Anda di halaman 1dari 2

Sambutan Seorang Sahabat

Di suatu malam yang diterpa hujan badai, Alvaro berkunjung ke rumah sahabat
karibnya, Bernard. Rumah Bernard cukup besar, secara keluarganya adalah keluarga
konglomerat yang terkenal di Negara Bagian Virgina. Tak sungkan Bernard untuk
menemani Alvaro yang mempunyai kehidupan sederhana. 
Sudah lama Alvaro tak bertemu Bernard sejak ia keluar dari akademi militer di North
Carolina. Selama setahun lebih, Alvaro tidak berjumpa dengan sahabat kecilnya itu.
Alvaro pun telah berjanji kepada Bernard melalui surat untuk bertamu ke rumahnya
selepas Alvaro keluar dan lulus dari akademi militer. 
“Selamat datang Alvaro saudaraku! Senang bisa bertemu denganmu, mari aku antar
kau berkeliling rumahku yang sederhana ini,” sambut Bernard hangat namun tetap
rendah hati. 
Lalu Alvaro dan Bernard bersama-sama berkeliling sebuah rumah yang mirip dengan
istana. Rumah itu terkesan suram ketika tidak ada tanda-tanda kehidupan padahal
setahu Alvaro, Bernard memiliki ayah, ibu, dua adik perempuan, dan banyak pelayan
yang tidak dapat dihitung dengan kedua jari tangan. Anehnya, tak satu pun ada
orang yang Alvaro temui di sana selain Bernard. 
“Kau ingin makan atau meminum sesuatu, kawan?” Bernard menawarkan untuk
menyuguhkan sesuatu kepada kawan lamanya. 
“Aku ingin sesuatu yang terbaik dari dirimu, saudaraku,” ungkap Alvaro seraya duduk
di sofa depan rumah Bernard. 
“Dengan senang hati,” tanggap Bernard.
Alvaro kemudian menyempatkan diri untuk melihat foto-foto yang terpajang di
sekitar ruang tamu Bernard. Ia melihat berbagai tulisan dan gambar yang tak lazim
alias di luar nalar. Foto-foto keluarga Bernard terlihat usang, dan di sekitarnya
banyak ditulisi bahasa latin yang seperti bahasa dalam Alkitab.
Dan ketika melihat foto keluarga Bernard, seluruh wajah keluarga Bernard terlihat
murung dan sedih. Alvaro bertanya-tanya dalam hati tentang sebenarnya apa yang
terjadi. Ditambah lagi, terakhir kali ketika ia mengunjungi rumah sahabat kecilnya itu,
pose mereka terlihat bahagia dengan guratan senyum yang merona dari wajah
Bernard beserta keluarganya. 
Alvaro pun berbalik dan tiba-tiba ….
“Sedang melihat foto-foto ini?”
Tiba-tiba Bernard sudah berdiri tepat dibelakang Alvaro. Seketika Alvaro kaget dan
jantungnya hampir meletus dari tubuhnya. 
“Uhm… iyaa. Aku hanya sedikit berkeliling saja,” tandas Alvaro sedikit gugup. 
Anehnya, Bernard menatap Alvaro dengan pandangan dan ekspresi muka yang
datar. Pun dengan bibirnya yang cenderung pucat menambah kecurigaan Alvaro
terhadap sahabat kecilnya itu. 
“Bernard, kau terlihat pucat, kawan. Apakah kau merasa sakit sekarang?” tanya Alvaro
cemas. 
Bernard dengan tatapan dan ekspresi yang sama sebelumnya hanya menggelengkan
kepala. Lantas, ia mengajak Alvaro untuk meneguk secangkir teh hangat di ruang
tamunya. 
Ada hal ganjil ketika Alvaro meneguk teh yang disajikan oleh Bernard. Pahit sekali,
jenis rasa yang di minum oleh Alvaro ketika meneguk teh yang disajikan sahabatnya
tersebut. “Hey kawan, apakah kau lupa memasukkan gula?”
“Tidak ada gula disini,” Bernard hanya menjawab dengan nada yang datar. Alvaro
yang merasa sungkan meneguk pelan-pelan teh yang Bernard buat, sepertinya teh
itu racikan dari Asia. Anehnya pula, Bernard juga tak banyak bicara ketika bersama
Alvaro ,bahkan nyaris tidak pernah. 
Hujan mulai reda, Alvaro berpamitan kepada Bernard untuk kembali pulang. Namun,
sebelum pulang ia mengajak Bernard untuk pergi ke kedai milik Joe, tetapi Bernard
urung untuk memenuhi ajakan Alvaro tersebut.
“Selamat malam, Alvaro! Semoga malammu menyenangkan kawan!”
Alvaro masih terbayang-bayang keanehan yang melanda dirinya ketika berkunjung
ke rumah Bernard. Tidak lumrah ketika sahabat kecilnya itu bertingkah laku seperti
tadi. Alvaro juga menceritakan kejadian itu kepada Joe, kawannya di SMA bersama
Bernard. 
“Apa? Kau malam-malam berbadai ke rumah Bernard?!” Tanya Joe dengan nada
yang keras di meja bar miliknya. 
“Iya, Joe, aku juga dijamu dan disambut olehnya,” tandas Alvaro sembari meneguk
secangkir minuman. 
“Astaga!” Kemudian Joe menyodorkan suatu surat kabar yang ia simpan. Dan
dalam headline beritanya berisi tentang kecelakaan yang dialami oleh keluarga
Bernard sebulan yang lalu. Dan ironisnya, seluruh anggota keluarga tewas, termasuk
Bernard. 
“Oh… sial.” 
Alvaro dan Joe sama-sama merinding. Lalu siapa yang bersama Alvaro tadi? 

Nama : Tasya Zulfi Koto


NPM : 18451089

Anda mungkin juga menyukai