Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PANCASILA

Materi :
“Tentang menumbuhkan rasa wawasan
kewarganegaraan”

Disusun Oleh Kelompok 7

1. Alfiranda Saia
2. Salsabila Moha
3. Rahmadia S Korompot
4. Olfiyane Manossoh
5. Nanda Agustina

POLTEKKES KEMENKES MANADO JURUSAN GIZI


Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
limpahan berkat dan karunianya, penulis dapat meyelesaikan makalah yang
berjudul “Menumbuhkan Rasa Wawasan Warga Negara” dengan lancar. Makalah
ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari berbagai kalangan para pembaca, penulis terima dengan
tangan terbuka guna menyempurnakan pembuatan makalah dikemudian hari.
Hanya ini yang dapat penulis sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca.

Manado, 12 maret 2020


Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu bidang kajian dalam konteks


pendidikan nasional yang memiliki peran strategis untuk meningkatkan kembali
wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme mahasiswa. Oleh karena itu untuk
memperkuat peran. Pendidikan Kewarganegaraan, maka pemerintah mewajibkan
Pendidikan Kewarganegaraan diberikan pada setiap satuan pendidikan termasuk
perguruan tinggi. Sebagaimana terdapat dalam pasal 37 ayat (1) Undang-Undang
No.20 Tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa “Pendidikan
Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”. Jika dikaji lebih jauh maka pemerintah
melalui undang-undang tersebut memiliki tujuan menyiapkan generasi muda
(mahasiswa) agar memiliki wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme, karena
mahasiwa merupakan kader bangsa yang akan meneruskan tonggak kepemimpinan
bangsa dan negara Indonesia. Oleh karena itu negara bertanggung jawab untuk
mempersiapkan generasi muda/mahasiswa yang memiliki wawasan kebangsaan yang
tinggi dan juga memiliki semangat nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Sebagaimana dikemukakan oleh Winataputra (2014) :Secara holistic
Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar setiap warga Negara muda (young
citizens) memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam konteks nilai dan moral
Pancasila, nilai dan norma Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun1945, nilai dan komitmen Bhinneka tunggal Ika, dan komitmen bernegara
kesatuan Republik Indonesia.

B. Tujuan Masalah
- Yaitu guna untuk memberikan serta menumbuhkan wawasan yang lebih lagi
tentang bangsa dan negara bagi warga negar
BAB II
PEMBAHASAN

1. Membangun Wawasan Bangsa Dan Negara

Fenomena jati diri bangsa Indonesia saat ini jauh berbeda dengan masa lalu,
perbedaan itu dilihat dari referensi sejarah, cerita-cerita perjuangan, wejangan-
wejangan guru di sekolah, obrolan orang tua sebagai pelaku sejarah, maupun pidato-
pidato pembesar bangsa. Konon, dahulu kala bangsa ini penuh dengan rasa
kegotongroyongan, memiliki jiwa pengabdian yang tinggi, cinta kedamaian, penuh
toleransi, ramah tamah, memiliki rasa tepo seliro, dan lain sebagainya. Pengakuan
bangsa lain pada saat itu, nusantara dikenal sebagai orang Timur, Bangsa yang
Beradab, dan Agamis yang kesemuanya mencerminkan sikap mulia. Namun, semua
sikap itu sudah mulai luntur, sifat-sifat itu kini hanya jadi slogan. Mengacu kepada
makna wawasan kebangsaan dapat diartikan sebagai cara pandang bangsa Indonesia
yang mencakup pola pikir dan pola sikap bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
mengenai diri dan ideologinya yang mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa,
melindungi segenap warga negara, mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan
kesejahteraan masyarakat serta berperan aktif dalam pergaulan dunia. Secara historis,
embrio Wawasan Kebangsaan ini diawali dengan munculnya semangat bangkit sebagai
suatu bangsa melalui Organisasi Budi Utomo 1908, semangat untuk bersatu yang
tercermin melalui deklarasi Sumpah Pemuda 1928, dan puncaknya melalui semangat
untuk merebut kemerdekaan yang terwujud melalui Proklamasi Kemerdekaan RI, 17
Agustus 1945.

Saat ini berbagai problematika yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan
Bangsa diantaranya: Tuntutan demokratisasi dalam segala aspek kehidupan
(Sosekpolbud) yang diekpresikan dengan ekstrim/radikal sehingga melanggar norma
hukum dan etika yang berlaku; adanya tuntutan otonomi daerah yang belum
menemukan format idealnya hingga yang muncul adalah kecenderungan lebih pada
penonjolan kepentingan daerah dari pada kepentingan nasional; adanya gejala
penurunan idealisme dan semangat nasionalisme serta patriotisme yang tercermin dari
bentuk penonjolan kepentingan pribadi atau kelompok dari pada kepentingan bangsa
dan negara; problematika global yang datang akibat pengaruh globalisasi yang tak
dapat ditahan oleh negara manapun di dunia ini.

a. Masalah Multikulturalisme

Beberapa tahun terakhir ini, intensitas dan ekstensitas konflik sosial di tengah
masyarakat terasa kian meningkat. Terutama konflik sosial yang bersifat horisontal,
yakni konflik yang berkembang diantara anggota masyarakat, meskipun tidak menutup
kemungkinan timbulnya konflik berdimensi vertikal, yakni antara masyarakat dan
negara. Konflik sosial dalam masyarakat merupakan proses interaksi yang alamiah.
Karena masyarakat tidak selamanya bebas konflik. Hanya saja, persoalannya menjadi
lain jika konflik sosial yang berkembang dalam masyarakat tidak lagi menjadi sesuatu
yang positif, tetapi berubah menjadi destruktif bahkan anarkis. Perkembangan terakhir
menunjukkan, sejumlah konflik sosial dalam masyarakat telah berubah menjadi
destruktif bahkan cenderung anarkis. Konflik sosial berbau SARA jangan dianggap
remeh tetapi harus segera diatasi secara memadai dan proporsional sehinga tidak
menciptakan disintegrasi nasional. Kemajemukan masyarakat lokal di Indonesia bukan
saja bersifat horisontal (perbedaan etnik, agama dan sebagainya), tetapi juga
cenderung vertikal, yaitu terpolarisasinya status dan kelas sosial berdasar kekayaan
dan jabatan atau pekerjaan yang diraihnya. Hal ini dapat menimbulkan gesekan
primordialistik, apalagi bila ditunggangi kepentingan politik dan ekonomi tertentu.

b. Membangun ketahanan nasional

Membangun ketahanan nasional, sering diasosiasikan sebagai masalah militer.


Pandangan ini tidak salah. Karena sesungguhnya militer adalah kekuatan inti atau
kekuatan utama dalam membangun dan mengembangkan sistem pertahanan nasional
untuk mewujudkan stabilitas nasional. Oleh karena itu, pengidentifikasian masalah
ketahanan sebagai masalah militer, bukan sesuatu hal yang baru dan bukan pula suatu
bentuk kekeliruan logika. Sudut pandang tersebut merupakan suatu bentuk nyata,
empirik, rasional dan kontesktual. Bahkan pandangan seperti itu merupakan bentuk
proporsionalitas pemikiran mengenai tugas dan fungsi sebuah institusi Negara.

Tidak bisa dipungkiri, kekuatan militer merupakan salah satu pilar penting bagi
kedaulatan Negara. Nyatanya di dunia ini, negara yang memiliki daya topang militer
yang kuat akan mencuatkan kewibawaan diplomatik dan gengsi politik internasional.
Kekuatan militer menjadi salah satu barometer kekuatan suatu negara. Jika militernya
kuat, negara memiliki posisi tawar yang kuat dengan negara lainnya. Tentu kekuatan
militer saja tidak akan cukup untuk membuat suatu negara survive dan berkembang,
karena butuh kekuatan ekonomi dan politik yang kuat sebagai penopang
lainnya.Dinamika sosial-politik yang ada saat ini, memberikan pengaruh baik terhadap
struktur maupun kultur pemerintahan dalam mengelola bangsa dan negara.

Kebijakan politik terbaru memberikan informasi bahwa dalam membangun


ketahanan nasional ini tidak hanya membutuhkan kekuatan utama, melainkan ada
kekuatan pendukung lainnya yang dapat memperkuat dan memperkokoh ketahanan
negara Indonesia. Kekuatan pendukung tersebut adalah rakyat. Faktor rakyat dalam
membangun ketahanan nasional atau ketahanan negara dan stabilitas nasional sudah
terbukti dalam sejarah dunia maupun sejarah Indonesia. Peran rakyat dalam
membangun ketahanan nasional ini baik dalam konteks mendukung efektivitas
ketahanan nasional maupun menjadi pendukung dalam membangun ketahanan
nasional. Bahkan dalam sejarah Nasional Indonesia pahlawan terhadap kaum
imperialisme dan kolonialisme berakar dari perlawanan rakyat yang kemudian menjadi
embrio lahirnya Tentara Nasional Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa ketahanan
negara tidak bisa dilepaskan dari ketahanan sosial dalam menunjukkan nasionalisme
dan kesungguhannya dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dengan kata lain, dalam membangun ketahanan Negara perlu melibatkan usaha untuk
membangun ketahanan nasional yang berbasiskan pada kesadaran kolektif bangsa
Indonesia untuk membangun masa depan Indonesia. Rakyat dan modal sosial yang
tumbuh di masyarakat dapat dijadikan modal dasar dalam membangun ketahanan
nasional Indonesia minimalnya dalam mendukung stabilitas nasional yang kuat. Untuk
melaksanakan usaha pembelaan Negara ini, UUD 1945 pasal 30 ayat (2) menjelaskan,
bahwa “Usaha pertahanan dan keamanan Negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia sebagai
kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung”.

Berdasarkan UUD 1945, dapat disimpulkan bahwa setiap negara tidak boleh
berpangku tangan. Setiap warga negara bukan hanya berhak, tetapi wajib ikut serta
dalam usaha pembelaan Negara. Dalam melaksanakan usaha pembelaan negara ini,
perlu dilakukan dengan menggunakan sistem pertahanan dan keamaan rakyat semesta
(Sishankamrata). Untuk proses pelaksanaanya, kekuatan utama Sishankamarata
adalah TNI dan Polisi, sementara rakyat diposisikan sebagai kekuatan pendukung,
artinya, bila ada masalah yang terkait dengan keamanan dan pertahanan, bila masih
mampu ditangani oleh TNI atau Polri, maka rakyat tidak boleh digunakan secara
sewenang-wenang. Dengan demikian kekuatan rakyat merupakan senjata sosial bagi
upaya pertahanan negara.Dalam melaksanakan usaha pertahanan negara ini, TNI dan
Polri tidak berdiri sendiri. Pertahanan negara bukanlah bidang yang berdiri sendiri tetapi
harus dipadukan dengan agenda pembangunan untuk mencapai kesejahteraan
rakyat.Dengan kata lain, pendekatan keamanan (security approach) harus disatukan
dengan pendekatan kesejahteraan (prosperity approach). Sementara pada tataran
sosiologis, banyak contoh yang bisa dikemukakan sebagai argumentasi dalam
mendukung kekuatan rakyat sebagai kekuatan pertahanan negara.

c. Pendidikan bela negara

Multikulturalisme merupakan sebuah filosofi yang terkadang ditafsirkan sebagai


ideologi yang menghendaki adanya persatuan dari berbagai kelompok kebudayaan
dengan hak dan status sosial politik yang sama dalam masyarakat modern. Melaui
penguatan wawasan kebangsaan harus dimulai dari nilai-nilai yang dibangun para
pendahulu dan pendiri bangsa ini. Mereka telah menanamkan nilai-nilai persatuan
dengan mencetuskan Sumpah Pemuda, yang kemudian menjadi embrio wawasan
kebangsaan, yaitu satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa: Indonesia. Makna
wawasan kebangsaan memang belum begitu populer dalam kehidupan masyarakat
sehingga sampai saat ini belum ada rumusan baku, mengingat sifatnya yang abstrak
dan dinamis. Sebagian besar masyarakat intelektual, termasuk pakar, lebih tertarik dan
mementingkan nilai-nilai universal ketimbang nilai-nilai nasional. Akibatnya, rumusan
pengertian wawasan kebangsaan sangat beragam dan sulit dipahami oleh masyarakat
awam. Sejatinya wawasan kebangsaan perlu dipahami oleh seluruh lapisan
masyarakat, bukan hanya oleh kelompok tertentu. Dengan demikian wawasan
kebangsaan akan punya makna dan menyentuh langsung kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

Untuk mendukung upaya pembangunan ketahanan nasional, perlu dikembangkan


beberapa pendekatan yang bisa membangun kesadaran kolektif masyarakat Indonesia
untuk bela negara. Pertama, pendidikan bela negara merupakan satu kebutuhan dasar
yang tidak bisa ditawar-tawar. Semangat nasionalisme merupakan semangat dasar
atau kesadaran kolektif yang dapat mendorong sebuah kekuatan stabilitas keamanan.
Nasionalisme dapat membangun kohesi sosial yang kuat, sehingga dapat memberikan
dorongan dalam proses partisipasi pembangunan bangsa dan negara. Dengan kata
lain, dalam menghadapi tantangan masa kini dan masa depan, Indonesia
membutuhkan formula nasionalisme yang sesuai dengan kebutuhan dan tantangan
zaman, Kedua, perlu adanya usaha untuk melakukan konsolidasi dan koordinasi sosial,
sehingga terjadinya sebuah integrasi sosial yang solid dan kuat. Kondisi disintegrasi
sosial merupakan ruang terbuka yang bisa disusupi oleh kepentingan asing yang
kemudian dapat menyebabkan rontoknya sebuah bangsa tanpa harus perang, Ketiga,
komunikasi politik dan komunikasi budaya dalam kerangka bhinneka tunggal ika yang
diselaraskan dengan semangat otonomi daerah, menjadi salah satu kunci utama untuk
membangun stabilitas keamanan masyarakat Indonesia.

2. Menumbuhkan Wawasan Kebangsaan Bagi Generasi Muda

Perkembangan dunia saat ini begitu pesat diiringi perkembangan teknologi informasi
yang terus bergerak dengan cepat mempengaruhi pola pikir manusia bahkan gaya
hidup dalam kehidupan manusia sehari-hari. Perkembangan ini yang juga sangat
berpengaruh besar pada generasi muda. Di era globalisasi kita dapat melihat peranan
pemuda Indonesia dalam membangun bangsa dinilai sangat kurang. Hal ini disebabkan
karena kurangnya perhatian para pemuda terhadap bangsa, dimana nilai akan rasa
nasionalisme dikalangan generasi muda sudah mulai luntur. Informasi yang
berkembang saat ini dimana akses untuk mendapatkan informasi hampir tidak ada
halangan menyebabkan generasi muda bangsa kita mudah untuk terpengaruh oleh
informasi negative yang bertentangan dengan budaya bangsa. Kondisi seperti ini bila
kita biarkan akan menggerogoti nasionalisme bangsa kita khususnya nasionalisme
generasi muda Indonesia. Informasiinformasi negative yang dapat mengganggu mental
dan moril generasi muda sangat mudah diakses dan sangat berdampak buruk bagi
perkembangan generasi muda bangsa kita. Oleh sebab itu harus ada upaya yang
dilakukan khususnya bagi generasi muda bagaimana kita menanamkan rasa
nasionalisme yang tinggi melalui pemahaman wawasan kebangsaan yang baik
sehingga generasi muda memiliki daya tangkal yang baik terhadap segala sesuatu
yang mengganggu stabilitas Negara Indonesia. 

Generasi muda adalah penerus bangsa yang harus dijaga dan dibentuk rasa
nasionalisme mereka terhadap bangsa dan negaranya. Sehingga budaya, pola pikir,
tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila yang datangnya dari luar dan
saat ini bermunculan melalui informasi yang disampaikan melalui media social.
Kepedulian terhadap generasi muda agar memiliki wawasan kebangsaan yang baik
telah ditunjukkan oleh TNI AD khususnya Korem 151/Binaiya yang memiliki tanggung
jawab dalam menjaga stabilitas keamanan di wilayah Maluku serta melaksanakan
pembinaan territorial untuk menciptakan daya tahan wilayah terhadap setiap bentuk
ancaman yang dapat mengganggu stabilitas nasional khususnya di wilayah Maluku. 

Upaya yang dilakukan oleh pemerintah ataupun yang bertanggung jawab dalam bidang
pendidikan dalam menanamkan wawasan kebangsaan bagi generasi muda terutama
pelajar dilakukan secara terus menerus dengan tujuan agar generasi muda khususnya
pelajar benar-benar mengerti dan memahami wawasan kebangsaan dan memiliki rasa
nasionalisme yang tinggi. Pemahaman tentang wawasan kebangsaan diberikan dalam
bentuk sosialisasi dan penyuluhan kepada pelajar SMP/MTS dan SMA maupun
Madrasah Aliyah yang ada di wilayah Indonesia.

Wawasan kebangsaan perlu diberikan kepada Generasi Muda karena generasi


muda merupakan target dalam menjalankan pembangunan berkelanjutan. Para pelajar
diberikan pemahaman yang baik tentang Pancasila dan bagaimana membentuk pelajar-
pelajar yang berPancasila, sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan
ketrampilan, memiliki tanggung jawab, tenggang rasa, mencintai bangsa dan mencintai
sesame manusia sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam Undang-
Undang Dasar 1945. Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
wawasan kebangsaan merupakan hal yang sangat penting untuk ditanamkan bagi
generasi muda khususnya pelajar sebgai proses dalam pembentukan sikap moral agar
memiliki kecintaan terhadap tanah airnya dalam memelihara kesinambungan perjalanan
kehidupan bangsa, serta terpeliharanya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Upaya
peningkatan wawasan kebangsaan bagi generasi muda khususnya pelajar dilakukan
dengan membangun karakter agar memiliki wawasan dan motivasi yang kuat serta
memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap masa depan bangsa dan negaranya. 

Generasi muda merupakan sumber daya manusia yang potensial dimasa yang akan
datang. Generasi muda merupakan potensi bangsa yang dipersiapkan untuk dapat
berprestasi dan memberikan sumbangan nyata bagi pembangunan bangsa dan
Negara. Bila pemahaman wawasan kebangsaan meningkat maka keutuhan persatuan
dan kesatuan NKRI akan kuat karena secara sadar muncul semangat atau dorongan
hati yang kuat untuk cinta tanah air, membela dan menjaga keutuhan NKRI .
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu bidang kajian dalam
konteks pendidikan nasional yang memiliki peran strategis untuk meningkatkan
kembali wawasan kebangsaan dan semangat nasionalisme mahasiswa.
Wawasan kebangsaan perlu diberikan kepada generasi muda karena generasi
muda merupakan target dalam menjalankan pembangunan berkelanjutan.
Generasi muda adalah penerus bangsa yang harus dijaga dan dibentuk rasa
nasionalisme mereka terhadap bangsa dan negaranya. Sehingga budaya, pola
piker, tindakan yang bertentangan dengan nilai-nilai pancasila yang datangnya
dari luar dan saat ini bermunculan melalui informasi yang disampaikan melalui
media sosial.
Generasi muda merupakan sumber daya manusia yang potensial dimasa
yang akan datang. Generasi muda merupakan potensi bangsa yang
dipersiapkan untuk dapat berprestasi dan memberikan sumbangan nyata bagi
pembangunan bangsa dan negara. Bila pemahaman wawasan kebangsaan
meningkat maka keutuhan persatuan dan kesatuan NKRI akan kuat karena
secara sadar muncul semangat atau dorongan hati yang kuat untuk cinta tanah
air, membela dan menjaga keutuhan NKRI

Saran
Setelah membaca makalah ini, penulis berharap pembaca lebih mendapat
pengetahuan mengenai menumbuhkan rasa wawasan sebagai warga negara
Indonesia, sehingga pembaca dapat mengetahui tentang menumbuhkan rasa
wawasan kewarganegaraan, sehingga pembaca mendapatkan pengetahuan
menumbuhkan rasa wawasan sebagai warga negara Indonesia. Akhirnya,
semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat khususnyabagi kami dan
umunya bagi pembaca

Anda mungkin juga menyukai