Anda di halaman 1dari 53

WALK THROUGH SURVEY DI PERUSAHAAN

PT. PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE

ASPEK HIGIENE INDUSTRI

KELOMPOK 1A

ANGGOTA:

1. SANTY FITRIANSARI 8. ALVI REVIANTI


2. MUHAMMAD INSAN KAMIL 9. NOVIA PARASWARI
3. WILDAN HILMI ANSORI 10. DEO VALENDRA
4. INTAN FITRI RAMDHANI 11. NIKEN PUSPA
5. BAYU EWANGGA 12. RISYA AMALINA
6. FIKA FADLILA 13. MUHAMAD LODRA P.
7. NADIA

PESERTA PELATIHAN HIPERKES BAGI DOKTER


PERUSAHAAN BALAI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
KEMENTRIAN KETENAGAKERJAAN R.I

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan perusahaan di dunia baik di negara maju maupun


berkembang semakin pesat. Bertambahnya jumlah industri atau perusahaan diikuti
dengan meningkatnya pula penggunaan alat-alat industri  mulai dari paling sederhana
sampai yang sangat canggih. Pergeseran teknologi dari tenaga manusia ke tenaga
mesin sudah cukup dirasakan dampak positifnya, yaitu kemudahan-kemudahan
didalamnya. Akan tetapi, apabila dalam penggunaan teknologi tersebut tidak
memperhatikan aspek keselamatan dan kesehatan kerja, maka yang sering terjadi
adalah dampak buruk yang mengaki batkan kerugian, baik terhadap manusia,
kerusakan harta benda, atau terganggunya proses produksi di dalam kelangsungan
operasional perusahaan.

Aspek keselamatan dan kesehatan kerja menjadi solusi mutlak untuk


melindungi aset-aset perusahaan yang sangat berharga dalam kelangsungan dan
kesinambungan proses produksi. Kesehatan lingkungan kerja sering kali dikenal juga
dengan istilah Higiene Industri atau Higiene Perusahaan. Tujuan utama dari Higien
Perusahan adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Selain itu

Industrial Higiene yang mempunyai latar belakang terkait seperti fisika,


kimia, kesehatan,kedokteran dan sebagainya. Kegiatan tersebut dilakukan oleh ahli
hygiene perusahaan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang
dimilikinya, seringkali telah dapat menentukan permasalahan lingkungan kerja di
perusahaan, secara garis besar. Pengenalan lingkungan bermanfaat guna mengetahui
secara kualitatif bahaya potensial di tempat kerja, menentukan lokasi, jenis dan
metode pengujian yang perlu dilakukan.

  

1
2

Sadar betapa pentingnya pengenalan higiene perusahaan bagi perusahan dan


pekerjanya, dan betapa pentingnya pencegahan terhadap dampak buruk tersebut di
atas, dan bahkan sekaligus menyadari bahwa perlunya dikembangkan industri yang
produktif, efisien dan efektif maka diperlukan pengawasan kesehatan pekerja yang
benar-benar nyata oleh pihak pengusaha dengan cara pemeriksaan kesehatan berkala
maupun dengan jaminan kesehatan kerja. 

1.2 Dasar Hukum NAB (pastikan berlaku)

Undang-undang yang mengatur pelaksanaan higene perusahaan dan kesehatan


keselamatan kerja antara lain :
 Undang-undang nomor 11 tahun 1962 tentang Higene untuk usaha-usaha
bagi umum
 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi No. Per.03/Men/1982
tentang Pelayanan Kesehatan Kerja
 Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 Tentang Syarat
Kesehatan, Kebersihan Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja [ CITATION
Ram13 \l 1033 ]
 Peraturan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.13/ 2011 tentang
Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja [ CITATION
Bud16 \l 1033 ]
 Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.:
Kep.209/MEN/X/2009 tentang SKKNI Sektor Ketenagakerjaan bidang
Higiene Industri. [ CITATION LSP15 \l 1033 ]
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50/ 2012 tentang
Penerapan system Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja[CITATION SMK12 \l 1033 ]
3

 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia No. 10/ 2016


tentang Tata Cara Pemberian Program Kembali Kerja serta Kegiatan
Promotif dan Kegiatan Preventif Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja
[CITATION BPJ16 \l 1033 ]

1.3 Profil Perusahaan

PT Primarindo Asia Infrastructure Tbk. (“Perseroan”) didirikan pada tahun


1988 dengan nama PT Bintang Kharisma, dengan status Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN). Pada tahun 1994, Perseroan mencatatkan dan menjual sahamnya di
Bursa Efek Jakarta, dan menjadi PT Bintang Kharisma Tbk. Pada tahun 1997,
Perseroan mengganti nama dari PT Bintang Kharisma Tbk menjadi PT Primarindo
Asia Infrastructure Tbk. Perseroan bergerak di industri alas kaki, meliputi produksi
dan pemasaran sepatu jenis sports/casual ke pasar lokal dan internasional.
Pada awal pendirian, Perseroan memproduksi sepatu sport seluruhnya dengan
tujuan ekspor. Namun, pada tahun 2002, Reebok yang merupakan buyer utama
Perseroan melakukan relokasi usaha yang berakibat terhentinya order. Seiring
dengan terhentinya order ekspor tersebut, Perseroan mulai merintis penjualan sepatu
di pasar dalam negeri dengan merk sendiri yaitu “TOMKINS”. Sampai saat ini,
penjualan sepatu Tomkins telah tersebar ke seluruh Indonesia. Sasaran utama
TOMKINS adalah anak-anak sekolah, sehingga produksi sepatu lebih banyak
berwarna hitam.
Selain memproduksi dan memasarkan sepatu TOMKINS , Perseroan juga
menerima order produksi sepatu merk lain untuk keperluan ekspor, seperti Lonsdale,
Dunlop, Firetrap, dan lain-lain. Hasil prodoksi perseroan yang diekspor harus
memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh pembeli dengan desain yang
dibuat perusahaan atau pelanggan yang merupakan pemegang merek atau pemegang
lisensi dari merek terkemuka.
4

Merk sepatu ekspor yang pernah diproduksi oleh Perseroan antara lain adalah
Reebok, Fila, Wilson, Puma, LA Gear, Osh Kosh B’Gosh, AIX Aggio, Umbro,
Diadora, Polo, Lonsdale, Karrimor, Docker, Geox, Everlast, dan lain-lain.
Kantor pusat PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk berada di Gedung Dana
Pensiun Bank Mandiri Lt. 3A yang beralamat di jalan Tanjungkarang No. 3-4A,
Jakarta Pusat 10230, Telefon +6221 3148331/ 3913640, faksimili +6221 3148317.
Pabrik berada di jalan Rancabolang No. 98 Gedebage, Bandung dengan telepon
kantor (022) 7560555 (hunting) dan faksimili (62-22)756-2406.
PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk berdiri diatas tanah seluas 10 ha
dengan luas bangunan sebesar 4 ha. Bangunan utama berupa gedung bahan baku dan
gedung produksi yang terdiri dari untuk unit cutting, rubber, sewing, assembling,
finishing, serta gedung design dan development. Total pekerja pabrik sebanyak 986
orang yang terdiri dari ±300 pekerja kontrak dan sisanya adalah pekerja tetap. Waktu
bekerja hanya 1 shift tanpa shift malam sejak jam 07.30-16.30 WIB dengan waktu
kerja lembur selama 2 jam. Setiap bulan, pabrik dapat memproduksi 30.000 pasang
sepatu.
Para pekerja sudah memiliki asuransi kesehatan berupa BPJS Kesehatan. Pada
setiap gedung terdapat tim K3 yang terdiri dari 5-10 orang untuk mengawasi.
Perusahaan memiliki sertifikat ISO pada tahun-tahun sebelumnya, tetapi untuk tahun
ini perusahaan tidak dapat mengajukan ISO karena tidak memenuhi persyaratan.
5

1.4 Alur Produksi


6
7

Kedua bagian ini selanjutnya dilakukan assembling, finishing goods dan delivery.

1.5 Landasan Teori


1.4.1 Faktor Fisik
a. Iklim

Kemajuan teknologi dan proses produksi di dalam industri, telah menimbulkan suatu
lingkungan kerja yang mempunyai iklim atau cuaca tertentu yang disebut iklim kerja,
yang dapat berupa iklim kerja panas dan iklim kerja dingin.

Iklim Kerja Panas


Iklim kerja panas merupakan mikro meteorologi dari lingkungan kerja. Iklim
kerja ini sangat erat kaitannya dengan suhu udara, kelembaban, kecepatan gerakan
udara dan panas radiasi.[ CITATION Hid16 \l 1033 ]
Di bawah ini beberapa contoh tempat kerja, dengan iklim kerja yang panas,
yaitu :
1. Proses produksi yang menggunakan panas, seperti : peleburan, pengeringan,
pemanasan.
2. Tempat kerja yang terkena langsung sinar matahari, seperti : pekerjaan jalan
raya, bongkar muat barang di pelabuhan, nelayan dan petani.
3. Tempat kerja dengan ventilasi udara kurang memadai.

Suhu yang tingi mengakibatkan heat cramps, heat exhaustion, dan


heat stroke. Heat cramps terjadi sebagai akibat bertambahnya keringat yang
menyebabkan hilangnya garam natrium dari dalam tubuh. Gejalanya antara
lain : kejang-kejang otot seluruh tubuh dan perut yang sangat sakit. Di
samping kejang-kejang tersebut juga dapat mengakibatkan pingsan,
kelemahan, enek dan muntah-muntah.
Heat Exhaustion biasanya terjadi oleh karena cuaca yang sangat panas,
terutama bagi mereka yang belum beraklitimatisasi terhadap udara panas.
Penderita biasanya berkeringat sangat banyak, sedangkan suhu tubuh badan
normal atau subnormal. Tekanan darah menurun dan denyut nadi lebih cepat
dari biasanya, si penderita akan merasa lemah, dan mungkin pingsan.
Heat Stroke karena pengaruh suhu panas sangat hebat, penderita
kebanyakan adalah laki-laki yang pekerjaanya berat dan belum beriklitimasi.
Gejala-gejalanya yang menonjol adalah suhu badan naik, kulit kering dan
panas. Pertolongan pertama bagi penderita heat stroke yaitu dengan
8

memberikan kompres atau selimut kain basah dan dingin untuk menurunkan
suhu badan.
Pencegahan sakit akibat suhu tinggi, adalah aklitimasi. Pekerjaan
jasmani yang sangat berat, harus dihindarkan bagi mereka yang bekerja di
tempat yang bersuhu tingi, terutama dalam minggu-minggu pertana pada sat
mulai bekerja. Di ruang kerja bersuhu tinggi harus tersedia cukup air minum
yang telah diberikan garam dapur 0,2% gram/liter untuk mengganti gara-
garam elektrolit tubuh yang hilang. Ventilasi di ruang kerja yang tepat dan
sesuai perlu diperhatikan untuk menciptakan kondisi suhu ruang kerja yang
nyaman bagi pekerja. Bila suhu suatu proses produksi tidak bisa diturunkan,
perlu pemasangan shielding (penyekat) dari plat-plat alumunium untuk
mengurangi derajat panas di ruang kerja. Untuk pencegahan penyakit akibat
suhu tinggi, dapat dilakukan dengan cara pengaturan kerja dan waktu istirahat
sesuai dengan persyaratan, penyediaan pakaian kerja yang tepat serta
melakukan pemeriksaan kesehatan secara periodik.

Iklim Kerja Dingin


Di sektor industri, pekerja yang bekerja di lingkungan kerja yang bersuhu
dingin misalnya di pabrik es, kamar pendingin, ruang komputer, ruang kantor dan
sebagainya.[ CITATION Hid16 \l 1033 ]
Pengaruh suhu dingin dapat mengurasi effisiensi dengan keluhan kaku atau
kurangnya koordinasi otot. Sedangkan pengaruh suhu ruangan yang sangat rendah
terhadap kesehatan dapat mengakibatkan penyakit yang terkenal yang disebut dengan
penyakit chillblains, trench foot, dan frostbite.
Penderita chilblins, pada bagian tubuh yang terkena, menunjukan tanda yang
khas, yaitu membengkak, merah, panas, dan sakit dengan diselingi gatal. Chillblains
di derita oleh seorang pekerja sebagai akibat bekerja ditempat yang cukup dingin
dengan waktu yang lama. Disamping itu, faktor makanan dalam ( defisiensi gizi )
juga akan berpengaruh terhadap kejadian penyakit tersebut.
Trench foot adalah kerusakan anggota-anggota badan terutama kaki, akibat
kelembaban atau dingin walaupun suhu masih di atas titik beku. Awalnya kaki
keliatan pucat, nadi tidak teraba dan nampak pucat. Pada saat itu sisakit merasa
kesemutan, kaku dan kaki berat. Stadium ini diikuti tingkat hipertermis, yaitu kaki
membengkak, merah dan sakit.
Frostbite adalah akibat suhu yang sangat rendah dibawah titik beku. Kondisi
penderita sama seperti yang mengalami penyakit trench foot, namun stadium terakhir
penyakit frostbite adalah gangren.
9

Perbedaan antara tiga penyakit diatas adalah cacat menetap pada frostbite
serta cacat sementara pada penyakit chillblains dan trenchfoot.
Pencegahan terhadap gangguan kesehatan akibat iklim kerja suhu dingin
dilakukan melalui seleksi pekerja yang fit dan penggunakan pakaian pelindung yang
baik. Disamping itu, pemeriksaan kesehatan perlu juga dilakukan secara periodik.
[ CITATION Hid16 \l 1033 ]

 Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di luar ruangan dengan panas radiasi:
ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,2 Suhu bola + 0,1 Suhu kering.
 Indeks Suhu Basah dan Bola untuk di dalam atau di luar ruangan tanpa panas
radiasi : ISBB = 0,7 Suhu basah alami + 0,3 Suhu bola.
Catatan : - Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai dengan 200 Kilo
kalori/jam. - Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih dari 200 sampai dengan
kurang dari 350 Kilo kalori/jam. - Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih dari
350 sampai dengan kurang dari 500 Kilo kalori/jam.

Tabel Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola yang diperkenankan
[ CITATION Hid16 \l 1033 ]
b. Kebisingan

Bunyi didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran-


getaran melalui media elastis, dan manakala bunyi-bunyi tersebut tidak dikehendaki,
maka dinyatakan sebagai kebisingan. Terdapat 2 hal yang menentukan kwalitas suatu
bunyi, yaitu frekuensi dan intensitas. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran
perdetik atau disebut Herzt (Hz). Intensitas atau arus energi persatuan luas dinyatakan
dalam suatu logaritmis yang disebut dengan desibel ( dB A). Telinga manusia mampu
10

mendengar frekuensi-frekuensi antara 16 - 20.000 Hz, sedangkan sensitifitas terhadap


frekuensi-frekuensi tersebut berbeda-beda. Frekuensi suara di bawah 20 Hz disebut
sebagai infrasonik, sedang di atas 20.000 Hz merupakan gelombang ultrasonik.
Frekuensi antara 20 – 20.000 Hz, dapat didengar oleh telinga manusia. Untuk
komunikasi percakapan secara normal, diperlukan frekuensi antara 250 – 3000 Hz.
[ CITATION Suh08 \l 1033 ]

Klasifikasi Kebisingan
Kebisingan di tempat kerja diklasifikasikan ke dalam dua jenis golongan,
yaitu[ CITATION Tar04 \l 1033 ] :
a. Kebisingan yang tetap (steady noise) dipisahkan lagi menjadi dua jenis, yaitu :
 Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency noise).
Kebisingan ini merupakan nada-nada murni pada frekuensi yang beragam.
Contohnya suara mesin, suara kipas dan sebagainya.
 Kebisingan tetap (Broad band noise), kebisingan dengan frekuensi terputus
dan Brod band noise sama-sama digolongkan sebagai kebisingan tetap (steady
noise). Perbedaannya adalah broad band noise terjadi pada frekuensi yang
lebih bervariasi.
b. Kebisingan tidak tetap (unsteady noise) dibagi lagi menjadi tiga jenis, yaitu :
 Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise), kebisingan yang selalu berubah-
ubah selama rentang waktu tertentu.
 Intermitent noise, kebisingan yang terputus-putus dan besarnya dapat
berubah-ubah. Contoh kebisingan lalu lintas.
 Kebisingan impulsif (Impulsive noise), kebisingan ini dihasilkan oleh suara-
suara berintensitas tinggi (memekakkan telinga) dalam waktu relatif singkat,
misalnya suara ledakan senjata dan alat-alat sejenisnya.

Pengaruh kebisingan secara umum dapat dikategorikan menjadi dua yang


didasarkan pada tinggi rendahnya intensitas kebisingan dan lamanya waktu
pemaparan. Pertama, pengaruh pemaparan kebisingan intensitas tinggi (diatas NAB)
11

dan pengaruh pemaparan kebisingan intensitas rendah (dibawah NAB). [ CITATION


Tar04 \l 1033 ]
a. Pengaruh Kebisingan Intensitas Tinggi
1) Kerusakan pada indera pendengaran yang menyebabkan penurunan daya
dengar baik yang sifatnya sementara maupun permanen.
2) Pengaruh kebisingan akan terasa apabila jenis kebisingannya terputus-putus
dan sumbernya tidak diketahui.
3) Secara fisiologis, kebisingan intensitas tinggi dapat menyebabkan
gangguan tekanan darah dan denyut jantung, resiko serangan jantung
meningakt, gangguan pencernaan.
4) Reaksi masyarakat, apabila kebisingan akibat suatu proses produksi
demikian hebatnya sehingga masyarakat sekitarnya protes menuntut agar
kegiatan tersebut dihentikan dll.
b. Pengaruh Kebisingan Intensitas Rendah
1) Stress menuju keadaan cepat marah, sakit kepala, dan gangguan tidur
2) Gangguan reaksi psikomotorik
3) Kehilangan konsentrasi
4) Gangguan komunikasi antara lawan bicara
5) Penurunan performansi kerja yang kesemuanya itu akan bermuara pada
kehilangan efisiensi dan produktivitas kerja

Sebelum dilakukan langkah pengendalian kebisingan, langkah pertama yang


harus dilakukan adalah membuat rencana pengendalian yang didasarkan pada hasil
penilaian kebisingan dan dampak yang di timbulkan.[ CITATION Tar04 \l 1033 ]
a. Pengendalian Teknik Pengendalian Teknik di sumber suara adalah cara yang
paling efektif untuk mengurangi tingkat kebisingan. Tindakan yang harus
dilakukan pertamatama adalah sumber suara terkeras. Pengendalian teknik yang
dapat dikerjakan adalah sebagai berikut:
1. Mendesain kembali peralatan untuk mengurangi kecepatan atau benturan dari
bagian yang bergerak, memasang peredam pada lubang pemasukan dan
12

pembuangan, mengganti peralatan yang lama dengan peralatan baru yang


mempunyai desain lebih baik.
2. Merawat peralatan dengan baik, mengganti bagian yang aus dan memberikan
pelumas pada semua bagian yang bergerak.
3. Mengisolasi peralatan dengan menjauhkannya dari pekerja, atau menutupinya.
4. Memasang peredam getaran dengan menggunakan bantalan karet agar bunyi
yang ditimbulkan oleh getaran dan bagian logam dapat dikurangi; dengan
mengurangi ketinggian dari tempat barang yang jatuh ke bak atau ban
berjalan.
5. Bahan penyerap bunyi dapat digantung di tempat kerja untuk menyerap bunyi
di tempat tersebut Implementasi prinsip-prinsip pengendalian bahaya untuk
resiko yang disebabkan oleh kebisingan.

b. Pengendalian administratif Pengendalian administratif untuk mengurangi efek


kebisingan adalah dengan cara:
1. Larangan memasuki kawasan dengan tingkat kebisingan tinggi tanpa alat
pengaman.
2. Larangan/peringatan untuk terus mengenakan personnel protective
equipment selama berada di dalam tempat dengan tingkat kebisingan
tinggi.
3. Dengan rotasi waktu menggilir pekerja supaya waktu pemajanan dan
tingkat kebisingan yang diterima oleh pekerja masih sesuai dengan nilai
ambang batas.

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per


13/Men/X/2011 tentang NAB kebisingan ditetapkan sebesar 85 desi Bell A (dBA)
untuk waktu kerja 8 jam, tercantum pada table dibawah berikut [ CITATION Bud16 \l
1033 ],
13

Sumber: Permenakertrans No. 13/Men/X/2011


c. Penerangan

A.  Definisi Pencahayaan


Menurut Kepmenkes No. 1405/MENKES/SK/XI/2002, pencahayaan adalah
jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan secara efektif. Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan
keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas
manusia. Pencahayaan yang baik memungkinkan orang dapat melihat objek-objek
yang dikerjakannya secara jelas dan cepat. Menurut sumbernya, pencahayaan dapat
dibagi menjadi Sukini dalam Setiawan (2012):
1.    Pencahayaan Alami
2.    Pencahayaan Buatan
14

B.  Kualitas Pencahayaan di Tempat Kerja

Kualitas pencahayan dikategorikan ke dalam beberapa jenis, yaitu [ CITATION


Kar10 \l 1033 ] :
1.    Brightness Distribution
Menunjukkan jangkauan dari luminasi dalam daerah penglihatan. Suatu rasio
kontras yang tinggi diinginkan untuk penerimaan detil, tapi variasi yang berlebihan
dari luminansi dapat menyebabkan timbulnya masalah. Mata menerima cahaya utama
yang sangat terang, sehingga mata menjadi sulit untuk memeriksa dengan cermat
objek-objek yang lebih gelap dalam suatu daerah yang terang. Perbandingan terang
cahaya dalam daerah kerja utama, difokuskan sebaiknya tidak lebih dari 3 sampai 1.
Untuk membantu memelihara pada daerah pusat ini, cahaya terang rata-rata tersebut
seharusnya sekitar 10 kali lebih besar dari latar belakang.
2.    Glare atau Silau
Cahaya yang menyilaukan dapat terjadi apabila cahaya yang berlebihan
mengenai mata. Cahaya yang menyilaukan dapat dikategorikan menjadi dua macam,
yaitu:
a.       Cahaya menyilaukan yang tidak menyenangkan (Discamfort Glare)
Cahaya ini mengganggu, tetapi tidak menyebabkan gangguan yang terlalu fatal
terhadap penglihatan, akan tetapi cahaya ini akan meyebabkan meningkatnya tingkat
kelelahan dan dapat menyebabkan rasa sakit pada bagian kepala.
b.    Cahaya menyilaukan yang mengganggu (Disability Glare)
Cahaya ini secara berkala mengganggu penglihatan dengan adanya
penghamburan cahaya dalam lensa mata. Orang-orang lanjut usia kurang bisa untuk
menerima cahaya seperti ini.
3.    Shadows (Bayang-bayang)
Bayang-bayang yang tajam (sharp shadows)  adalah akibat dari sumber cahaya
buatan (artificial) yang kecil atau dari cahaya yang langsung berasal dari cahaya
matahari. Kedua sumber tersebut dapat menyebabkan rasio terang yang berlebihan
dalam jangkauan penglihatan, detil-detil penting yang tidak terlalu jelas.
4.    Background (Latar Belakang)
15

Latar belakang sampai pada daerah kerja utama, seharusnya dibuat sesederhana
mungkin. Latar belakang yang kacau atau latar belakang yang mempunyai banyak
perpindahan sedapat mungkin dihindari, dengan menggunakan sekat-sekat.

C.   Sistem Pencahayaan

Ada 4 jenis pencahayaan yang di gunakan di kantor, antara lain [ CITATION Kar10
\l 1033 ] :
1.    Ambient lighting, yang digunakan untuk memberikan pencahayaan keseluruh
ruangan dan biasanya dipasang pada langit-langit ruang kantor. Biasanya lampu jenis
ini merupakan satu-satunya pencahayaan di ruangan tersebut.
2.    Task lighting, yang digunakan untuk menerangi area kerja seorang pegawai,
misalnya meja kerja. Meskipun menawarkan lebih banyak kontrol bagi pegawai,
namun jenis cahaya ini jarng digunakan pada kaentor-kantor di Indonesia karena
alasan kepraktisan. Agar pencahayaan baik maka disarankan agar jenis ini dapat
dikombinasikan dengn ambient lighting, sehingga pekerjaan yang tidak terlalau
membutuhkan tinggat penerangan tinggi cukup menggunakannya; sedangkan
pekerjaa yang mmbutuhkan tingkat ketelitian tinggi akan menggunakan task lighting.
3.    Accent lighting, yang digunakan untuk memberikan cahaya pada area yang dituju.
Biasanya jenis lampu ini dirancang pada lorong sebuah kantor atau area lain yang
membutuhkan penerangan sehingga pegawai atau pengunjung tidak tersesat.
4.    Natural lighting, biasanya berasal dari jendela, pintu kaca, dinding, serta cahaya
lanit. Jenis cahaya ini akan memberikan dampak positif bagi pebagawai, namun
cahaya ini tidak selalu tersedia apabila langit dalam keadaan mendug atau gelap.
Menurut Prabu, ada 5 sistem pencahayaan di ruangan, yaitu [ CITATION Kar10 \l
1033 ] :

1.    Sistem pencahayaan langsung (direct lighting)


Pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang
perlu diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi
ada kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang
16

mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya.


Untuk efek yang optimal, disarankan langi-langit, dinding serta benda yang ada di
dalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan.
2.    Pencahayaan semi langsung (semi direct lighting)
Pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu
diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan sistem
ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui bahwa langit-
langit dan dinding yang diplester putih memiliki pemantulan 90%, apabila dicat putih
pemantulan antara 5%-90%.
3.    Sistem pencahayaan difus (general diffuse lighting)
Pada sistem ini setengah cahaya 40%-60% diarahkan pada benda yang perlu
disinari, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dalam
pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan setengah
cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan
masih ditemui.
4.    Sistem pencahayaan semi tidak langsung (semi indirect lighting)
Pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian
atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal
disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada
sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.
5.    Sistem pencahayaan tidak langsung (indirect lighting)
Pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding
bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh
langit-langit dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian dan
pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan
dan kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi efisien cahaya total yang jatuh
pada permukaan kerja.
17

1.4.2 Faktor Kimia

Bahan Kimia Berbahaya

Secara umum bahan-bahan kimia kimia berbahaya dapat dikelompokkan menjadi:

1. Bahan kimia mudah meledak


Merupakan bahan kimia berupa padatan atau cairan, atau campurannya yang
sebagai akibat suatu perubahan (reaksi kimia, gesekan, tekanan, panas, atau
perubahan lainnya) menjadi bentuk gas yang berlangsung dalam proses yang
relatif singkat disertai dengan tenaga perusakan yang besar, pelepasan tekanan
yang besar serta suara yang keras.
2. Bahan kimia mudah terbakar
Adalah bahan kimia bila mengalami suatu reaksi oksidasi pada suatu kondisi
tertentu akan menghasilkan nyala api. Tingkat bahaya dari bahan-bahan ini
ditentukan oleh titik bakarnya, makin rendah titik bakar bahan tersebut
semakin berbahaya.
3. Bahan kimia beracun
Merupakan bahan kimia dalam jumlah relatif sedikit, dapat mempengaruhi
kesehatan manusia atau bahkan menyebabkan kematian, apabila terabsorpsi
tubuh manusia melalui injeksi. Sifat racun bahan dapat berupa kronik atau
akut dan sering tergantung pada jumlah bahan tersebut yang masuk ke dalam
tubuh.
4. Bahan kimia korosif
Adalah bahan kimia meliputi senyawa asam-asam alkali dan bahan-bahan
kuat lainnya, yang sering mengakibatkan kerusakan logam-logam bejana atau
penyimpanan. Senyawa asam alkali dapat menyebabkan luka bakar pada
tubuh, merusak mata, merangsang kulit dan sistem pernafasan.
5. Bahan kimia oksidator
18

Bahan kimia yang sangat relatif untuk memberikan oksigen, yang dapat
menyebabkan terjadinya kebakaran dengan bahan-bahan lainnya.
6. Bahan kimia reaktif
Adalah kimia yang sangat mudah bereaksi dengan bahan-bahan lainnya,
disertai pelepasan panas dan menghasilkan gas-gas yang mudha terbakar atau
keracunan, atau korosi. Sifat reaktif dari bahan-bahan kimia dapat dibedakan
atas dua jenis:
 Reaktif terhadap air, yaitu bahan kimia reaktif yang sangat mudah
bereaksi dengan air, mengeluarkan panas dan gas yang mudah
terbakar.
 Reaktif terhadap asam, yaitu kimia bahan kimia reaktif yang sangat
mudah bereaksi dengan air, mengeluarkan panas dan gas-gas beracun
serta bersifat korosif.
7. Bahan kimia radioaktif
Yaitu ahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk memancarkan sinar-
sinar radioaktif seperti sinar alfa, beta, gamma, netron dll. Yang dapat
menyebahakan tubuh manusia.

Penyimpanan Bahan Kimia Berbahaya

1. Bahan mudah meledak


 Tempat penyimpanan harus memiliki sirkulasi udara yang baik dan
bebas dari kelembaban
 Harus terletak jauh dari bangunan lainnya, dan jauh dari keramaian
untuk menghindari pengaruh korban jika terjadi ledakan
 Ruangan harus terbuat dari bahan yang kokoh dan lantai harus terbuat
dari bahan yang tidak menimbulkan loncatan api.
 Penerangan tidak terbuat dari penenrangan alami atau listrik anti
ledakan
2. Bahan yang mengoksidasi
19

 Penyimpanan pada tempat yang terpisah dan diisolasi


 Tempat penyimpanan harus sejuk dan dilengkapi dengan pertukaran
udara yang baik serta bangunan tahan api.
3. Bahan kimia yang mudah terbakar
 Tempat penyimpanan harus disimpan ditempat yang sejuk, dengan
tujuan mencegah nyala jika tercampur dengan udara.
 Daerah penyimpanan harus terletak jauh dari sumber panas.
4. Bahan kimia beracun
 Tempat penyimpanan bahan kimia harussejuk dengan pertukaran
udara yang baik, tidak kena sinar matahari langsung, jauh dari sumber
panas dan harus dipisahkan dengan bahan kimia lainnya.
5. Bahan kimia korosif
 Penyimpanan harus didinginkan diatas titik bekunya.
 Harus ditempat yang terpisah dengan bahan lainnya, dinding dan lantai
terbuat dari bahan yang tahan terhadap korosi dan tidak tembus serta
dilengkapi dengan fasilitas penyalur tumpahan.

1.4.3 Faktor Biologi

Identifikasi Resioko Bahaya Biologi Di Tempat Kerja

Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik yang berasal dari
sumber-sumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein dari
binatang atau bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang
terdegradasi. Bahaya biologi dapat dibagi menjadi dua yaitu (i) yang menyebabkan
infeksi dan (ii) non-infeksi. Bahaya dari yang bersifat non infeksi dapat dibagi lagi
menjadi (i) organisme viable, (ii) racun biogenik dan (iii) alergi biogenik.[ CITATION
Ari14 \l 1033 ]

Identifikasi resiko bahaya faktor biologi di lingkungan tempat kerja, yaitu melalui
agents penyebab penyakit seperti: (i) Mikro organisme (bakteri, virus, infeksi,
20

sengatan  toksin, infeksi, alergi, (ii) Arthopoda (serangga, dll) fungi) (iii)
Tumbuhan tingkat tingkat tinggi (toksin & dermatitis, asma, pilek, (iv)allergen)
Tumbuhan tingkat tingkat rendah (yang membentuk spora), Vertebrata (protein
allergi, (vi) Inervertebrata selain urine, saliva, faeces, kulit/rambut, allergen)
Arthopoda (cacing, protozoa) [ CITATION Ari14 \l 1033 ]

Hewan
Serangga menimbulkan sengatan

Organisme Viable Dan Racun Biogenic


 Organisme viable termasukdi dalamnya jamur, spora dan mycotoxins;
Racun biogenik termasuk endotoxins, aflatoxin dan bakteri.
 Perkembangan produk bakterial dan jamur dipengaruhi oleh suhu,
kelembapan dan media dimana mereka tumbuh. [ CITATION Ari14 \l
1033 ]
Alergi Biogenik
 Termasuk didalamnya adalah: jamur, animal-derived protein, enzim.
Bahan alergen dari pertanian berasal dari protein pada kulit binatang,
rambut dari bulu dan protein dari urine dan feaces binatang.
 Pada orang yang sensitif, pemajanan alergen dapat menimbulkan
gejala alergi seperti rinitis, conjunctivitis atau asma. [ CITATION Ari14 \l
1033 ] Contoh :
o Occupational asthma : wool, bulu, butir gandum, tepung
bawang dsb.

Mikroorganisme Penyebab Penyakit Di Tempat Kerja


Di lingkungan berdebu (Pertambangan atau pabrik)
Di tempat kerja seperti ini, mikroorganisme yang mungkin ditemukan adalah bakteri
penyebab penyakit saluran napas, seperti : Bronchitis dan Infeksi saluran pernapasan
lainnya seperti Pneumonia. [ CITATION Ari14 \l 1033 ]
21

Perkantoran
Terutama yang menggunakan pendingin tanpa ventilasi alami Para pekerja di
perkantoran seperti itu dapat berisiko mengidap penyakit seperti : Humidifier fever
yaitu suatu penyakit pada saluran pernapasan dan alergi yang disebabkan organisme
yang hidup pada air yang terdapat pada sistem pendingin, Legionnaire disease
penyakit yang juga berhubungan dengan sistem pendingin dan akan lebih berbahaya
pada pekerja dengan usia lanjut.[ CITATION Ari14 \l 1033 ]

Cara Penularan Kedalam Tubuh Manusia


Banyak dari mikroorganisme ini dapat menyebabkan penyakit hanya setelah masuk
kedalam tubuh manusia dan cara masuknya kedalam tubuh, [ CITATION Ari14 \l 1033 ]
yaitu :
1. Melalui saluran pernapasa Inhalasi spora/debu tercemar :
Kokidiomikosis,Histoplasmosis, New Castle, Ornitosisk, Q fever, Tbc
2. Melalui kulit
a. Kulit maserasi
b. Gigitan serangga

1.4.4 Sanitasi

Sanitasi industri adalah usaha yang dilakukan untuk memelihara,


meningkatkan kebersihan dan kesehatan lingkungan industri, termasuk cara-cara
pengendalian dan pemeliharaan faktor-faktor lingkungan kerja serta pengendalian
terhadap penyebaran penyakit menular, sehingga kegiatan industri tidak memberikan
dampak buruk terhadap tenaga kerja dan masyarakat umum di sekitar industri.
[ CITATION Bud16 \l 1033 ]

Aspek Sanitasi Industri

Diantaranya adalah, [ CITATION Bud16 \l 1033 ]:

 Di lingkungan luar perusahaan


22

o Kebersihan halaman
 Di lingkungan dalam perusahaan
o Lantai
o Dinding
o Atap gedung
o Mesin-mesin industri
o Tempat untuk menimbun barang serta bahan baku
 Penyediaan air
 Sanitasi makanan
 Pemeliharaan fasilitas industri
 Pencegahan dan pembasmian serangga dan tikus
 Pembuangan limbah rumah tangga dan industri
 Penyediaan perlengkapan fasilitas keersihan pribadi

Penyediaan air

Penyediaan sumber air harus menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam
perencanaan dan penentuan lokasi industri. Sumber air harus sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan bagi jenis dan peruntukan dalam proses produksi.
[ CITATION Bud16 \l 1033 ]

Dalam penyediaan air untuk keperluan industri harus diperhatikan kualitas air.
Kualitas air ditentukan oleh empat karakteristik, [ CITATION Bud16 \l 1033 ] yaitu:
 Karakteristik biologic: adanya mikroorganisme yang pathogen dan
yang non-patogen,yang pada kadar tertentu akan dapat menyebabkan
dampak yang buruk pada penggunaannya.
 Karakteristik Fisik: adanya bahan-bahan fisis yang sangat
mengganggu pada penggunaannya, seperti lumpur yang banyak batu-
batuan atau pasir yang halus.
23

 Karakteristik Kimiawi: bahan-bahan kimia yang terdapat dalam air


dapat mengganggu kesehatan pemakaian dan juga dapat merusak alat-
alat atau mesin-mesin yang mempergunakan air tersebut.
 Karakteristik Radioaktif: pemakaian bahan radioaktif makin
bertambah banyak dan semakin besar, sehingga dapat menimbulkan
bahaya bagi manusia dan mesin-mesin.

Sanitiasi Makanan

Sanitasi makanan merupakan upaya pencegahan penyakit akibat makanan


yang dikonsumsikan oleh tenaga kerja. Sanitasi makanan yang tidak baik akan
menyebabkan keracunan makanan pada tenaga kerja. [ CITATION Bud16 \l 1033 ]

Pemeliharaan Fasilitas Industri

Kebersihan lantai, dinding, toilet selain memberikan rasa higienis dan nyaman
juga turut mencegah bahaya yang mungkin timbul akibat ceceran air penularan
penyakit melalui sanitasi ataupun zat yang berceceran di lantai yang dapat
menimbulkan kecelakaan.[ CITATION Bud16 \l 1033 ]

Perawatan dan pemeliharaan peralatan produksi juga sangat penting untuk


mencegah dari berdebunya mesin yang memberikan kesan tidak higienis, dan
membuat mesin bisa dipakai lebih lama. Namun haruslah diingat bahwa segera
setelah peralatan dan mesin dibersihkan, semua ceceran minyak dan bekas-bekas
pembersihan harus kembali dibersihkan sehingga tidak menimbulkan hal yang tidak
diinginkan.[ CITATION Bud16 \l 1033 ]

Pencegahan Dan Pembasmian Vektor Dan Rodent

Serangga menjadi pehatian dalam penerapan sanitasi insudtri, hal ini


dikarenakan binatang ini mampu memindahkan bibit penyakit kedalamtubuh manusia
melalui kulit ataupun selaput lendir dan menyebarkan penyakit.upaya pencegahan
dan pembasmian terhadap serangga oleh karenanya penting dalam penerapan sanitasi
industri.[ CITATION Bud16 \l 1033 ]
24

Tempat-tempat yang lembab dan kotor sering menjadi sarang tikus, oleh
karnanya perlu diperhatikan untuk selalu membersihkan gudang ataupun tempat-
tempat penimbunan barang lainnya guna menghindari perkembangan binatang ini.
[ CITATION Bud16 \l 1033 ]

Pembuangan Limbah Rumah Tangga dan Industri

Limbah padat maupun cair yang dihasilkan oleh industri sangat beragam,
limbah padat yang berupa sampah di dlam penempatan bak sampah sebaiknya harus
dipisah-pisahkan jenisnya, Limbah cair yang dihasilkan oleh industri harus diolah
terlebih dahulu menurut spesifikasinya.[ CITATION Bud16 \l 1033 ]

Perlengkapan Fasilitas Kebersihan

Syarat-syarat kebersihan diatur dalam Peraturan Mentri Perburuhan No. 7


tahun 1964 tentang Syarat-syarat kebersihan dan pencegahan di tempat kerja.
Kebersihan pribadi tenaga kerja sangat penting karena sangat menentukan tingkat
kesehatan setiap tenaga kerja. Setiap tenaga kerja wajib memelihara dan
meningkatkan kebersihan dirinya sendiri. Perusahaan wajib menyediakan fasilitas
untuk pemelihaan dan peningkatan kebersihan pribadi dari tenaga kerja di setiap
industri terutama yang mempergunakan atau menghasilkan bahan-bahn berbahaya.
Fasilitas tersebut diantaranya [ CITATION Bud16 \l 1033 ]:

 Toilet yang cukup dan memenuhi pesyaratan yaitu harus terpisah antara
pekerja laki-laki dan perempuan, letaknya mudah terjangkau, dan tidak
berhubungan langsung antara tenaga kerja laki-laki dan wanita. Air harus
cukup tersedia dan dijaga kebersihannya
 Tempat cuci tangan, tempat mandi dan ruang ganti adalah adanya tempat
pembuangan sampah dan tempat yang terpisah antara tenaga kerja laki-laki
dan perempuan.
 Ruang makan dan kantin yang memenuhi persyaratan. Ruang makan yang
disediakan harus cukup luas agar tenaga kerja dapat makan. Pekerja-pekerja
25

hednaknya tidak diperbolehkan makan di tempat kerja mereka, terlebih bila


ditempat kerja terdapat bahan-bahan yang dapat membahayakan kesehatan.

1.4.5 Limbah .

Berdasarkan PP No. 18/1999 Jo.PP 85/1999 Limbah didefinisikan sebagai sisa atau


bunagan dari usaha dan atau kegiatan manusia. [ CITATION Ary12 \l 1033 ]
Macam-macam limbah
Berdasar asalnya, limbah dikelompokkan menjadi 2 , [ CITATION Ang14 \l 1033 ] yaitu :
 Limbah Organik
Terdiri atas bahan-bahan yang bersifat organik seperti dari kegiatan rumah
tangga, kegiatan industri. Limbah ini mudah diuraikan melalui proses yang
alami.
 Limbah Anorganik
Terdiri atas limbah industri atau limbah pertambangan. Limbah anorganik
berasal dari sumber daya alam yang tidak dapat di uraikan dan tidak dapat
diperbaharui. Air limbah industri dapat mengandung berbagai jenis bahan
anorganik, zat-zat tersebut adalah :
a. Garam anorganik seperti magnesium sulfat, magnesium klorida yang
berasal dari kegiatan pertambangan dan industri.
b. Asam anorganik seperti asam sulfat yang berasal dari industri
pengolahan biji logam dan bahan bakar fosil.
Berdasarkan asal tempatnya limbah terdiri dari, [ CITATION Ang14 \l 1033 ]
 Limbah Rumah Tangga
Bersal dari hasil sisa pemakaian dan buangan rumah tangga,
 Limbah Industri
Limbah ini mengandung zat yang berbahaya diantaranya asam anorganik dan
senyawa orgaik, zat-zat tersebut jika masuk ke perairan maka akan
menimbulkan pencemaran yang dapat membahayakan makluk hidup.
26

Berdasarkan karakteristiknya, limbah dapat digolongkan menjadi 4 macam,


yaitu :
 Limbah cair
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud
cair (PP 82 thn 2001). Jenis-jenis limbah cair dapat digolongkan berdasarkan
pada,[ CITATION Ang14 \l 1033 ] :
a. Sifat Fisika dan Sifat Agregat . Keasaman sebagai salah satu contoh
sifat limbah dapat diukur dengan menggunakan metoda Titrimetrik
b. Parameter Logam, contohnya Arsenik (As) dengan metoda SSA
c. Anorganik non Metalik contohnya Amonia (NH3-N) dengan metoda
Biru Indofenol
d. Organik Agregat contohnya Biological Oxygen Demand (BOD)
e. Mikroorganisme contohnya E Coli dengan metoda MPN
f. Sifat Khusus contohnya Asam Borat (H3 BO3) dengan metoda
Titrimetrik
g. Air Laut contohnya Tembaga (Cu) dengan metoda SPR-IDA-SSA
Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya
telah dicoba dan dikembangkan selama ini.  Teknik-teknik pengolahan air
buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3
metode pengolahan:
1.    pengolahan secara fisika
2.    pengolahan secara kimia
3.    pengolahan secara biologi
Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut
dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi.

 Limbah padat
Limbah padat adalah hasil buangan industri berupa padatan, yang berasal dari
sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat dikategorikan menjadi dua bagian,
yaitu limbah padat yaitu dapat didaur ulang, seperti plastik, tekstil, potongan
27

logam dan kedua limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis. Bagi limbah
padat yang tidak punya nilai ekonomis dapat ditangani dengan berbagai cara
antara lain ditimbun pada suatu tempat, diolah kembali kemudian dibuang dan
dibakar.[ CITATION Ang14 \l 1033 ]

 Limbah gas dan partikel


Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa partikulat zat (limbah)
yang mengandung partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida,
nitrogen oksida, ozon (asap kabut fotokimiawi), karbon monoksida dan timah.
Udara adalah media pencemar untuk limbah gas. Limbah gas atau asap yang
diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan udara. Secara alamiah udara
mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2 dan Jain-lain.
Penambahan gas ke dalam udara melampaui kandungan alami akibat kegiatan
manusia akan menurunkan kualitas udara.[ CITATION Ang14 \l 1033 ]

 Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)


Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan
berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun
tidak langsung, dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau
membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk limbah B3 antara lain
adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi
karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang
memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk
limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah
meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi,
bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat
diketahui termasuk limbah B3.[ CITATION Ang14 \l 1033 ]

  Limbah B3 dapat diklasifikasikan sebagai zat bahan yang mengandung satu atau
lebih senyawa,[ CITATION Ang14 \l 1033 ] :
28

  Mudah meledak (explosive)


  Pengoksidasi (oxidizing)
  Amat sangat mudah terbakar (extremely flammable)
  Sangat mudah terbakar (highly flammable)
  Mudah terbakar (flammable)
  Amat sangat beracun (extremely toxic)
  Sangat beracun (highly toxic)
  Beracun (moderately toxic)
  Berbahaya (harmful)
  Korosif (corrosive)
  Bersifat mengiritasi (irritant)
  Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)
  Karsinogenik/dapat menyebabkan kanker (carcinogenic)
  Teratogenik/dapat menyebabkan kecacatan janin (teratogenic)
  Mutagenik/dapat menyebabkan mutasi (mutagenic)

Zat atau bahan tersebut diatas diklasifikasikan sebagai limbah B3 karena memenuhi
satu atau lebih karakteristik limbah B3 berikut[ CITATION Ang14 \l 1033 ] :

  Limbah mudah meledak, yaitu limbah yang pada suhu dan tekanan standar
(250 C, 760 mmHg) dapat meledak dan atau fisika dapat menghasilkan gas
dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan
sekitarnya.
  Limbah mudah terbakar, yaitu limbah yang mempunyai salah atu sifat
berikut:
1. Limbah berupa cairan yang mengandung alkohol yang mengandung alkohol
kurang dari 24% volume dan atau pada titik nyala tidak lebih dari 40 0C
(1400F) akan menyala apabila terjadi kontak dengan api, percikan api, atau
sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg.
29

2. Limbah bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar
(250C, 760mmHg) dapat mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan,
penyerapan uap air, atau perubahan kimia secara spontan dan apabila terbakar
dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus.
3. Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar.
4. Merupakan limbah pengoksidasi.
 Limbah yang bersifat reaktif, yaitu limbah yang mempunyai salah satu sifat
berikut,[ CITATION Ang14 \l 1033 ] :
1. Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan
perubahan tanpa peledakan.
2. Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air.
3. Limbah yang apabila bercsmpur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan,
menghasilkan gas, uap, atau asap beracun dalam jumlah yang membahayakan
bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
4. Merupakan limbah sianida, sulfida, atau amonia yang pada kondisi pH antara
2 dan 12,5 dapat menghasilkan gas, uap atau asap beracun dalam jumlah yang
membahayakan bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
5. Limbah yang mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar
(250C, 760mmHg).
6. Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima oksigen
atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
  Limbah beracun, yaitu limbah yang mengandung pencemar yang bersifat
racun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau
sakit yang serius apabila masuk kedalam tubuh melalui pernapasan, kulit atau
mulut.
  Limbah yang menyebabkan infeksi, yaitu limbah kedokteran, limbah dari
laboratorium atau limbah lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat
menular.
  Limbah bersifat korosif, yaitu limbah yang mempunyai salah satu sifat
berikut:
30

1. Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.


2. Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja .
3. Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan sama
atau lebih besar dari 12,5 untuk bersifat basa.

Berbagai produk yang dapat menjadi limbah B3,[ CITATION Ary12 \l 1033 ] yaitu:

  Produk Automotif, contoh: bahan bakar, oli kendaraan, aki, dan pembersih
kendaraan.
  Produk untuk pemeliharaan rumah, contoh: cat,  pewarna, pengencer cat.
  Pestisida, contoh: insektisida, racun tikus dan kamper.
  Pembersih rumah, contoh: pembersih lantai, pemutih, pengkilap oven
  Produk lainnya, contoh: baterai, kosmetik, dan pemoles sepatu.

1.4.6 Standar Management Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Standar manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, ditetapkan berdasar


Peraturan Pemerintah No 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem Manajemen K3.
[ CITATION Bud16 \l 1033 ]

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari


sistem manajemen secara keselurhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan,
tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan
bagi pengembang, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebujakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tenaga kerja yang sehat, aman, efesien dan
produktif.[ CITATION Bud16 \l 1033 ]

Tujuan sistem manajemen K3 adalah menciptakan suatu sistem keselamatan


da kesehatan kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga kerja, kondisi dan
lingkungan kerja yang terintegrasi dalam mencegah dan mengurangi kecelakaan dan
31

penyakit akibat kerja serta terciptanya tenaga kerja yang sehat, aman, efesien dan
produktif.[ CITATION Bud16 \l 1033 ]

Penerapan Sistem Manajemen K3,[ CITATION Bud16 \l 1033 ]:

 Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau
lebih dan atau mempunyai potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik
proses bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti:
peledakan, kebakan, pencemaran dan penyakit akibat kerja, wajib menerapkan
SMK3
 Sistem manajemen K-3 wajib dilaksanakan oleh Pengurus, Pengusaha dan
seluruh tenaga kerja sebagai suatu ketentuan.
 Kewajiban perusahaan tersebut di atas adalah :
- Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan
SMK3.
- Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan K3.
- Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan
kemampuan dan mekanisme dan pendukung yang diperlukan mencapai
kebijakan, tujuan dan sasaran K3.
- Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan
tindakan perbaikan dan pencegahan.
- Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Secara berkesinambungan
dengan tujuan meningkatkan keselamatan kerja.

Standar Personil

Untuk mencapai masyarakat tenaga kerja yang sehat, selamat dan produktif,
diperlukan standar kualifikasi tertentu. Kualifikasi tersebut adalah [ CITATION Bud16 \l
1033 ]:

1. Sehat jasmani dan rohani


32

2. Ahli di bidang pekerjaannya


3. Berpendidikan setara dengan pekerjaannya
4. Ulet dan disipli
5. Memiliki motivasi yang mencukupi
6. Terlatih bekerja dengan menerapkan K3

Keahlian di bidang pekerjaan misalnya:

1. Operator boiler
2. Pengemudi forklift
3. Operator crane
4. Pekerja yang menangani bahan kimia berbahaya

Tugas pengurus/pengawas dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja

Yang perlu diketahui pertama adalah Pengurus/Pengawas merupakan orang yang


mempunyai tugas memimpin langsung sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang
berdiri sendiri. Berdasarkan pasal 8, 9, 11 dan 14 Undang - Undang No. 1 tahun 1970
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pengurus bertanggung jawab untuk
[ CITATION Wag17 \l 1033 ]:

1. Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari


tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan
sifat - sifat pekerjaan yang diberikan padanya.
2. Memeriksa semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, secara
berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan dibenarkan oleh
Direktur
3. Menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :
 Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta apa yang dapat timbul dalam
tempat kerjanya
33

 Semua pengamanan dan alat - alat perlindungan yang diharuskan dalam


semua tempat kerjanya
 Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan
 Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya
4. Bertanggung jawab dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan
kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam
pemberian pertolongan pertama dalam kecelakaan.
5. Tenaga kerja dapat dipekerjakan apabila telah yakin bahwa yang bersangkutan
memahami syarat-syarat K3
6. Melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang
dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.
7. Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua
syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan
semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang
bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca dan
menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli kesehatan kerja
8. Menyediakan secara cuma-cuma Alat Pelindung Diri bagi tenaga kerja dan
bagi orang lain yang memasuki tempat kerja
BAB II
PELAKSANAAN

2.1. Tanggal dan Waktu Pelaksanaan


Hari dan Tanggal : Senin 31 Juli 2017
Waktu : Pukul 13.30 s.d.selesai

2.2. Lokasi Pengamatan


Lokasi pengamatan yaitu PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk.
yang berlokasi di Jalan Rancabolang No.98 Gedebage Kabupten Bandung,
Provinsi Jawa Barat.

2.3 Dokumen Pengamatan

Faktor fisik Iklim

1. Berapa nilai ambang iklim kerja diruang produksi?


2. Apakah iklim diruang kerja perusahaan ini sudah sesuai dengan NAB
Permenaker?
3. Apakah perlu adanya intervensi atau perubahan terhadap iklim kerja?

Faktor Fisik Peneragan

1. Apakah ditempat kerja penerangan alami atau buatan ?


2. Apakah penerangan yang ada cukup dan merata ?
3. Apakah ada kesilauan ?
4. Apakah ada kontras antara tempat kerja dan sekelilingnya ?
5. Apakah ada bayangan di area tempat kerja ?
6. Apakah cahaya terlalu suram atau terang ?
7. Apakah ada jadwal pemeliharaan penerangan ?

34
35

Faktor Bising

1. Apakah rutin dilakukan pemeriksaan tingkat kebisingan ?


2. Berapa dB kebisingan yang dimiliki perusahaan dan berapa lama paparannya?
3. Apakah ada APD yang digunakan untuk menghindari kebisingan? selalu
digunakan?
4. Apakah sudah ada tenaga kerja yang mengalami masalah yang diakibatkan
kebisingan?
5. Bagaimana pengendalian kebisingan yang sudah dilakukan di perusahaan ini?

Faktor Kimia

1. Apa saja zat kimia dalam proses produksi di perusahaan ini


2. Apakah zat kimia tersebut memiliki MSDS
3. Bagaimana penyimpanan bahan kimia tersebut ? apakah aman?
4. Bagaimana cara penanggulangan untuk menghindari paparan bahaya
zat kimia tersebut?
5. Apakah ada pemantauan kesehatan terhadap pengaruh paparan zat
kimia tersebut

Faktor Biologi

1. Apakah terdapat sumber bahaya biologis pada tempat produksi?


2. Sumber bahaya apa saja yang terdapat pada tempat produksi?
3. Bagaimana cara mengatasi sumber bahaya biologi tersebut?

Sanitasi
1. Dari manakah sumber air yang digunakan untuk kakus para karyawan?
2. Bagaimana kualitas airnya?
3. Apakah terdapat tempat sampah diarea perusahaan? Dimana saja ?
4. Bagaimana kondisi mesin yang diguakan dalam proses industry ?
5. Bagaimana cara menjaga kebersihan mesin industry?
36

6. Apakah terdapat kantin dan tempat makan di area perusahaan ?


7. Saat istirahat dimana biasanya para karyawan makan?
8. Apakah terdapat tempat mencuci tangan di area tempat produksi?
9. Ada berapa toilet yang disediakan untuk para karyawan? Apakah dibedakan
antara toilet perempuan dan laki-laki?

Limbah
1. Jenis limbah apa saja yang dihasilkan oleh perusahaan ini?
2. Apakah limbah yang dihasilkan dapat didaur ulang?
3. Apakah ada tim khusus yang menangani limbah?

Petugas K3
1. Apakah perusahaan bapak/ibu memiliki petugas dalam bidang K3?
2. Apakah petugas K3 tersebut memiliki double job?
3. Apakah para petugas K3 tersebut selalu melakukan pengawasan dan evaluasi
secara ruti n?
4. Bagaimana pembagian petugas K3 di perusahaan bapak/ibu?
5. Bagaimana struktur organisasi K3 di perusahaan bapak/ibu?
6. Kapan saja para petugas K3 tersebut bertugas?
7. Apa saja kejadian yang pernah terjadi di perusahaan bapak/ibu yang
berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja?
8. Apakah ada dokter perusahaan yang bekerja di perusahaan bapak/ibu?
9. Apakah perusahaan mengadakan penyuluhan tentang bahaya kerja yang
ditujukan untuk para pekerja?
BAB III

HASIL PENGUKURAN DAN PENGAMATAN

3.1 Faktor fisik iklim

Berdasarkan hasil pengamatan iklim kerja menggunakan alat ukur area heat stress
meter QT-32 3m diperoleh data pekerja dengan kategori kerja sedang sebagai berikut

NAB
Lama waktu
Parameter Kerja
N pengambilan
Lokasi Sedang
o
Ta0 Tw0 Tg0 RH WBGT
C C C % In0C
G. B. Baku
1 31,4 24,8 33,6 54 27,2 ≤26,7 1 menit
1
G. B. Baku
2 31,5 24,4 32,2 53 26,8 ≤26,7 1 menit
2
3 Printing 31,9 25 32,9 55 27,3 ≤26,7 1 menit
4 Embos 31,9 24,2 32,6 52 26,7 ≤26,7 1 menit
5 Sewing 31,3 24,6 32,1 53 26,9 ≤26,7 1 menit
6 Assembling 31,8 25,4 33 54 27,7 ≤26,7 1 menit
7 Packing 30,5 26 32,5 55 27,1 ≤26,7 1 menit

Tabel hasil pengukuran Iklim Lingkungan Kerja

3.2 Data Pengukuran Penerangan

Nama Alat : Lux Meter Light Meter

Merk : Lutron

Type : LX – 1108

No. Seri : Q628586

Sumber Cahaya : Alami + Buatan

37
38

Tabel hasil pengukuran Penerangan Lingkungan Kerja

Berdasarkan table diatas, hasil pengukuran penerangan di PT. Primarindo


Asian Infrastruktur. Tbk. Didapatkan hasil yang sesuai dengan nilai ambang batas
berdasarkan PMP No.7 tahun 1964. Menurut HRD PT. Primarindo Asian
Infrastruktur. Tbk perusahaan ini telah melakukan standarisasi penerangan sesuai
dengan nilai ambang batas dan dilakukan secara berkala. Pencahayaan buatan
(lampu) selalu diganti ketika lampu sudah mulai meredup. Di perusahaan ini
penerangan terlihat cukup merata. Pekerja tidak mengelhkan adanya kesilauan atau
cahaya yang terlalu suram, namun terapat beberapa area yang terlihat kontras. Area
tersebut adalah area proses assembling, karena cahaya alami pada area ini dibatasi
(ditutup) guna untuk mengatasi suhu yang panas yang dapat menyebabkan
munculnya percikan api yang dapat menginisiasi proses kebakaran.

3.3 Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan

Kebisingan yang ada di bagian produksi dan kantor berasal dari berbagai
macam sumber, seperti mesin-mesin produksi, aktivitas cutting, emboss, printing,
sewing, assembling, dering telpon, serta perbincangan diantara tenaga karja. Suara-
suara yang ditimbulkan selain mesin produksi menyebabkan bising secara tidak
langsung dan suara tersebut tidak kontinu.
39

Pengukuran kebisingan dilakukan menggunakan alat Sound Level Meter


dengan merk Lutron dengan tipe SL-4011 dan nomor seri SLM PP/1/SMPL. Berikut
adalah hasil pengukuran intensitas kebisingan pada gedung produksi. Besarnya
intensitas kebisingan gedung produksi dapat dilihat pada tabel berikut dibawah ini.

No Kebisingan (dBA)
Lokasi NAB (dBA) Sumber Bising
. dalam waktu 1 menit
Gudang
1. 56,7 85
bahan baku
Ruang 76 / 91 (4000 detik dalam
2. 85 Mesin cutting
Produksi 8 jam)
Embosh /
70 85
sablon
77 85 Sewing / jahit
84 85 Mesin press
76 85 Assembling
3. Finishing 70 85

Tabel hasil pengukuran kebisingan ruang kerja

Kebisingan tertinggi yang melewati NAB kebisingan terdapat pada ruang


produksi bagian cutting sebesar 91 dBA. Namun paparan tersebut hanya 4000 detik
per 8 jam karena bersifat intermitten sehingga paparan hanya sekitar 66 menit dalam
8 jam kerja dan dapat disimpulkan bising dapat diterima atau dibawah ambang batas
menurut Permenakertrans Nomor 13/Men/X/2011.

3.4 Faktor Kimia

Perusahaan PT. Primarindo Asia Infrastructure menggunakan bahan kimia


pewarna cat, pelarut, berbagai je nis lem seperti latex, lem dengan toluene dan rubber
glue. Setiap limbah kimia di buang dimasukan ke dalam tempat tertutup dan di
berikan kepada pihak ke 2 untuk di olah dan di netralisir. Sehingga perusahaan ini
tidak membuang limbah di tempat umum. [ CITATION Bud16 \l 1033 ]
40

Tidak ada pemantauan pemeriksaan kesehatan berkala untuk mengecek efek paparan
bagi tubuh. dan masih dinilai kurang ventilasi untuk peletakan bahan kimia.

3.5 Faktor Biologi

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada PT. Primarindo terhadap hygiene
industri faktor biologi terdapat beberapa permasalahan yang menjadi sumber
penyakit. Beberapa bagian di tempat produksi tidak bersih dan menjadi tempat
pertumbuhan bagi mikroorganisme. Pada beberapa alat produksi yang jarang terpakai
terdapat jamur. Alat tersebut disimpan di tempat produksi yang masih sering
digunakan oleh karyawan. Alat-alat tersebut menjadi kotor dan berkarat. Para
karyawan sering meletakan benda lain yang sering dipakai di atas alat yang berjamur.

Alat produksi yang berkarat dan berjamur

Sarung tangan yang diletakan diatas alat yang berjamur


41

Hazard biologi lain yang dapat timbul pada tempat produksi ditimbulkan oleh
sampah yang menjadi sumber pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri dan virus.
Tempat sampah ditempatkan di samping meja produksi tanpa penutup sampah. Selain
itu disamping tempat pekerja terdapat tempat menyimpan makanan dan minuman
yang menyatu dengan sampah-sampah sisa makanan.

Tempat sampah yang terbuka di samping meja pekerja

Tepat makanan dan minuman disertai tempat membuang sampah makanan

3.6 Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara, didapatkan bahwa


petugas yang bekerja sebagai petugas K3 di perusahaan merupakan petugas yang
42

merangkap bekerja sebagai pekerja yang membuat produk sepatu, sehingga petugas
K3 bukan petugas yang memiliki kemampuan khusus dalam bidang K3. Para petugas
K3 juga terbagi berdasarkan tempat kerja atau area kerja, yaitu area gudang bahan
baku, gedung printing, gedung cutting, gedung sewing, gedung assembling, gedung
pengecekan, dan gedung packing. Pada beberapa gedung dapat ditemukan struktur
organigram petugas K3 di papan pengumuman, namun ada juga beberapa gedung
yang tidak memiliki struktur organigram petugas K3, sehingga kami tidak
mengetahui ada atau tidaknya petugas K3 di gedung tersebut. Para petugas tersebut
dibagi menjadi tim pemadam, tim evakuasi, tim P2K3, dan tim HSEC. Para petugas
K3 bertugas pada jam kerja saja, yaitu dari jam 07.30 – 16.30.

Gambar . Contoh Struktur Organigram

3.7 Kebersihan dan Sanitasi


43

Berdasarkan hasil pengamatan mengenai kebersihan di lingkungan perusahaan


cukup baik. Tetapi Mesin yang digunakan dalam proses pembuatan sepatu tampak
sedikit berdebu. Di lingkungan perusahaan juga tidak terdapat kantin, sementara
tempat makan yang disediakan jarang dipergunakan oleh para karyawan perusahaan.
Tempat sampah yang digunakan di area perusahaan tidak sesuai dengan syarat bak
sampah. Selain itu toilet di area perusahaan kurang baik dan kurang memenuhi
pesyaratan dan tidak terdapat tempat mencuci tangan ataupun sabun. Kualitas sumber
air yang digunakan untuk kakus cukup baik karean tidak berbau, tidak kotor dan tidak
berasa. Sumber air bersumber dari PDAM yang dialirkan ke toilet yang ada di sekitar
perusahaan.

3.8 Limbah

b. Padat
Limbah yang dihasilkan seluruhnya hanya limbah padat. Limbah padat
tersebut tidak dikelola oleh pihak perusahaan sendiri, tetapi dilakukan kerja
sama dengan LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat). Limbah
dikumpulkan dalam keranjang yang nantinya akan di angkut oleh truk dari
pihak LPM setiap pukul 09.00 dan 12.00. LPM yang selanjutnya melakukan
daur ulang limbah.

c. Cair
Dikumpulkan kedalam bejana tertutup kemudian di berikan kepada pihak kedua
sebagai penampung untuk diolah agar tidak mencemari lingkungan.
BAB IV

PEMECAHAN MASALAH /PEMBAHASAN

Iklim Kerja

Diketahui hasil pengukuran Wet Bulb Globe Temperatur (WBGT) / Indeks Suhu
Basah dan Bola (ISBB) adalah sebagai berikut :

1. Gudang Bahan Baku 1 : 27,20C


2. Gudang Bahan Baku 2 : 26,80C
3. Ruang Printing : 27,30C
4. Ruang Embos : 26,70C
5. Ruang Sewing : 26,90C
6. Ruang Assembling : 27,70C
7. Ruang Packing : 27,10C

Berdasarkan nilai ambang batas kerja yang berlaku di Indonesia, yang


mengacu kepada Permenaker No.13 tahun 2011 tentang nilai ambang batas faktor
fisika dan faktor kimia ditempat kerja dapat diasumsikan secara umum semua tempat
kerja masih berada dalam standar iklim kerja yang efektif untuk pekerjaan sedang.
Sehingga, pekerja masih dalam keadaan relatif aman untuk melangsungkan pekerjaan
dalam waktu 8 jam tanpa waktu istirahat. Dengan demikian tidak diperlukan adanya
intervensi pada iklim ruang kerja.

Faktor Penerangan

Penerangan di PT. Primarindo Asian Infrastruktur. Tbk bersumber dari


penerangan alami dan buatan dengan distribusi yang cukup dan merata.. Pencahayaan
buatan (lampu) selalu diganti ketika lampu sudah mulai meredup. Di perusahaan ini
penerangan terlihat cukup merata. Pekerja tidak mengelhkan adanya kesilauan atau
cahaya yang terlalu suram, namun terapat beberapa area yang terlihat kontras. Area
tersebut adalah area proses assembling, karena cahaya alami pada area ini dibatasi

44
45

(ditutup) guna untuk mengatasi suhu yang panas yang dapat menyebabkan
munculnya percikan api yang dapat menginisiasi proses kebakaran. Menurut HRD
PT. Primarindo Asian Infrastruktur. Tbk perusahaan ini telah melakukan standarisasi
penerangan sesuai dengan nilai ambang batas dan dilakukan pemeliharaan secara
berkala

Faktor Fisik Bising

Berdasarkan hasil pengukuran kebisingan yang dilakukan PT. Primarindo


Asia Infrastructure tbk. didapatkan bahwa kebisingan tertinggi yang melewati NAB
kebisingan terdapat pada ruang produksi bagian cutting sebesar 91 dBA. Namun
paparan tersebut hanya 4000 detik per 8 jam karena bersifat intermitten sehingga
paparan hanya sekitar 66 menit dalam 8 jam kerja dan dapat disimpulkan bising dapat
diterima atau dibawah ambang batas menurut Permenakertrans Nomor
13/Men/X/2011. Maka wilayah kerja tersebut aman untuk dilakukan aktivitas tanpa
ada penanganan kebisingan di tempat kerja.

Dengan tidak adanya hasil pengukuran yang melebihi nilai ambang batas
maka wilayah kerja tersebut aman untuk dilakukan aktivitas kerja tanpa ada
pengendalian dan pencegahan kebisingan. Sampai saat ini tidak ada tenaga kerja yang
memiliki masalah mengenai kebisingan ataupun masalah kesehatan yang diakibatkan
oleh kebisingan. Dari pihak perusahaan pun tidak ada medical check up kesehatan
pendengaran. Sehingga dari pengamatan tidak ada yang menggunakan APD untuk
kebisingan seperti ear plug.

Faktor Kimia

Hasil pengamatan terhadap bahan kimia berbahaya di perusahaan ditemukan


bahan seperti lem, cat dan pelarut cat. Disetiap dari bagian proses pembuatan sepatu
hampir sebagian besar karyawan terpapar bahan kimia berbahaya. Setiap karyawan
disarankan menggunakan APD saat bekerja. Beberapa APD yang digunakan adalah
masker dan sarung tangan, namun mayoritas tidak dipakai merata oleh seluruh
pekerja. Hanya sedikit yang menggunakan APD saat bekerja, itupun tidak lengkap.
46

Ada yang masker tanpa sarung tangan, ada yang menggunakan sarung tangan namun
hanya tangan kanan saja. APD tersebut diberikan oleh pihak perusahaan, baik yang
sekali pakai atau yang dapat dipakai terus-menerus. Dalam hal ini, resiko timbulnya
PAK maupun PAHK yang ditimbulkan dari bahan kimia berbahaya sangat mungkin
terjadi.

Selain itu, tempat penyimpanan dari bahan kimia berbahaya di perusahaan


kurang baik, hasil tersebut di dapatkan dari pengamatan terhadap tempat
penyimpanan yang memiliki sirkulasi udara yang sangat minim sehingga membuat
udara tempat penyimpanan menjadi panas dan terpapar cahaya matahari. Dari hal
tersebut dapat meningkatkan resiko terjadinya kebakaran yang diakibatkan oleh
bahan kimia yang sangat mudah terbakar.

Faktor Biologi

Berdasarkan hazard atau bahaya yang ditimbulkan oleh faktor biologi di ruang
produksi berupa pertumbuhan mikroorganisme jamur di alat yang tidak terpakai
untuk proses produksi, sampah yang menjadi sumber pertumbuhan bagi
mikroorganisme patologis. Maka dari itu solusi yang dapat dilakukan untuk
mengurangi risiko sumber bahaya biologi pada produksi tersebut dengan cara
membersihkan jamur pada alat produksi dan memindahkan atau menyimpan alat yang
sudah tidak digunakan di tempat lain yang aman dan tidak bersamaan dengan alat
yang masih digunakan. Selain itu, menyediakan tutup bagi tempat sampah yang
terbuka.

Mengontorol Bahaya Dari Faktor Biologi

Faktor biologi dan juga bahaya-bahaya lainnya di tempat kerja dapat dihindari
dengan pencegahan antara lain dengan :

1. Penggunaan masker yang baik untuk pekerja yang berisiko tertular


lewat debu yang mengandung organism patogen
47

2. Membersihkan semua debu yang ada di sistem pendingin paling tidak


satu kali setiap bulan
3. Membuat sistem pembersihan yang memungkinkan terbunuhnya
mikroorganisme yang patogen pada sistem pendingin.

Sanitasi
Pemecahan masalah pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan mengenai sanitasi industry di perusahaan PT.


Primarindo Asia Infrastruktur. Tbk didapatkan sebagai berikut:

1. Mesin dan alat kerja yang digunakan


Perlunya diadakan pembersihn mesin secara berkala untuk menjaga kualitas
dan juga kebersihan di lingkungan kerja. Jika mesin sedang tidak digunakan,
sebaiknya mesin bisa ditutup dengan menggunakan kain supaya tidak terlalu
berdebu dan dapat menjaga kesehatan para karyawan di perusahaan tersebut.
2. Kantin dan tempat makan
Perlunya di sediakan kantin untuk memenuhi kebutuhan gizi para karyawan di
perusahaan tersebut sehingga kesehatan para karyawan terjaga. Selain itu
perlu di sosialisasikan kembali untuk para karyawan supaya jika sedang
beristirahat untuk makan agar makan di tempat makan yang sudah disediakan
dan tidak makan di area sekitar tempat produksi untuk menjaga kesehatan
para pekerja itu sendiri.
3. Tempat sampah
Perlunya disediakan tempat sampah organic ataupun anorganik yang tertutup,
kuat dan ringan di area sekitar perusahaan untuk menjaga kebersihan dan
kesehtan para karyawan itu sendiri.
4. Toilet
Toilet di perusahaan masih kurang baik dan terlihat kotor dan tidak cukup
penerangan. Selain itu jumlah kamar mandi di salah satu area gedung
produksi jumlah kamar mandi yang disediakan masih ada yang tidak sesuai
48

dengan persyaratan WC dan kakus. Sehingga diperlukan penataan dan


tambahan toilet di area gedung produksi untuk memudahkan para pekerja.
Selain itu diperlukan adanya pembersihan toilet secara berkala baik dari
dinding, tempat kakus, tempat penampungan air dan lantai kamar mandi
supaya kebersihan toilet bisa terjaga dengan baik sehingga karyawan dapat
terhindar dari penyakit.
5. Tempat cuci tangan
Perlunya disediakan tempat mencuci tangan, sabun dan tiddue kering di setiap
gedung produksi supaya kebersihan tangan karyawan dapat terjaga dan dapat
terhindar dari penyakit yang disebabkan karena kurangnya kebersihan tangan
itu sendiri.

Limbah
Berdasarkan hasil pengamatan mengenai limbah, diketahui kondisi dari alat
pengangkut limbah, terkesan seadanya dan kurang memadai sehingga dikhawatirkan limbah
yang diangkut tercecer saat diangkut ke lokasi pengolahan limbah di LPM. Dengan demikian,
solusi yang disarankan untuk mengurangi hal tersebut adalah dengan menggunakan alat
penutup pada alat pengangkut.

Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Petugas kesehatan kerja pada perusahaan PT. Primarindo, tidak memiliki


dokter yang bekerja khusus sebagai dokter perusahaan, dikarenakan seluruh pekerja
sudah memiliki BPJS kesehatan dan BPJS ketenagakerjaan. Para pekerja biasanya
hanya memeriksaan kesehatannya secara pribadi ke puskesmas dan klinik. Pada para
pekerja tidak dilakukan pemeriksaan berkala ataupun pemeriksaan khusus.
Perusahaan juga tidak mempermasalahkan kesehatan para pekerja pada saat pertama
kali melamar kerja, sehingga tidak dilakukan pemeriksaan prakerja. Sebelumnya
sering terjadi kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum, terjepit, patah tulang lengan,
dan terjepit mesin pada pekerja, tetapi sekarang sudah tidak pernah terjadi lagi,
karena sudah diberikan pengaman.
49

Dari hasil wawancara didapatkan bahwa petugas K3 tidak pernah melakukan


pengamatan dan evaluasi rutin pada tempat kerja maupun para pekerja. Perusahaan
hanya memberi informasi kepada karyawan tentang potensi bahaya di tempat kerja
saat pertama kali pekerja melamar ke perusahaan. Perusahaan juga tidak melakukan
penyuluhan tentang keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan kepada pekerja.
Walaupun petugas K3 tidak memiliki kemampuan khusus dalam bidang K3, kami
amati bahwa disetiap gedung produksi dapat ditemukan adanya rambu-rambu
keselamatan dan APAR. Perusahaan juga sudah menyiapkan APD berupa masker,
tetapi para pekerja yang kami amati, kebanyakan terlihat memakai masker yang tidak
terstandarisasi, selain itu ada juga beberapa pekerja yang tidak memakai masker,
khususnya pada bagian assembling.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengukuran hygiene industry di PT.Primarindo dapat diperoleh


kesimpulan sebagai berikut:

- Nilai ambang batas dari pencahayaan, kebisingan, dan iklim kerja masih
dalam standar yang ditentukan oleh Pereaturan Pemerintah sehingga wilayah
kerja tersebut sejauh ini resikonya lebih kecil dengan potensi bahaya relatif
bisa teratasi. Asumsi kebisingan tertinggi yang melewati NAB kebisingan
sebesar 91 dBA, dengan paparan 4000 detik per 8 jam yang bersifat
intermitten sehingga paparan hanya sekitar 66 menit dalam 8 jam kerja.
Sehingga para karyawan tidak memerlukan pengendalian dan pencegahan
kebisingan.
- Terdapat sumber bahaya biologi di ruang produksi tersebut
- Kesimpulan untuk kebersihan lingkungan perusahaan sudah cukup baik, tetapi
harus diperhatikan kembali mengenai aspek sanitasi industri yang baik untuk
suatu perusahaan untuk menjaga kesehatan para karyawan.
- Masih rendahnya kesadaranuntuk menggunakan APD pada karyawan.

Saran

- Memperhatikan aspek biologi yang dapat menyebabkan berbagai macam


penyakit dengan baik dan benar
- Sebaiknya perusahaan melakukan pemeriksaan rutin audiometri untuk
screening memantau fungsi pendengaran masih dalam keadaan baik atau
tidak.
- Petugas K3 diharapkan dapat melakukan tugasnya sebagai petugas K3, tidak
hanya sebagai formalitas saja, agar para pekerja dapat terjamin keselamatan
dan kesehatan kerjanya.

50
- Memberikan pelatihan khusus mengenai penanganan K3 di perusahaan
kepada para petugas K3.
- Bekerja sama dengan puskesmas atau klinik disekitar tempat kerja, untuk
mengadakan pemeriksaan prakerja, berkala, dan khusus.
- Perlu dilakukan penyuluhan tentang cara pemakaian APD yang benar oleh
petugas K3, agar para pekerja terhindar dari paparan zat kimia. [ CITATION
Hid16 \l 1033 ]

51
DAFTAR PUSTAKA

1. Anggraini, F. (2014, September 10). Retrieved from


https://feranianggraini23.wordpress.com/2014/09/10/macam-macam-limbah/
2. Arief, L. M. (2014). Lingkungan Kerja Faktor Kimia Biologi. Hiegien Industri, 29-
32.
3. Arya, H. S. (2012, 11). Retrieved from
http://haeranisuryadia.blogspot.co.id/2012/11/macam-macam-limbah.html
4. BPJSKetenagakerjaan. (2016). Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik
Indonesia No. 10/ 2016 tentang Tata Cara Pemberian Program Kembali Kerja serta
Kegiatan Promotif dan Kegiatan Preventif Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja.
Jakarta: Menteri Ketenagakerjaan.
5. Budiono, A. S., Jusuf, R., & Pusparini, A. (2016). Hiperkes & KK. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.
6. Hidayat, I. (2016). Iklim Kerja dan Radiasi Nonionisasi. In A. S. Budiono, R. Jusuf,
& A. Pusparini, Hiperkes & KK (pp. 37-41). Semarang: Badan Penerbit Univeritas
Diponegoro.
7. Industri, L. H. (2015). Retrieved from http://lsphi.com/profile/profile-organisasi/
8. Karlen, M. (2010). Dasar-Dasar Desain Pencahayaan. Jakarta: Erlangga.
9. PP. (2012). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 50 tentang Penerapan
system Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta.
10. Ramdan, I. M. (2013). Hiegiene Industri. Yogyakarta: Bimotry.
11. Suhardi, B. (2008). Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
12. Tarwaka, d. (2004). Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan dan produktivitas.
Surakarta: UNIBA Press.

13. Wageindicator. (2017). Homeindicator. Retrieved from


http//www.gajimu.com/main/pekerjaan-yanglayak/keselamatan-dan-kesehatan-
kerja/kewajiban-dan-hak

52

Anda mungkin juga menyukai