Winter, B. “Notes on Some South African Species of the Genus Euclea.” Bothalia
7, no. 2 (1960): 403–404.
Rayap”. Wikipedia. Ensiklopedia Bebas. Diakses pada 15:51, April 2, 2021 dar
https://id.wikipedia.org/wiki/Rayap?veaction=edit&section=3

10

Anda mungkin juga menyukai