BAB 1 : PENDAHULUAN
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari penyakit akibat kerja,
yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktifitas kerja. (1)
Pelaksanaan K3 tidak hanya merupakan tanggung jawab pemerintah, tetapi
juga merupakan tanggung jawab semua pihak, khususnya pelaku industri. Tujuan
dalam penerapan K3 itu sendiri sebenarnya adalah meningkatkan kesadaran dan
ketaatan pemenuhan terhadap norma K3, meningkatkan partisipasi semua pihak
untuk optimalisasi pelaksanaan budaya K3 disetiap kegiatan usaha dan
terwujudnya budaya K3 atau budaya keselamatan. Budaya keselamatan ini
penting karena banyak kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh kurangnya
kepedulian terhadap keselamatan. Adanya kesadaran terhadap pentingnya
keselamatan akan berpengaruh terhadap keselamatan pekerja, masyarakat dan
lingkungan.
Dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, khususnya
pasal 165: “Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya
kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan
bagi tenaga kerja”. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa
Rumah Sakit termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman
bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para
pelaku langsung yang bekerja di Rumah Sakit, tapi juga terhadap pasien maupun
pengunjung Rumah Sakit.
Rumah sakit adalah instutusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
2
Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain diberikan
kepada pasien.
Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan
atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam
beraktifitas maupun istirahat dengan kemampuan dan keterbatasan manusia baik
fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara keseluruan menjadi baik.
Ruangan penyimpanan rekam medis mempunyai arti penting sehubungan
dengan riwayat penyakit seseorang dan kerahasiaan yang terkandung didalamnya
oleh sebab itu cara penyimpanannya harus diatur sedemikian rupa agar
kerahasiaanya dapat terjaga.
Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi berbagai resiko yang
mempengaruhi kehidupan para pekerja. Berbagai masalah dan resiko tersebut
adalah kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja seperti terganggunya saluran
pernapasan akibat debu, sakitnya mata akibat terkena debu, penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja seperti jatuh dari rak
penyimpanan yang terlalu tinggi saat mencari berkas rekam medis, dapat
menyebabkan kecacatan dan kematian. Antisipasi ini harus di lakukan oleh semua
pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja.
Permasalahan yang berkaitan dengan faktor ergonomi umumnya
disebabkan oleh adanya ketidak sesuaian antara pekerja dan lingkungan kerjanya.
Maksud dan tujuan ergonomi diarahkan dalam upaya memperbaiki kinerja kerja
manusia dalam hal pendayagunaan SDM, oleh karna itu kesehatan dan
keselamatan kerja di ruangan penyimpanan rekam medis sering menjadi tidak
efisien, seperti peralatan kerja yaitu tangga yang tidak ergonomi, sirkulasi udara
yang kurang memadai, dan masih banyak permasalahan yang tidak sesuai dengan
ilmu ergonomi.
Dinas kesehatan Provinsi Sumatera Barat mempunyai 4 (empat) Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dan salah satunya adalah UPTD Balai
Kesehatan Indera Masyarakat ( BKIM ) Provinsi Sumatera Barat yang tentunya
akan mempengaruhi pencapaian pembangunan kesehatan khususnya pelayanan
kesehatan dasar yaitu kesehatan indera masyarakat, oleh karena itu dalam
3
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui penerapan ergonomi pada ruang rekam medis di UPTD.
Balai Kesehatan Indera Masyarakat (BKIM) Prov. Sumbar Tahun 2018.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang akan dicapai selama proses magang ini yaitu :
1. Untuk mengetahui gambaran umum UPTD. Balai Kesehatan Indera
Masyarakat (BKIM) Prov. Sumbar
2. Untuk mengetahui perencanaan dalam penerapan ergonomi pada pekerja
di ruang rekam medis UPTD. BKIM Prov Sumbar tahun 2018.
3. Untuk mengetahui pengorganisasian dalam penerapan ergonomi pada
pekerja di ruang rekam medis UPTD. BKIM Prov Sumbar tahun 2018.
4
2.3 Ergonomi
2.3.1 Definisi Ergonomi
Istilah ergonomi dikenal dalam bahasa yunani, dari kata ergos dan
nomos yang memiliki arti “kerja” dan “aturan atau kaidah”, dari dua kata
tersebut secara pengertian bebas sesuai dengan perkembangannya, yakni
suatu aturan atau kaida yang di taati dalam lingkungan pekerjaan (Dr.
Wowo Sunarya Kuswana,M.pd,2014).
Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk
menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang
digunakan baik dalam beraktifitas maupun istirahat dengan kemampuan
dan keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas
10
hidup secara keseluruan menjadi baik (Tarwaka, Solichul HA. Bakri, Lilik
Sudiajeng, 2004).
2.3.2 Tujuan Ergonomi
Tujuan utama yang hendak di capai adalah tercapainya sistem kerja
yang produktif dan kualitas kerja terbaik, disertai dengan kemudahan,
kenyamanan, dan efisiensi kerja, tanpa mengabaikan kesehatan dan
keselamatan kerja (Ir.Hardianto Iridiastadi, MSIE, Ph.D, Yassierli, Ph.D,
2014)
2.4 Ergonomi Pencahayaan
2.4.1 Definisi Ergonomi Pencahayaan
Suatu peneranagn diperlukan oleh manusia untuk mengenali suatu
objek secara visual. Organ tubuh yang mempengaruhi penglihatan, yaitu
mata, syaraf, dan pusat syaraf penglihatan di otak. Pada banyak industri,
penerangan mempunyai pengaruh terhadap kualitas produk. Penerangan
baik yang tinggi, rendah, maupun yang menyilaukan berpengaruh terhadap
kelelahan mata maupun ketegangan syaraf. Untuk memperoleh kualitas
penerangan yang optimal menetapkan standar kuat penerangan ruangan.
Silau disebabkan cahaya berlebihan baik yang langsung dari sumber
cahaya atau hasil pantulan ke arah mata pengamat. Silau berpengaruh
terhadap mata, yaitu ketidak mampuan mata merespon cahaya dengan
baik, atau menyebabkan perasaan tidak nyaman karena manik mata harus
memicing disebakan kontras yang berlebihan. Ketidak mampuan sesaat
mata merespon cahaya dapat terjadi pada perubahan luminansi menyolok,
misalnya dari keadaan gelap kemudian mendadak terang sorot lampu
Besaran penerangan yang sering dikacaukan pemahamannya adalah
kuat penerangan, dan luminansi. Walaupun satuannya sama yang
membedakan keduanya bahwa kuat penerangan sebagai besaran
penerangan yang dihasilkan sumber penerangan, sedangkan luminansi
merupakan kuat penerangan yang sudah dipengaruhi faktor lain
sebagaimana dijelaskan selanjutnya (Drs.Muhaimin, M.T, 2001)
Tabel 2.1
Perbandingan Kemampuan Lampu
11
a. Lampu Pijar
b. Tungsten/Hologen
c. Lampu flourescent
12
Gambar 3 flourescent
d. Lampu Uap Mukuri
pada musim panas suhu ideal antara 22-24 oC dengan kecepatan udara
antara 0,15-0,4 m/det serta kelembaban antara 40-60% sepanjang tahun.
Sedangkan untuk negara dengan dua musim seperti Indonesia,
rekomendasi tersebut perlu mendapat koreksi. Menurut hasil penelitian
PUSPERKES (1995), suhu nyaman di dalam ruang kerja untuk orang
o
indonesia adalah antara 22 - 26 C. Dari hasil pengujian mikroklimat
pada tiga lokasi basemen ( ruang personalia 1,2 dan 3 ) didapatkan suhu
kering cukup tinggi ( 27,6 – 29,0 oC ), kelembaban antara 68-77 % dan
hampir tidak ada gerakan udara ( <0,04 m/det ).
di luar ruang atau peralihan antara dalam dan luar seperti foyer atau
lobby, dan koridor.
b. Daya alam atau iklim
1) Radiasi Matahari
Dapat mengurangi kenyamanan terutama pada siang
hari, sehingga perlu adanya peneduh.
2) Temperatur
Jika temperatur ruang sangat rendah maka temperatur
permukaan kulit akan menurun dan sebaliknya jika temperatur
dalam ruang tinggi akan mengalami kenaikan pula. Pengaruh
bagi aktivitas kerja adalah bahwa temperatur yang terlalu
dingin akan menurunkan gairah kerja temperatur yang
terlampau panas dapat membuat kelelahan dalam bekerja dan
cenderung banyak membuat kesalahan.
3) Penerangan
Untuk mendapatkan penerangan yang baik dalam ruang
perlu memperhatikan beberapa hal yaitu cahaya alami, kuat
penerang, kualitas cahaya, daya penerangan, pemeliharaan dan
perletakkan lampu. Pencahayaan alami di sini dapat membantu
penerangan buatan dalam batas-batas tertentu, baik dan
kualitasnya maupun jarak jangkauannya dalam ruangan.
Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain diberikan
kepada pasien (Permenkes Ri No.269/Menkes/Per/Iii/2008)
Menurut Dirjen Yammed, tahun 1993 Kegunaan dilihat dari beberapa aspek
yaitu :
1. Aspek Administrasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi karena isinya
menyangkut tindakan berdasarkan wewenang bertanggung jawab sebagai
tenaga medis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
2. Aspek Medis
Suatu berkas rekam medis yang mempunyai nilai medik. Karena
catatan di gunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan atau
perawatan yang harus diberikan kepada seorang pasien.
3. Aspek Hukum
Suatu berkas rekam medis yang mempunyai nilai hukum, karena
isinya menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar
keadilan dalam rangka usaha penegakan hukum serta penyediaan bahan
bukti untuk menegakkan keadilan.
4. Aspek Keuangan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya
mengandung data informasi yang mempergunakan sebagai aspek keuagan.
5. Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena
isinya menyangkut data atau informasi yang dapat dipergunakan sebagai
aspek penelitian dan pengembanagan.
6. Aspek Pendidikan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena
isinya menyangkut data/informasi tentang perkembangan kronologis dan
16
2.8 Manajemen
Tipe-tipe Perencanaan
1) Perencanaan Strategik (Strategic Planning)
Merupakan proses perencanaan jangka panjang atau long term
plan(lebih dari 5 tahun) yang disusun untuk memenuhi tujuan
organisasi.
2) Perencanaan Operasional (Operational Planning)
Merupakan rencana jangka pendek atau short term plan (kurang dari 1
tahun) yang disusun ke dalam serangkaian kegiatan yang lebih rinci
yang merupakan penunjang dari rencana jangka panjang yang akan
dicapai.
2.8.2 Pengorganisasian (Organization)
c. Mendelegasikan wewenang
Tabel. 3.1
Jumlah Tenaga UPTD BKIM Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2017
Struktural
1. Ka UPTD 1 Magister Kes
2. Kasubbag Tata Usaha 1 Magister Kes
Tenaga Pelayanan
3. Dokter Spesialis Mata 2
4. Dokter Spesialis THT - Referal (RS Dr.M.Jamil)
5. Dokter Umum 1 + 1 org Honor lepas
6. Dokter gigi 1
7. Apoteker 2
8. Sarjana Keperawatan 3
9 D3 Keperawatan 3
10 Refraksionis Optisian 2 + 1 org sukarela
11 Rekam Medik 3 D3 RM + 1 org sukarela
12 D3Analis 1
13 SPK 11
14 Asisten Apoteker 1
Tenaga Tata
23
Usaha/Administrasi
15 Pengadministrasian 1 SLTA
Persuratan
16 Pengolah Data 3 1 org Magiater non kes,
2 org Sarjana Kesehatan
Masyarakat
17 Pengelola Barang Milik 3 1 org Magister non kes,
Negara 2 org SLTA
18 Petugas Pendaftaran 1 org sukarela
19 Bendahara Penerima 1 Strata 1/S.Sos
20 Bendahara Pengeluaran 1 SKM
21 Adminitrasi ,Umum & Kepeg 1 D3
22 Sopir 1 SLTA
23 Satpam 4 SLTA
24 Cleaning Service 2 SLTP,SLTA
25 Tenaga Pengolah BPJS 2 org sukarela
Jumlah 49 PNS
Sumber UPTD BKIM Tahun 2017
Tenaga yang ada di UPTD BKIM Sumatera Barat sebagian besar masih
melakukan kegiatan pelayanan kesehatan mata, sedangkan untuk pelayanan
kesehatan THT saat ini menunggu konfirmasi persetujuan dari Pusat rujukan
referal RSUP Dr. M.Djamil Padang.
Sesuai dengan pengajuan usulan kebutuhan pegawai melalui Analisa
Jabatan maka beberapa tenaga medis seperti Dokter Speslialis Mata, spesialis
THT, Dokter Umum, tenaga Elektromedik, tenaga administrasi, pengelola
keuangan, Elektromedik dan IT saat ini sangat dibutuhkan karena di UPTD BKIM
mempunyai peralatan kesehatan yang cukup banyak dan perlu pemeliharaan yang
intensif dan rutin, dan direncanakan untuk segera bertransformasi menjadi RS
Khusus Mata Kelas C.
Untuk menjadikan pelayanan yang berkualitas sesuai harapan masyarakat
di Sumatera Barat khususnya dalam pelayanan kesehatan indera, maka UPTD
Balai Kesehatan Indera Masyarakat Provinsi Sumatera Barat mempunyai Visi dan
Misi yang tertuang dalam manual mutu UPTD BKIM sebagai berikut:
24
Dr Riena Sovianty,
KELOMPOK SUB BAGIAN TATA
JABATAN USAHA
FUNGSIONAL
Drg, Eka Lusti, MM
S
U
a
K B
d
r
o
K t
a
n
i
P
E
K
T
A
K
r
o
d
n
i
L
P
o
U
h
K
i
b
e
s
r
A
r
o
t
a
r a
&
n
S
H
U
A A
A
L
a
e
K
n
d
L
K
U n
a
m
2. Pada minggu kedua, kegiatan magang bertempat di ruang kantor dan loket
pelayanan UPTD BKIM. Kegiatan yang dilakukan adalah:
a) Menerima berkas pendaftaran pasien BPJS dari pendaftaran di loket
BPJS
b) Klaim BPJS yaitu entri data pasien BPJS di aplikasi INACBG’S
c) Diskusi pembimbing lapangan mengenai fokus magang
3.5.1 Perencanaan
Dalam rangka mencapai tujuan untuk melindungi dan tercapainya sistem
kerja yang produktif dan kualitas kerja terbaik, disertai dengan kemudahan,
kenyamanan, dan efisiensi kerja, tanpa mengabaikan kesehatan dan keselamatan
kerja, serta kelancaran pelayanan UPTD. BKIM Prov Sumbar maka perlu adanya
manajemen yang baik pada ruang rekam medis. Agar pelayanan bisa berjalan
dengan maksimal dan tercapainya sistem kerja yang produktif disertai dengan
kemudahan, kenyamanan dan efisiensi kerja tanpa mengabaikan kesehatan dan
keselamatan kerja. Berdasarkan pengamatan penulis, perencanaan penerapan
ergonomi yang dilakukan di UPTD. BKIM Prov Sumbar belum baik untuk
mengantisipasi terjadinya penyakit akibat kerja seperti terganggunya saluran
pernapasan akibat debu, sakitnya mata akibat terkena debu, penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja seperti jatuh dari rak
penyimpanan yang terlalu tinggi saat mencari berkas rekam medis, dapat
menyebabkan kecacatan dan kematian. Antisipasi ini harus di lakukan oleh semua
pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja.
Adapun unsur-unsur dalam kegiatan perencanaan penerapan ergonomi di
rumah sakit :
1. Input
a. Man (Sumber Daya Manusia)
a). Perencana
Perencana pada program penerapan ergonomi di UPTD. BKIM Prov.
Sumbar adalah penaggung jawab ruang rekam medis. Dalam membuat
rencana penanggung jawab berkoordinasi langsung dengan seksi pelayanan
b). Pelaksana
Pelaksana dalam penerapan ergonomi adalah petugas di ruang rekam
medis, dimana petugas berjumlah 4 orang dan ditambah dengan 1 orang
penanggung jawab ruang rekam medis.
c). Pengawas
Penerapan ergonomi ini dipantau langsung oleh penanggung jawab ruang
rekam medis dan kooedinator UPL & UKL di UPTD. BKIM Prov Sumbar.
31
b. Money (Dana)
Dana pendukung untuk program penerapan ergonomi di UPTD. BKIM
Prov Sumbar bersumber dari dana non APBD atau dana dari UPTD
tersebut. Tidak ada anggaran khusus yang dialokasikan untuk penerapan
ergonomi di ruang rekam medis.
c. Material (Sarana)
Sarana yang diperlukan dalam perencanaan penyelenggaraan kegiatan ini
adalah :
1. Kebijakan atau peraturan
2. Instruksi kerja
3. Daftar periksa penerapan ergonomi di ruang rekam medis
4. Standar Operasional Prosedur (SOP)
2. Proses
Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan penerapan ergonomi di ruang
rekam medis UPTD. BKIM Prov Sumbar melalui koordinasi yang dilakukan oleh
coordinator UPL & UKL kepada seksi pelayanan dan dibantu oleh penaggung
jawab ruang rekam medis.
3. Output
Hasil dari perencanaan penerapan ergonomi di ruang rekam medis adalah
berupa rencana kegiatan yang berisikan tentang uraian kegiatan, jadwal kegiatan,
dan realisasi.
32
3.5.2 Pengorganisasian
Tenaga yang bertanggung jawab dalam manajemen ergonomi ruang rekam
medis UPTD. BKIM Prov Sumbar adalah :
KEPALA
PENANGGUNG
JAWAB RUANG
REKAM MEDIS
3.5.3 Pelaksanaan
Pelaksanaan penerapan ergonomi di ruang rekam medis dilakukan dengan
berpedoman pada Manajemen Ergonomi di Rumah Sakit dan sesuai dengan
Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan oleh UPTD. BKIM
Prov Sumbar.
Adapun penerapan ergonomi yang ada di ruang rekam medis, antara lain :
1. Ruangan Rekam Medis
a. Struktur bangunan kuat, terpelihara, bersih.
b. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata,
tidak licin dan bersih.
33
2. Dinding
a. Dinding
b. Lantai
c. plafon
3. Sinar Alami
a. Matahari
listrik yang menyebar keseluruh ruangan. Penerangan buatan yaitu 1 buah lampu
listrik dengan kapasitas yaitu 45 watt.
4 Meter
3. Suhu Ruangan
Tabel 3.3
Suhu Ruangan di Ruangan penyimpanan Rekam Medis di
UPTD. BKIM Prov Sumbar
4. Kenyaman
Ruang Rekam Medis di UPTD. BKIM Prov Sumbar dalam kenyamanan
saat bekerja sangat penting bagi petugas di bagian penyimpanan rekam medis
untuk merasa nyaman ketika saat mengambil atau mencari berkas rekam medis di
ruangan penyimpanan rekam medis. Kenyamanan saat mengambil atau mencari
berkas rekam medis sangat penting seperti kenyamanan mengambil berkas yang
paling tinggi sehingga harus menggunakan tangga. Namun di ruang rekam medis
35
BAB 4 : PEMBAHASAN
36
4.1 Perencanaan
dapat mengetahui apa yang harus dicapai, dengan siapa bekerjasama dan apa yang
adanya rapat antara kepala, kepala bagian TU dan Koordinator UPL & UKL
pelaksanaan kegiatan.
4.2 Pengorganisasian
Seperti bentuk fisik yang tepat bagi suatu ruangan kerja administrasi,
tujuan.
UKL dan penanggung jawab (PJ) ruang rekam medis yang di pantau langsung
oleh kepala Sub Bagian Tata Usaha yaitu Bapak Kusnadi, SKM,M.Kes.
K3RS. Dimana rumah sakit merupakan salah satu tempat kerja yang wajib
4.3 Pelaksanaan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan pola organisasi.
besar dan di ruang rekam medis tersebut tidak memiliki tangga untuk
kecacatan dan kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak
dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja.
mengetahui dan menilai sampai sejauh mana proses kegiatan itu berjalan,
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan sebelumnya penulis menyimpulkan bahwa :
1. Kegiatan penerapan ergonomi di ruang rekam medis di UPTD BKIM
secara keseluruhan telah dilakukan dengan cukup baik. Perencanaan telah
mencakup aspek man, material, money, method dan machine. Proses
penerapan ergonomi di ruang rekam medis dibuktikan dengan sudah
adanya rapat antara kepala, kepala bagian TU dan Koordinator UPL &
UKL mengenai anggaran dana, SOP, instruksi kerja, jadwal pelaksanaan
dan pelaksanaan kegiatan.
2. Kegiatan pengorganisasian penerapan ergonomi sudah baik, dapat dilihat
karena sudah adanya struktur yang jelas dengan masing-masing fungsinya.
3. Dalam pelaksanaan penerapan ergonomi di ruang rekam medis UPTD
BKIM diketahui belum terlaksana dengan maksimal. Dalam pelaksanaan
pekerjaannya setiap hari, ruang penyimpanan berkas kurang besar,
sehingga sirkulasi udara kurang memadai dan di ruang rekam medis
tersebut tidak memiliki tangga untuk membantu proses pengambilan
berkas melainkan petugas rekam medis biasanya memanjat atau
menggunakan kursi, sehingga dapat menyebabkan kecacatan dan kematian.
Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian
antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja.
4. Pada monitoring dan evaluasi pun belum maksimal dilakukan untuk
penerapan ergonomi di ruang rekam medis UPTD. BKIM Prov Sumbar.
5.2 Saran
1. Diharapkan kedepannya UPTD BKIM memiliki K3RS
2. Sebaiknya ruang penyimpana berkas pasien lebih besar, sehingga sirkulasi
udara menjadi memadai.
3. Sebaiknya posisi pencahayaan lampu di Ruangan Penyimpanan Rekam
Medis UPTD. BKIM Prov. Sumbar di ubah dan di tambah 2 buah lampu
sehingga memiliki 3 buah lampu agar penyebaran pencahayaan merata.
40
DAFTAR PUSTAKA
Ir. Hardianto Iridiastadi, MSIE, Ph. D dan Yassierli, Ph. D, (2014:5), Ergonomi
Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.