PEMBUATAN SABUN
OLEH :
QASHAS OKTANIA
4161131024
2017
BAB I
PENDAHULUAN
3.1 Tujuan
1. menggunakan ester sebagai pembuatan sabun
2. Mengetahui prinsip saponifikasi dalam percobaan
3. Membuat berbagai macam sabun untuk bahan pencuci dan kosmetik
4. Menguji daya kerja sabun dalam air sadah
5. Mengetahui perbedaan esterifikasi dan netralisasi
3.2 Manfaat
Adaun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Dengan adanya penelitian ini mahasiswa mampu melakukan proses pembuatan sabun
2. Mahasiswa mengatahui hal-hal yang dibutuhkan pada pembuatan sabun
3. Mahasiswa mengetahui kondisi dan bahan yang tepat untuk membuat sabun
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. ALAT
B. BAHAN
C. PSOSEDUR KERJA
No Bahan Pengamatan
1. Minyak Zaitun Larutan berwarna kuning
Etanol Dipanaskan pekat
NaOh
2. Larutan berwarna busa
Campuran putih pada bagian atas
Didinginkan dan berwarna kuning
pada bagian bawah
3. Campuran (1) + NaCl Campuran menjadi
Campuran + NaCl dan di aduk kental
Menjadi kuning pudar
Sifat-sifat Sabun
No Bahan pengamatan
1 Kerosene + Air Dikocok Bening cair, dan minyak
tidak bergabung
2 Kerosen + Air + Sabun Putih keruh
Dikocok
3 Sabun + Air Panas Putih keruh
4 Larutan sabun + kalsium Sulfat Warna menjadi Putih
keruh akan tetapi
terdapat endapan
5 Sabun + etanol Warna masih Putih
keruh
6 Sabun + Etanol + phenolphtalein Warna menjadi merah
muda atau pink
Pembahasan
NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam idustri sabun, merupakan
alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang
mudah larut dalam air. Sabun dengan berat molekul yang lebih rendah akan lebih mudah larut
dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam
air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk
ion.
Medium pereaksi yang digunakan dalam bentuk suatu pelarut yaitu etanol. Etanol
digunakan sebagai pelarut karena etanol merupakan suatu pelarut yang baik untuk senyawa-
senyawa organic, dalam hal ini adalah untuk melarutkan minyak zaitun yang digunakan.
Etanola dalah alkohol dengan dua atom C. Etanol merupakan senyawa organic yang bersifat
semi polar karena mengandung gugus OH- dan bersifat nonpolar yaitu CH3+. Dengan pelarut
inilah NaOH terlarut dan dapat bercampur dengan minyak dalam reaksi peyabunan
menghasilkan larutan yang berwarna kuning, berbuih dan terbentuk endapan-endapat putih.
Namun, reaksinya akan berlangsung lama. Setalah ketiga bahan dicampur maka dilakukan
proses pemanasan pada suhu 75 0C. pemanasan pada suhu ini bertujuan untuk menguapkan
etanol. Etanol memiliki titik didih yaitu 78 0C dan pada suhu tersebut etanol akan menguap.
Jika etanol kita panaskan pada suhu diatas 78 0C maka etanol akan cepat menguap dan proses
pereaksian minyak zaitun dan NaOH tidak berlangsung sempurna. Sedangkan jika
dipanaskan pada suhu dibawah 78 0C, etanol akan lama sekali menguap dan proses reaksi
akan erlangsung lama. Dalam proses saponifikasi, lemak akan terhidrolisis oleh basa,
menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Selain itu, agar rekasi saponifikasi berjalan lebih
optimal dan produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik, maka campuran minyak dan
NaOH harus dipanaskan sambil tetap dilakukan pengadukan yang bertujuan untuk
mempercepat larutan. Proses pencampuran antara minyak dan alkali kemudian akan
memebentuk suatu cairanyang mengental, yang disebut dengan trace. Tujuan dari
diadakannya pemanasan ini adalah untuk meghilangkan bau etanol dan memepercepat
terjadinya reaksi.
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diketahui sifat-sifat sabun,
diantaranya yaitu :
Dapat dilihat pada pencampuran sabun dengan air panas, terdapat buih-buih, yang
menandakan sabun tesebut bekerja di dalam air.
Sabun bersifat emulgator yang mengubah air dan kerosin yang dicampurkan menjadi
homogeny.
Bersifat basa
Larutan sabuh menjadi warna pink jika diuji dengan indicator phenolphthalein. Yang
menandakan bahwa sabun tersebut bersifat basa. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak
suku tinggi sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air
bersifat basa.
Pada percobaan ini digunakan larutan kalsium sulfat. Pada air sadah ini, sabun tidak
bekerja, hal ini ditandai dengan tidak munculnya busa, tetapi timbul buih sabun, yang
,merupakan garamnya. Hal ini terjadi karena ion Ca 2+ dapat bereaksi dengan sabun
memebentuk endapan. Sehingga fungsi sabun dalam mengikat kotoran menjadi kurang atau
bahkan tidak efektif.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1) Ester dapat digunakan untk pembuatan sabun yaitu dengan mereaksikannya dengan
asam lemak dan basa kuat.
2) Prinsip saponifikasi adalah mereaksikan asam lemak dan basa kuat seperti Natrium
Hidroksida, kalium Hidroksida yang akan menghasilkan sabun.
3) Sabun dapat digunakan sebagai bahan pencuci dan kosmetik namun memiliki
kandungan bahan yang berbeda, karena harus dicocokkan dengan kegunaan.
4) Daya kerja sabun pada air sadah adalah tidak baik Karena di dalam air sadah
mengandung ion Ca2+ dan Mg2+ karena akan mengendapkan sabun sehingga terbentuk
endapan berminyak yang terapung di permukaan air.
5) Esterifikasi adalah proses pembuatan ester sedanggkan netralisasi adalah reaksi asam
dan basa yang bereaksi dalam larutan berair untuk menghasilkan garam dan air.
6.2 Saran
1) Konsentrasi bahan harus tepat.
2) Pembuatan NaOH dilakukan dengan perhitungan yang tepat sehingga jumlah
pemakaian dapat diketahu.
3) Saat pendinginan setelah proses pemanasan tidak boleh langsung didinginkan pada
suhu yang sangat dingin, harus di suhu kamarkan terlebih dahulu.
DAFTAR PUSTAKA
Austin. Gorge T. 1984. Shereve’s Chemical Process Industries. 5th ed. McGra- Hill Book Co:
Singapura
Baysinger, Grace.Et all. 2004. CRC Handbook Of Chemistry and Physics. 85th ed.
Fessenden, R. J. and Fessenden, J.S. 1990. Kimia Organik 3rd Edition. Penerbit Erlangga :
Jakarta.
Hard, Harold. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Erlangga : Jakarta.
5 ml Minyak kelapa + NaOH 3 M + etanol
NaOH 10 % sebanyak 1 ml dimasukkan ke sebanyak 20 ml kemudian diaduk namun
dalam tabung reaksi belum menyatu