Anda di halaman 1dari 19

BAB 2

TINJAUAN TEORI

Bab ini menggambarkan tentang tinjauan teori yang menjelaskan tentang konsep
penyakit hipertensi yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi (proses
perjalanan penyakit, manifestasi klinis, dan komplikasi), pemeriksaan diagnostik,
pemeriksaan medis, proses menua, perubahan sistem pada lansia, asuhan
keperawatan yang meliputi konsep keluarga (pengertian, jenis keluarga, struktur
keluarga, peran keluarga, fungsi keluarga, tahap-tahap keluarga dan tugas
perkembangan keluarga) dan konsep proses keperawatan keluarga (pengkajian:
penjajakan I dan penjajakan II, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan).

2.1. Konsep Masalah Kesehatan Hipertensi


2.1.1 Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan kronis yang ditandai dengan
meningkatnya tekanan darah pada dinding pembuluh darah arteri yang
mengakibatkan jantung bekerja lebih keras untuk mengedarkan darah
ke seluruh tubuh (Sari, 2017).

Hipertensi adalah suatu penekanan darah sistolik dan diastolik yang


tidak normal, batas yang tepat dari penyakit hipertensi tidak pasti.
Nilai yang dapat diterima berbeda tergantung dengan usia dan jenis
kelamin, namun pada umumnya nilai sistolik 140 – 190 mmHg dan
nilai diastolik antara 90 – 95 mmHg dianggap masuk dalam kategori
hipertensi (Riyadi, 2011).

Menurut Majid (2018), hipertensi adalah keadaan dimana terjadi


peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus-menerus pada
beberapa kali pemeriksaan tekanan darah.

5
6

Menurut Price dalam Nurarif dan Kusuma (2015), hipertensi adalah


peningkatan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan diastolik
90 mmHg. Hipertensi tidak hanya menyerang klien yang menderita
penyakit jantung, tetapi dapat juga menyerang penyakit lain seperti
saraf dan ginjal.

Berdasarkan beberapa sumber diatas dapat disimpulkan pengertian


dari hipertensi adalah peningkatan abnormal tekanan darah. Pada
umumnya sistolik berkisar antara 140 – 190 mmHg dan diastolik
antara 90 – 95 mmHg.

2.1.2. Etiologi
Menurut Sari (2017), faktor risiko hipertensi dibedakan menjadi 2,
yaitu:
a. Faktor-faktor risiko yang tidak dapat diubah:
1) Usia
Semakin bertambahnya usia akan terjadi perubahan struktur
pembuluh darah seperti penyempitan lumen, dinding pembuluh
darah kaku dan elastisitasnye menurun sehingga meningkatkan
tekanan darah. Pada pria dengan usia lebih dari 45 tahun rentan
mengalami peningkatan tekanan darah, sedangkan pada wanita
pada usia 55 tahun.
2) Jenis Kelamin
Pria cenderung lebih banyak menderita hipertensi karena gaya
hidup yang kurang sehat tetapi wanita mengalami peningkatan
tekanan darah setelah memasuki usia menopause karena terjadi
perubahan hormon.
3) Genetik
Klien dengan orang tua yang memiliki penyakit hipertensi
berada pada risiko yang lebih tinggi pada usia muda.
7

b. Faktor-faktor risiko yang dapat diubah


1) Obesitas
Peningkatan kadar lemak dalam darah (hiperlipidemia) sehingga
menimbulkan penyempitan pembuluh darah dan memicu
jantung bekerja lebih kuat untuk memenuhi kebutuhan oksigen
dan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh.
2) Merokok
Dalam asap rokok terdapat kandungan nikotin dan karbon
monoksida yang menggantikan ikatan oksigen dalam darah dan
menyebabkan menurunnya kadar oksigen dalam darah. Jantung
harus memompa darah lebih cepat yang menyebabkan
peningkatan tekanan darah.
3) Konsumsi Alkohol
Kandungan dalam alkohol mengakibatkan meningkatnya sel
darah merah dan kekentalan darah yang menyebabkan
peningkatan tekanan darah.
4) Konsumsi Garam Berlebih
Garam mengandung natrium yang dapat menarik cairan di luar
sel agar tidak dikeluarkan sehingga menyebabkan penumpukan
cairan dalam tubuh, hal ini menyebabkan peningkatan tekanan
darah.
5) Stress
Stress dapat membuat hormon adrenalin dan jantung berdetak
lebih kencang sehingga memicu peningkatan tekanan darah.

2.1.3. Patofisiologi
a. Proses perjalanan penyakit
Menurut Manurung (2018), pengaturan tekanan darah merupakan
proses yang komplek karena menyangkut pengaturan sistem ginjal
terhadap natrium dan retensi cairan, serta pengaturan sistem saraf
terhadap pembuluh darah. Ada dua faktor yang mengatur tekanan
darah, yaitu darah mengalir ditentukan oleh volume darah yang
8

dipompa oleh ventrikel kiri setiap kali kontraksi dan kecepatan


denyut jantung. Tahanan vaskuler berkaitan dengan besarnya
lumen pembuluh darah perifer. Semakin sempit pembuluh darah
maka semakin tinggi juga tekanan terhadap aliran darah, semakin
besar dilatasinya semakin kurang tahanan terhadap aliran darah.
Sehingga dapat disimpulkan semakin menyempit pembuluh darah,
maka semakin meningkat tekanan darah. Dilatasi dan konstriksi
pembuluh darah dikendalikan oleh sistem saraf simpatis dan sistem
renin – angiotensin. Renin diproduksi oleh ginjal ketika aliran
darah ke ginjal menurun, akibatnya terbentuklah enzim renin
angiotensin I, yang akan berubah menjadi enzim renin angiotensin
II. Enzim renin angiotensin II meningkatkan tekanan darah dengan
mengakibatkan fasokonstriksi langsung pada arteriol. Secara tidak
langsung juga merangsang pelepasan aldosteron, yang
mengakibatkan retensi natrium dan cairan dalam ginjal. Respon
tersebut meningkatkan volume cairan ekstraseluler, yang dapat
meningkatkan aliran darah yang kembali ke jantung, sehingga
meningkatkan curah jantung dan volume darah yang dipompakan
oleh jantung dalam 1 menit. Ginjal juga mempunyai mekanisme
untuk meningkatkan retensi natrium dan cairan.

b. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala pada penyakit hipertensi adalah: sakit kepala, rasa
berat ditengkuk, lemas, kelelahan, sesak napas, gelisah, mual,
muntah, pandangan mata menjadi kabur dan mimisan. (Manurung,
2016)
9

c. Komplikasi
Menurut Rinawang (2011) dalam Masriadi (2016) ada beberapa
perubahan utama yang terjadi akibat hipertensi, yaitu:
1) Organ jantung: infark miokard akut (MCI), angina pectoris, dan
gagal jantung (CHF)
2) Organ ginjal: gagal ginjal.
3) Organ otak: stroke dan transient ischemic attack (TIA)
4) Organ mata: oedema pupil, retinopati hipertensi, gangguan
penglihatan sampai dengan kebutaan.

2.1.4. Pemeriksaan Diagnostik


Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) yang dilakukan pada penderita
hipertensi, yaitu:
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hemoglobin dan Hematokrit untuk mengkaji hubungan sel-sel
terhadap volume cairan.
2) Kreatinin: memberikan informasi tentang fungsi ginjal.
3) Glukosa: dapat diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin
4) Urin: menunjukkan adanya disfungsi ginjal (darah, protein dan
glukosa).
b. CT Scan: mengkaji adanya tumor serebral, encelopati.
c. EKG: peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi.
d. IVP: mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti: batu ginjal,
perbaikan ginjal.
e. Rongen Thorax: pembesaran jantung.
10

2.1.5. Penatalaksanaan Medis


Menurut Rosalina (2008) dalam Masriadi (2016) ada dua prinsip
pengobatan hipertensi, yaitu:
a. Pengobatan hipertensi lebih mendahulukan pengobatan kausal yang
bertujuan untuk menurunkan tekanan darah tinggi dengan harapan
memperpanjang umur dan mencegah timbulnya komplikasi.
b. Upaya menurunkan tekanan darah tinggi dapat dicapai dengan
menggunakan anti hipertensi dengan pengobatan jangka panjang
bahkan seumur hidup.

Menurut Smeltzer & Bare (2010) pendekatan farmakologi harus


dimulai jika tekanan darah sistolik 130-139 mmHg dan tekanan darah
diastolik 85-89 mmHg bila individu berisiko tinggi. Pilih kelas obat
yang mempunyai keefektifan paling tinggi dan efek samping paling
sedikit. Terdapat dua kelas obat sebagai jalur utama yaitu diuretik dan
beta blocker, contohnya obat Amplodipin, Captopril dan Lasik.

Diet rendah garam dibagi menjadi beberapa tingkatan, sesuai dengan


kondisi penderitanya, yaitu:
a. Diet rendah garam tingkat tinggi (200-400mg Na) Diet ini
diberikan kepada penderita hipertensi berat.
b. Diet rendah garam tingkat II (600-800mg Na) Pada diet ini
penambahan garam hanya ½ sdt atau 2gr.
c. Diet rendah garam tingkat III (1000-1200mg Na) Diet ini
diberikan pada penderita hipertensi ringan. Dalam diet ini, 1 sdt
atau 4gr garam dapur boleh ditambahkan dalam pengolahan
makanan.
11

2.1.6. Pengertian Tentang Proses Penuaan


Proses penuaan merupakan proses yang berhubungan dengan umur
seseorang, manusia mengalami perubahan sesuai dengan
bertambahnya umur semakin berkurang fungsi-fungsi organ tubuh
(Sunaryo et al., 2016). Menurut Aspiani (2014) Proses menua
merupakan proses yang terus-menerus dimulai sejak lahir dan dialami
semua makhluk hidup.

2.1.7. Perubahan Sistem Yang Terjadi Pada Lansia


Menurut Fatimah (2010) Penuaan mengacu pada perubahan yang
disebabkan oleh proses penuaan.
a. Perubahan Kardiovaskuler
Katup jantung menjadi tebal dan kaku, jantung serta arteri
kehilangan elastisitasnya. Kalsium dan lemak berkumpul di dalam
dinding arteri, vena menjadi sangat berkelok-kelok, dalam keadaan
normal tetapi fungsi sistem kardiovaskuler berkurang dan
kemampuan dalam merespon stress menurun. Curah jantung
menurun sebesar 1% per tahun setelah usia 20 tahun.
b. Perubahan Integumen
Bertambahnya usia mempengaruhi fungsi dan penampilan kulit,
dimana epidermis dan dermis menjadi lebih tipis, jumlah serat
elastis berkuran dan kolagen menjadi kaku. Hilangnya kapiler di
kulit mengakibatkan suplai darah menurun, kekenyalan kulit
menurun, keriput, dan menggelambir. Pigmentasi rambut menurun
dan rambut menjadi beruban. Kulit menjadi lebih kering dan rentan
terhadap iritasi karena penurunan aktivitas kelenjar sebasea dan
kelenjar keringat sehingga kulit lebih rentan gatal-gatal.
c. Perubahan Muskuloskeletal
Pada wanita pasca menopause mengalami kehilangan massa tulang
yang tinggi akan mengakibatkan osteoporosis dan berhubungan
dengan kurang aktivitas, masukan kalsium yang tidak adekuat, dan
kehilangan estrogen. Penyusutan tinggi tubuh akibat osteoporosis
12

pada tulang punggung, kifosis, dan fleksi lutut. Perubahan ini


menyebabkan penurunan mobilitas, keseimbangan dan fungsi
organ internal. Ukuran otot berkurang dan otot kehilang kekuatan,
fleksibilitas berkurang, dan tulang rawan memburuk secara cepat
mulai usia pertengahan.
d. Perubahan Sensorik
Pada penglihatan, sel tengah lensa akan menjadi kuning, kaku,
padat, dan berkabut yang akan mengakibatkan lansia sangat peka
terhadap sinar matahari. Lensa menjadi kurang elastis, titik dekat
fokus berpindah menjadi lebih jauh (presbiopi). Pupil berdilatasi
dengan lambat karena otot iris menjadi semakin kaku. Pada
pendengaran, kehilangan pendengaran yang berhubungan dengan
usia ini disebut presbikusis, yang disebabkan karena perubahan
telinga dalam.

2.2. Asuhan Keperawatan Keluarga


2.2.1. Konsep Keluarga
a. Pengertian
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di
suatu tempat dalam keadaan saling ketergantungan (Jhonson dan
Leny, 2010).

Keluarga adalah kelompok inti yang terdiri dari dua atau lebih
orang yang mempunyai hubungan darah, perkawinan dan adopsi
(Bakri, 2017).

Menurut UU No. 10 (1992) dalam Gusti (2013), keluarga adalah


unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau
suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan
anaknya.
13

b. Jenis/Tipe Keluarga
Menurut Gusti (2013) Jenis/ tipe keluarga dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Tipe keluarga tradisional
a) Keluarga inti, adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau
keduanya.
b) Keluarga besar, adalah keluarga inti ditambah anggota
keluarga yang masih mempunyai hubungan darah (kakek,
nenek, paman, bibi, saudara sepupu dll).
c) Keluarga bentukan kembali, adalah keluarga baru yang
terbentuk dari pasangan yang telah bercerai atau kehilangan
pasangannya.
d) Orang tua tunggal, adalah keluarga yang terdiri dari salah
satu orang tua dengan anak-anak yang ditinggal pasangan
atau akibat perceraian.
e) The single adult living alone, adalah orang dewasa yang
tinggal sendiri tanpa pernah menikah.
f) The unmarried teenage mother, adalah ibu dengan anak tanpa
perkawinan.
g) Keluarga usila, adalah suami sebagai pencari uang, istri di
rumah, anak-anaknya sudah meninggalkan rumah karena
sekolah, perkawinan atau meniti karir.
2) Tipe keluarga non tradisional
a) Commune family, adalah keluarga dengan lebih dari satu
keluarga tanpa adanya hubungan darah tetapi tinggal
serumah.
b) Orang tua, tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah.
c) Homoseksual, adalah dua individu yang sejenis hidup
bersama dalam satu rumah.
14

c. Struktur Keluarga
Menurut Riasmini (2017) Struktur keluarga terdiri dari bermacam-
macam, antara lain:
1) Patrinieal, adalah keluarga yang dihubungkan atau disusun
melalu jalur garis ayah.
2) Matrilineal, adalah keluarga yang dihubungkan melalui garis
ibu.
3) Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah suami.
4) Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah istri.
5) Patriakal, adalah pengambilan keputusan ada pihak suami.
6) Matriakal, adalah pengambilan keputusan ada pihak istri.

d. Peran Keluarga
Menurut Jhonson & Leny (2010) Peranan keluarga
menggambarkan seperangkat prilaku antar pribadi, sifat, kegiatan
yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
prilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan
yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut:
1) Ayah berperan sebagai pencari nafkah, pelindung, dan pemberi
rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari
kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
2) Ibu sebagai pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosialnya, sebagai pendidik, serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya, ibu juga dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3) Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik usia, fisik, mental, sosial dan
spiritual.
15

e. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (2003) dalam Nadirawati (2018) terdapat 5
fungsi keluarga ialah:
1) Fungsi Afektif
Menciptakan suasana persaudaraan, menjaga perasaan, saling
mengasihi, saling mendukung, dan saling menghargai antar
anggota keluarga.
2) Fungsi Sosialisasi
Mengembangkan proses interaksi dalam keluarga yang dimulai
sejak lahir dan keluarga merupakan tempat untuk belajar
bersosialisasi.
3) Fungsi Reproduksi
Mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
4) Fungsi Ekonomi
Keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarga.
5) Fungsi Perawatan Kesehatan
Merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

f. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga


Menurut Duvall (1985) dalam Setiawan (2016) Membagi keluarga
dalam 8 tahap perkembangan, yaitu:
1) Berganing family/ keluarga baru, pasangan baru menikah yang
belum mempunyai anak. Pada tahap ini tugas keluarga adalah
membina hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan
bersama, membina hubungan dengan keluarga lain, teman,
kelompok dan sosial, mendiskusikan rencana memiliki anak
atau KB, persiapan menjadi orang tua, memahami pengertian
kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua.
2) Child bearing/ keluarga dengan anak pertama <30 bulan,
dimuali saat ibu hamil sampai dengan kelahiran anak pertama.
Pada tahap ini tugas keluarga adalah adaptasi perubahan anggota
keluarga, mempertahankan hubungan intim yang memuaskan
16

dengan pasangan, membagi peran dan tanggung jawab,


konseling KB, menata ruang untuk anak, mempersiapkan biaya
persalinan, mepersiapkan kebutuhan anak.
3) Keluarga dengan anak prasekolah, menyesuaikan kebutuhan
pada anak prasekolah. Pada tahap ini tugas keluarga adalah
pemenuhan kebutuhan anggota keluarga, membantu anak
bersosialisasi, beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang
lain juga terpenuhi, mempertahankan hubungan di dalam
maupun di luar keluarga, pembagian waktu untuk individu,
pasangan dan anak, pembagian tanggung jawab dan
merencanakan kegiatan dan waktu simulasi tumbuh kembang
anak.
4) Keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 tahun), pada tahap ini
tugas keluarga adalah membantu anak untuk mengenal
lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas,
membiasakan anak untuk belajar teratur, memperhatikan anak
menyelesaikan tugas sekolahnya, memberi pengertian pada anak
bahwa pendidikan sangat penting untuk masa depan anak dan
memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya
kehidupan, kesehatan keluarga dan sekolah anak.
5) Keluarga dengan anak usia remaja (13-20 tahun), pada tahap ini
tugas keluarga adalah memberikan perhatian pada anak remaja,
memelihara komunikasi terbuka, memlihara hubungan yang
baik dalam keluarga dan memberikan kebebasan dalam batasan
tanggung jawab.
6) Keluarga dengan anak dewasa (anak pertama meninggalkan
rumah), mempersiapkan untuk anak hidup mandiri. Pada tahap
ini tugas keluarga adalah memperluas keluarga inti menjadi
keluarga besar, mempertahankan hubungan baik dalam
keluarga, membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru,
menerima kepergian anak, memperluas hubungan keluarga
17

antara orang tua dan menantu dan menata kembali peran dan
fungsi keluarga setelah ditinggalkan anak.
7) Midle age family/ keluarga usia pertengahan, pada tahap ini
tugas keluarga adalah menjaga keintiman dengan pasangan,
merencanakan kegiatan yang anak datang, menjaga komunikasi
dengan anak-anak dan persiapan masa tua.
8) Keluarga lanjut usia, pada tahap ini tugas keluarga adalah
merubah cara hidup, memberikan perhatian pada pasangan,
merawat pasangan, menerima kematian pasangan,
mempersiapkan kematian, memperhatikan kesehatan individu
dan pasangan.

2.2.2. Konsep Proses Keperawatan Keluarga


a. Pengkajian Keperawatan Keluarga
Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dimana seorang
perawat mulai mengumpulkan informasi tentang keluarga yang
dibinanya. (Lyer et al., 1996) dalam (Setiawan, 2016).
1) Penjajakan Tahap 1
Menurut Gusti (2013) ada hal-hal yang perlu dikaji dalam
keluarga antara lain:
a) Data umum, yang meliputi nama kepala keluarga, usia,
alamat, pekerjaan kepala keluarga, pendidikan kepala
keluarga, komposisi keluarga dan genogram dalam tiga
generasi.
b) Tipe keluarga, menjelaskan jenis/ tipe keluarga.
c) Suku bangsa, mengkaji asal suku bangsa keluarga serta
mengkaji kebiasaan-kebiasaan terkait dengan kesehatan.
d) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga.
e) Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan
seluruh anggota keluarga baik dari kepala keluarga maupun
anggota keluarga lainnya.
18

f) Aktivitas rekreasi keluarga, mengkaji penggunaan waktu


luang keluarga.
g) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan dengan
anak tertua dari keluarga inti. Tahap perkembangan keluarga
yang belum terpenuhi, menjelaskan tugas perkembangan
keluarga yang belum terpenuhi dan kendalanya.
h) Riwayat kesehatan keluarga inti, menjelaskan riwayat
kesehatan anggota keluarga. Riwayat kesehatan keluarga
sebelumnya, menjelaskan kesehatan keluarga asal kedua
orang tua.
i) Karakteristik dan denah rumah, menjelaskan gambaran tipe
rumah, luas bangunan, ventilasi, kondisi rumah, kebersihan,
sanitasi lingkungan, sumber air dan sistem pembuangan
limbah.
j) Karakteristik tetangga dan komunitas, menjelaskan tipe dan
kondisi lingkungan tempat tinggal, nilai dan norma atau
aturan penduduk, dan budaya setempat yang mempengaruhi
kesehatan.
k) Mobilitas keluarga, menjelaskan apakah keluarga mempunyai
kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal.
l) Perkumpulan tetangga dan interaksi dengan masyarakat,
menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul atau berinteraksi dengan masyarakat di
lingkungan tempat tinggal.
m)Sistem pendukung keluarga, sitem dukungan dari anggota
keluarga atau dukungan masyarakat setempat.
n) Pola komunitasi keluarga, menjelaskan cara berkomunikasi
antar anggota keluarga menggunakan sistem tertutup atau
terbuka.
19

o) Struktur kekuatan keluarga, mengkaji kekuatan atau


kekuasaan yang digunakan keluarga. Struktur dan peran
keluarga, menjelaskan peran dari masing-masing naggota
keluarga.
p) Nilai dan norma keluarga, menjelaskan nilai dan norma yang
dianut keluarga.
q) Fungsi keluarga, mengkaji fungsi afektif yaitu mengkaji
sikap saling menyayangi dan saling menghargain antara
anggota keluarga. Fungsi sosialisasi yaitu menjelaskan
tentang hubungan anggota keluarga. Fungsi reproduksi yaitu
mengkaji berapa jumlah anak dan metode apa yang
digunakan untuk mengendalikan jumlah anak. Fungsi
ekonomi yaitu menjelaskan upaya keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Fungsi perawatan
kesehatan yaitu sejauh mana keluarga mengerti tugas
keluarga.
r) Stress dan koping keluarga, mengkaji stressor jangka pendek
dan jangka panjang yaitu mengkaji adanya stress yang timbul
dalam jangkan waktu kurang dari 6 bulan dan lebih dari 6
bulan. Kemampuan keluarga berespon terhadap stress yaitu
mengkaji bagaimana keluarga merespon stressor baik jangka
pendek atau panjang. Strategi yang digunakan yaitu
bagaimana cara keluarga menghadapi masalah. Strategi
adaptasi disfungsional yaitu mengenai tindakan yang
dilakukan keluarga bila menghadapi permasalahan.
s) Pemeriksaan fisik, dilakukan pada semua anggota keluarga.
t) Harapan keluarga, perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.
20

2) Penjajakan Tahap 2
Menurut Susanto (2012) keluarga mempunyai tugas dibidang
kesehatan yaitu:
a) Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
b) Keluarga mampu mengambil keputusan
c) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit
d) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan
e) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan

b. Diagnosa Keperawatan Keluarga


Menurut Allen (1998) dalam Gusti (2013) Diagnosa keperawatan
adalah penilaian tentang respon individu, keluarga, atau komunitas
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan
potensial. Komponen diagnosa keperawatan meliputi:
1) Problem atau masalah adalah suatu pernyataan tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami keluarga.
2) Menetapkan etiologi dalam perumusan diagnosa keperawatan
keluarga ditentukan dari 5 tugas keluarga.
3) Tipologi diagnosa keperawatan meliputi:
a) Diagnosa aktual adalah masalah keperawatan yang sedang
dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan perawat.
b) Diagnosa resiko adalah masalah keperawatan yang belum
terjadi tetapi dapat terjadi jika tidak segera mendapat
bantuan.
c) Diagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari
keluarga.
21

c. Perencanaan Keperawatan Keluarga


Menurut Gusti (2013) rencana keperawatan keluarga adalah
sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat dan dilaksanakan
untuk memecahkan masalah kesehatan. Menurut Setiawan (2016)
perencanaan keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan
yang dibuat oleh perawat untuk membantu keluarga mengatasi
masalah kesehatan dengan melibatkan keluarga. Menurut Susanto
(2012) dalam Nadirawati (2018) Perencanaan keperawatan
keluarga merupakan kumpulan tindakan yang ditentukan oleh
perawat sehingga masalah kesehatan dan masalah keperawatan
yang telah diidentifikasi dapat diselesaikan dengan cara:
1) Menetapkan prioritas masalah keperawatan
Menetapkan prioritas masalah dengan menggunakan skala
menyusun prioritas.
a) Sifat masalah
Aktual dengan nilai 3. Risiko dengan nilai 2. Potensial
dengan nilai 1. Pembenaran mengacu pada masalah yang
sedang terjadi, menunjukkan tanda dan gejala atau dalam
kondisi sehat.
b) Kemungkinan masalah untuk diubah
Mudah dengan nilai 2. Sebagian dengan nilai 1. Tidak dapat
diubah dengan nilai 0. Pembenaran mengacu pada masalah,
sumber daya keluarga, sumber daya perawat, dan sumber
daya lingkungan.
c) Potensial masalah untuk dicegah
Tinggi dengan nilai 3. Cukup dengan nilai 2. Rendah dengan
nilai 1. Pembenaran mengacu pada ringannya masalah,
jangka waktu terjadinya masalah, tindakan yang akan
dilakukan, kelompok risiko tinggi yang bisa dicegah.
d) Menonjolnya masalah
Harus segera diatasi dengan nilai 2. Ada masalah tetapi tidak
harus segera diatasi dengan nilai 1. Masalah tidak dirasakan
22

dengan nilai 0. Pembenaran mengacu pada persepsi keluarga


terhadap masalah.
Skoring untuk setiap kriteria adalah:
(1) Tentukan skor untuk setiap kriteria
(2) Perhitungan Skor
X Bobot
Skor tertinggi
(3) Jumlah skor untuk semua kriteria
2) Menetapkan tujuan keperawatan
Penentuan tujuan dan hasil yang diharapkan dalam sebuah
perencanaan sangat menentukan keberhasilan penyelesaian
masalah kesehatan. Menetapkan tujuan umum (tujuan jangka
panjang) lebih menekankan pada pencapaian akhir sebuah
masalah. Tujuan khusus (tujuan jangka pendek) lebih
menekankan pada pencapaian hasil dari masing-masing
kegiatan.
3) Menyusun rencana tindakan keperawatan keluarga
Rencana tindakan keperawatan keluarga merupakan langkah
dalam meyusun sumber dari keluarga untuk menyelesaikan
masalah dalam keluarga.

d. Pelaksanaan Keperawatan Keluarga


Menurut Gusti (2013) Pelaksanaan keperawatan merupakan salah
satu tahap dari proses keperawatan keluarga dimana perawat
mendapat kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga untuk
mendapat perbaikan ke arah prilaku hidup sehat. Menurut Susanto
(2012) pada tahap ini perawat menghadapi kenyataan dimana
keluarga mencoba segala upaya dalam mengadakan perubahan
tetapi keluarga tidak mengalami perubahan yang diinginkan. Pada
keadaan ini perawat harus membangkitkan keinginan keluarga
untuk bekerjasama melaksanakan tindakan keperawatan.
23

e. Evaluasi Keperawatan Keluarga


Menurut Gusti (2013) Evaluasi merupakan tahap akhir pada proses
keperawatan dengan membandingkan antara hasil, pelaksanaan
dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilan. Karakteristik evaluasi dengan pedoman SOAP
memberikan tuntunan pada perawat sebagai berikut: subjektif,
pernyataan keluarga dan klien tentang perubahan yang dirasakan.
Objektif, data yang diamati atau diukur oleh perawat. Analisa,
pernyataan yang menunjukan sejauh mana masalah perawatan
dapat diatasi. Rencana keperawatan yang ada dalam catatan
perkembangan merupakan rencana tindakan hasil evaluasi tentang
dilanjutkan atau tidak rencana tersebut sehingga diperlukan inovasi
dan modifikasi bagi perawat.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab 5 Fraktur
    Bab 5 Fraktur
    Dokumen1 halaman
    Bab 5 Fraktur
    ThessalonikaBS
    Belum ada peringkat
  • Bab 2 Fraktur
    Bab 2 Fraktur
    Dokumen28 halaman
    Bab 2 Fraktur
    ThessalonikaBS
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 Fraktur
    Bab 3 Fraktur
    Dokumen25 halaman
    Bab 3 Fraktur
    ThessalonikaBS
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Fraktur
    Bab 1 Fraktur
    Dokumen4 halaman
    Bab 1 Fraktur
    ThessalonikaBS
    Belum ada peringkat
  • Bab 4 Fraktur
    Bab 4 Fraktur
    Dokumen2 halaman
    Bab 4 Fraktur
    ThessalonikaBS
    Belum ada peringkat
  • Bab 4 Fraktur
    Bab 4 Fraktur
    Dokumen2 halaman
    Bab 4 Fraktur
    ThessalonikaBS
    Belum ada peringkat
  • Dakpus Fraktur
    Dakpus Fraktur
    Dokumen1 halaman
    Dakpus Fraktur
    ThessalonikaBS
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 Fraktur
    Bab 3 Fraktur
    Dokumen26 halaman
    Bab 3 Fraktur
    ThessalonikaBS
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Fraktur
    Bab 1 Fraktur
    Dokumen4 halaman
    Bab 1 Fraktur
    ThessalonikaBS
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Cva
    Bab 1 Cva
    Dokumen5 halaman
    Bab 1 Cva
    ThessalonikaBS
    Belum ada peringkat
  • Bab 2 Fraktur
    Bab 2 Fraktur
    Dokumen27 halaman
    Bab 2 Fraktur
    ThessalonikaBS
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen7 halaman
    Bab 1
    ThessalonikaBS
    Belum ada peringkat
  • Bab 2 Cva
    Bab 2 Cva
    Dokumen30 halaman
    Bab 2 Cva
    ThessalonikaBS
    Belum ada peringkat
  • Bab 2 HT
    Bab 2 HT
    Dokumen32 halaman
    Bab 2 HT
    ThessalonikaBS
    Belum ada peringkat
  • Bab 3 HT
    Bab 3 HT
    Dokumen43 halaman
    Bab 3 HT
    ThessalonikaBS
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 HT
    Bab 1 HT
    Dokumen3 halaman
    Bab 1 HT
    ThessalonikaBS
    Belum ada peringkat
  • Samuel Wesley T-WPS Office
    Samuel Wesley T-WPS Office
    Dokumen1 halaman
    Samuel Wesley T-WPS Office
    ThessalonikaBS
    Belum ada peringkat
  • Samuel Wesley-Bhs. Ind
    Samuel Wesley-Bhs. Ind
    Dokumen2 halaman
    Samuel Wesley-Bhs. Ind
    ThessalonikaBS
    Belum ada peringkat
  • LEMBARAN
    LEMBARAN
    Dokumen6 halaman
    LEMBARAN
    ThessalonikaBS
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen4 halaman
    Bab 1
    ThessalonikaBS
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kasus Gerontik
    Tugas Kasus Gerontik
    Dokumen33 halaman
    Tugas Kasus Gerontik
    ThessalonikaBS
    Belum ada peringkat
  • Samuel Wesley-Bhs. Ind
    Samuel Wesley-Bhs. Ind
    Dokumen2 halaman
    Samuel Wesley-Bhs. Ind
    ThessalonikaBS
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 2 Sap Tuk 2
    Lampiran 2 Sap Tuk 2
    Dokumen2 halaman
    Lampiran 2 Sap Tuk 2
    ThessalonikaBS
    Belum ada peringkat
  • Cara Membuat Infused Water Mentimun Dan Seledri
    Cara Membuat Infused Water Mentimun Dan Seledri
    Dokumen2 halaman
    Cara Membuat Infused Water Mentimun Dan Seledri
    ThessalonikaBS
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen4 halaman
    Bab 1
    ThessalonikaBS
    Belum ada peringkat
  • MATERI
    MATERI
    Dokumen2 halaman
    MATERI
    ThessalonikaBS
    Belum ada peringkat
  • Materi Tuk 1
    Materi Tuk 1
    Dokumen1 halaman
    Materi Tuk 1
    ThessalonikaBS
    Belum ada peringkat
  • Materi Tuk 3 Demons
    Materi Tuk 3 Demons
    Dokumen1 halaman
    Materi Tuk 3 Demons
    ThessalonikaBS
    Belum ada peringkat
  • Sap HT
    Sap HT
    Dokumen2 halaman
    Sap HT
    ThessalonikaBS
    Belum ada peringkat