Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penelitian merupakan proses kreatif untuk mengungkapkan suatu gejala melalui cara
tersendiri sehingga diperoleh suatu informasi. Pada dasarnya, informasi tersebut
merupakan jawaban atas masalah-masalah yang dipertanyakan sebelumnya. Oleh karena
itu, penelitian juga dapat dipandang sebagai usaha mencari tahu tentang berbagai masalah
yang dapat merangsang pikiran atau kesadaran seseorang.

Penelitian bertujuan menemukan jawaban atas pertanyaan melalui aplikasi prosedur


ilmiah. Prosedur ini dikembangkan untuk meningkatkan taraf kemungkinan yang paling
relevan dengan pertanyaan serta menghindari adanya bias. Sebab, penelitian ilmiah pada
dasarnya merupakan usaha memperkecil interval dugaan peneliti melalui pengumpulan
dan penganalisaan data atau informasi yang diperolehnya.

Dalam penelitian, salah satu bagian dalam langkah-langkah penelitian adalah


menentukan poulasi dan sampel penelitian. Seorang peneliti dapat menganalisa
data  keseluruhan objek yang diteliti sebagai kumpulan atas komunitas tertentu. Seorang
peneliti juga dapat mengidentifikasi sifat-sifat suatu kumpulan yang menjadi objek
penelitian hanya dengan mengamati dan mempelajari sebagian dari kumpulan tersebut.
Kemudian, peneliti akan mendapatkan metode atau langkah yang tepat untuk memperoleh
keakuratan penelitian dan penganalisaan data terhadap objek.

B. RUMUS MASALAH

1) Apa yang dimaksud dengan populasi?


2) Apa kriteria populasi?
3) Apa alasan memilih populasi?
4) Apa yang dimaksud dengan sampel?
5) Apa saja kriteria sampel?
6) Apa alasan memilih sampel?
7) Bagaimana ukuran/ besar sampel?

1
8) Bagaimana Rumusan besar sampel?
9) Bagaimana Teknik sampling probabilitsa?
10)Bagaimana teknik sampling nonprobabilitas?

C. TUJUAN

1) Untuk mengetahui yang dimaksud dengan populasi


2) Untuk mengetahui kriteria populasi
3) Untuk mengetahui alasan memilih populasi
4) Untuk mengetahui yang dimaksud dengan sampel
5) Untuk mengetahui kriteria sampel
6) Untuk mengetahui alasan memilih sampel
7) Untuk mengetahui ukuran/ besar sampel
8) Untuk mengetahui Rumusan besar sampel
9) Untuk mengetahui Teknik sampling probabilitsa
10) Untuk mengetahui teknik sampling nonprobabilitas
1)

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Populasi
a. Pengertian Populasi

Kelompok besar individu yang mempunyai karakteristik yang sama disebut


populasi. Populasi dapat berupa sekelompok elemen atau kasus, baik individual,
objek, atau peristiwa yang berhubungan dengan kriteria spesifik.

Populasi dalam penelitian merupakan wilayah yang ingin di teliti oleh peneliti.
Seperti menurut Sugiyono (2011:80) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.”

Menurut KBBI, “Populasi adalah seluruh jumlah orang atau penduduk di suatu
daerah; jumlah orang atau pribadi yang mempunyai ciri-ciri yang sama; jumlah
penghuni baik manusia maupun makhluk hidup lainnya pada suatu satuan ruang
tertentu; sekelompok orang, benda, atau hal yang menjadi sumber pengambilan
sampel; atau suatu kumpulan yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan
masalah penelitian.”

Menurut Husaini Usman, “Populasi ialah semua nilai, baik hasil perhitungan
maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, dari karakteristik tertentu
mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas.”

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan, bahwa pada


penelitian observasional, umumnya populasi adalah orang yang menjadi subjek
penelitian atau orang yang karakteristiknya hendak diteliti.

b. Kriteria Populasi

3
Kriteria Populasi Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut
kriteria/ukuran populasi. Ukuran/ kriteria populasi ada dua, yaitu :

a. Populasi terbatas atau populasi terhingga, yakni populasi yang memiliki batas
kuantitatif secara jelas karena memiliki karakteristik yang terbatas. Misalnya
5.000.000 orang guru SMA pada awal tahun 1985, dengan karakteristik: masa
kerja 2 tahun, lulusan program strata 1, dan lain-lain.
b. Populasi tak terbatas atau populasi tak terhingga, yakni populasi yang tidak
dapat di temukan batas-batasnya, sehingga tidak dapat di nyatakan dalan bentuk
jumlah secara kuantitatif. Misalnya guru di Indonesia, yang berarti harus
dihitung jumlahnya sejak guru pertama ada sampai sekarang dan yang akan
datang.

Dalam mendefinisikan populasi, peneliti harus mempertimbangkan kriteria


sebagai berikut :

1) Biaya, jika ingin meneliti populasi diluar pulau, maka peneliti harus belajar
budaya dan bahasa tempat yang kana dilakukan penelitian agar dapat terjadi
interaksi dengan  baik. Keadaan ini memerlukan waktu yang lama sehingga juga
memerlukan biaya yang besar.
2) Praktik, kesulitan dari populasi dalam berperan serta sebagai subyek karena
berasal dari daerah yang sulit dijangkau.
3) Kemampuan orang dalam berpartisipasi dalam penelitian, kondisi kesehatan
seseorang yang menjadi subjek harus dijadikan bahan pertimbangan dalam
penentuan populasi.
4) Pertimbangan desain penelitian, pada penelitian dengan desain eksperimen, maka
diperlukan populasi yang mempunyai kriteria homogenitas dalam upaya untuk
mengendalikan variabel random, perancu, dan variabel lainya yang akan
mengganggu dalam penelitian.

c. Alasan Memilih Populasi

Alasan memilih populasi karena populasi memiliki parameter yakni besaran


terukur yang menunjukkan populasi tersebut, dan juga populasi menggunakan

4
keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh
- tumbuhan, gejala - gejala, rata-rata simpangan, variansi , simpangan baku sebagai
parameter populasi. Parameter suatu populasi adalah tetap nilainya, jika nilainya
berubah maka populasinya pun berubah , dan populasi menggunakan seluruh data
menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan .

B. Sampel
a. Pengertian Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki sifat-sifat yang sama dari
objek yang merupakan sumber data. Secara sederhana sampel dapat dikatakan,
bahwa sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih dan mewakili populasi
tersebut. sebagian dan mewakili dalam batasan di atas merupakan dua kata kunci dan
merujuk pada semua ciri populasi dalam jumlah terbatas pada masing-masing
karakteristiknya.

Sekelompok kecil individu yang dilibatkan langsung dalam penelitian disebut


dengan sample. Sample terdiri dari sekelompok individu yang dipilih dari kelompok
yang lebih besar dimana pemahaman dari hasil penelitian akan diberlakukan.

Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin di teliti oleh peneliti.
Menurut Sugiyono (2011:81) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Sehigga sampel merupakan bagian dari
populasi yang ada, sehingga untuk pengambilan sampel harus menggunakan cara
tertentu yang didasarkan oleh pertimbangan- pertimbangan yang ada.

b. Kriteria Sampel
 Ada dua kriteria sampel yaitu:
1) Kriteria inklusi (kriteria yang layak diteliti) merupakan kriteria dimana subjek
penelitian mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel.
Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman dalam menentukan kriteria inklusi
(Nursalam, 2003).

5
2) Kriteria eksklusi (kriteria yang tidak layak diteliti) merupakan kriteria dimana
subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat
sebagai sampel penelitian yang penyebabnya antara lain :
- Adanya hambatan etik.
- Menolak menjadi responden.
- Terdapat keadaan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian.
- Terdapat keadaan atau penyakit yang mengganggu pengukuran maupun
interpretasi hasil penelitian.

 Pertimbangan dalam menentukan kriteria eksklusi antara lain:


1) Subjek membatalkan kesediaannya untuk menjadi responden penelitian, dan
2) Subjek berhalangan hadir atau tidak di tempat ketika pengumpulan data
dilakukan.

c. Alasan Memilih Sampel

Beberapa alasan mengapa penelitian lebih cenderung menggunakan sampel


dibandingkan populasi yaitu :

1) Ukuran populasi terlalu besar. Bila ukuran populasi terlalu besar, rasanya
sangat sulit untuk melakukan penelitian. Penggunaan sampel akan jauh lebih
efektif dan efisien untuk menghasilkan data yang dibutuhkan.
2) Efisiensi biaya. Dalam prosesnya, bisa jadi penggunaan populasi akan
menimbulkan biaya yang sangat besar. 
3) Waktu yang lebih cepat. Penelitian menggunakan sampel memungkinkan
penyajian data dalam waktu yang relatif lebih cepat daripada populasi.
4) Sumber daya yang lebih efisien. Sumber daya yang dimaksud adalah hal-hal
pendukung lain seperti peralatan teknologi informasi pengolah data. Untuk
mengolah data populasi dengan jumlah jutaan, tentunya membutuhkan perangkat
penyimpan data dan komputer dengan spesifikasi yang tinggi. Hal ini akan jauh
berbeda bila pendataan dilakukan dalam bentuk sampel.
5) Penelitian yang tidak mungkin menggunakan populasi. Dalam beberapa
contoh penelitian, bisa jadi penggunaan populasi tidak dimungkinkan dan akan
membahayakan objek dari populasi itu sendiri. 

6
Sebagai contoh, apakah kita yakin bahwa warna darah manusia itu seluruhnya
berwarna merah? Apakah kita yakin darah yang berada di kepala dan di kaki benar-
benar berwarna merah? Untuk memastikan hal tersebut, kita tidak perlu menyedot
seluruh darah dan memeriksa hasilnya. Cukup mengambil beberapa tetes di setiap
bagian tubuh dan tentunya kita sudah bisa menarik kesimpulan dari hal tersebut.

d. Ukuran/ Besar Sampel

Sebelum memilih subyek yang akan dilibatkan dalam penelitiannya, peneliti


harus menentukan jumlah sampel yang akan menghasilkan data yang memadai untuk
menjawab pertanyaan penelitian. Tidak ada aturan yang baku berapa banyak agar
sampel dapat mewakili populasi. Akan tetapi, semakin besar sampel semakin besar
kemungkinan mencerminkan populasi. Dalam menentukan jumlah sampel, seorang
peneliti harus memperhatikan beberapa hal:

a) Jenis penelitian

Penelitian korelasional harus memiliki sedikitnya 30 subyek, pendidikan


komparatif membutuhkan sekurangnya 15 subyek untuk masing-masing kelompok.
Pada penelitian eksperimen yang dikontrol secara ketat, 8 sampai 10 subyek dalam
masing-masing kelompok dianggap memadai untuk mendapatkan hasil yang akurat.
Dalam penelitian yang menggunakan survey, harus ada sekitar 100 subyek pada
masing-masing subgroup utama yang dikaji dan 20 sampai 50 subyek dalam
subgroup pelengkap.

b) Hipotesis

Bila peneliti ingin mendapatkan hasil berupa perbedaan kecil atau hubungan yang
sangat kuat, sebaiknya menggunakan sampel dalam jumlah besar karena subyek yang
kecil umumnya sulit untuk mendeteksi adanya hubungan perbedaan yang kecil secara
signifikan.

c) Keterbatasan dana

7
Biaya penelitian akan membatasi jumlah subyek yang dijadikan sampel. Oleh
karenanya jumlah sampel yang diperlukan harus disesuaikan dengan dana yang
tersedia.

d) Pentingnya hasil

Dalam penelitian eksploratif, jumlah sampel yang kecil dapat diterima karena
peneliti dapat mentolerir kesalahan yang relatif agak besar dari hasil yang diperoleh.
Dalam penelitian yang hasilnya akan dijadikan dasar suatu kebijaksanaan, peneliti
lebih baik menggunakan subyek yang besar, karena kesalahan yang mungkin timbul
dapat ditekan seminimal mungkin.

e) Jumlah variabel dalam penelitian

Sampel yang lebih besar diperlukan dalam penelitian yang memiliki banyak
variabel bebas atau terikat, atau memiliki banyak variabel yang tidak bisa dikontrol.

f) Metode pengumpulan data

Bila metode pengumpulan informasi tidak memiliki akurasi yang tinggi atau
konsisten, sampel yang lebih besar akan diperlukan untuk mengimbangi kesalahan
yang muncul dari pengumpulan data.

g) Akurasi yang dibutuhkan

Derajat kepercayaan atau akurasi kepercayaan akan meningkat bila jumlah


subyek yang dilibatkan semakin besar dalam pembuatan sampel.

h) Ukuran populasi

Jika jumlah individu dalam populasi semakin besar, peneliti dapat mengambil
persentase yang lebih kecil untuk dijadikan sampel penelitian.

Ukuran sampel (sample size) adalah jumlah subyek yang dipilih dari populasi
sehingga membentuk sebuah sampel. Ukuran sampel dalam studi epidemiologi harus
cukup besar dalam arti optimal yang memungkinkan peneliti menaksir parameter
dengan akurat, reliabel, dan sekaligus efisien. Beberapa hal menentukan ukuran sampel:

a. Presisi penaksiran yang diinginkan peneliti;

8
b. Tingkat keyakinan (confidence level) penaksiran;
c. Kuasa statistik (statistical power) yang diinginkan;
d. Perkiraan prevalensi penyakit yang akan ditaksir (epidemiologi deskriptif);
e. Perkiraan besarnya pengaruh paparan terhadap penyakit (epidemiologi analitik);
f. Varians dan ukuran populasi

e. Rumus Besar Sampel

Menetukan ukuran sampel menurut para ahli :

1) Slovin (Dalam Riduwan, 2005 : 65)

Rumus Slovin adalah sebuah rumus atau formula untuk menghitung jumlah
sampel minimal apabila perilaku dari sebuah populasi tidak diketahui secara pasti.
Rumus ini pertama kali diperkenalkan oleh Slovin pada tahun 1960.

Dengan :

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang


bisa ditolerir, misalnya 5%

2) Stephen Isaac & Willian B. Michael (1981:92)

Ada beberapa cara dalam menentukan ukuran sampel, seperti menggunakan


Tabel Isaac dan Michael. Semakin banyak tingkat kesalahan yang kalian gunakan
maka jumlah sampel yang kalian gunakan akan semakin sedikit. 

Dengan :

S    =    Jumlah Sampel

N   =    Jumlah Populasi

P    =    Proporsi dalam populasi (P =


0,50)

9
d    =    Ketelitian / derajad ketetapan (0,05)

X2  =    Nilai table chisquare untuk µ tertentu (X2 =3,841 taraf signifikansi 95 %)

C. Teknik Sampel
a. Teknik Sampling Probabilitas

Dalam sampling probabilitas, subyek diturunkan dari populasi yang lebih besar
dengan sejumlah cara dimana probabilitas pemilihan anggota populasi diketahui.
Sampling jenis ini dilakukan untuk mendapatkan kebenaran dalam suatu populasi
melalui kelompok subyek yang lebih kecil (sampel) secara efisien. Ini berarti apa
yang tergambar dari sampel, juga berlaku pada seluruh populasi. Dibawah ini
disajikan macam-macam sampling probabilitas, yaitu:

1) Sampling Acak Sederhana (Simple Random Sampling)

Dalam sampling acak sederhana, semua individu memiliki kemungkinan


kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai subyek. Metode ini sering digunakan
dalam populasi yang kecil. Sebagai contoh, tipe yang paling sering dijumpai dalam
sampling acak sederhana adalah dengan mengundi nama. Dalam populasi yang lebih
besar, sangat penting sekali untuk menggunakan cara yang lebih baik, misalnya
dengan menggunakan tabel nomor acak.

Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika populasinya homogen dan analisis
penelitiannya cenderung deskriptif dan bersifat umum. Prosedurnya :

- Susun sampling frame


- Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil
- Tentukan alat pemilihan sampel
- Pilih sampel sampai dengan jumlah terpenuhi

Contoh pengambilan sampel metode acak sederhana : Dalam suatu penelitian


dibutuhkan 30 sampel, sedangkan populasi penelitian berjumlah 100 orang.
Selanjutnya peneliti membuat undian untuk mendapatkan sampel pertama.

10
2) Sampling Sistematis (Sistematis Random Sampling)

Dalam sampling sistematis, masing-masing elemen dipilih dari suatu daftar


seluruh elemen di dalam populasi, dimulai dengan suatu elemen yang dipilih secara
acak.

Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak memiliki
alat pengambilan data secara random, cara pengambilan sampel sistematis dapt
digunakan. Prosedurnya :

- Susun sampling frame


- Tetapkan jumlah sampel yang ingin diambil
- Tentukan K (kelas interval)
- Tentukan angka atau nomor awal di antara kelas interval tersebut secara acak
atau random
- Mulailah mengambil sampel dimulai dari angka atau nomor awal yang terpilih
- Pilihlah sebagai sampel angka atau nomor interval berikutnya

Contoh sampel sistematis adalah pengambilan sampel pada setiap orang ke-10


yang datang ke puskesmas. Jadi setiap orang yang datang di urutan 10,20,30 dan
seterusnya maka itulah yang dijadikan sampel penelitian.

3) Sampling Bertingkat (Stratified Random Sampling)

Teknik sampling bertingkat/berstrata, atau stratified sampling adalah cara


memilih sampel dengan cara yang sedemikian rupa sehingga peneliti yakin semua
kelompok dalam populasi terwakili dalam sampel yang terpilih. Dalam teknik ini
populasi dibagi ke dalam beberapa sub group atau strata, sesuai dengan variabel
yang telah ditentukan oleh peneliti (misal sekolah, kelas, jenis kelamin, umur, dan
sebagainya).

4) Sampling Claster

11
Sampling klaster sama dengan sampling bertingkat dalam hal kelompok
individu yang ditentukan dari populasi, dan subyek diambil dari kelompok tersebut.
Hanya saja sebagai unit sample tersebut adalah kelompok, misalnya sekolah, kelas,
dan wilayah, dan bukan individu. Dalam menggunakan teknik ini, peneliti pertama-
tama memilih unit (kelompok individu) secara acak. Bila unit telah terpilih, individu
yang menjadi anggota unit tersebut secara otomatis dijadikan suyek penelitiannya.

b. Teknik Sampling Nonprobabilitas

Jika sampel probabilitasnya tidak diperlukan atau tidak sesuai, maka biasanya
digunakan sampling nonprobabilitas. Sampling nonprobabilitas tidak menggunakan
sampling acak jenis apapun. Peneliti biasanya menggunakan subyek yang mudah
didatangi atau yang mewakili sejumlah karakteristik tertentu. Ada tiga macam
sampling probabilitas, yaitu:

1) Sampling berkesesuaian (accidental sampling)

Dalam teknik ini pengambilan sampel tidak ditetapkan terlebih dahulu. Peneliti
langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang ditemui. Dalam hal ini satu
group dapat digunakan sebagai sampel. Misalnya, penelitian tentang pendapat umum
mengenai pemilu dengan mempergunakan setiap warga negara yang telah dewasa
sebagai unit sampling. Peneliti mengumpulkan data langsung dari setiap orang
dewasa yang dijumpainya, sampai jumlah yang diharapkan terpenuhi.

2) Sampling bertujuan khusus (purposive sampling)

Pemilihan sampel dalam sampling jenis ini didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang
dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah
diketahui sebelumnya. Berdasarkan pengetahuan peneliti terhadap populasi, penilaian
harus diberikan untuk menentukan kelompok mana yang akan dijadikan sampel yang
dapat memberikan informasi terbaik sejalan dengan topik penelitian. Sebagai contoh,
pada penelitian tentang pengajaran efektif, akan lebih efektif mengamati guru yang
telah berpengalaman dibandingkan dengan mengamati sejumlah sampel dari beberapa
guru. Untuk mempelajari efektivitas sekolah, akan lebih efektif dilakukan dengan

12
mewawancarai pegawai inti, bila dibandingkan dengan mengambil sampel acak dari
seluruh pegawai sekolah.

3) Sampling kuota (quota sampling)

Dalam teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi


diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan memberikan
jatah atau quota tertentu pada setiap kelompok. Sampling kuota diambil bila peneliti
tidak mampu menggunakan sampling probababilitas, namun masih sempat memilih
subyek pada sejumlah karakter tertentu dari populasi. Sejumlah kuota ditentukan agar
sampel dapat mewakili populasi berdasarkan karakteristiknya seperti kuota yang
mencakup gender, ras, usia, tingkat pendidikan, posisi, dan lokasi geografis.

13

Anda mungkin juga menyukai