Anda di halaman 1dari 24

Pemeriksaan Fungsi

Pertemaun I /04 mei 2020

Pengertian

 Pemeriksaan fungsi adalah pemeriksaan yg dilakukan tehdp alatt gerak tubuh melalui suatu
gerakan tertentu dalam rangka menegakkan Diagnostik dan problematik FT pada regio (alat
Gerak) tubuh yang mengalami gangguan fungsi.
 Pemeriksaan fungsi mrpkn pemeriksaan yang bersifat objektif (Objective Examination).

Tes Orientasi

 Pemeriksaan singkat & terarah dari regio tertentu

 Mengungkapkan keluhan pd anggota gerak baik secara segmental maupun regional

 Dilakukan secara cepat dan singkat

 Untuk memperoleh kesan umum

 Melibatkan banyak gerakan dan sendi

Pelaksanaan Tes Orientasi Pada Regio Persendian

Cervical shoulder elbow wrist


Kedua lengan Gerakkan tangan Gerakkan tgn ke Mengambil benda dgn berbagai
diabdksikan ke atas, mendekati scapula, mulut, ukuran, gerakkan ibu jari ke arah jari
kemudian diikuti grkn gerakan menyisir menggenggam, II-V, kepalkan dan buka jari-jari,
kepala menoleh ke rambut, menopang menopang dgn grkn menutup dan membuka kunci,
samping ki/ka, ataumenggantung elbow sdkt flexi. menopang dgn kedua tgn terbuka di
menunduk dan meja.
menengadah

Hip Knee Ankle


Berjalan, jongkok, anteflexi trunk, Berjalan, jongkok, melompat Berjalan, menjinjit, berdiri dgn satu
extensi trunk, berdiri dgn kaki dgn satu kaki, berlutut, kaki, bertumit, melompat dgn satu
melebar, berdiri dgn satu kaki, berdiri dgn tumit. kaki, jongjok dgn bdn condong
melompat dgn satu kaki, berdir dgn kedepan
tumit
PEMERIKSAAN FUNGSI DASAR
 Pemeriksaan alat gerak tubuh dengan cara melakukan gerakan fungsional dasar pada regio
tertentu untuk mengetahui kelainan struktural regio tertentu.
 Untuk mengetahui kelainan secara umum dari struktur Neuromuskular – Myotendinogen -
Artrogen – Vegetative.

Pemeriksaan Fungsi Dasar (PFD) Gerakan Aktif

 Pemeriksaan yg dilakukan dgn meminta kepada pasien/klien untuk menggerakkan persendian


secara aktif pada regio yg diperiksa.

Pengertian umum Petunjuk pelaksanaan komponen Informasi global


 Untuk  Dimulai dari  Luas Grkn  Normal
memperoleh posisi anatomis  Kordinasi grkn  Terbatas ; satu,
informasi umum  Pendrt aktif  Nyeri beberapa atau
ttg NMAV melakukan grkn  Suara semua arah
 Gerakan lokal dan  Pola Grkn  Hipermobil ; satu,
lokal/dasar pd anatomis beberapa atau semua
regio yg  Grkn dilakukan  Kekuatan Otot arah
diperiksa max 3 kali ulgn  Normal, kurang / tdk
terkoordinir
 Instruksi harus  Lokalisasi, sifatnya ;
jelas terbakar, menjalar,
menusuk dll.
 Krepitasi, klik
 Normal , tidak normal,
sesuai dgn SFTR

 Normal atau melemah

Pemeriksaan Fungsi Dasar (PFD) Gerakan Pasif

 Pemeriksaan yg dilakukan oleh fisioterapis untuk memprovokasi struktur contractil secara pasif
yang mengalami gangguan pada regio yg diperiksa tanpa melibatkan myotendinogen secara aktif.

Pengertian umum Petunjuk pelaksanaan komponen Informasi global


Untuk  Dimulai dari  Luas Grkn  Normal
memperoleh posisi anatomis  Nyeri  Terbatas ; satu, beberapa atau
informasi umum dan rileks  Suara semua arah
ggan/kelainan  Grkn dilakukan  End feel  Hipermobil ; satu, beberapa atau
struktur max 3 kali ulgn  Tonus Otot semua arah
myotendinogen  Pada akhir grkn  Kapsular  Lokalisasi, sifatnya ; terbakar,
dan artrogen beri penekanan patron menjalar, menusuk dll., waktu
secara pasif. untuk menilai  Stabilitas sendi timbulnya ; tergntung tipe
end feel.  Daya ulur otot aktualisasi lesi
 Krepitasi, klik
 Elastis, keras, lunak
 Atonis, hipo/hipertonus, spasme
 Kapsulair/non kapsulair
 Instabil/hipo-hipermobile
 Normal, kontraktur

Pemeriksaan Fungsi Dasar (PFD) Gerakan Test Isometrik Melawan Tahanan (TIMT)

 Pemeriksaan yg ditujukan pd musculotendinogen dan neurogen dimana penderita harus melawan


tahanan/dorongan tanpa diikuti gerakan dari sendi yg diperiksa.

Pengertian umum Petunjuk pelaksanaan komponen Informasi global


Untuk memperoleh  Dimulai dari posisi  Nyeri dan Lesi pd muskulotendinogen
informasi umum loose pack kekuatan app, neurogen lesi, akut lesi,
ggan/kelainan  Thnan diberikan secara otot kelainan patologi serius,
struktur manual 6 – 8 dtk dgn 8 psikogen, ggan arterial, ruptur
myotendinogen dan kali kontraksi. muskulotendinogen.
neurogen dgn cara  Bandingkan dgn yg
memprovokasi sehat
struktur tersebut

Aktualitas Lesi

Stadium I

 Aktualitas rendah
 Tdk ada nyeri saat rest
 Saat berakvts tdk tmbl nyeri
 Nyeri yg ada hanya lokal
 Tdak ada ksn oedema dan kmrhn
 Pd PFD pasif timbul nyeri pd akhir grkn
 Pd PFD TIMT nyeri tibmul jika diulang tanpa diikuti kelmhn
 Pd palpasi dpt timbul nyeri pada dearah lesi saja.

Stadium II

 Aktualitas sedang

 Tanda dan gejala merupakan peralihan antara stadium I ke III

Stadium III

 Aktualitas tinggi
 nyeri pd saat rest
 Nyeri saat beraktivitas
 Timbul akibat pembbnan/tknan
 Reffered pain ; kuatnya stimulir, terlibatnya struktur dermatom, kedlman sruktur yg terganggu,
ketrlibtn jrgn : kapsul, ligamen, otot, tendo, bursa, nervus, tlng dan periousteum.
 Oedema & kemerhn
 Kap Patron ; defence musculair + nyeri,
 Nyeri pd berbagi Grkn TIMT + melemh.
 Nyeri pada palpasi struktur yg terganggu.

Interpretasi PFD Gerakan Pasif


Interpretasi PFD Grkn TIMT

Kekuatan otot Nyeri Interprestasi


Normal Nyeri negative Tdk ada ggan struktur
Normal Nyeri positif Lesi ringan dri dr muskulotendinogen
Melemah Nyeri positif - Lesi brt dr muskulotendinogen p
- Ruptur parsial
- Akut tendinitis
- Lesi berat/serius ; fraktur, ca-
matastase
Melemah-Negatif Nyeri negative - Lesi neurogen ; paresis
- Ruptur muskulotendinogen ; total,
parsial repairing
Melemah-Negatif PFD TIMT nyeri - Lesi berat/serius ; fraktur, metastase
- Lesi akut ; bursitis
- Psikogen
Normal Nyeri saat test diulang - Ggan arteri
- Ggan musculotendinogen stadium I

Pemeriksaan PFD Pada Tiap Regio

Regio Komponen Gerak


Aktif Pasif TIMT
Thoracal VentralFlexi VentralFlexi VentralFlexi
Dorsalflexi Dorsalflexi Dorsalflexi
Lateral flexi Ki/Ka Lateral Flexi Ki/Ka Lateral Flexi Ki/Ka
Rotasi Ki/Ka Rotasi Ki/Ka Rotasi Ki/Ka
Rib Motion
Expansi Thorax
Lumbal VentralFlexi VentralFlexi VentralFlexi
Dorsalflexi Dorsalflexi Dorsalflexi
Lateral Flexi Ki/Ka Rotasi Ki/Ka Lateral Flexi Ki/Ka
Rotasi Ki/Ka Lateral Flexi Ki/Ka Rotasi Ki/Ka
Pelvis Ventralflexi, dorsalflexi, rotasi, Approximation test Ventralflexi
lateral flexi trunk Gapping test Flexi hip
Flexi-abd-add-extension-medial- Sacroiliaca rocking Abduksi hip
lateral rotasi hip Sacral apex pressure Adduksi hip
Fenomena Vorlauff Extensi hip
Fenomena Rucklauff
Lateroflexi Ki/Ka
Hip Duduk : Endo-Exorotasi Flexi – HiperExtensi Flexi – Extensi
Baring : Flexi-Extensi-Abd-Add Abduksi – Adduksi Adduksi – Abduksi
Exo - endorotasi (S = 90o) Exorotasi – Exorotasi
Endorotasi - Exorotasi Extensi – Flexi Knee
Knee Duduk : Exo – Endorotasi Flexi – Extensi Fleksi
Baring : Flexi – Extensi Endo – Exorotasi (S = 90o) Ekstensi
Abduksi (F = 0o & 30o)
Adduksi (F = 0o &30o)
Ankle Duduk : Supinasi Berdiri dgn satu kaki
DIP/PIP/MTP : Flexi-Extensi Plantarflexi/Add/Supinasi Dorsalflexi
Talocrural : Plantar-Dorsalflexi Plantarflexi/abd/pronasi Plnatarflexi
Subtalar : inversi-eversi Pronasi-Supinasi Supinasi
Talocruralis : plantar-dorsalflexi Pronasi
Subtalar : inversi-eversi Jari-jari : flexi-extensi
DIPI/PIP/MTP : flexi-extensi

Catatan :

“Materi ini adalah materi dasar2 yang harus diketahui sebelum masuk pemeriksaan setiap regio. Dimulai dari
Anamnesis, Inspeksi, Tes orientasi, Pemeriksaan fungsi (Aktif, Pasif, TIMT) pada saat anda melakukan
pemeriksaan, harus tahu apa tujuanya, cara pelaksanaannya (teknikx) informasi apa yang didapat, kemudian
diinterpretasikan minggu depan kita mulai region HIP.”

PEMERIKSAAN HIP JOIN

Pertemuan II

Hip joint anatomi fisiologi

Hip joint adalah sendi multiaxial ball-and-socket joint atau sendi peluru, yang memungkinkan
terjadinya gerakan ke beberapa arah. Sendi hip dibentuk oleh caput femur yang konveks bersendi dengan
acetabulum yang konkaf. Acetabulum terbentuk dari penyatuan os ilium, ischium, dan pubis, kadang-
kadang disebut tulang innominata atau pelvis. Sendi hip memiliki stabilitas yang kuat karena kedalaman
atau kedudukan dari caput femor di dalam acetabulum serta memiliki kapsul yang kuat dan otot-otot yang
sangat kuat yang mengontrol aktivitas sendi hip.

PERBEDAAN DAN PERSAMAAN ANTARA SENDI BAHU DAN SENDI HIP

 ligamen yang
memperkuat sendi
hip.

 Terdapat beberapa
bursa.

STRUKTUR
TULANG DAN
SENDI ( dari arah belakang )

- The posterior superior iliac spine


- The greater trochanter
- The ischial tuberosity
- The sacroiliac joint
ASSESMENT
1. ANAMNESIS
2. INSPEKSI DINAMIS
Inspeksi pada hip dimulai ketika pasien berjalan masuk ke ruangan. Observasi terhadap dua fase
berjalan :
- Stance (kiri) dan swing (kanan)

3. INSPEKSI STATIS

1. Tampak Depan 2. Tampak Belakang


a. Ekspresi wajah a. Postur, Scoliosis
b. Postur b. SIPS
c. Keadaan berdiri pasien c. m.gluteus maximus
d. Warna dan tekstur kulit d. m.Ekstensor lumbal
e. Crista iliaca/posisi pelvic e. m.Hamstring
f. SIAS 3. Tampak Samping
g. m. rectus femoris. Postur : Kyposis,lordosis
h. Antalgic posisi. Kelainan postur yang lain

PEMERIKSAAN FUNGSI
1. Quick Test/Orientasi
a. DALAM POSISI BERDIRI (Lumbopelvicrythen)
Lakukan gerakan aktif fleksi- ekstensi lumbal serta aktif lateral fleksi kiri-kanan.

1. Gait Analysis: (Perhatikan rhythm, jarak kaki, phase, kecepatan dan lain-lain)
2. Squat and bouncing : (Jika memungkinkan)
b. Pemeriksaan Fungsi Dasar
1. Gerakan Aktif : Fleksi, Ekstensi, Abduksi, Adduksi, Exorotasi, Endorotasi. (Perhatikan
koordinasi gerak, pola gerak, nyeri, ROM aktif).
2. Gerakan Pasif : Semua gerakan diatas . Perhatikan end feel, ROM pasif, Nyeri, stabilitas
sendi, capsular pattern.

2. Tes Trendelenburg

Tes ini harus memperhatikan :

 Tujuannya untuk apa


 Caranya
 Setiap Gerakan harus ada interpretasi

DALAM POSISI TERLENTANG

1. Straight leg raising test


2. Gapping test (distraction
test)/transverse anterior stress.

3. Approximation/transverse posterior
stress

4. Pasif fleksi hip Pemeriksaan pasif selalu ditujukan untuk struktur artrogrn dan myotendinogen.
Selalu diingat kira2 informasi apa yg didapat setiap gerakan yang dilakukan. ROM pasif,
stabilitas sendi yang ada kaitannya dengan ligamenm Rasa nyeri, pada akhir Gerakan pasif
rasakan end feelnya dan jika ada kaku sendi ada gangguan capsul sendi .
5. Pasif endorotasi-eksorotasi hip
6. Pasif abduksi-adduksi hip

TIMT : Memperhatikan persyaratan :


1. Posisi
2. Sendi pada posisi Loose pack
position(LPP)
3. Tahanan dengan manual
4. Setiap kontraksi 6-8 detik, diulang
1-6 kali kontraksi
5. Selalu membandingkan yang
sehat

7. TIMT/RIM fleksi hip


8. TIMT/RIM abduksi-adduksi hip

DALAM POSISI TENGKURAP

Skema interpretasi pemeriksaan fungsi hip joint Dalam posisi terlentang :


 Lumbal dan sakroiliaka • Pasif fleksi
 Dalam posisi beridir (duduk jk perlu): • Pasif endorotasi
 Aktif fleksi • Pasif eksorotasi
 Aktif lateral fleksi kanan-kiri • Pasif abduksi
• RIM fleksi
 Aktif ekstensi • RIM abduksi
Jika ada kelainan: pemeriksaan lengkap lumbal + • RIM adduksi
SI • Dalam posisi tengkurap :
 Dalam posisi terlentang : • Pasif ekstensi
 Kompresi SIAS • Pasif endorotasi kiri-kanan bersamaan
 Straight leg raising • RIM ekstensi
 Sendi hip • RIM eksorotasi
 Dalam posisi berdiri : Trendelenburg • RIM endorotasi
• RIM fleksi knee
• RIM ekstensi knee
• Pembatasan gerak  
• Pola kapsular (endo): arthrosis, arthritis
• Bukan pola kapsular: mis, corpus liberu, m.iliopsoas, mm.glutei, m.tensor fascia latae
• otot –otot adductor 
• pengedangan simpai sendi,m.rectus femoris,m.iliopsos, mm.glutei
• otot-otot eksorotator, otot-otot endorotator, hamstring dan m.rectus femoris
TUGAS
Pertemuan III

Pemeriksaan Spesifik Pada Regio Hip Joint


1. Tes Trendelenburg

Tujuan :
Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi kekuatan musculus gluteus medius apakah normal atau
tidak.
Caranya :
1) Pemeriksa berdiri dibelakang pasien.
2) Kemudian mintalah pasien untuk berdiri satu kaki.

Interpretasi :

 Normal : Jika pasien dapat berdiri tegak, musculus gluteus medius pada tungkai akan
berkontraksi dan menyangga saat tungkai terangkat. Letak pelvic sejajar.
 Positif : Akan terlihat garis pantat turun pada kaki yang diangkat pada pasien dengan
kelemahan pada m. gluteus minimus.
2. Tes OBER (untuk kontraksi iliotibial band )

Tujuan :
Untuk mengetahui kontraksi iliotibialis apakah normal atau tidak.
Caranya :
1) Pasien tidur miring, abduksikan kaki sejauh mungkin dan fleksikan knee 90 ˚ sambil terapis
memegang hip joint pada posisi netral untuk merileksasikan traktus iliotibial.
2) Kemudian lepaskan tungkai yang diabduksikan tadi.

Interpretasi :

 Normal : pasien masih bisa mempertahankan posisi tersebut.


 Positif : pasien tidak bisa mempertahankan posisi tersebut.
3. Tes Gapping Anterior
Tujuan :
Untuk mengetahui apakah ada kelainan pada sacro iliaca joint atau lig. Anterior Sacroiliaca Joint.
Caranya :
1) Pasien berbaring terlentang dan tangan terapis bersilangan di SIAS.
2)  Setelah itu lakukan kompresi.
Interpretasi :
 Positif : Terjadi nyeri maka positip kelainan pada sacro iliaca joint atau lig. Anterior
Sacroiliaca Joint.

4. Tes Gapping Posterior

Tujuan :
Mengetahui adakah kelainan pada sacro iliaca joint atau Ligamen. posterior sacroiliaca joint atau
tidak.
Caranya :
1) Pasien tidur miring dan tangan terapis berada region pelvis.
2) Setelah itu lakukan kompresi.
Interpretasi :
 Positif : Jika terasa nyeri maka hasil pemeriksaan positif adanya kelainan pada sacro iliaca
joint atau Ligamen. posterior sacroiliaca joint.

5. Test Patrick (Fabere Test)

Tujuan :
Mengetahui kelainan di group adductor atau Lig. anterior hip, atau ligament Anterior Sacroiliaca
Joint.
Caranya ;
1) Pasien tidur terlentang
2) Calcaneus menyentuh patella
3) Tangan pemeriksa berada di SIAS dan bagian medial dari knee.
4) Setelah itu lakukan kompresi,

Interpretasi :

 Normal: Jika pasien tidak merasa nyeri saat terapis melakukan kompresi
 Positif : Apabila terjadi nyeri maka positif
6. Tes Anti Patrick
Tujuan :
Untuk mengetahui apakah terjadi kelainan pada Lig. Posterior Sacroiliaca Joint.
Caranya :
1) Pasien tidur terlentang dan kaki internal rotasi.
2) Tangan terapis memegang pergelangan kaki dan bagian lateral dari knee.
3) Setelah itu lakukan penekanan.

Interpretasi :

 Positif : Apabila terjadi nyeri maka terjadi kelainan pada Lig. Posterior Sacroiliaca Joint.

7. Ely's test

Tujuan :
Tes ditujukan untuk mengidentifikasi adanya kontraktur atau thigtness pada otot Rectus Femoris.
Caranya :
1) Posisi Pasien prone lying dengan posisi kedua tungkai lurus.
2) Tempatkan satu tangan Anda Pada lower back Pasieb, dan tangan satunya menggenggam
ankle Pasien pada tungkai yang di test.
3) Selanjutnya, secara pasif fleksikan knee pasien. Pastikan tumit Pasien menyentuh pantat.
4) Bandingkan dengan tungkai yang satunya.

Interpretasi :

Test positif ketika tumit Pasien tidak dapat menyentuh pantat, hip dari tungkai yang di test tidak
menyentuh bed, dan Pasien merasakan nyeri atau kesemutan di punggung bawah atau di tungkai.

8. Thomast Test
Tujuan :
Test ditujukan untuk mengidentifikasi adanya kontraktur atau thigtness pada group otot Iliopsoas.
Caranya :
1) Posisi Pasien terlentang dengan posisi kedua tungkai lurus.
2) Mintailah Pasien untuk memfleksikan salah satu knee dan menariknya ke dada sedekat
mungkin, menggunakan kedua tangannya. Tungkai yang satunya tetap dalam posisi ekstensi
dan tetap kontak penuh dengan bed.
3) Pastikan bahwa lumbar spine tetap rata dan bersentuhan dengan bed selamat test.
Interpretasi :
 Test positif jika Pasien tidak mampu mempertahankan lower back dan sacrum tetap kontak
terhadap bed, atau terjadi ekstensi hip lebih dari 15 derajat.
 Indikasi kontraktur atau thigtness group otot Iliopsoas.
KNEE JOINT

Pertemuan III

Sendi lutut/knee joint merupakan sendi terbesar pada tubuh, sendi ini merupakan modified hinge
joint dengan dua derajad kebebasan. Sendi lutut dibentuk oleh tiga buah tulang yaitu; femur, tibia dan
patella dengan tiga permukaan artikular, dua diantara femur dan tibia dan satu diantara femur dan patella.
Bentuk sendi lutut diimbangi dengan adanya dua meniscus yaitu meniscus
medial ( bentuk C ) dan meniscus lateral (bentuk O) yang terletak diantara femur dan tibia. Selama terjadi
gerakan fleksi dan ekstensi kedua meniscus bergerak ke posterior. Meniscus lateral lebih banyak bergerak
dibanding meniscus medial.

LIGAMENT-LIGAMENT SENDI LUTUT

1. Ligament cruciatum anterior


2. Ligament cruciatum posterior
Kedua lig. Ini dilapisi oleh membrana synovial dan terletak diluar sendi (intra artikular tapi extra
artikular).
3. ligament collateral medial
4. Ligament collateral lateral : Mengatur sendi lutut saat bergerak ke fleksi – ekstensi

Otot quadriceps dan tendonnya, patella serta ligamentum patella. Pada saat terjadi gerakan fleksi
dan ekstensi poros sendi lutut tidak menetap, dimana pada saat ekstensi, femur akan bergerak
kearah belakang jika dilihat dari aspek tibia dan pada saat fleksi, femur akan bergerak kearah
depan.
Mobilitas dan stabilitas sendi lutut sebagian ditentukan oleh :
- m.quadriceps femoris, sebagai ekstensor
- m.hamstring, m.garcilis dan m. sartorius yang berperan saat fleksi lutut. Otot-otot ini
juga mempunyai fungsi pada sendi hip
- Pes anserinus superficial
- Pes anserinus profundus
- M. biceps femoris, M.Poplitea
ANAMNESIS

ANAMNESIS

 Usia, jabatan ,hobi, olah raga, sifat berlangsungnya keluhan.


 Rasa nyeri disebabkan pada lumbal atau sendi hip
 Dermatom-dermatom L2 dan L3 bagian depan lutut, L4 dan L5 bagian lateral, S1 dan S2 bagian
belakang, bagian medial S3.
 Jika pasien mengeluh ada rasa kaku, perlu dipikirkan adanya gangguan pada artikular seperti
arthrosis atau arthritis kronik. Gejala sendi terkunci, nyeri kejut yang amat sangat, rasa seolah
mau jatuh, karena lutut tertekuk member petunjuk adanya gangguan/cidera pada meniscus dan
corpus liberum.

INSPEKSI

 Perhatikan kelainan-kelainan dalam pola berjalan pasien, ketika pasien berjalan masuk keruangan.
Pada saat pasien berdiri perhatikan kesejajaran kedua lutut, posisi kedua tungkai bawah dan kaki,
posisi kedua patella serta kontur otot .
PEMERIKSAAN FUNGSI

Pemeriksaan fungsi pada sendi lutut didahului dengan melakukan palpasi, untuk mengetahui suhu
sendi lutut serta adanya hydrops dan atau pembengkakan. Suhu sendi lutut biasanya lebih dingin
dibanding suhu perut otot yang ada disekitarnya.

PEMERIKSAAN FUNGSI

1. Pasif fleksi end feel tissue approximation


2. Pasif ekstensi dan hiperekstensi end feel tissue stretch
3. Pasif eksorotasi dan endorotasi tissue stretch
4. Pasif varus dan valgus (lutut sedikit difleksikan)
5. Shift anterior dan posterior
6. RIM fleksi
7. RIM ekstensi
Pola kapsular untuk sendi lutut adalah fleksi lebih terbatas dibanding ekstensi.
Pasif fleksi

Pasif ekstensi

pasif eksorotasi-
endorotasi

Pasif valgus

Pasif varus
Shift anterior

Shift posterior

Resisted ekstensi

Resisted fleksi

INTERPRETASI GLOBAL PEMERIKSAAN LUTUT YANG RUTIN

Pembatasan gerak : pola kapsular


• Arthritis
• Arthrosis
Pembatasan gerak: bukan pola kapsular
 Pembatasan ekstensi  Meniscus
 Pembatasan fleksi  Corpus liberum
 Adhesive intraarticular
Gerakan pasif nyeri/sakit: luka pd lig.
 Valgus pasif  Lig.collateral medial
 Varus pasif  Lig.collateral lateral
 Eksorotasi pasif  Lig.meniscotibial medial
 Endorotasi pasif  Lig.meniscotibial lateral
 Shift ke anterior  Lig. cruciatum anterior
 Shift ke posterior  Lig.cruciatum posterior
RIM timbul nyeri : luka pada otot
 RIM ekstensi, pasif fleksi  M.quadratus femori
 RIM fleksi, RIM endorotasi  M.sartorius, gracilis (m.popliteus)
 RIM fleksi, RIM eksorotasi  M.biceps femoris
PEMERIKSAAN REGIO KNEE JOINT

Pertemuan V

1. Palpasi :
 Bonny palpation
 Joint palpation
 Muscle palpation
A. Stabilitas Tes
a. Hiper-Ekstensi
Hiper-Ekstensi
Lakukan gerakan hiperekstensi secara
pasif pada knee joint.
Tujuan : mengetahui adanya kelainan
ligamen cruciatum anterior.

b. Gravity Sign
 Pasien terlentang, fisioterapis
mengangkat kedua kaki penderita
hingga knee joint 90 derajat. Satu
tangan menyanggah pada tumit
pasien & tangan lainnya pada
kedua lutut. Perhatika tuberositas
tibiae, normal bila keduanya
sejajar.
 Tujuan : mengetahui kelainan pada
ligamen cruciatum posterior.
c. Shif Anterio-Posterior/Laci Sorong
 Posisi pasien terlentang, knee joint
fleksi sekitar 70 derajat. Lakukan
tarikan/dorongan pada os tibia.
Perhatikan gerakan translasi yang
terjadi.
 Tujuan : shif anterior untuk
mengetahui kelainan pada ligamen
cruciatum anterior begitu juga
sebaliknya.

d. Lachmann Test
 Posisi pasien terlentang dengan
knee joint fleksi sekitar 10-20
derajat. Kedua tangan fisioterapis
pada os tibia bagian posterior.
Lakukan tarikan ke depan,
perhatikan gerakan pada os tibia.
 Tujuan : mengetahui
kelainan/ruptur pada ligamen
cruciatum anterior.
e. Hipermobiltas Varus-Valgus
 Posisi pasien terlentang dengan
kaki yang diperiksa berada di luar
bed. Letakkan tangan pada medial
knee sebagai fiksator & tangan
lainnya pada ankle. Lakukan
tekanan kedalam pada tangan yang
berada di ankle untuk stabilitas
Varus. Lakukan sebaliknya untuk
stabilitas Valgus.
 Tujuan : mengetahui kelainan pada
ligamen collateral lateral &
collateral medial knee.
B. PEMERIKSAAN SPESIFIK

a. Mc. Murry Test


 Pasien terlentang dengan knee
fleksi & medial rotasi tibia untuk
meniscus lateral. Demikian juga
sebaliknya untuk memeriksa
meniscus medialis.
 Tujuan : mengetahui kelainan pada
meniscus medialis & meniscus
lateralis.

b. Apley Test Compressi  Pasien tengkurap dengan knee


fleksi 90 derajat, lakukan fiksasi
pada paha dengan menggunakan
lutut/tangan fisioterapis. Lakukan
gerakan rotasi medial dan lateral
dikombinasikan dengan compressi.
 Tujuan : mengetahui adanya
kelainan pada meniscus .
Gambar : Apley Test Compressi-Traction  Apley Test Traction
 Posisi pasien seperti di atas.
Lakukan gerakan rotasi lateral dan
medial dikombinasikan dengan
traksi pada knee joint.
 Tujuan : mengetahui kelainan
pada ligamen collateral lateral &
collateral medialis knee.

c. Clarkes Sign
 Posisi pasien terlentang dengan
knee lurus, lakukan penekanan ke
dorsal pada os patella. Pasien
diminta lakukan kontraksi pada
m.rectus femoris/gerakan
mengangkat patella ke atas.
 Tujuan : mengetahui adanya
kelainan pada permukaan cartilago
patella femoral joint.
C. Fluctuation Test
Ibu jari dan jari telunjuk dari satu tangan diletakkan disebelah kiri dan disebelah kanan
patella. Bila sesekali lagi proc. Suprapatellaris dikosongkan memakai tangan lain, maka ibu jari
dan jari telunjuk seolah-olah terdorong oleh perpindahan cairan itu. Bila ada cairan dalam lutut
yang melebihi normal maka tes tersebut akan positif.
D. Ballotement test
Ressesus patellaris dikosongkan dengan menekan menggunakan satu tangan , sementara
jari-jari tangan lainnya menekan patella kebawah. Bila banyak cairan dalam lutut maka patella
akan terangkat dan memungkinkan sedikit ada cairan.

E. Pemeriksaan Neurologi
 Refleks (KPR :L3, Medial Hamstring : L5).
 Dermatom test.
 Myotom test.
F. Pemeriksaan Tambahan
 X-Ray
 Laboratorium

Anda mungkin juga menyukai