Anda di halaman 1dari 62

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

NOMOR 05 TAHUN 2006


TENTANG
AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG
KENDARAAN BERMOTOR LAMA

KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP


2006
Tim Penyusun:
1. Ir. Edy Purwanto M. Bakri, MAS
2. Endang Nooryastuti, ST
3. M. Didin Khaerudin, SH
4. Drs. Ade Palguna Ruteka
5. Himsar Sirait, SH
6. Dian Sugiarti, SE

Tim Editor :
1. Ridwan D. Tamin, M.S
2. Ir. Edy Purwanto Moh. Bakri, MAS
3. Endang Nooryastuti, ST
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa maka atas perkenan-Nya telah
ditetapkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Ambang Batas
Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama Nomor 05 tanggal 1 Agustus 2006.

Peraturan Menteri ini ditetapkan sebagai pengganti dari Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 35 Tahun 1993 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang
Kendaraan Bermotor. Peraturan Menteri ini diharapkan dapat menjawab
perkembangan keadaan di lapangan dalam upaya mengendalikan pencemaran
udara dari kendaraan bermotor yang saat ini terus meningkat terutama yang
dirasakan di kota-kota besar di Indonesia.

Dengan diterbitkannya Peraturan Menteri ini diharapkan dapat digunakan sebagai


acuan bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan uji emisi berkala kendaraan
bermotor di daerahnya masing-masing dan sebagai acuan dalam mengembangkan
standar emisi idle maupun akselerasi bebas (free acceleration) di masa mendatang.

Kami berharap Peraturan Menteri ini dapat ditaati oleh masyarakat dan sebagai
bentuk kepedulian terhadap terciptanya kualitas udara yang lebih baik dan sehat
Hal tersebut dapat terwujud dengan meningkatkan perawatan kendaraan bermotor
sehingga memenuhi standar emisi gas buang yang telah ditetapkan.

Jakarta, 1 Agustus 2006

Deputi Menteri Negara Lingkungan Hidup


Bidang Pengendalian Pencemaran
N N E G A R A LI
RIA Lingkungan, NG
E

KU
NT

NGA
KE M E

N HID UP

Ir. Mohd. Gempur Adnan

i
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR 05 TAHUN 2006
TENTANG
AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG
KENDARAAN BERMOTOR LAMA

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Menimbang : a. bahwa pencemaran udara dari emisi gas buang kendaraan


bermotor semakin meningkat, sehingga perlu upaya
pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor;
b. bahwa Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor :
KEP-35/MENLH/10/1993 tentang Ambang Batas Emisi Gas
Buang Kendaraan Bermotor Lama tidak sesuai lagi dengan
perkembangan sehingga perlu diperbaharui;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3480);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3699);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

1
Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3839);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang
Kendaraan dan Pengemudi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1993 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3530);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3853);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah Pusat dan Kewenangan Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3952);
7. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Negara Republik Indonesia;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG


AMBANG BATAS EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR LAMA.

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama adalah batas
maksimum zat atau bahan pencemar yang boleh dikeluarkan langsung dari
pipa gas buang kendaraan bermotor lama;
2. Kendaraan Bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik
yang berada pada kendaraan itu;

2
3. Kendaraan Bermotor Lama adalah kendaraan yang sudah diproduksi, dirakit
atau diimpor dan sudah beroperasi di wilayah Republik Indonesia;
4. Uji emisi kendaraan bermotor lama adalah uji emisi gas buang yang wajib
dilakukan untuk kendaraan bermotor lama secara berkala;
5. Menteri adalah Menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
pengelolaan lingkungan hidup;
6. Gubernur adalah Kepala Daerah Provinsi;
7. Bupati/Walikota adalah Kepala Daerah Kabupaten/Kota.

Pasal 2
Ruang lingkup peraturan ini meliputi ambang batas emisi gas buang, metode uji,
prosedur pengujian, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan penaatan ambang batas
emisi gas buang kendaraan bermotor lama.

Pasal 3
(1) Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.
(2) Metode uji kandungan CO dan HC sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diukur
pada kondisi tanpa beban (idle) sedangkan kandungan asap diukur pada
kondisi percepatan bebas (free accelaration).
(3) Prosedur pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 mengacu pada
Lampiran II Peraturan Menteri ini yang meliputi:
a. Cara uji kadar CO/HC untuk kendaraan bermotor kategori M, N dan O
(roda empat atau lebih) berpenggerak cetus api pada kondisi idle
menggunakan SNI 19-7118.1-2005.
b. Cara uji kadar opasitas asap untuk kendaraan bermotor kategori M, N
dan O (roda empat atau lebih) berpenggerak penyalaan kompresi pada
kondisi akselerasi bebas menggunakan SNI 19-7118.2-2005.
c. Cara uji kadar CO/HC untuk kendaraan bermotor kategori L (sepeda motor)
pada kondisi idle menggunakan SNI 19-7118.3-2005.

3
(4) Format pelaporan pelaksanaan uji emisi sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf a, huruf b, dan huruf c tercantum dalam Lampiran III Peraturan
Menteriini.
(5) Lampiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (3), dan ayat (4) serta
perubahan-perubahannya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri Ini.

Pasal 4
(1) Setiap kendaraan bermotor lama wajib memenuhi ambang batas emisi gas
buang kendaraan bermotor lama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(1).
(2) Setiap kendaraan bermotor lama wajib melakukan uji emisi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 5
Pengujian emisi kendaraan bermotor lama dilakukan di tempat pengujian milik
pemerintah atau swasta yang telah mendapat sertifikasi berdasarkan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 6
(1) Bupati/Walikota melaksanakan uji emisi kendaraan bermotor lama yang
terdaftar di daerahnya.
(2) Bupati/Walikota dapat bekerjasama dengan Bupati/Walikota lain dalam
melaksanakan uji emisi kendaraan bermotor lama sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
(3) Bupati/Walikota melakukan evaluasi pelaksanaan uji emisi kendaraan
bermotor lama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan menyampaikan
laporan pelaksanaan uji emisi kepada Gubernur minimal 6 (enam) bulan
sekali.
(4) Bupati/Walikota mengumumkan hasil uji emisi minimal 1 (satu) tahun sekali
kepada masyarakat melalui media cetak maupun elektronik.

4
Pasal 7
(1) Gubernur mengkoordinasikan kegiatan pelaksanaan uji emisi di daerahnya.
(2) Gubernur melaksanakan evaluasi kegiatan uji emisi minimal 1 (satu) tahun
sekali dan mengumumkan hasil uji emisi berkala kepada masyarakat melalui
media cetak maupun elektronik.
(3) Gubernur melaporkan hasil uji emisi yang dilaksanakan oleh Bupati/Walikota
di wilayahnya kepada Menteri sekurang-kurangnya 1(satu) tahun sekali.

Pasal 8
(1) Gubernur dapat menetapkan ambang batas emisi gas buang kendaraan
bermotor lama di daerahnya sama atau lebih ketat dari ambang batas
kendaraan bermotor lama sebagaimana yang tercantum dalam Lampiran I
Peraturan Menteri ini.
(2) Gubernur dapat menetapkan ambang batas emisi gas buang kendaraan
bermotor lama di daerahnya dengan tidak menambah maupun mengurangi
parameter yang tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.
(3) Dalam hal Gubernur belum menetapkan ambang batas emisi gas buang
kendaraan bermotor lama di daerahnya maka berlaku ambang batas emisi
gas buang kendaraan bermotor lama dalam Peraturan Menteri ini.

Pasal 9
Dalam rangka penaatan ambang batas emisi gas buang kendaran bermotor lama,
Menteri berwenang:
a. mengevaluasi pelaksanaan penaatan ambang batas emisi gas buang kendaraan
bermotor lama;
b. melakukan uji petik emisi (spot check) dalam rangka pengumpulan data;
c. memberikan pembinaan (bimbingan teknis) terhadap pelaksanaan penaatan
ambang batas kendaraan bermotor lama.

5
Pasal 10
Pembiayaan atas pelaksanaan uji emisi kendaraan bermotor lama di daerah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 dibebankan kepada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.

Pasal 11
Ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor lama dievaluasi sekurang-
kurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun.

Pasal 12
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini maka Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor : KEP-35/MENLH/10/1993 tentang Ambang Batas Emisi
Gas Buang Kendaraan Bermotor dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 13
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 1 Agustus 2006

Menteri Negara
Lingkungan Hidup,
ttd
Ir. Rachmat Witoelar.

Salinan sesuai dengan aslinya


Deputi MENLH Bidang
A N N E G A R A LIN
R Penaatan
I G Lingkungan,
E

KU
NT

NGA
KE M E

N HID UP

Hoetomo, MPA.

6
Lampiran I : Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup
Nomor : 05 Tahun 2006
Tentang : Ambang Batas Emisi Gas Buang
Kendaraan Bermotor Lama
Tanggal : 1 Agustus 2006

A. KENDARAAN BERMOTOR KATEGORI L


Kategori Tahun Parameter Metode uji
Pembuatan CO (%) HC (ppm)
Sepeda motor 2 langkah < 2010 4.5 12000 Idle
Sepeda motor 4 langkah < 2010 5.5 2400 Idle
Sepeda motor (2 langkah > 2010 4.5 2000 Idle
dan 4 langkah)

B. KENDARAAN BERMOTOR KATEGORI M, N DAN O


Kategori Tahun Parameter Metoda uji
Pembuatan CO (%) HC Opasitas
(ppm) (% HSU)*
Berpenggerak motor bakar < 2007 4.5 1200 Idle
cetus api (bensin) > 2007 1.5 200
Berpenggerak motor bakar Percepatan
penyalaan kompresi (diesel) Bebas
- GVW < 3.5 ton < 2010 70
> 2010 40
- GVW > 3.5 ton < 2010 70
> 2010 50
Catatan :
Untuk kendaraan bermotor berpenggerak
motor bakar cetus api kategori M,N dan O
- < 2007 : berlaku sampai dengan 31 Desember 2006
- > 2007 : berlaku mulai tanggal 1 Januari 2007

Untuk kendaraan bermotor kategori L


dan kendaraan bermotor berpenggerak motor
bakar penyalaan kompresi
- < 2010 : berlaku sampai dengan 31 Desember 2009
- > 2010 : berlaku mulai tanggal 1 Januari 2010
* atau ekivalen % bosch
Menteri Negara
Lingkungan Hidup,
ttd
Ir. Rachmat Witoelar
Salinan sesuai dengan aslinya
N NE G AR A L
DeputiMENLH Bidang
IN G
R IA
Penaatan Lingkungan,
E

KU
NT

NGA
KE M E

N HID UP

Hoetomo, MPA.
LAMPIRAN II : PERATURAN MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : 05 Tahun 2006
TANGGAL : 1 Agustus 2006

1. SNI 19-7118.1-2005
2. SNI 19-7118.2-2005
3. SNI 19-7118.3-2005
Emisi gas buang – Sumber bergerak –
Bagian 1 : Cara uji kendaraan bermotor kategori M,
N, dan O berpenggerak penyalaan cetus api pada
kondisi idle

SNI 19-7118.1-2005
Daftar Isi

Daftarisi .................................................................................................. i
Prakata .................................................................................................... ii
1 Ruang lingkup .................................................................................... 1
2 Acuan normatif ................................................................................... 1
3 Istilahdandefinisi .............................................................................. 1
4 Carauji .............................................................................................. 2
5 Jaminan mutu dan pengendalian mutu .................................................... 3
Lampiran A Pelaporan ........................................................................... 4
Lampiran B Format pelaporan ................................................................. 5
Lampiran C Gambar rangkaian peralatan uji emisi gas buang ........................ 6
Bibliografi ........................................................................................... 7

i
Prakata

SNI ini merupakan hasil pengkajian dari SNI 09-2765-1992, Cara uji kadar CO/HC gas
buang kendaraan bermotor pada motor putaran stasioner. SNI ini menggunakan referensi
metode standar dari International Organization for Standardization (ISO) dan Regulasi
United Nation for Economic Commission for Europe (UN-ECE). Secara teknis, SNI ini disiapkan
dan telah diuji coba oleh laboratorium yang terakreditasi dalam rangka validasi dan verifikasi
metoda serta dikonsensuskan oleh Subpanitia teknis Kualitas Udara dari Panitia Teknis
207S, Sistem Manajemen Lingkungan.

Standar ini telah disepakati dan disetujui dalam rapat konsensus dengan peserta rapat
yang mewakili produsen, konsumen, ilmuwan, instansi teknis, pemerintah terkait dari
pusat maupun daerah pada tanggal 5 Nopember 2004 di Depok.

Dengan ditetapkannya SNI 19-7118.1-2005 maka SNI 09-2765-1992 dinyatakan tidak


berlaku lagi. Pemakai SNI agar dapat meneliti validasi SNI yang terkait dengan metode
ini, sehingga dapat selalu menggunakan SNI edisi terakhir.

i
Emisi - Sumber bergerak -
Bagian 1 : Cara uji kendaraan bermotor kategori M, N, dan O
berpenggerak penyalaan cetus api pada kondisi idle

1 Ruang lingkup
Cara uji ini digunakan untuk mengukur kadar gas karbon monoksida (CO) dan hidrokarbon
(HC) dengan menggunakan gas analyzer pada kondisi idle untuk kendaraan bermotor
kategori M, N dan O berpenggerak penyalaan cetus api.
Cara uji ini berlaku untuk:
a. Kendaraan bermotor lama (yang beroperasi di jalan).
b. Keperluan pemeriksaan dan perawatan.

2 Acuan normatif
ISO 3930/OIML R99, instrument for measuring vehicle exhaust emissions, edisi 2000.

3 Istilah dan definisi


3.1
kategori M
kendaraan bermotor beroda empat atau lebih dan digunakan untuk angkutan orang
3.2
kategori N
kendaraan bermotor beroda empat atau lebih dan digunakan untuk angkutan barang
3.3
kategori O
kendaraan bermotor penarik untuk gandengan atau tempel
3.4
hidrokarbon (HC)
zat pencemar dengan rumus kimia HC yang merupakan jumlah hidrokarbon yang dihasilkan
dari proses pembakaran dalam ruang bakar mesin kendaraan yang dikeluarkan melalui
pipa gas buang
3.5
karbon monoksida (CO)
zat pencemar dengan rumus kimia CO yang merupakan jumlah karbon monoksida yang
dihasilkan dari proses pembakaran dalam ruang bakar mesin kendaraan yang dikeluarkan
melalui pipa gas buang

1 dari 7
3.6
gas analyzer
alat yang minimal dapat mengukur parameter karbon monoksida (CO) dan hidrokarbon
(HC)
3.7
idle
kondisi dimana mesin kendaraan pada putaran dengan:
a) sistem kontrol bahan bakar (misal: choke, akselerator) tidak bekerja;
b) posisi transmisi netral untuk kendaraan manual atau semi otomatis;
c) posisi transmisi netral atau parkir untuk kendaraan otomatis;
d) perlengkapan atau asesoris kendaraan yang dapat mempengaruhi putaran tidak
dioperasikan atau dapat dijalankan atas rekomendasi manufaktur.

4 Cara uji

4.1 Prinsip
Pengujian idle dilakukan dengan cara menghisap gas buang kendaraan bermotor alat uji
gas analyser kemudian diukur kandungan karbon monoksida (CO) dan hidro karbon (HC).

4.2 Peralatan
a) Alat ukur gas (analyzer);
Alat uji emisi gas buang yang digunakan sebagaimana persyaratan yang diberikan
oleh ISO 3930 atau OIML R99;
b) Alat ukur temperatur oli mesin;
c) Alat ukur putaran mesin;
d) Alat ukur temperatur lingkungan.

4.3 Persiapan kendaraan uji


Persiapan kendaraan uji dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a) Kendaraan yang akan diukur komposisi gas buang harus diparkir pada tempat
yang datar.
b) Pipa gas buang (knalpot) tidak bocor.
c) Temperatur mesin normal 600C sampai dengan 700 C atau sesuai rekomendasi
manufaktur.
d) Sistem asesoris (lampu, AC) dalam kondisi mati.
e) Kondisi temperatur tempat kerja pada 200 C sampai dengan 350C.

2 dari 7
4.4 Persiapan peralatan
Persiapan gas analyzer dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a) Pastikan bahwa alat dalam kondisi telah terkalibrasi;
b) Hidupkan sesuai prosedur pengoperasian (sesuai dengan rekomendasi manufaktur
alatuji).

4.5 Pengukuran dan pencatatan


Pengujian komposisi gas CO, dan HC menggunakan dengan tahapan sebagai berikut:
a) persiapkan kendaraan uji sesuai langkah 4.3;
b) siapkan alat uji sesuai langkah 4.4;
c) naikkan (akselerasi) putaran mesin hingga mencapai 2.900 rpm sampai dengan 3.100
rpm kemudian tahan selama 60 detik dan selanjutnya kembalikan pada kondisi idle;
d) selanjutnya lakukan pengukuran pada kondisi idle dengan putaran mesin 600 rpm
sampai dengan 1000 rpm atau sesuai rekomendasi manufaktur;
e) masukkan probe alat uji ke pipa gas buang sedalam 30 cm, bila kedalaman pipa gas
buang kurang dari 30 cm maka pasang pipa tambahan;
f
) tunggu 20 detik dan lakukan pengambilan data kadar konsentrasi gas CO dalam
satuan persen (%), dan HC dalam satuan ppm yang terukur pada alat uji.

CATATAN 1 Untuk pipa gas buang (knalpot) kendaraan terdiri dari dua atau lebih, maka perlu dilakukan
penyambungan dengan pipa tunggal dengan spesifikasi yang direkomendasikan oleh manufaktur.
CATATAN 2 Bila CATATAN 1 secara praktis tidak memungkinkan untuk dilakukan maka perlu dilakukan pengukuran
emisi gas buang pada tiap pipa gas buang dan hasil yang diperoleh dirata-rata;
CATATAN 3 Untuk gas analyser yang mempunyai kemampuan mengukur parameter CO2, maka parameter CO
(karbon monoksida) yang ditampilkan adalah CO terkoreksi.

5. Jaminan mutu dan pengendalian mutu


a) Pastikan pipa gas buang (knalpot) tidak bocor;
b) Periksa alat ukur siap untuk digunakan sebagaimana instruksi dari manufaktur
dalam bentuk tercatat (terdokumentasi);
c) Lakukan kalibrasi gas analyzer sesuai rekomendasi manufaktur dalam bentuk
tercatat (terdokumentasi);
d) Gas standar yang bersertifikat untuk kalibrasi gas analyzer.

3 dari 7
Lampiran A
(normatif)
Pelaporan

Catat pada buku kerja hal-hal sebagai berikut:


1) Parameter yang dianalisis
2) Nama dan paraf teknisi penguji
3) Tanggal pengujian
4) Data pengambilan contoh uji :
a) Merk/tipe kendaraan.
b) Tahun pembuatan.
c) Kapasitas mesin.
d) No kendaraan.
e) Odometer.
f
) Suplai bahan bakar (karburator atau injeksi).
g) Jenis bahan bakar.
h) Parameter lain: misalnya CO2, O2, dan l.
i
) Temperatur lingkungan tempat pengujian.
j
) Data lain : Nama lokasi pengujian, Alamat, No. telp/fax, Nama penanggung
jawab.
5) Hasil pengukuran contoh uji konsentrasi gas CO dalam satuan persen (%), dan HC
dalam satuan ppm.

4 dari 7
Lampiran B
(Informatif)
Format pelaporan
Tanggal Uji :

Lokasi Uji/Nama Bengkel/ :


Laboratorium
Alamat :
Tel./Fax. :

DATA KENDARAAN
Merek :
Tipe :
Tahun Produksi :
No. Kendaraan :
No. Identifikasi Kendaraan (NIK) :
No. Mesin :
Odometer :
Tipe Mesin :
Kapasitas & Jumlah silinder :
Bahan Bakar :
DATA HASIL PENGUKURAN/PENGUJIAN
No. Pengujian 1 2 3 4 5
0
Temp.oli mesin C
Putaran mesin rpm
CO %
CO CORR %
CO2 %
HC ppm
O2 %
l

Catatan :

Pengujian :
Tanda tangan :

5 dari 7
Lampiran C
(Informatif)
Gambar rangkaian peralatan uji emisi gas buang

6 dari 7
Bibliografi

Bosch, Automotive Handbook, Society of Automotive Engineer,Oktober 1996, edisi ke 4.

ISO 3929, Road vehicles – Measurement method for exhaust gas emissions during inspection
or maintenance, 2003.

UN-ECE Regulasi No. 83, Uniform provision concerning to the approval of vehicle with
regard to the emission of pollutants according to engine fuel requirement,2000.

SNI 09-1825-2002, Sistem penggolongan/pengklarifikasian kendaraan bermotor.

7 dari 7
Emisi gas buang – Sumber bergerak –
Bagian 2 : Cara uji kendaraan bermotor kategori M,
N, dan O berpenggerak penyalaan kompresi
pada kondisi akselerasi bebas

SNI 19-7118.2-2005
Daftar Isi

Daftarisi .................................................................................................. i
Prakata .................................................................................................... ii
1 Ruang lingkup .................................................................................... 1
2 Acuan normatif ................................................................................... 1
3 Istilahdandefinisi .............................................................................. 1
4 Carauji ............................................................................................. 2
5 Jaminan mutu dan pengendalian mutu .................................................... 3
Lampiran A Pelaporan ........................................................................... 4
Lampiran B Format pelaporan ................................................................. 5
Lampiran C Gambar diagram skematik smoke opacimeter .............................. 6
Bibliografi ......................................................................................... 7

i
Prakata

SNI ini merupakan hasil pengkajian dari SNI 09-2766-1992, Cara uji pengukuran tingkat
kepekatan gas buang kendaraan bermotor jenis motor nyala kompresi. SNI ini menggunakan
referensi metode standar dari International Organization for Standardization (ISO) dan
Regulasi United Nation for Economic Commission for Europe (UN-ECE). Secara teknis, SNI
ini disiapkan dan telah diuji coba oleh laboratorium yang terakreditasi dalam rangka
validasi dan verifikasi metoda serta dikonsensuskan oleh Subpanitia Teknis Kualitas Udara
dari Panitia Teknis 207S, Sistem Manajemen Lingkungan.

Standar ini telah disepakati dan disetujui dalam rapat konsensus dengan peserta rapat
yang mewakili produsen, konsumen, ilmuwan, instansi teknis, pemerintah terkait dari
pusat maupun daerah pada tanggal 5 Nopember 2004 di Depok.

Dengan ditetapkannya SNI 19-7118.2-2005 maka SNI 09-2766-1992 dinyatakan tidak


berlaku lagi. Pemakai SNI agar dapat meneliti validasi SNI yang terkait dengan metode
ini, sehingga dapat selalu menggunakan SNI edisi terakhir.

i
Emisi gas buang – Sumber bergerak –
Bagian 2 : Cara uji kendaraan bermotor kategori M, N, dan O
berpenggerak penyalaan kompresi pada kondisi akselerasi bebas

1 Ruang lingkup
Cara uji ini digunakan untuk mengukur opasitas asap menggunakan smoke opacimeter
pada kondisi akselerasi bebas kendaraan bermotor kategori M, N dan O berpenggerak
penyalaan kompresi.
Cara uji ini berlaku untuk :
a. kendaraan bermotor lama (yang beroperasi di jalan)
b. keperluan pemeriksaan dan perawatan

2 Acuan normatif
ISO 11614:1999, Reciprocating internal compression-ignition engines - Apparatus for
measurement of the opacity and for determination of the light absorption coefficient of
exhaust gas.

3 Istilah dan definisi


3.1
opasitas
perbandingan tingkat penyerapan cahaya oleh asap yang dinyatakan dalam satuan persen
3.2
pengujian akselerasi bebas
pengujian pada kendaraan berpenggerak penyalaan kompresi yang dilakukan pada putaran
mesin idle hingga tercapai putaran mesin maksimum
3.3
kategori M, N dan O
3.3.1
kategori M
kendaraan bermotor beroda empat atau lebih dan digunakan untuk angkutan orang
3.3.2
kategori N
kendaraan bermotor beroda empat atau lebih dan digunakan untuk angkutan barang

1 dari 7
3.3.3
kategori O
kendaraan bermotor penarik untuk gandengan atau tempel

4 Cara uji

4.1 Prinsip
Pengujian akselerasi bebas dilakukan dengan cara melewatkan gas buang kendaraan
bermotor kedalam suatu tabung asap pada alat smoke opacimeter kemudian nilai opasitas
asap dibaca pada alat dengan metoda penyerapan cahaya (light absorption).

4.2 Peralatan
a) Smoke opacimeter.
Alat uji emisi gas buang yang digunakan sebagaimana persyaratan yang diberikan
oleh ISO 11614.
b) Alat ukur temperatur oli mesin.
c) Alat ukur putaran mesin.
d) Alat ukur temperatur lingkungan.

4.3 Persiapan kendaraan uji


Persiapan kendaraan uji dengan tahapan sebagai berikut :
a) kendaraan yang akan diukur harus diparkir pada posisi datar;
b) pipa gas buang (knalpot) tidak bocor;
c) temperatur oli mesin normal 600 C sampai dengan 700 C atau sesuai dengan rekomendasi
manufaktur;
d) sistem asesoris (AC, tape, lampu) dalam kondisi mati;
e) kondisi temperatur tempat kerja pada 200 C sampai dengan 350 C.

4.4 Persiapan peralatan


Persiapan smoke opacimeter dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a) pastikan bahwa alat dalam kondisi telah terkalibrasi;
b) hidupkan sesuai prosedur pengoperasian (sesuai dengan rekomendasi manufaktur
alatuji).

2 dari 7
4.5 Pengukuran dan Pencatatan
Pengujian opasitas asap menggunakan smoke opacimeter dengan tahapan sebagai berikut:
a) persiapkan kendaraan uji sesuai langkah 4.3;
b) siapkan alat uji sesuai langkah 4.4;
c) naikkan (akselerasi) putaran mesin hingga mencapai 2.900 rpm sampai dengan 3.100
rpm kemudian tahan selama 60 detik dan selanjutnya kembalikan pada kondisi idle;
d) masukkan probe alat uji ke pipa gas buang sedalam 30 cm, bila kurang dari 30 cm
maka pasang pipa tambahan;
e) injak pedal gas maksimum (full throttle) secepatnya hingga mencapai putaran mesin
maksimum, selanjutnya tahan 1 hingga 4 detik. Lepas pedal gas dan tunggu hingga
putaran mesin kembali stationer. Catat nilai opasitas asap;
f
) ulangi proses 4.5 butir (e) ini minimal tiga kali;
g) catat nilai prosentase rata-rata opasitas asap dari langkah 4.5 butir (f) dalam satuan
persen (%) yang terukur pada alat uji.

CATATAN 1 Untuk pipa gas buang (knalpot) kendaraan terdiri dari dua atau lebih maka perlu dilakukan
penyambungan dengan pipa tunggal dengan spesifikasi yang direkomendasikan oleh manufaktur.
CATATAN 2 Bila CATATAN 1 secara praktis tidak memungkinkan untuk dilakukan, maka perlu dilakukan pengukuran
emisi gas buang pada tiap pipa gas buang dan hasil yang diperoleh dirata-rata.

5 Jaminan mutu dan pengendalian mutu


a) Pastikan pipa gas buang (knalpot) tidak bocor.
b) Periksa alat ukur siap untuk digunakan sebagaimana instruksi dari manufaktur dalam
bentuk tercatat (terdokumentasi).
c) Lakukan kalibrasi alat ukur sesuai rekomendasi manufaktur dalam bentuk tercatat
(terdokumentasi).

3 dari 7
Lampiran A
(normatif)
Pelaporan

Catat pada buku kerja hal-hal sebagai berikut:


1) Parameter yang dianalisis
2) Nama dan paraf teknisi penguji
3) Tanggal pengujian
4) Data pengambilan contoh uji :
a) Merk/tipe kendaraan.
b) Tahun pembuatan.
c) Kapasitas mesin.
d) No kendaraan.
e) Odometer.
f
) Suplai bahan bakar (karburator atau injeksi).
g) Jenis bahan bakar.
h) Temperatur lingkungan tempat pengujian.
i
) Data lain : Nama lokasi pengujian, Alamat, No.telp/fax, Nama penanggung jawab.
5) Hasil pengukuran contoh uji opasitas asap dalam satuan persen (%).

4 dari 7
Lampiran B
(Informatif)
Format pelaporan
Tanggal Uji :

Lokasi Uji/Nama Bengkel/ :


Laboratorium
Alamat :
Tel./Fax. :

DATA KENDARAAN
Merek :
Tipe :
Tahun Produksi :
No. Kendaraan :
No. Identifikasi Kendaraan (NIK) :
No. Mesin :
Odometer :
Tipe Mesin :
Kapasitas & Jumlah silinder :
Bahan Bakar :
DATA HASIL PENGUKURAN/PENGUJIAN
No. Pengujian 1 2 3 4 5
0
Temp.oli C
Putaran mesin rpm
Opasitas % HSU
NilaiK m-1

Catatan :

Pengujian :
Tanda tangan :

5 dari 7
Lampiran C
(Informatif)
Gambar diagram skematik smoke opacimeter

6 dari 7
Bibliografi

Bosch, Automotive Handbook, Society of Automotive Engineer,Oktober 1996, edisi ke 4.

SAE J1667, Snap acceleration smoke test prosedure for heavy-duty powered vehicle,1996

UN-ECE, Regulasi No. 24, Uniform provisions concerning: the approval of compression ignition
(C) engines with regard to the emission of visible pollutants.

SNI 09-1825-2002, Sistem penggolongan/pengklasifikasian kendaraan bermotor.

7 dari 7
Emisi gas buang – Sumber bergerak –
Bagian 3 : Cara uji kendaraan bermotor kategori L
Pada kondisi idle

SNI 19-7118.3-2005
Daftar Isi

Daftarisi .................................................................................................. i
Prakata .................................................................................................... ii
1 Ruang lingkup .................................................................................... 1
2 Acuan normatif ................................................................................... 1
3 Istilahdandefinisi .............................................................................. 1
4 Carauji ............................................................................................. 2
5 Jaminan mutu dan pengendalian mutu .................................................... 3
Lampiran A Pelaporan ........................................................................... 4
Lampiran B Format pelaporan ................................................................. 5
Lampiran C Gambar rangkaian peralatan uji emisi gas buang ........................ 6
Lampiran D Gambar pemasukan sampling probe ke dalam pipa gas buang ....... 7
Bibliografi ......................................................................................... 8

i
Prakata

SNI ini merupakan hasil pengkajian dari SNI 09-3678-1995, Cara uji karbon monoksida
emisi gas buang kendaraan bermotor roda dua pada putaran idle. SNI ini menggunakan
referensi metode standar dari International Organization for Standardization (ISO) dan
Regulasi United Nation for Economic Commission for Europe (UN-ECE). Secara teknis, SNI
ini disiapkan dan telah diuji coba oleh laboratorium yang terakreditasi dalam rangka
validasi dan verifikasi metoda serta dikonsensuskan oleh Subpanitia Teknis Kualitas Udara
dari Panitia Teknis 207S, Sistem Manajemen Lingkungan.

Standar ini telah disepakati dan disetujui dalam rapat konsensus dengan peserta rapat
yang mewakili produsen, konsumen, ilmuwan, instansi teknis, pemerintah terkait dari
pusat maupun daerah pada tanggal 5 Nopember 2004 di Depok.

Dengan ditetapkannya SNI 19-7118.3-2005 maka SNI 09-3678-1995 dinyatakan tidak


berlaku lagi. Pemakai SNI agar dapat meneliti validasi SNI yang terkait dengan metode
ini, sehingga dapat selalu menggunakan SNI edisi terakhir.

i
Emisi gas buang – Sumber bergerak -
Bagian 3 : Cara uji kendaraan bermotor kategori L
pada kondisi idle

1 Ruang lingkup
Cara uji ini digunakan untuk mengukur kadar gas karbon monoksida (CO) dan hidrokarbon
(HC) dengan menggunakan gas analyzer pada kondisi idle untuk kendaraan bermotor
kategori L berpenggerak penyalaan cetus api 2 langkah atau 4 langkah.
Cara uji ini berlaku untuk :
a. Kendaraan bermotor lama (yang beroperasi di jalan).
b. Keperluan pemeriksaan perawatan.

2 Acuan normatif
ISO 3930/ OIML R99, Instrument for measuring vehicle exhaust emissions, edisi 2000.

3 Istilah dan definisi


3.1
kendaraan bermotor kategori L
kendaraan bermotor beroda kurang dari empat.
3.2
hidrokarbon (HC)
zat pencemar dengan rumus kimia HC yang merupakan jumlah hidrokarbon yang dihasilkan
dari proses pembakaran dalam ruang bakar mesin kendaraan yang dikeluarkan melalui
pipa gas buang
3.3
karbon monoksida (CO)
zat pencemar dengan rumus kimia CO yang merupakan jumlah karbon monoksida yang
dihasilkan dari proses pembakaran dalam ruang bakar mesin kendaraan yang dikeluarkan
melalui pipa gas buang
3.4
idle
kondisi dimana mesin kendaraan pada putaran dengan :
a) Sistem kontrol bahan bakar (misal: choke, akselerator) tidak bekerja.

1 dari 8
b) Posisi transmisi netral untuk kendaraan manual atau semiotomatis.
c) Posisi transmisi netral atau parkir untuk kendaraan otomatis.
d) Perlengkapan atau asesoris kendaraan yang dapat mempengaruhi putaran tidak
dioperasikan atau dapat dijalankan atas rekomendasi manufaktur.

4 Cara uji

4.1 Prinsip
Pengujian idle dilakukan dengan cara menghisap gas buang kendaraan bermotor ke dalam
alat uji gas analyzer kemudian diukur kandungan karbon monoksida (CO) dan hidro karbon
(HC).

4.2 Peralatan

4.2.1 Alat ukur gas (analyzer)


Alat uji emisi gas buang yang digunakan sebagaimana persyaratan yang diberikan oleh
ISO 3930 atau OIML R99.
Dalam hal pengujian dilakukan pada kendaraan kategori L dengan penggerak penyalaan 2
langkah maka rentang ukur untuk parameter hidrokarbon adalah 0 ppm sampai dengan
30.000 ppm.

4.2.2 Alat ukur temperatur oli mesin atau busi

4.2.3 Alat ukur putaran mesin

4.2.4 Alat ukur temperatur lingkungan

4.3 Persiapan kendaraan uji


Persiapan kendaraan uji dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a) Kendaraan yang akan diukur harus pada posisi datar.
b) Pipa gas buang (knalpot) tidak bocor.
c) Temperatur mesin normal (600C sampai dengan 700C atau sesuai rekomendasi
manufaktur) dan sistim asesoris (lampu) dalam kondisi mati.
d) Kondisi temperature tempat kerja pada 20 °C sampai dengan 350C.

2 dari 8
4.4 Persiapan peralatan
Persiapan gas analyzer dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a) pastikan bahwa alat dalam kondisi telah terkalibrasi;
b) hidupkan sesuai prosedur pengoperasian (sesuai dengan rekomendasi manufaktur
alatuji).

4.5 Pengukuran dan pencatatan


Pengujian komposisi gas CO, dan HC menggunakan gas analyzer dengan tahapan sebagai
berikut:
a) persiapkan kendaraan uji sesuai langkah 4.3;
b) siapkan alat uji sesuai langkah 4.4;
c) naikkan (akselerasi) putaran mesin hingga mencapai 1.900 rpm sampai dengan 2.100
rpm kemudian tahan selama 60 detik dan selanjutnya kembalikan pada kondisi idle;
d) selanjutnya lakukan pengukuran pada kondisi idle dengan putaran mesin 800 rpm
sampai dengan 1400 rpm atau sesuai rekomendasi manufaktur;
e) masukkan probe alat uji ke pipa gas buang sedalam 30 cm, bila kurang dari 30 cm
maka pasang pipa tambahan;
f
) tunggu 20 detik dan lakukan pengambilan data konsentrasi gas CO dalam satuan
persen (%), dan HC dalam satuan ppm yang terukur pada alat uji.

CATATAN 1 Untuk pipa gas buang (knalpot) kendaraan terdiri dari dua pipa atau lebih, maka perlu dilakukan
penyambungan dengan pipa tunggal dengan spesifikasi yang direkomendasikan oleh manufaktur.
CATATAN 2 Bila CATATAN 1 secara praktis tidak memungkinkan untuk dilakukan maka perlu dilakukan pengukuran
emisi gas buang pada tiap pipa gas buang dan hasil yang diperoleh dirata-rata;
CATATAN 3 Untuk gas analyser yang mempunyai kemampuan mengukur parameter CO2, maka parameter CO
(karbon monoksida) yang ditampilkan adalah CO terkoreksi.

5 Jaminan mutu dan pengendalian mutu


a) Pastikan pipa gas buang (knalpot) tidak bocor.
b) Periksa alat ukur siap untuk digunakan sebagaimana instruksi dari manufaktur dalam
bentuk tercatat (terdokumentasi).
c) Lakukan kalibrasi gas analyzer sesuai rekomendasi manufaktur dalam bentuk tercatat
(terdokumentasi).
d) Gas standar yang bersertifikat untuk kalibrasi gas analyzer.

3 dari 8
Lampiran A
(normatif)
Pelaporan

Catat pada buku kerja hal-hal sebagai berikut:


1) Parameter yang dianalisis.
2) Nama dan paraf teknisi penguji.
3) Tanggal pengujian.
4) Data pengambilan contoh uji:
a) Merk/tipe kendaraan.
b) Tahun pembuatan.
c) Kapasitas mesin.
d) No kendaraan.
e) Odometer.
f
) Suplai bahan bakar (karburator atau injeksi).
g) Jenis bahan bakar.
h) Parameter lain : misalnya CO2, O2, dan l
i
) Temperatur lingkungan tempat pengujian
j
) Data lain : Nama lokasi pengujian, Alamat, No. telp/fax, Nama penanggung
jawab.
5) Hasil pengukuran contoh uji konsentrasi gas CO dalam satuan persen (%), dan HC
dalam satuan ppm.

4 dari 8
Lampiran B
(Informatif)
Format pelaporan
Tanggal Uji :

Lokasi Uji/Nama Bengkel/ :


Laboratorium
Alamat :
Tel./Fax. :

DATA KENDARAAN
Merek :
Tipe :
Tahun Produksi :
No.Polisi :
No. Induk Kend. (NIK) :
No. Mesin :
Odometer :

Tipe Mesin : 2 langkah / 4 langkah*)


Kapasitas & Jumlah silinder :
Bahan Bakar :
Oli Samping : (untuk 2 langkah)

DATA HASIL PENGUKURAN/PENGUJIAN


No. Pengujian 1 2 3 4 5
0
Temp.oli C
Putaran mesin rpm
CO %
CO CORR %
CO2 %
HC ppm
O2 %
l

Catatan :

Pengujian :
Tanda tangan :

*) Coret yang tidak perlu


5 dari 8
Lampiran C
(informatif)
Gambar rangkaian peralatan uji emisi gas buang

6 dari 8
Lampiran D
(Informatif)
Gambar pemasukan sampling probe ke dalam pipa gas buang

7 dari 8
Bibliografi

Bosch, Automotive Handbook, Society of Automotive Engineer, Oktober 1996, Edisi ke 4.

ISO 3929, Road Vehicle – Measurement method for exhaust gas emissions during inspection
or maintenance, 2003.

UN-ECE, Regulasi No. 40, Uniform provisions concerning to the approval of motorcycle
equipped with a positive-ignition engine with regard to the emission of gaseous pollutants
by the engine, 1996.

SNI 09-1825-2002, Sistem penggolongan/pengklasifikasian kendaraan bermotor.

8 dari 8
LAMPIRAN III : PERATURAN MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : 05 TAHUN 2006
TANGGAL : 1 Agustus 2006

FORMAT
PELAPORAN PELAKSANAAN UJI EMISI
I
. DATA UMUM PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR
(diisi oleh pengujian pemerintah)
1 Nama PKB :
2 Alamat :
3 No Telpon/Fax :
4 Home Page :
5 Penanggungjawab/Kepala PKB :
6 Jumlah Pegawai :
7 Luas total PKB (m2 ) :
8 Prosentase tempat uji/Luas total PKB :

II DATA UMUM KENDARAAN UJI


(diisi oleh pengujian pemerintah)
1 Kapasitas (Jmlh Kend/hari) :
2 Jumlah analyzer (HC &CO) :
3 Jumlah opacity meter/Bosch :
4 Biaya untuk 1 unit Kend. Bensin :
5 Biaya untuk 1 unit Kend. Disel :
6 Jumlah operator teknis :
7 Jumlah Line :
8 Total penerimaan PKB (Rp)/tahun :
9 Biaya perawatan PKB /tahun :
-Filter :
- Gas analizer :
- Service Peralatan uji :
-lain-lain :

III REKAPITULASI HASIL PENGUJIAN


(diisi oleh pengujian pemerintah)

No Kendaraan Uji Total Uji Lulus Tidak lulus Rata-rata


Kelulusan
1 Bensin
2 Disel
3 Sepeda Motor
IV DATA UMUM PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR
(diisi oleh bengkel swasta)
1 Nama pengujian kendaraan bermotor (PKB) :
2 Alamat :
3 No Telpon/Fax :
4 Home Page :
5 Penanggungjawab/Kepala PKB :
6 Jumlah Pegawai :
7 Luas total PKB (m2 ) :
8 Prosentase tempat uji/Luas total PKB :

V DATA TEKNIS DAN EKONOMIS


(diisi oleh bengkel swasta)
1 Kapasitas (Jmlh Kend/hari) :
2 Jumlah analyzer (HC &CO) :
3 Jumlah opacity meter/Bosch :
4 Biaya uji untuk 1 unit Kend. Bensin :
5 Biaya uji untuk 1 unit Kend. Disel :
6 Jumlah operator teknis :
7 Jumlah Line :
8 Total Biaya servis Rp/tahun :
9 Biaya perawatan PKB /tahun :
-Filter :
- Gas analizer :
- Service Peralatan uji :
-lain-lain :

VI REKAPITULASI HASIL PENGUJIAN


(diisi oleh bengkel swasta)

No Kendaraan Uji Total Uji Lulus Tidak lulus Rata-rata


Kelulusan
1 Bensin
2 Disel
3 Sepeda Motor
VI I . DATA HASI L PENGUJI AN EMI SI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT ATAU
LEBI H BERPENGGERAK MOTOR BAKAR CETUS API ( BERBAHAN BAKAR BENSI N)

KENDARAAN UMUR PARAMETER


BBM CATATAN
No MERK TIPE NO. POLISI TAHUN Km (cc) HC CO CO2
ppm % ‫ג‬ %
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

VI I I . DATA HASI L PENGUJI AN EMI SI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR RODA EMPAT ATAU
LEBI H BERPENGGERAK MOTOR BAKAR KOMPRESI ( BERBAHAN BAKAR SOLAR)

KENDARAAN UMUR PARAMETER


BBM CATATAN
No MERK TIPE NO POLISI TAHUN Km ( cc) Opasitas CO2
% HSU ‫ג‬ %
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
I X. DATA HASI L PENGUJI AN EMI SI GAS BUANG SEPEDA MOTOR

SEPEDA MOTOR UMUR PARAMETER


BBM CATATAN
No MERK TIPE NO POLISI TAHUN Km ( cc) HC CO CO2
ppm % ‫ג‬ %
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Ment eri Negara


Li ngkungan Hidup

ttd

I r. Rachmat Wi t oelar

Sali nan sesuai dengan aslinya


Deput i MENLH Bi dang
AR A L
N NEGPenaat ING an Lingkungan,
R IA
E

KU
NT

NGA
KE M E

N HID UP

Hoet omo, MPA.

Anda mungkin juga menyukai