Pengertian
Pemeriksaan fungsi adalah pemeriksaan yg dilakukan tehdp alatt gerak tubuh melalui suatu
gerakan tertentu dalam rangka menegakkan Diagnostik dan problematik FT pada regio (alat
Gerak) tubuh yang mengalami gangguan fungsi.
Pemeriksaan fungsi mrpkn pemeriksaan yang bersifat objektif (Objective Examination).
Tes Orientasi
Pemeriksaan yg dilakukan oleh fisioterapis untuk memprovokasi struktur contractil secara pasif
yang mengalami gangguan pada regio yg diperiksa tanpa melibatkan myotendinogen secara aktif.
Pemeriksaan Fungsi Dasar (PFD) Gerakan Test Isometrik Melawan Tahanan (TIMT)
Aktualitas Lesi
Stadium I
Aktualitas rendah
Tdk ada nyeri saat rest
Saat berakvts tdk tmbl nyeri
Nyeri yg ada hanya lokal
Tdak ada ksn oedema dan kmrhn
Pd PFD pasif timbul nyeri pd akhir grkn
Pd PFD TIMT nyeri tibmul jika diulang tanpa diikuti kelmhn
Pd palpasi dpt timbul nyeri pada dearah lesi saja.
Stadium II
Aktualitas sedang
Stadium III
Aktualitas tinggi
nyeri pd saat rest
Nyeri saat beraktivitas
Timbul akibat pembbnan/tknan
Reffered pain ; kuatnya stimulir, terlibatnya struktur dermatom, kedlman sruktur yg terganggu,
ketrlibtn jrgn : kapsul, ligamen, otot, tendo, bursa, nervus, tlng dan periousteum.
Oedema & kemerhn
Kap Patron ; defence musculair + nyeri,
Nyeri pd berbagi Grkn TIMT + melemh.
Nyeri pada palpasi struktur yg terganggu.
Catatan :
“Materi ini adalah materi dasar2 yang harus diketahui sebelum masuk pemeriksaan setiap regio. Dimulai dari
Anamnesis, Inspeksi, Tes orientasi, Pemeriksaan fungsi (Aktif, Pasif, TIMT) pada saat anda melakukan
pemeriksaan, harus tahu apa tujuanya, cara pelaksanaannya (teknikx) informasi apa yang didapat, kemudian
diinterpretasikan minggu depan kita mulai region HIP.”
Pertemuan II
Hip joint adalah sendi multiaxial ball-and-socket joint atau sendi peluru, yang memungkinkan
terjadinya gerakan ke beberapa arah. Sendi hip dibentuk oleh caput femur yang konveks bersendi dengan
acetabulum yang konkaf. Acetabulum terbentuk dari penyatuan os ilium, ischium, dan pubis, kadang-
kadang disebut tulang innominata atau pelvis. Sendi hip memiliki stabilitas yang kuat karena kedalaman
atau kedudukan dari caput femor di dalam acetabulum serta memiliki kapsul yang kuat dan otot-otot yang
sangat kuat yang mengontrol aktivitas sendi hip.
ligamen yang
memperkuat sendi
hip.
Terdapat beberapa
bursa.
STRUKTUR
TULANG DAN
SENDI ( dari arah belakang )
3. INSPEKSI STATIS
PEMERIKSAAN FUNGSI
1. Quick Test/Orientasi
a. DALAM POSISI BERDIRI (Lumbopelvicrythen)
Lakukan gerakan aktif fleksi- ekstensi lumbal serta aktif lateral fleksi kiri-kanan.
1. Gait Analysis: (Perhatikan rhythm, jarak kaki, phase, kecepatan dan lain-lain)
2. Squat and bouncing : (Jika memungkinkan)
b. Pemeriksaan Fungsi Dasar
1. Gerakan Aktif : Fleksi, Ekstensi, Abduksi, Adduksi, Exorotasi, Endorotasi. (Perhatikan
koordinasi gerak, pola gerak, nyeri, ROM aktif).
2. Gerakan Pasif : Semua gerakan diatas . Perhatikan end feel, ROM pasif, Nyeri, stabilitas
sendi, capsular pattern.
2. Tes Trendelenburg
3. Approximation/transverse posterior
stress
4. Pasif fleksi hip Pemeriksaan pasif selalu ditujukan untuk struktur artrogrn dan myotendinogen.
Selalu diingat kira2 informasi apa yg didapat setiap gerakan yang dilakukan. ROM pasif,
stabilitas sendi yang ada kaitannya dengan ligamenm Rasa nyeri, pada akhir Gerakan pasif
rasakan end feelnya dan jika ada kaku sendi ada gangguan capsul sendi .
5. Pasif endorotasi-eksorotasi hip
6. Pasif abduksi-adduksi hip
Tujuan :
Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi kekuatan musculus gluteus medius apakah normal atau
tidak.
Caranya :
1) Pemeriksa berdiri dibelakang pasien.
2) Kemudian mintalah pasien untuk berdiri satu kaki.
Interpretasi :
Normal : Jika pasien dapat berdiri tegak, musculus gluteus medius pada tungkai akan
berkontraksi dan menyangga saat tungkai terangkat. Letak pelvic sejajar.
Positif : Akan terlihat garis pantat turun pada kaki yang diangkat pada pasien dengan
kelemahan pada m. gluteus minimus.
2. Tes OBER (untuk kontraksi iliotibial band )
Tujuan :
Untuk mengetahui kontraksi iliotibialis apakah normal atau tidak.
Caranya :
1) Pasien tidur miring, abduksikan kaki sejauh mungkin dan fleksikan knee 90 ˚ sambil terapis
memegang hip joint pada posisi netral untuk merileksasikan traktus iliotibial.
2) Kemudian lepaskan tungkai yang diabduksikan tadi.
Interpretasi :
Tujuan :
Mengetahui adakah kelainan pada sacro iliaca joint atau Ligamen. posterior sacroiliaca joint atau
tidak.
Caranya :
1) Pasien tidur miring dan tangan terapis berada region pelvis.
2) Setelah itu lakukan kompresi.
Interpretasi :
Positif : Jika terasa nyeri maka hasil pemeriksaan positif adanya kelainan pada sacro iliaca
joint atau Ligamen. posterior sacroiliaca joint.
Tujuan :
Mengetahui kelainan di group adductor atau Lig. anterior hip, atau ligament Anterior Sacroiliaca
Joint.
Caranya ;
1) Pasien tidur terlentang
2) Calcaneus menyentuh patella
3) Tangan pemeriksa berada di SIAS dan bagian medial dari knee.
4) Setelah itu lakukan kompresi,
Interpretasi :
Normal: Jika pasien tidak merasa nyeri saat terapis melakukan kompresi
Positif : Apabila terjadi nyeri maka positif
6. Tes Anti Patrick
Tujuan :
Untuk mengetahui apakah terjadi kelainan pada Lig. Posterior Sacroiliaca Joint.
Caranya :
1) Pasien tidur terlentang dan kaki internal rotasi.
2) Tangan terapis memegang pergelangan kaki dan bagian lateral dari knee.
3) Setelah itu lakukan penekanan.
Interpretasi :
Positif : Apabila terjadi nyeri maka terjadi kelainan pada Lig. Posterior Sacroiliaca Joint.
7. Ely's test
Tujuan :
Tes ditujukan untuk mengidentifikasi adanya kontraktur atau thigtness pada otot Rectus Femoris.
Caranya :
1) Posisi Pasien prone lying dengan posisi kedua tungkai lurus.
2) Tempatkan satu tangan Anda Pada lower back Pasieb, dan tangan satunya menggenggam
ankle Pasien pada tungkai yang di test.
3) Selanjutnya, secara pasif fleksikan knee pasien. Pastikan tumit Pasien menyentuh pantat.
4) Bandingkan dengan tungkai yang satunya.
Interpretasi :
Test positif ketika tumit Pasien tidak dapat menyentuh pantat, hip dari tungkai yang di test tidak
menyentuh bed, dan Pasien merasakan nyeri atau kesemutan di punggung bawah atau di tungkai.
8. Thomast Test
Tujuan :
Test ditujukan untuk mengidentifikasi adanya kontraktur atau thigtness pada group otot Iliopsoas.
Caranya :
1) Posisi Pasien terlentang dengan posisi kedua tungkai lurus.
2) Mintailah Pasien untuk memfleksikan salah satu knee dan menariknya ke dada sedekat
mungkin, menggunakan kedua tangannya. Tungkai yang satunya tetap dalam posisi ekstensi
dan tetap kontak penuh dengan bed.
3) Pastikan bahwa lumbar spine tetap rata dan bersentuhan dengan bed selamat test.
Interpretasi :
Test positif jika Pasien tidak mampu mempertahankan lower back dan sacrum tetap kontak
terhadap bed, atau terjadi ekstensi hip lebih dari 15 derajat.
Indikasi kontraktur atau thigtness group otot Iliopsoas.
KNEE JOINT
Pertemuan III
Sendi lutut/knee joint merupakan sendi terbesar pada tubuh, sendi ini merupakan modified hinge
joint dengan dua derajad kebebasan. Sendi lutut dibentuk oleh tiga buah tulang yaitu; femur, tibia dan
patella dengan tiga permukaan artikular, dua diantara femur dan tibia dan satu diantara femur dan patella.
Bentuk sendi lutut diimbangi dengan adanya dua meniscus yaitu meniscus
medial ( bentuk C ) dan meniscus lateral (bentuk O) yang terletak diantara femur dan tibia. Selama terjadi
gerakan fleksi dan ekstensi kedua meniscus bergerak ke posterior. Meniscus lateral lebih banyak bergerak
dibanding meniscus medial.
Otot quadriceps dan tendonnya, patella serta ligamentum patella. Pada saat terjadi gerakan fleksi
dan ekstensi poros sendi lutut tidak menetap, dimana pada saat ekstensi, femur akan bergerak
kearah belakang jika dilihat dari aspek tibia dan pada saat fleksi, femur akan bergerak kearah
depan.
Mobilitas dan stabilitas sendi lutut sebagian ditentukan oleh :
- m.quadriceps femoris, sebagai ekstensor
- m.hamstring, m.garcilis dan m. sartorius yang berperan saat fleksi lutut. Otot-otot ini
juga mempunyai fungsi pada sendi hip
- Pes anserinus superficial
- Pes anserinus profundus
- M. biceps femoris, M.Poplitea
ANAMNESIS
ANAMNESIS
INSPEKSI
Perhatikan kelainan-kelainan dalam pola berjalan pasien, ketika pasien berjalan masuk keruangan.
Pada saat pasien berdiri perhatikan kesejajaran kedua lutut, posisi kedua tungkai bawah dan kaki,
posisi kedua patella serta kontur otot .
PEMERIKSAAN FUNGSI
Pemeriksaan fungsi pada sendi lutut didahului dengan melakukan palpasi, untuk mengetahui suhu
sendi lutut serta adanya hydrops dan atau pembengkakan. Suhu sendi lutut biasanya lebih dingin
dibanding suhu perut otot yang ada disekitarnya.
PEMERIKSAAN FUNGSI
Pasif ekstensi
pasif eksorotasi-
endorotasi
Pasif valgus
Pasif varus
Shift anterior
Shift posterior
Resisted ekstensi
Resisted fleksi
Pertemuan V
1. Palpasi :
Bonny palpation
Joint palpation
Muscle palpation
A. Stabilitas Tes
a. Hiper-Ekstensi
Hiper-Ekstensi
Lakukan gerakan hiperekstensi secara
pasif pada knee joint.
Tujuan : mengetahui adanya kelainan
ligamen cruciatum anterior.
b. Gravity Sign
Pasien terlentang, fisioterapis
mengangkat kedua kaki penderita
hingga knee joint 90 derajat. Satu
tangan menyanggah pada tumit
pasien & tangan lainnya pada
kedua lutut. Perhatika tuberositas
tibiae, normal bila keduanya
sejajar.
Tujuan : mengetahui kelainan pada
ligamen cruciatum posterior.
c. Shif Anterio-Posterior/Laci Sorong
Posisi pasien terlentang, knee joint
fleksi sekitar 70 derajat. Lakukan
tarikan/dorongan pada os tibia.
Perhatikan gerakan translasi yang
terjadi.
Tujuan : shif anterior untuk
mengetahui kelainan pada ligamen
cruciatum anterior begitu juga
sebaliknya.
d. Lachmann Test
Posisi pasien terlentang dengan
knee joint fleksi sekitar 10-20
derajat. Kedua tangan fisioterapis
pada os tibia bagian posterior.
Lakukan tarikan ke depan,
perhatikan gerakan pada os tibia.
Tujuan : mengetahui
kelainan/ruptur pada ligamen
cruciatum anterior.
e. Hipermobiltas Varus-Valgus
Posisi pasien terlentang dengan
kaki yang diperiksa berada di luar
bed. Letakkan tangan pada medial
knee sebagai fiksator & tangan
lainnya pada ankle. Lakukan
tekanan kedalam pada tangan yang
berada di ankle untuk stabilitas
Varus. Lakukan sebaliknya untuk
stabilitas Valgus.
Tujuan : mengetahui kelainan pada
ligamen collateral lateral &
collateral medial knee.
B. PEMERIKSAAN SPESIFIK
c. Clarkes Sign
Posisi pasien terlentang dengan
knee lurus, lakukan penekanan ke
dorsal pada os patella. Pasien
diminta lakukan kontraksi pada
m.rectus femoris/gerakan
mengangkat patella ke atas.
Tujuan : mengetahui adanya
kelainan pada permukaan cartilago
patella femoral joint.
C. Fluctuation Test
Ibu jari dan jari telunjuk dari satu tangan diletakkan disebelah kiri dan disebelah kanan
patella. Bila sesekali lagi proc. Suprapatellaris dikosongkan memakai tangan lain, maka ibu jari
dan jari telunjuk seolah-olah terdorong oleh perpindahan cairan itu. Bila ada cairan dalam lutut
yang melebihi normal maka tes tersebut akan positif.
D. Ballotement test
Ressesus patellaris dikosongkan dengan menekan menggunakan satu tangan , sementara
jari-jari tangan lainnya menekan patella kebawah. Bila banyak cairan dalam lutut maka patella
akan terangkat dan memungkinkan sedikit ada cairan.
E. Pemeriksaan Neurologi
Refleks (KPR :L3, Medial Hamstring : L5).
Dermatom test.
Myotom test.
F. Pemeriksaan Tambahan
X-Ray
Laboratorium