Subjek
Subjek
DISUSUN OLEH :
KELAS : 3 PJJ C
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM UJI BAHAN II
Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah laboratorium uji
bahan II Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya
Oleh :
RINA MEIRIANI
3PJJC
Dosen Pembimbing :
MAHMUDA,ST.,MT. NIP.
196207011989032002
PALEMBANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN
RINA MEIRIANI 0619 4011 0225 | 3PJJC
LABORATORIUM UJI BAHAN 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 fax. 0711-355918 email. info@mail.polsriwijaya.ac.id
Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah laboratorium uji
bahan II Pada Jurusan Teknik Sipil Program Studi DIV Perancangan jalan
jembatan Politeknik Negeri Sriwijaya
Dosen Pembimbing
MAHMUDA,ST.,MT.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat,
rahmat dan hadiratnyalah penulis dapat menyelesaikan Laporan pratikum laboratorium
uji bahan II. Adapun tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai persyaratan dalam
mengikuti mata kuliah laboratorium uji bahan II pada jurusan Perancangan Jalan dan
Jembatan di politeknik negeri sriwijaya.
Laporan ini diketik berdasarkan hasil pratikum yang dilaksanakan di gedung
laboratorium teknik sipil dan atas bimbingan ibu dosen. Dan saya mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Ibu Mahmuda,ST.,MT. Selaku dosen pembimbing .
2. Rekan rekan mahasiswa yang telah membantu selama praktik dan memberi
semangat dalam menyelesaikan laporan uji bahan II.
3. Rekan rekan kelompok 3 yaitu Rina Meiriani, Rifki Alsya Pratama, Hafid Joyo
Wirayuda, dan Samuel Jonathan Manalu yang telah bekerja sama dan bersungguh
sungguh dalam menyelesaikan praktikum lab uji bahan II ini.
4. Serta para staf staf yang ada di laboratorium teknik sipil politeknik negeri
sriwijaya.
Dengan selesainya laporan ini, penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat
khususnya matakuliah pratikum laboratorium uji bahan lulusan perancangan jalan
dan jembatan politeknik negeri sriwijaya
DAFTAR ISI
RINA MEIRIANI 0619 4011 0225 | 3PJJC
LABORATORIUM UJI BAHAN 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 fax. 0711-355918 email. info@mail.polsriwijaya.ac.id
Lembar Pengesahan............................................................................................................II
Kata Pengantar...................................................................................................................III
Daftar isi............................................................................................................................IV
BAB 1 Pendahuluan............................................................................................................1
1.1.Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2.Rumusan masalah..........................................................................................................1
1.3.Tujuan dan manfaat.......................................................................................................1
Dokumentasi...........................................................................................................................V
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Jalan merupakan sarana transportasi darat yang selain memberikan pelayanan
kepada sarana transportasi, diharapkan selama masa pelayanan tidak terjadi
kerusakan yang berarti, bahan dan material utama yang mempengaruhi atau
berpengaruh terdapat daya dukung lapisan permukaan jalan dan aspal sebagian bahan
pengikat agregat agar lapisan pekerasan kedap air. Permukaan tanah pada umumnya
tidak mampu menahan beban kendaran di atasnya sehingga diperlukan suatu
konstruksi yang dapat menahan dan mendistribusikan beban lalu lintas yang di
terimanya.
Untuk itu diperlukan bahan utama berupa komponen aspal beton atau laston
yang hal ini dipelajari dalam laboratorium uji bahan 2. Dengan demikian, laporan ini
dibuat selain untuk mempelajari juga sebagai bukti praktikum yang telah dilaksanaan
di tempat.
2. KETELITIAN 0,1GR
2. Ukuran 200x200 mm
3. Ukuran 250x250 mm
4. Ukuran 300x400 mm
b. Bahan
1. Agregat Kasar
KADAR AIR
Agregat Berat Ag Berat Total berat Berat Ag Berat Ag
(gr) cawan Ag dan setelah setelah
(gr) cawan dioven konstan
Ag.
Kasar
VI. KESIMPULAN
VII. REFERENSI
b. Bahan
1. Agregat Halus
KADAR AIR
Agregat Berat Ag Berat Total berat Berat Ag Berat Ag
(gr) cawan Ag dan setelah setelah
(gr) cawan dioven konstan
Ag.
Halus
VI. KESIMPULAN
VII. REFERENSI
b. Bahan
1. Abu Batu
Kadar Air = Berat benda uji semula – berat benda uji kering oven x 100%
Berat benda uji kering oven
Abu
Batu
VI. KESIMPULAN
VII. REFERENSI
PEDC Bandung, buku Pengujian Bahan, Edisi 1993
SNI 03-1971-199
I. Maksud
I.1. Maksud :
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pemeriksaan untuk mengetahui
kadar lumpur pada Agregat kasar.
I.2. Tujuan Umum dan sasaran Khusus :
Setelah akhir pengujian ini, diharapkan mahasiswa dapat:
1. Menentukan persentase kadar lumpur yang dikandung oleh agregat
2. Menerangkan prosedur pemeriksaan kadar lumpur pada agregat Kasar.
3. Menghitung persentase kadar Lumpur pada agregat Kasar
4. Menggunakan peralatan yang diperlukan seuai dengan fungsinya
b. Bahan
Berat agregat +
cawan kadar air berat ag.setelah
Berat cawan
Agregat dalam kondisi di oven (gr)
(gr)
konstan (gr)
Ag. Kasar
Kadar lumpur =
VI. Kesimpulan
VII. Referensi
1. ASTM C – 556 – 67
2. PB – 0210 – 76
3. SNI 03-4141-1996
I. Maksud
I.1. Maksud :
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pemeriksaan untuk mengetahui
kadar lumpur pada Agregat kasar.
I.2. Tujuan Umum dan sasaran Khusus :
Setelah akhir pengujian ini, diharapkan mahasiswa dapat:
1. Menentukan persentase kadar lumpur yang dikandung oleh agregat
2. Menerangkan prosedur pemeriksaan kadar lumpur pada agregat halus.
3. Menghitung persentase kadar Lumpur pada agregat halus
4. Menggunakan peralatan yang diperlukan seuai dengan fungsinya
b. Bahan
2. Agregat yang telah dicuci dimasukkan kembali ke oven sampai mencapai berat
konstan (W2)
Ag. Kasar
Kadar lumpur =
VI. Kesimpulan
VII. Referensi
- ASTM C – 556 – 67
- PB – 0210 – 76
- SNI 03-4141-1996
I. Maksud
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pemeriksaan untuk
menentukan pembagian butir (gradasi) agregat dengan menggunakan saringan.
II. Tujuan
Tujuan pengujian ini ialah untuk memperoleh distribusi besaran atau jumlah
persentase butiran agregat kasar. Setelah akhir pembelajaran diharapkan dapat:
1. Menentukan gradasi agregat kasar dengan mengunakan hasil analisa
saringan/ayakan.
2. Menentukan gradasi agregat sedang dengan mengunakan hasil analisa
saringan/ayakan.
3. Menentukan gradasi agregat halus dengan menggunakan hasil analisa
saringan/ayakan.
4. Untuk menentukan distribusi agregat kasar.
5. Untuk menentukan perbandingan agregat kasar, sedang dan halus dalam agregat
campuran aspal.
III. Teori Dasar
Agregat adalah material yang dominan dalam konstruksi kongkrit. Hampir
70% - 80 % lebih berat konstruksi kongkrit adalah agregat. Agregat terdiri atas
agregat kasar (kerikil/batu baur) dan agregat halus (pasir/abu batu), dan jika
diperlukan menggunakan bahan pengisi atau filler. Klasifikasi agregat menjadi kasar
ditentukan berdasarkan ukurannya dengan menggunakan saringan. Mutu agregat
mempengaruhi kekuatan dan ketahanlasakan konkrit.
Agregat dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian berdasarkan ukuran
partikelnya yaitu:
1. Agregat kasar, yaitu agregat dengan ukuran > 4.75 mm menurut ASTM atau >2
mm menurut AASHTO.
2. Agregat halus, yaitu agregat dengan ukuran <4.75 mm menurut ASTM atau < 2
mm menurut AASHTO.
3. Abu batu / mineral filler, yaitu agregat halus yang umumnya lolos saringan no.
200.
ukuran agregat. Gradasi agregat diperoleh dari hasil analisa saringan dengan
menggunakan satu set saringan, dimana saringan yang paling kasar diletakkan paling
atas dan yang paling bawah adalah untuk yang paling halus, satu set saringan dimulai
dari pan dan diakhiri dengan tutup. Jika gradasi agregat telah sesuai dengan
spesifikasi maka kualitas beton yang dihasilkan akan baik, karena gradasi agregat ini
berpengaruh pada kekuatan beton tersebut.
Analisa Saringan Ageregat adalah penentuan presentase berat butiran
aggregat yang lolos dari satu set saringan kemudian angka angka presentase
digambarkan pada grafik pembagian butir. Dalam Pencampuran komposisi untuk
agregat kita bisa menggunakan table spesifikasi agregat gabungan untuk lapisan aspal
beton (laston) sesuai dengan SNI 03-1737-1989.
Modulus halus butir (Finensess Modulus) ialah suatu indek yang dipakai
untuk ukuran kehalusan atau kekerasan butir-butir agregat. Makin besar nilai modulus
halus menunjukan bahwa makin besar ukurn butir-butir agregatnya.
o Modulus halus untuk agregat halus = 1,5 – 3,8
o Modulus Modulus halus untuk agregat kasar = 6 - 8
Mutu agregat mempengaruhi kekuatan dan ketahanlasakan konkrit.
Agregat dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian berdasarkan ukuran
partikelnya yaitu:
1. Agregat kasar, yaitu agregat dengan ukuran > 4.75 mm menurut ASTM atau >2
mm menurut AASHTO.
2. Agregat halus, yaitu agregat dengan ukuran <4.75 mm menurut ASTM atau < 2
mm menurut AASHTO.
3. Abu batu / mineral filler, yaitu agregat halus yang umumnya lolos saringan no.
200.
Gradasi dapat dikatakan sebagai distribusi partikel-partikel berdasarkan
ukuran agregat. Gradasi agregat diperoleh dari hasil analisa saringan dengan
menggunakan satu set saringan, dimana saringan yang paling kasar diletakkan paling
atas dan yang paling bawah adalah untuk yang paling halus, satu set saringan dimulai
dari pan dan diakhiri dengan tutup. Jika gradasi agregat telah sesuai dengan
spesifikasi maka kualitas beton yang dihasilkan akan baik, karena gradasi agregat ini
berpengaruh pada kekuatan beton tersebut.
RINA MEIRIANI 0619 4011 0225 | 3PJJC
LABORATORIUM UJI BAHAN 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 fax. 0711-355918 email. info@mail.polsriwijaya.ac.id
IV. Peralatan
2) satu set saringan; 19,0 mm; 9,5 mm; 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18 mm, 0,60 mm; 0,30
mm; 0,15 mm; 0,075 mm; Pan
3) oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 + 5)°C;
5) talam-talam (cawan)
6) Kuas
7) Density Spoon
V. Benda Uji
Agregat kasar (Batu Pecah/split) = 1000 gram
3. Saring benda uji sebanyak itu dengan menggunakan susunan 1 set saringan
terdiri dari 19,0 mm; 9,5 mm; 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18 mm, 0,60 mm; 0,30
mm; 0,15 mm; 0,075 mm; Pan. Susunannya dari yang terbesar ke paling
terkecil.
4. Bersihkan saringan kotor
9. Hitung persentasi berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing saringan
terhadap berat total.
b. Agregat Sedang
1. Agregat sedang dikeringkan di oven dengan suhu (110±5)°C, sampai berat
konstan
3. Saring benda uji sebanyak itu dengan menggunakan susunan 1 set saringan
terdiri dari 4,76 mm; 2,36 mm; 0,59 mm; 0,279 mm; 0,149 mm; 0,074 mm;
pan. Susunannya dari yang terbesar ke paling terkecil.
4. Bersihkan saringan kotor
9. Hitung persentasi berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing saringan
terhadap berat total.
c. Agregat Halus
1. Agregat halus dikeringkan di oven dengan suhu (110±5)°C, sampai berat konstan
3. Saring benda uji sebanyak itu dengan menggunakan susunan 1 set saringan
terdiri dari 2,36 mm; 0,59 mm; 0,279 mm; 0,149 mm; 0,074 mm; pan.
Susunannya dari yang terbesar ke paling terkecil.
4. Bersihkan saringan kotor
9. Hitung persentasi berat benda uji yang tertahan diatas masing-masing saringan
terhadap berat total.
3 4,75 mm
4 2,36 mm
5 1,18 mm
6 0,60 mm
7 0,30 mm
8 0,15 mm
9 0,075 mm
10 Pan
∑ 1000 100
6 0,60 mm
7 0,30 mm
8 0,15 mm
9 0,075 mm
10 Pan
∑ 1000 100
GAMBAR
“Metode Diagonal Komposisi Agregat Dalam Pencampuran Aspal”
Specificatio
Combined
Percent
12% 46,75% 41,25%
Use
%
U.S % % % % %
Batc
Sieve Pass Batch Pass Pass Batch
h
46,7
38,1 100 12 100 5 100 41,25 100 100 100
25,4 100 12 100 46,7 100 41,25 100 100 100
RINA MEIRIANI 0619 4011 0225 | 3PJJC
LABORATORIUM UJI BAHAN 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 fax. 0711-355918 email. info@mail.polsriwijaya.ac.id
5
99,01 11,88 46,7 99,88
19,1 5 2 100 5 100 41,25 2 100 100
19,23 46,7 90,30 80-
12,7 5 2,308 100 5 100 41,25 8 90 100
4,025 46,7 88,48
9,52 0,483 100 5 100 41,25 3 80 70-90
0,235 4,68 45,96
4,76 0,028 10,027 8 100 41,25 6 60 50-70
0,225 1,04 41,20 42,28
2,36 0,027 2,240 7 99,9 9 3 42,5 35-50
0,180 0,14 25,48 25,65
0,59 0,022 0,300 0 61,79 8 0 23,5 18-29
0,150 0,08
0,279 0,018 0,180 4 12,91 5,325 5,427 18 13-23
0,135 0,07
0,149 0,016 0,167 8 3,79 1,563 1,657 11 7-15
0,05
0,074 0,105 0,013 0,127 9 1 0,413 0,485 4,5 1-8
VI . Kesimpulan
VII. Referensi
American Association of State Highway and Transportation Officials
(AASHTO) T – 27 – 74
American Society for Testing and Materials (ASTM) C 136 – 50
PBI 1971
PB – 0201 – 76
SNI 03 – 1974 – 1990, Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus
dan kasar
REFERENSI:
a. AASHTO T-85-88
b. ASTM D-127-84
c. SNI 03-1969-1990
I. TUJUAN UMUM
a. Mahasiswa memiliki pengetahuan tentang cara-cara pengujian berat jenis dan
penyerapan agregat kasar
b. Mahasiswa mampu melaksanakan pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat
kasar
b. Bahan
1. Agregat kasar (split 1/1 ) 500 gram
V. PROSEDUR PELAKSANAAN
Urutan pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut :
1. Siapkan benda uji yang tertahan saringan No. 4. Cuci benda uji untuk menghilangkan
debu atau bahan-bahan lain yang melekat pada permukaan
2. Keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110° ± 5)°C sampai berat tetap; sebagai
catatan, bila penyerapan dan harga berat jenis digunakan dalam pekerjaan beton
dimana agregatnya digunakan pada keadaan kadar air aslinya, maka tidak perlu
dilakukan pengeringan dengan oven;
3. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian timbang dengan
ketelitian 0,5 gram (Bk)
4).Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 ± 4 jam;
4. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air pada
permukaan hilang, untuk butiran yang besar pengeringan halus satu persatu;
udara yang tersekap dan tentukan beratnya di dalam air (Ba), dan ukur suhu air untuk
penyesuaian perhitungan kepada suhu standar (25°C);
NO PEMERIKSAAN Gram
A Berat Contoh Kering
B Berat Contoh Jenuh Kering Permukaan (SSD)
C Berat Contoh Dalam Air
D Berat jenis Bulk = ( A)
(B) - (C)
E Berat Jenis SSD = (B)
(B) – (C)
F Berat Jenis Semu = (A)
(A) – (C)
G Penyerapan = (B) – (A) x 100%
(A)
REFERENSI:
a. AASHTO T-84-88
b. ASTM D-128-84
c. SNI 03-1970-1990
I. TUJUAN UMUM
a. Mahasiswa memiliki pengetahuan tentang cara-cara pengujian berat jenis dan
penyerapan agregat sedang dan agregat halus
b. Mahasiswa mampu melaksanakan pemeriksaan berat jenis dan penyerapan agregat
sedang dan agregat halus
III. PENGERTIAN
Berat jenis adalah perbandingan relatif antara massa jenis sebuah zat dengan
massa jenis air murni. Berat jenis digunakan untuk menentukan volume yang diisi oleh
agregat. Berat jenis dari agregat pada akhirnya akan menentukan banyaknya campuran
agregat dalam campuran beton. Hubungan antara berat jenis dengan daya serap agregat
yaitu, jika semakin tinggi nilai berat jenis agregat maka semakin kecil daya serap
agregat tersebut.
Penyerapan air adalah penambahan berat dari suatu agregat akibat air yang
meresap kedalam pori-pori, tetapi belum termasuk air yang tertahan pada permukaan
luar partikel, dinyatakan sebagai persentase dari berat keringnya. Angka penyerapan di
gunakan untuk menghitung perubahan berat dari suatu agregat akibat air yang
menyerap kedalam pori diantara partikel pokok di bandingkan dengan pada saat
kondisi kering, ketika agregat tersebut di anggap telah cukup lama kontak dengan air
sehingga air telah menyerap penuh.
b. Bahan
1. Agregat Halus sebanyak lebih dari 500 gr
Pasir
Abu Batu
V. LANGKAH KERJA
a. Penentuan SSD Agregat Halus
1. Ambil agregat halus dan agregat sedang lebih dari 500 gram
Masukkan benda uji kedalam kerucut terpancung dalam 3 lapisan, yang
masing-masing lapisan ditumbuk sebanyak 8 kali, ditambah 1 kali penumbukan
untuk bagian atasnya (seluruhnya 25 kali tumbukan).
2. Angkat cetakan kerucut terpancung perlahan-lahan
a) Sebelum diangkat, cetakan kerucut terpancung harus dibersihkan dari butiran
agregat yang berada dibagian luar cetakan.
b) Pengangkatan cetakan harus benar-benar vertikal.
3. Periksa bentuk agregat hasil pencetakan setelah kerucut terpancung diangkat:
Bentuk agregat,umumnya ada 3, yang masing-masing menyatakan keadaan
1 2 3
Perhatikan !
1. Jika keadaan agregat kering,maka agregat perlu ditambah air.
2. Jika keadaan agregat basah,maka agregat perlu dikeringkan di udara.
b. Penentuan Berat Jenis & Penyerapan Agregat Sedang dan Agregat Halus
1. Timbang agregat dalam keadaan SSD tersebut pada a seberat 500 gram dan
masukan kedalam piknometer/gelas ukur.
3. Masukkan air bersih mencapai 90% isi piknometer, putar sambil diguncang sampai
tidak terlihat gelembung udara didalamnya.
4. Tambahkan air sampai mencapai tanda batas.
7. Isi kembali piknometer dengan air sampai tanda batas, lalu timbang beratnya (B3).
VI. PERHITUNGAN
N Pasir
PEMERIKSAAN
O
A Berat contoh jenuh kering permukaan (SSD) = (500 gr)
B Berat contoh kering
C Berat labu + air temperatur 25 0 C
N PEMERIKSAA
Abu Batu
O
N
A Berat contoh jenuh kering permukaan (SSD) = (500 gr)
B Berat contoh kering
C Berat labu + air temperatur 25 0 C
D Berat labu + contoh (SSD + Air, temperatur 25 0 C
REFERENSI:
a. AASHTO T-228-90
b. ASTM D-70-76
c. SNI 06-06-2441-1991
I. TUJUAN UMUM
III. PENGERTIAN
Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat aspal dan berat air suling
dengan isi yang sama pada suhu tertentu yaitu 25˚,yaitu dengan cara menggantikan
berat air dengan berat aspal dalam wadah yang sama. Berat jenis aspal sangat
tergantung pada nilai penetrasi dan suhu dari aspal itu sendiri. Besaran berat jenis
merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam desain perencanaan campuran
aspal dan agregat.
1) Peralatan
(a)Termometer
(c)Piknometer
(d)Bejana gelas
2) Bahan
(a) Aspal
(b) Air sulin sebanyak 1000 cm3
V. LANGKAH KERJA
b) Kemudian benda uji yang dicairkan tersebut dituang ke dalam piknometer yang
telah kering hingga terisi ¾ bagian.
c) Bejana diisi dengan air suling hingga diperkirakan bagian atas piknometer yang
tidak terendam 40 mm. Kemudian bejana tersebut direndam dan dijepit di dalam
bak perendam (minimal terendam 100 mm) pada suhu 25°C.
e) Lalu bejana diangkut dari bak perendam dan piknometer diisi dengan air suling
kemudian piknometer ditutup tanpa ditekan.
f) Piknometer diletakkan di dalam bejana dan kita harus menekan penutup hingga
rapat, mengembalikan bejana berisi piknometer ke dalam bak perendam.
Sekurang-kurangnya 30 menit bejana tersebut didiamkan dalam bak perendam,
kemudian bejana diangkat dan dikeringkan dengan kain lap.
g) Piknometer dibiarkan sampai dingin dengan waktu tidak kurang dari 40 menit dan
kita perlu menimbang dengan penutupnya dengan ketelitian 1 mg (C).
h) Piknometer yang berisi benda uji diisi dengan air suling dan ditutup tanpa ditekan
serta didiamkan agar gelembung-gelembung udara keluar.
i) Pada tahap akhir, bejana diangkat dari bak perendam, piknometer diletakkan di
dalamnya dan kemudian penutup ditekan hinngga rapat. Lalu bejana dimaksudkan
dan didiamkan di dalam bak selama sekurang-kurangnya 30 menit.
VI. PERHITUNGAN
(C – A)
(B – A)- (D – C)
Keterangan:
A = Berat piknometer dengan penutup (gram).
PEMERIKSAAN
Notasi Pengamatan Satuan III IV
Nomor piknometer Gram
A Berat piknomter Gram
B Berat piknometer + air Gram
BERAT JENIS = C A
B A D C
REFERENSI:
a. AASHTO T-49-89
b. ASTM D-5-86
c. SNI 06-2456-1991
I. TUJUAN UMUM
c. Mahasiswa dapat mencatat hasil uji penetrasi pada formulir dengan benar
III. PENGERTIAN
2) Pemegang jarum seberat (47,5±0,05) gram yang dapat dilepas dengan mudah
dari alat penetrasi untuk tanda.
gram.
4) Jarum penetrasi terbuat dari stainless steel mutu 44°C, atau HRC 54 sampai 60
dengan panjang ± 50,8 mm dan diameternya 1,00 – 1,02 mm sedangkan
diameter ujung jarum 0,14 – 0,16 mm. Ujung jarum harus berbentuk kerucut
panjang.
5) Cawan benda uji terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar
yang rata-rata berukuran sebagai berikut:
8) Termometer
b. Bahan
Langkah pertama, kita harus memanaskan benda uji berupa aspal perlahan-
lahan serta diaduk hingga cukup cair untuk dapat dituangkan. Pemanasan benda uji
untuk ter tidak lebih dari 60oC di atas titik lembek, dan untuk bitumen tidak lebih
dari 90oC di atas titik lembeknya. Waktu pemanasan tidak boleh melebihi 30
RINA MEIRIANI 0619 4011 0225 | 3PJJC
LABORATORIUM UJI BAHAN 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 fax. 0711-355918 email. info@mail.polsriwijaya.ac.id
menit. Selama pemanasan, benda uji diaduk perlahan-lahan agar udara tidak masuk
ke dalam benda uji tersebut. Setelah benda uji cair dan merata, tuangkan ke dalam
cawan dan diamkan hingga dingin. Tinggi benda uji tersebut tidak kurang dari
angka penetrasi ditambah 10 mm. Kemudian benda uji ditutup agar bebas dari
debu dan didiamkan pada suhu ringan selama 1- 1½ jam, untuk ukuran benda uji
yang kecil dan 1 ½-2 jam untuk ukuran benda uji yang besar.
V. LANGKAH KERJA
a. Tahap pertama kita perlu meletakkan benda uji ke dalam tempat air yang kecil
dan memasukkan tempat air tersebut ke dalam bak perendam yang telah berada
pada suhu yang ditentukan. Kemudian benda uji tersebut didiamkan di dalam bak
selama 1 sampai 1½ jam, untuk ukuran benda uji yang kecil dan selama 1½ jam
sampai 2 jam untuk ukuran benda uji yang besar.
b. Kemudian kita harus memeriksa pemegang jarum agar jarum dapat dipasang
dengan baik dan membersihkan jarum penetrasi dengan toluene atau pelarut lain.
Kemudian mengeringkan jarum tersebut dengan majun dan jarum dipasang pada
pemegang jarum.
g. Dan selanjutnya kita memutar arloji penetrometer dan membaca angka penetrasi
yang berimpit dengan jarum penunjuk. Angka tersebut dibulatkan hingga 0,1 mm
terdekat.
h. Jarum dilepaskan dari benda uji, tarik ke atas lalu dibersihkan dengan toloune
atau pelarut lain dan menyiapkan alat penetrasi untuk pekerjaan berikutnya.
i. Pekerjaan 1-8 ini harus dilakukan tidak kurang dari 5 kali untuk benda uji yang
sama dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan berjarak satu sama lain dari tepi
dinding lebih dari 1 cm.
Sampel : Dikerjakan :
Diperiksa :
Penetrasi
Selama 5 detik Beban 100 gram Beban 200 gram
Titik 1
Titik 2
Titik 3
Rata-rata
VII. PERHITUNGAN
1. Percobaan Pertama Beban 100gr
VIII. KESIMPULAN
REFERENSI:
a. AASHTO T-53-74
b. ASTM D-36-70
c. SNI 06-2434-1991
I. TUJUAN UMUM
a. Mahasiswa dapat mencetak benda uji pada cincin cetakan sesuai prosedur
c. Mahasiswa dapat mencatat hasil uji Titik Lembek pada formulir dengan benar
III. PENGERTIAN
Yang dimaksud dengan titik lembek adalah suhu pada saat bola baja dengan
berat tertentu mendesak turun suatu lapisan aspal yang tertahan dalam cincin
berukuran tertentu, sehingga aspal tersebut menyentuh pelat dasar yang terdapat di
bawah cincin pada tinggi tertentu, dengan kecepatan dan suhu tertentu.
Tujuan pengujian ini yaitu untuk menentukan titik lembek aspal yang berkisar
30°C sampai 200°C. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pada suhu berapa
aspal mulai lembek akibat suhu udara dan beban lalu lintas.
1) Termometer
2) Cincin kuningan.
3) Bola baja, diameter 9,53 mm, berat ± 3,45 gram.
4) Alat pengarah bola.
5) Bejana gelas yang tahan panas dengan diameter dalam 8,5 cm dengan tinggi
sekurang- kurangnya 12 cm.
b. Bahan
1) Aspal
V. LANGKAH KERJA
1) Benda uji yang berupa aspal dipanaskan dan diaduk terus menerus hingga cair
merata, pemanasan dan pengadukan ini dilakukan perlahan-lahan agar
gelembung-gelembung udara tidak masuk. Setelah cair merata, benda uji
dituangkan ke dalam dua buah cincin. Suhu pemanasan aspal tidak lebih dari
111°C. Waktu pemanasan aspal tidak melebihi 1 jam.
2) Kemudian kita harus memanaskan cincin sampai mencapai suhu yang telah
ditentukan, lalu menuang benda uji dan meletakkan kedua cincin di atas plat
RINA MEIRIANI 0619 4011 0225 | 3PJJC
LABORATORIUM UJI BAHAN 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 fax. 0711-355918 email. info@mail.polsriwijaya.ac.id
3) Selanjutnya menuangkan benda uji ke dalam dua buah cincin dan benda uji
tersebut didiamkan pada suhu sekurang-kurangnya 8°C di bawah titik
lembeknya dalam jangka waktu minimal 30 menit.
4) Dengan menggunakan pisau atau spatula yang telah dipanaskan, kita perlu
meratakan permukaan benda uji.
5) Berikutnya kita memasang dan mengatur benda uji di atas dudukannya dan
meletakkan bola di atasnya, serta memasukkan seluruh peralatan tersebut ke
dalam bejana gelas. Bejana diisilah dengan air suling baru, dengan suhu
(5±1)°C shingga tinggi permukaan air berkisar antara 101,6 mm sampai 108
mm. Lalu termometer diletakkan diantara benda uji ±12,7 mm dari tiap cincin.
Pada tahap ini kita perlu memeriksa dan mengatur jarak antara permukaan
plat dasar dengan dasar benda uji sehingga menjadi 25,4 mm.
6) Bola baja dengan suhu 5°C diletakkan di atas dan di tengah permukaan benda
uji dengan menggunakan penjepit dengan memasang kembali pengarah bola.
7) Baja dipanaskan hingga kenaikkan suhu konstan 5°C per menit. Kecepatan
pemanasan tidak boleh diambil harga rata-rata dari awal dan akhir pekerjaan.
Untuk 3 menit pertama perbedaan kecepatan pemanasan tidak boleh > 5oC.
VI. PELAPORAN
Catat suhu pada saat setiap bola menyentuh pelat dasar. Untuk percobaan dapat
melihat hasil pengamatan saat bola menyentuh pelat dasar dan bulatkan sampai
0,50C terdekat.
PERSIAPAN
Contoh dipanaskan mulai jam Temperatur pemanasan0C
Selesai jam
PEMERIKSAAN
Pengamatan Temperatur Waktu (detik) Titik Lembek (0C)
No 0
0
C I I I I
F I I
1 5
2 10
3 15
4 20
5 25
6 30
7 35
8 40
9 44,2
10 45
11 50
Pemeriksaan I
Pemeriksaan II
Rata-rata
Subjek : Pengujian Aspal
Topik : Daktilitas Aspal
Lokasi : Laboratorium Uji Bahan
RINA MEIRIANI 0619 4011 0225 | 3PJJC
LABORATORIUM UJI BAHAN 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 fax. 0711-355918 email. info@mail.polsriwijaya.ac.id
REFERENSI:
a. AASHTO T-51-74
b. ASTM D-113-69
c. SNI 06-2432-1991
I. TUJUAN UMUM
b. Mahasiswa dapat melakukan Pengujian tarik pada benda uji sesuai prosedur
c. Mahasiswa dapat mencatat hasil uji daktilitas pada formulir dengan benar
III. PENGERTIAN
Daktilitas aspal adalah nilai keelastisitasan aspal, yang diukur dari jarak
terpanjang, apabila antara dua cetakan berisi bitumen keras yang ditarik sebelum
o
putus pada suhu 25 C dan dengan kecepatan 50 mm/menit
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui salah satu sifat mekanik bahan
aspal yaitu seberapa besar bahan ini menahan kekuatan tarik yang diwujudkan
dalam kemampuannya untuk memenuhi syarat jarak tertentu (dalam pemeriksaan
ini adalah 100 cm) tanpa putus. Apabila bahan aspal tidak putus setelah melewati
jarak 100 cm, maka dianggap bahan ini mempunyai kemampuan untuk menahan
kekuatan tarik yang tinggi.
b. Bahan
Benda uji adalah contoh aspal sebanyak 100 gram yang dipersiapkan sebagai
berikut
1) Lapisi semua bagian dalam sisi-sisi cetakan daktilitas dan bagian atas pelat dasar
dengan campuran glycerin dan dextrin atau glycerin dan talk atau glycerin dan
kaolin atau amalgan; kemudian pasanglah cetakan daktilitas di atas pelat dasar;
2) Panaskan contoh aspal sehingga cair dan dapat dituang; untuk menghindarkan
pemanasan setempat, lakukan dengan hati-hati; pemanasan dilakukan sampai
suhu antara 80oC- 100oC di atas titik lembek; kemudian contoh disaring dengan
saringan N0. 50 dan setelah diaduk, dituang dalam cetakan.
3) Pada waktu mengisi cetakan, contoh dituang hati-hati dari ujung ke ujung hingga
RINA MEIRIANI 0619 4011 0225 | 3PJJC
LABORATORIUM UJI BAHAN 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 fax. 0711-355918 email. info@mail.polsriwijaya.ac.id
penuh berlebihan;
4) Dinginkan cetakan pada suhu ruang selama 30 sampai 40 menit lalu pindahkan
seluruhnya ke dalam bak perendam yang telah disiapkan pada suhu pemeriksaan
selama 30 menit; kemudian ratakan contoh yang berlebihan dengan pisau atau
spatula yang panas sehingga cetakan terisi penuh dan rata.
V. LANGKAH KERJA
Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
1) Diamkan benda uji pada suhu 25oC dalam bak perendam selama 85 sampai 95
menit, kemudian lepaskan benda uji dari pelat dasar dan sisi-sisi cetakannya;
2) Pasanglah benda uji pada alat mesin dan tariklah benda uji secara teratur dengan
kecepatan 50 mm/menit sampai benda uji putus; perbedaan kecepatan atau kurang
dari 5% masih diizinkan; bacalah jarak antara pemegang benda uji, pada saat
benda uji putus (cm); selama percobaan berlangsung benda uji harus selalu
terendam sekurang- kurangnya 25 mm dalam air dan suhu harus dipertahankan
3) Apabila benda uji menyentuh dasar mesin uji atau terapung pada permukaan air
maka pengujian dianggap tidak normal; untuk menghindari hal semacam ini maka
berat jenis air harus disesuaikan dengan berat jenis benda uji dengan
menambah methyl alkohol atau glycerin, apabila pemeriksaan normal tidak
berhasil setelah dilakukan 3 kali maka dilaporkan bahwa pengujian daktilitas
bitumen tersebut gagal.
VI. PELAPORAN
Laporkan hasil rata-rata dari 3 benda uji normal sebagai harta daktilitas
contoh tersebut.
Cetakan kuningan
Proyek : Tanggal :
Pekerjaan : Dikerjakan :
Lokasi : Diperiksa :
Asal Contoh :
VII. KESIMPULAN
REFERENSI:
a. SNI 03-2489-1991
b. AASHTO T-245-90
c. ASTM D-1559-76
I. TUJUAN UMUM
a. Mahasiswa memiliki pengetahuan tentang cara membuat benda uji aspal beton
b. Mahasiswa memiliki pengetahuan tentang cara-cara pemeriksaan campuran
aspal beton dengan alat marshall.
c. Mahasiswa memiliki pengetahuan tentang nilai karakteristik Marshall
d. Mahasiswa mampu membuat grafik, dan barchat dari hasil pengujian Marshall
III. PENGERTIAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan (stabilitas) terhadap
kelelehan plastis (Flow) dari campuran aspal. Ketahanan (stabilitas) adalah
kemampuan suatu pencampuran aspal untuk menerima beban sampai menjadi
kelelehan plastis. Kelelehan plastis adalah keadaan perubahan bentuk suatu
campuran aspal yang terjadi akibat suatu batas runtuh yang dinyatakan dalam mm
atau inchi. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana perbedaan
sifat marshall dgn nilai struktural lapis perkerasan, sehingga dapat menghasilkan
yang terbaik secara laboratorium.
IV. PERALATAN DAN BAHAN
a. Peralatan
b. Bahan
Aspal Agregat
V. LANGKAH KERJA
a. Untuk tiap benda uji diperlukan agregat sebanyak ± 1200 gram sehingga
menghasilkan tinggi benda uji kira – kira 6,8 cm. Dengan perbandingan split
48%, pasir 5%, dan abu batu 47%
b. Panaskan panci pencampur beserta agregat kira-kira 280 C diatas suhu pencampur
untuk aspal panas dan ter dan aduk sampai merata, untuk aspal dingin panaskan
sampai 140 C diatas suhu pencampuran.
e. Aduklah dengan cepat sesuai dengan suhu pencampuran dan pemadatan sampai
agregat terlapis merata.
6)Letakkan benda uji pada tempat yang rata dan biarkan selama kira-kira 24 jam pada
suhu ruang.
b. Rendam benda uji didalam bak perendam pada suhu 250 C selama 3–5 dan
timbang didalam air akan didapat berat benda uji di dalam air.
c. Keringkan permukaan benda uji dengan lap kering kemudian ditimbang, akan
didapat berat kering permukaan jenuh (SSD).
e. Rendam benda uji dalam bak perendam selama 30 menit dengan suhu tetap
600C (± 10 C ) untuk benda uji aspal padat.untuk benda uji dengan aspal cair
RINA MEIRIANI 0619 4011 0225 | 3PJJC
LABORATORIUM UJI BAHAN 2
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
Jln. Srijaya Negara, Palembang 30139
Telp. 0711-353414 fax. 0711-355918 email. info@mail.polsriwijaya.ac.id
masukkan benda uji kedalam oven minimum 2 jam dengan suhu tetap (250 C ±
10 C)
f. Keluarkan benda uji dari bak perendam atau dari oven dan letakkan ke dalam
segmen bawah kepala penekan dengan catatan bahwa waktu yang diperlukan
dari saat diangkatnya benda uji dari bak perendaman atau oven sampai
tercapainya beban maksimum tidak boleh melebihi 30 detik.
g. Dari hasil pengujian dengan marshall test didapatkan nilai stabilitas dan flow.
Setelah diperoleh semua data, maka dilakukan analisa sehingga mendapatkan
nilai kadar aspal optimum.
1 6,5%
KELOMPOK 3
2 6,5%
KELOMPOK 4
3 7%
KELOMPOK 3
4 7%
KELOMPOK 4
5 7,5%
KELOMPOK 3
6 7,5%
KELOMPOK 4
DOKUMENTASI