Anda di halaman 1dari 15

MINI RISET

PEMBUATAN SABUN

OLEH :

QASHAS OKTANIA

4161131024

KIMIA DIK B 2016

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Sabun merupakan komoditi hasil olahan minyak kelapa sawit yang popular yang
berfungsi sebagai zat yang mampu membersihkan dan mengangkat benda asing. Reaksi yang
terjadi pada saat pembuatan sabun dari minyak kelapa sawit disebut reaksi saponifikasi.
Saponifikasi dilakukan dengan mereaksikan minyak kelapa sawit (triglisrida) dengan alkali
(biasanya mengguunakan KOH atau NaOH) sehingga menghasilkan gliserol dan garam alkali
Na (sabun). Saponifikasi juga dapat dilakukan dengan mereaksikan asam lemak dengan alkali
sehingga menghasilkan sabun dan air. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang
disebut batang.
Sabun yang telah berkembang sejak zaman Mesir kuno ini berfungsi sebagai alat
pembersih. Keberadaan sabun yang hanya berfungsi sebagai alat pembersih dirasa, kurang,
mengingat pemasaran dan permintaan masyarakat akan nilai lebih dari sabun mandi. Oleh
karena itu banyak sabun yang beredar di pasaran sekarang ditambahkan dengan berbagai
bahan-bahan aditif yang berfungsi menambah nilai guna sabun itu sendiri.

1.2 Perumusan hipotesa


1. Zat-zat apa saja yang terkandung dalam proses pembuatan sabun?
2. Bagaimana reaksi yang terjadi pada proses pembuatan sabun?
3. Bahan apa yang palng banyak digunakan dalam pembuatan sabun?
4. Apakah sabun memiliki kandungan zat yang berbahaya?
BAB II
STUDI PUSTAKA

Saponifikasi Ester dan Pembuatan Sabun


1. Sabun
Sabun merupakan senyawa kimia yang dihasilkan dari reaksi lemak atau minyak
dengan alkali. Sabun juga merupakan garam-garam monovalen dari asam karboksilat dengan
rumus umumnya RCOOM, R adalah rantai lurus (alifatis) panjang dengan jumlah atom C
bervariasi, yaitu antara C12-C18 dan M adalah kation dari kelompok alkali atau ion
ammonium.
Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan, sabun
biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk
umumnya. Jika diterapkan pada suatu permukaan air, sabun secara efektif mengikat partikel
dalam suspense mudah dibawa oleh air bersih. Di Negara berkembang, detergen sintetik telah
menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci atau membersihkan.
Banyak sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang
dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan dengan alakali (seperti natrium
atau kalium hidroksida) pada suhu 80ºC - 100ºC melalui suatu proses yang dikeal dengan
saponifikasi. Lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah.
Secara tradisional, alkali yang digunakan adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran
tumbuhan, atau dari orang kayu. Abun dapat pula dibuat dari minya tumbuhan seperti minyak
zaitun.
2. Saponifikasi
Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis antara basa-basa alkali dengan asam lemak yang
akan dihasilkan gliserol dan garam yang disebut sebagai sabun. Asam lemak yang diguakan
yaitu asam lemak tak jenuh, karena memiliki paling sedikit satu ikatan ganda antara atom-
atom karbon penyusunnya dan bersifat urang stabil sehingga mudah bereaksi dengan unsure
lain.
Basa alkali yang digunakan yaitu basa-basa yang menghasilkan garam basa lemah seperti
NaOH, KOH, NH4OH, K2CO3 dan lainnya.
3. Minyak atau Lemak
Minyak atau lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa ester gliserol.
Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak digunakan adalah minyak nabati atau lemak
hewan. Perbedaan antara minyak dengan lemak adalah wujud keduanya dalam keadaan
ruang. Minyak akan berwujud cair pada temperature ruang (28ºC), sedangkan minyak akan
berwujud padat.
4. Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH, KOH,
Na2CO3, NH4OH dan ethanolamines. NaOH atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik
adalah alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun. Sabun yang terbuat dari
ethanolmines dan minyak kelapa menunjukkan sifat mudah berbusa tetapi sabun tersebut
lebih umum digunakan sebagai sabun industry dan detergen, bukan sebagai sabun rumah
tangga.
5. Etanol
Disebut juga etil alcohol atau alcohol murni adalah jenis cairan yang mudah menguap,
mudah terbakar, tak berwarna dan merupakan alcohol yang sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Senyawa ini merupakan obat psikoaktif dan dapat ditemukan pada
minuman beralkohol.
Reaksi antara alcohol dan asam karboksilat disebut ester. Lemak dan minyak nabati
merupakan dua tipe ester. Lemak merupakan campuran ester yang dibuat dari alcohol dan
asam karboksilat, seperti asam stearat, asam oleat dan asam palmitat. Minyak seperti minyak
zaitun mengandung ester dan gliserol asam oleat. Lemak padat mengandung ester gliserol
dan asam stearat.
Sabun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak. Gugus
induk lemak disebut fatty acids yang teridiri dari rantai hidrokarbon panjang (C12-C18) yang
berikatan membentuk gugus karboksilat. Asam lemak rantai pendek jarang digunakan karena
menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi tidak lain adalah hidrolisis basa suatu ester
dengan alkali (NaOH, KOH)
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT

3.1 Tujuan
1. menggunakan ester sebagai pembuatan sabun
2. Mengetahui prinsip saponifikasi dalam percobaan
3. Membuat berbagai macam sabun untuk bahan pencuci dan kosmetik
4. Menguji daya kerja sabun dalam air sadah
5. Mengetahui perbedaan esterifikasi dan netralisasi

3.2 Manfaat
Adaun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Dengan adanya penelitian ini mahasiswa mampu melakukan proses pembuatan sabun
2. Mahasiswa mengatahui hal-hal yang dibutuhkan pada pembuatan sabun
3. Mahasiswa mengetahui kondisi dan bahan yang tepat untuk membuat sabun
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. ALAT

No Nama Alat Ukuran Jumlah


1 Tabung Reaksi - 2 buah
2 Penangas Air - 1 buah
3 Gelas Piala 500 ml 1 buah
4 Termometer - 1 buah
5 Kaca Pengaduk - 1 buah

B. BAHAN

No Nama Bahan Rumus Konsentrasi Wujud Warna Jumlah


Kimia
1 Natrium NaOH 10% Cair Bening 2 ml
Hidroksida
2 Aquades H2O - Cair Bening 3 ml
3 Metil Salisilat - - Cair Bening 1 ml
4 Asam Klorida HCl 10% Cair Bening 2 ml
5 Lakmus - - Padat Merah,Biru 1 buah
6 Minyak Kelapa - - Cair Bening 5 ml
7 Natrium NaOH 3M Cair Bening 2 ml
Hidroksida
8 Etanol C2H6O - Cair 2 ml
9 Natrium NaCl 1M Cair Bening 3 ml
Klorida
10 Kalsium CaCl 1M Cair Bening 3 ml
Klorida
11 Magnesium MgSO4 1M Cair Bening 3 ml
Sulfat
12 Timbal Nitrat PbNO3 1M Cair Bening 3 ml

C. PSOSEDUR KERJA

No Prosedur Kerja Hasil Pengamatan


1 Saponifikasi Ester Bau NaOH + metil

Masukkan 5 tetes melisilat sebelum


metil salisilat + 1 ml dipanaskan seperti bau
NaOH 10% + 3 ml
minyak angin. Setelah
H2O
didinginkan bau ester

Uji keasaman dengan lakmus hilang dn warna menjadi


+ 1 ml HCl 10 % keruh. Setelah
Kemudian dinginkan dan uji keasaannya
ditambahkaan HCl
menjadi putih susu,
mengental dan terdapat
gumpalan saat lakmus
biru dimasukkan, lakmus
menjadi merah.
2 Pembuatan Sabun Saat seluruh bahan
dicampur, warnanya
sedikit keruh. Minyak
kelapa yang dicampur
Masukkan 5 ml minyak
sulit menyatu dengan
kelapa + 15 ml NaOH 3
larutan yang lainnya.
M + 15 ml etanol.

Aduk dan biarkan selama 20 menit sampai 90


derajat dan berbentuk padatan.

3 Saat dipanaskan, larutan


Masukkan 1 ml NaOH. menghasilkan buih dan
Kemudian aduk padatan
mulai ada tanda-tanda
yang terbentuk.
munculnya gumpalan. Hal
tersebut terjadi pada menit
ke sepuluh satelah 20
menit larurn justru
menggumpal.
4
Masukkan padatan ke
masingmasing tabung reaksi.

CaCl MgSO4 PbNO


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

No Bahan Pengamatan
1. Minyak Zaitun Larutan berwarna kuning
Etanol                        Dipanaskan pekat
NaOh
2. Larutan berwarna busa
Campuran                             putih pada bagian atas
Didinginkan dan berwarna kuning
pada bagian bawah
3. Campuran (1) + NaCl Campuran menjadi
Campuran + NaCl dan di aduk kental
Menjadi kuning pudar

Sifat-sifat Sabun

No Bahan pengamatan
1 Kerosene + Air               Dikocok Bening cair, dan  minyak
tidak bergabung
2 Kerosen + Air + Sabun                Putih keruh
Dikocok
3 Sabun + Air Panas Putih keruh
4 Larutan sabun + kalsium Sulfat  Warna menjadi Putih
keruh akan tetapi
terdapat endapan
5 Sabun + etanol  Warna masih Putih
keruh
6 Sabun + Etanol + phenolphtalein  Warna menjadi merah
muda atau pink

Reaksi-reaksi Yang terjadi

a.     Reaksi Etanol dan NaOH


CH3 – CH2 – OH + NaOH                       CH3 – CH2 – ONa + H2O

       Etanol             Natrium                             Natrium             Air


                               Hidroksida                         Etoksida

Pembahasan

            Safonifikasi merupakan proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan


mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan sabundan
hasil samping berupa gliserol. Sabun merupakan garam (natrium) yang mempunyai rangkaian
karbon yang panjang. Gugus induk lemk disebut Fatty acids yang terdiri dari rantai
hidrokarbon panjang (C-12 sampai C-18) yang berikatan membentuk gugus karboksil. Sabun
memiliki sifat yang unik, yaitu pada strukturnya dimana kedua ujung dari strukturnya
memiliki sifat yang berbeda. Pada salah satu ujungnya terdiri dari natrium hidrokarbon asam
lemak yang bersift lipofilik (tertarik pada atau larut lemak dan minyak) atau basa yang
disebut ujung nonpolar sedangkan pada ujung lainnya yang merupakan ion karboksilat
bersifat hidrofilik (tertarik pada atau larut dalam air) atau ujung polar.

            Pada percobaan ini, 34 ml minyak zaitun dimasukkan kedalam mangkok, kemudian


ditambahkan 36 ml etanol dan basa kuat NaOH 2N sebanyak 20 ml. minyak zaitun berfungsi
sebagai bahan baku pembuatan sabun, NaOH yang berfungsi sebagai pereaksi dan pembuatan
sabun berbenruk padat, etanol sebagai pelarut, dan NaCl jenuh digunakan sebagai agen
pengendap dari sabun yang telah terbentuk dan untuk melarutkan gliserol. Penambahan NaCl
berfungsi untuk menurunkan nilai kelarutan dari sabun sehingga sabun mngendap.
Berkurangnya kelarutan sabun ini karena penambahan ion sejenis (common ion effect), yaitu
Na+. pembuatan sabun padat menggunakan NaOH sebagai pereaksi. Sementara itu, pada
pembuatan sabun cair digunakan KOH sebagai perekasi. Reaksi pembuatan sabun dengan
menggunakan larutan alkali NaOH adalah sebagai berikut :

Reaksi Pembuatan Sabun Padat

            NaOH, atau yang biasa dikenal dengan soda kaustik dalam idustri sabun, merupakan
alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair karena sifatnya yang
mudah larut dalam air. Sabun dengan berat molekul yang lebih rendah akan lebih mudah larut
dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam
air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk
ion.
            Medium pereaksi yang digunakan dalam bentuk suatu pelarut yaitu etanol. Etanol
digunakan sebagai pelarut karena etanol merupakan suatu pelarut yang baik untuk senyawa-
senyawa organic, dalam hal ini adalah untuk melarutkan minyak zaitun yang digunakan.
Etanola dalah alkohol dengan dua atom C. Etanol merupakan senyawa  organic yang bersifat
semi polar karena mengandung gugus OH- dan bersifat nonpolar yaitu CH3+. Dengan pelarut
inilah NaOH terlarut dan dapat bercampur dengan minyak dalam reaksi peyabunan
menghasilkan larutan yang berwarna kuning, berbuih dan terbentuk endapan-endapat putih.
Namun, reaksinya akan berlangsung lama. Setalah ketiga bahan dicampur maka dilakukan
proses pemanasan pada suhu 75 0C. pemanasan pada suhu ini bertujuan untuk menguapkan
etanol. Etanol memiliki titik didih yaitu 78 0C dan pada suhu tersebut etanol akan menguap.
Jika etanol kita panaskan pada suhu diatas 78 0C maka etanol akan cepat menguap dan proses
pereaksian minyak zaitun dan NaOH tidak berlangsung sempurna. Sedangkan jika
dipanaskan pada suhu dibawah 78 0C, etanol akan lama sekali menguap dan proses reaksi
akan erlangsung lama. Dalam proses saponifikasi, lemak akan terhidrolisis oleh basa,
menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Selain itu, agar rekasi saponifikasi berjalan lebih
optimal dan produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik, maka campuran minyak dan
NaOH harus dipanaskan sambil tetap dilakukan pengadukan yang bertujuan untuk
mempercepat larutan. Proses pencampuran antara minyak dan alkali kemudian akan
memebentuk suatu cairanyang mengental, yang disebut dengan trace. Tujuan dari
diadakannya pemanasan ini adalah untuk meghilangkan bau etanol dan memepercepat
terjadinya reaksi.

            Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diketahui sifat-sifat sabun,
diantaranya yaitu :

 Berbusa jika dilarutkan didalam air

Dapat dilihat pada pencampuran sabun dengan air panas, terdapat buih-buih, yang
menandakan sabun tesebut bekerja di dalam air.

 Sabun bersifat emulgator

Sabun bersifat emulgator yang mengubah air dan kerosin yang dicampurkan menjadi
homogeny.

 Bersifat basa
Larutan sabuh menjadi warna pink jika diuji dengan indicator phenolphthalein. Yang
menandakan bahwa sabun tersebut bersifat basa. Sabun adalah garam alkali dari asam lemak
suku tinggi sehingga akan dihidrolisis parsial oleh air. Karena itu larutan sabun dalam air
bersifat basa.

CH3(CH2)16COONa + H2O                CH3(CH2)16COOH + NaOH

 Tidak mamapu bekerja pada air yang mengandung mineral

Pada percobaan ini digunakan larutan kalsium sulfat. Pada air sadah ini, sabun tidak
bekerja, hal ini ditandai dengan tidak munculnya busa, tetapi timbul buih sabun, yang
,merupakan garamnya. Hal ini terjadi karena ion Ca 2+ dapat bereaksi dengan sabun
memebentuk endapan. Sehingga fungsi sabun dalam mengikat kotoran menjadi kurang atau
bahkan tidak efektif.

BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
1) Ester dapat digunakan untk pembuatan sabun yaitu dengan mereaksikannya dengan
asam lemak dan basa kuat.
2) Prinsip saponifikasi adalah mereaksikan asam lemak dan basa kuat seperti Natrium
Hidroksida, kalium Hidroksida yang akan menghasilkan sabun.
3) Sabun dapat digunakan sebagai bahan pencuci dan kosmetik namun memiliki
kandungan bahan yang berbeda, karena harus dicocokkan dengan kegunaan.
4) Daya kerja sabun pada air sadah adalah tidak baik Karena di dalam air sadah
mengandung ion Ca2+ dan Mg2+ karena akan mengendapkan sabun sehingga terbentuk
endapan berminyak yang terapung di permukaan air.
5) Esterifikasi adalah proses pembuatan ester sedanggkan netralisasi adalah reaksi asam
dan basa yang bereaksi dalam larutan berair untuk menghasilkan garam dan air.

6.2 Saran
1) Konsentrasi bahan harus tepat.
2) Pembuatan NaOH dilakukan dengan perhitungan yang tepat sehingga jumlah
pemakaian dapat diketahu.
3) Saat pendinginan setelah proses pemanasan tidak boleh langsung didinginkan pada
suhu yang sangat dingin, harus di suhu kamarkan terlebih dahulu.

DAFTAR PUSTAKA
Austin. Gorge T. 1984. Shereve’s Chemical Process Industries. 5th ed. McGra- Hill Book Co:
Singapura
Baysinger, Grace.Et all. 2004. CRC Handbook Of Chemistry and Physics. 85th ed.
Fessenden, R. J. and Fessenden, J.S. 1990. Kimia Organik 3rd Edition.  Penerbit Erlangga :
Jakarta.
Hard, Harold. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Erlangga : Jakarta.
5 ml Minyak kelapa + NaOH 3 M + etanol
NaOH 10 % sebanyak 1 ml dimasukkan ke sebanyak 20 ml kemudian diaduk namun
dalam tabung reaksi belum menyatu

Kemudian dinginkan agar didaptkan


Kemudian dipanaskan selama 20 menit
padatannya sehingga sabun terpisah dari
hingga titik didih mencapai 90’
gliserol

Tabung I: 3 ml lart. Sabun + 1 ml CaCl2=


Padatan didaptkan setelah beberapa menit berwarna keruh
didinginkan dengan bantuan es kristal Tabung II: 3 ml lart. Sabun + 1 ml MgSO4=
berwarna keruh
Tabung III: 3 ml lart. Sabun + 0,1 M Pb
NO3 = berwarna putih
Tabung IV: 3 ml lart. Sabun = keruh

Anda mungkin juga menyukai