Anda di halaman 1dari 12

KASUS MATA

Nama Peserta : dr. Gabriel Fernando Mantong


Nama Wahana: RSU Lakipadada Tana Toraja
Topik: Keratitis OS
Tanggal (kasus) : 02-01-2019
Nama Pasien : Tn. S No. RM : 12-53-10
Tanggal presentasi : 27-02-2019 Pendamping: dr. Paris/dr. Henry
Tempat presentasi: RSU Lakipadada
Obyek presentasi : Power Point
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Seorang laki-laki 48 tahun datang dengan keluhan mata terasa nyeri dan merah 2 hari
SMRS. Keluhan nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk. Keluhan tersebut dirasakan pada mata
kiri pasien. Awalnya mata kiti pasien kemasukan debu kemudian pasien sering menggosok-
gosok matanya tersebut. Pasien juga mengeluh penglihatan menurun dan mengatakan hanya
dapat melihat bayangan. Pasien mengatakan merasakan sakit kepala. Pasien juga mengeluhkan
mata berair Pasien mangatakan tidak pernah hal seperti ini terjadi sebelumnya. Melihat
gambaran pelangi dan silau ketika melihat cahaya disangkal. Riwayat tidak pernah memakai
kacamata.
Tujuan: menegakkan diagnosis keratitis OS dan penanganannya
Bahan Tinjauan Riset Kasus Audit
bahasan: pustaka
Cara Diskusi Presentasi dan E-mail Pos
membahas: diskusi
Data Pasien: Nama: Tn. S No.Registrasi: 13-54-08
Nama klinik RS Lakipadada

Data utama untuk bahan diskusi:


Anamnesis : Seorang laki-laki 48 tahun datang dengan keluhan mata terasa nyeri dan
merah 2 hari SMRS. Keluhan nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk. Keluhan tersebut
dirasakan pada mata kiri pasien. Awalnya mata kiti pasien kemasukan debu kemudian
pasien sering menggosok-gosok matanya tersebut. Pasien juga mengeluh penglihatan
menurun dan mengatakan hanya dapat melihat bayangan. Pasien mengatakan
merasakan sakit kepala. Pasien juga mengeluhkan mata berair Pasien mangatakan tidak
pernah hal seperti ini terjadi sebelumnya. Melihat gambaran pelangi dan silau ketika
melihat cahaya disangkal. Riwayat tidak pernah memakai kacamata.

Riwayat pengobatan: Pasien sudah berobat dan diberikan Cendo Lyteers, namun tidak
ada perubahan.
Riwayat kesehatan/penyakit sebelumnya:
- Riwayat penyakit hipertensi (-)
- Riwayat penyakit paru (-)
- Riwayat penyakit jantung (-)
- Riwayat penyakit DM (-)
- Riwayat trauma (-)
- Riwayat merokok (+)
Riwayat keluarga: Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.
Riwayat pekerjaan: Pasien seorang wiraswasta
Lain-lain: -
Daftar Pustaka:
1. Vaughan, D.G. Asbury, T. Riodan-Eva, P. Glaukoma. dalam : Oftalmologi Umum,ed.
Suyono Joko, edisi 14, Jakarta, Widya Medika, 2000, hal : 220-230
2. AK Khurana. Comprehensive Opthalmology. 4thed. New Age International(P) Limited
Publisher. 2007
3. Chern KC. Emergency Ophtalmology a Rapid Treatment Guide. Mc Graw-Hill. 2002
4. Tasman W, Jaeger EA. Duane’s Ophtalmology. Lippincott Williams & Wilkins Publishers. 2007
5. Chern KC. Emergency Ophtalmology a Rapid Treatment Guide. Mc Graw-Hill. 2002.
6. Eva PR, Witcher JP. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology 17th edition. 2007.

Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis mata merah visus turun
2. Kriteria keratitis
3. Penanganan Keratitis
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:

1. Subyektif:
Anamnesis : Seorang laki-laki 48 tahun datang dengan keluhan mata terasa nyeri dan
merah 2 hari SMRS. Keluhan nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk. Keluhan tersebut
dirasakan pada mata kiri pasien. Awalnya mata kiti pasien kemasukan debu kemudian
pasien sering menggosok-gosok matanya tersebut. Pasien juga mengeluh penglihatan
menurun dan mengatakan hanya dapat melihat bayangan. Pasien mengatakan merasakan
sakit kepala. Pasien juga mengeluhkan mata berair Pasien mangatakan tidak pernah hal
seperti ini terjadi sebelumnya. Melihat gambaran pelangi dan silau ketika melihat cahaya
disangkal. Riwayat tidak pernah memakai kacamata.
2. Obyektif:
Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan di IRD diperoleh:
 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Compos mentis
BB : 68 kg TB : 158cm
 Tanda-tanda vital :
Tekanan darah: 130/90 mmHg
Nadi : 88x/menit (reguler)
Nafas : 22x/menit
Suhu : 36,5°C
Pemeriksaan khusus
Kepala dan leher
 Kulit dan wajah : Wajah tidak pucat
 Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik.
 Mulut : Lidah tidak kotor, bibir kering, sianosis (-), gusi tidak ada
perdarahan, faring tidak hiperemis, pembesaran tonsil (-), gigi
berlobang (-)
 Leher : JVP dalam batas normal

Thorax
Paru
 Inspeksi : Pengembangan dada simetris kiri dan kanan, gerak nafas
simetris, tidak ada bagian yang tertinggal.
 Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
 Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
 Auskultasi : Vesikuler kedua lapangan paru,ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIK (sela interkosta) IV, 2 jari medial
garis linea midclavicularis sinistra
 Perkusi :
o Batas jantung kiri atas : SIK II garis parasternal sinistra
o Batas jantung kiri bawah : SIK VI 2 jari medial dari garis linea
midclavicularis sinistra
o Batas jantung kanan atas : SIK III garis sternalis dextra
o Batas jantung kanan bawah : SIK V faris midclavicularis sinistra
 Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-).

Abdomen
 Inspeksi : Perut datar, venektasi (-), distensi (-)
 Auskultasi : Bising usus (+), bunyi tambahan (-)
 Palpasi : Kenyal, hepar dan lien tidak teraba, blast (+) full
 Perkusi : Timpani

Status Oftamologikus
1. PemeriksaanUmum
Pemeriksaan umum (inspeksi OD OS
dan palpasi)

Keadaan sekitar mata Tenang Tenang

Keadaan mata umumnya Baik Tampak Sakit Sedang

Kedudukan bola mata Simetris Simetris


Gerakan bola mata Baik kesegala arah Baik ke segala arah

Lapang pandang Tidak dapat dievaluasi Tidak dapat dievaluasi

2. Pemeriksaan Sistematik
OD OS
Acies visus

§ Tanpa koreksi 6/6 6/30

Supersilia Pertumbuhan dan Pertumbuhan dan


penyebaran baik merata penyebaran baik merata
Silia Pertumbuhan dan Pertumbuhan dan
penyebaran baik merata penyebaran baik merata

Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (+)

Injeksi Konjuntiva (-) Injeksi Konjuntiva (+)

Injeksi Siliar (-) Injeksi Siliar (+)

Jaringan fibrovaskular (-) Jaringan fibrovaskular


(-)

Kornea Keruh (-), Keruh (+),


Infiltrat (-), Infiltrat (+),
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Sklera Warna putih Warna putih
Sikatriks (-) Sikatriks (-)

COA Tidak Dangkal Tidak Dangkal


Hipopion (-) Hipopion (+)
Hifema (-) Hifema (-)
Iris Radier Radier
Warna coklat Warna coklat
Sinekia (-) Sinekia (-)
Pupil Bulat, isokor, Bulat, isokor,
3mm, RCL(+) lambat 4mm,RCL(+) lambat
Lensa Jernih Sulit dinilai

3.

Assesment:
Mata adalah organ fotosensitif yang kompleks dan berkembang lanjut yang memungkinkan analisis cermat
tentang bentuk, intensitas cahaya, dan warna yang dipantulkan obyek. Mata terletak di dalam struktur
tengkorak yang melindunginya, yaitu orbita. Banyak sekali penyakit yang bisa menyerang pada mata,
walaupun mata berukuran sangat kecildibandingkan dengan ukuran bagian tubuh yang lain. Penyakit mata
ini sangat mengganggu penderitanya karena dapat menyebabkan hilangnya penglihatan.
Gambar 1. Anatomi Mata
Yang termasuk media refraksi antara lain kornea, pupil, lensa, dan vitreous. Media refraksi
targetnya di retina sentral (macula). Gangguan media refraksi menyebabkan visus turun
(baik mendadak aupun perlahan). 1

Gangguan pada mata dapat dibagi menjadi :

1. Mata merah visus tidak turun : Mengenai struktur yang bervaskuler (konjungtiva atau
sklera) yang tidak menghalangi media refraksi.

Contoh : Konjungtivitis murni, trakoma, mata kering, xeroftalmia, pterigium, pinguekula,


episkleritis, skleritis

2. Mata merah visus turun : Mengenai struktur bervaskuler yang mengenai media refraksi
(kornea, uvea, atau seluruh mata).
Contoh : Keratitis, keratokonjungtivitis, uveitis, glaukoma akut, endoftalmitis,
panoftalmitis merah visus turun

3. Mata tenang visus turun mendadak : uveitis posterior, perdarahan vitreous, ablasio
retina, oklusi arteri atau vena retinal, neuritis optik, neuropati optik akut karena obat
(misalnya etambutol), migrain, tumor otak

4. Mata tenang visus turun perlahan : katarak, glaukoma, retinopati penyakit sistemik,
retinitis pigmentosa, kelainan refraksi

5. Trauma Mata : trauma fisik (tumpul dan tajam), trauma kimia (asam dan basa), trauma
radiasi (ultraviolet dan infrared).

Keratitis

Definisi

Keratitis adalah infeksi pada kornea yang biasanya diklasifikasikan menurut lapisan
kornea yang terkena yaitu keratitis superfisialis apabila mengenal lapisan epitel
atau bowman dan keratitis profunda atau interstisialis (atau disebut juga keratitis
parenkimatosa) yang mengenai lapisan stroma.

Keratitis dapat dibagi kepada dua, keratitis superfisial dan keratitis profunda. Pada
keratitis superfisial, dapat sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut dan keratitis profunda
atau interstitial,yang mengenai lapisan dalam kornea, sembuh dan meninggalkan jaringan
parut.

Menurut Khurana, keratitis atau keratitis tanpa ulkus dapat dibagi dua : keratitis
superficial dan keratitis profunda (deep keratitis).Keratitis superficial dapat dibagi dua,
keratitis superficial difus dan keratitis superfisial pungtata.2

Etiologi

Infeksi keratitis adalah kondisi yang berpotensi membutakan yang dapat menyebabkan
kehilangan penglihatan yang parah jika tidak diobati pada tahap awal. Bakteri, virus dan jamur
dapat menyebabkan keratitis. Penyebab paling sering adalah virus herpes simplex tipe. Selain
itu penyebab lain adalah kekeringan pada mata, pajanan terhadap cahaya yang sangat terang,
benda asing yang masuk ke mata, reaksi alergi atau mata yang terlalu sensitif terhadap
kosmetik mata, debu, polusi atau bahan iritatif lain, kekurangan vitamin A dan penggunaan
lensa kontak yang kurang baik.
Patogen umum termasuk Staphylococcus aureus, koagulase-negatif Staphylococcus,
Pseudomonas aeruginosa, Streptococcus pneumonia, dan spesies Serratia. Mayoritas kasus
yang ditemukan di masyarakat adalah keratitis bakteri yang teratasi dengan pengobatan
empirik dan tidak memerlukan kultur bakteri. Apusan kornea untuk kultur dan tes sensitivitas
diindikasikan untuk ulkus kornea dengan ukuran yang besar, berlokasi di sentral kornea,
mencapai daerah stroma.
Penyebab keratitis 90% disebabkan oleh bakteri, jenis bakteri seperti Staphylococcus
aureus, Staphylococcus epidermidis, Stapylococcus aeroginosa, dan Moarxella.3

Gejala Klinis

Pada anamnesis pasien, bisa didapatkan beberapa gejala klinis pada pasien yang terkait
dengan perjalan penyakit keratitis. Pasien dapat mengeluhkan adanya pengeluaran air mata
berlebihan, fotofobia, penurunan visus, sensasi benda asing, iritasi okuler dan blefarosspasma
dan kadang juga di temukan hypopion pada kamera anterior.
Oleh karena kornea bersifat sebagai jendela mata dan merefraksikan cahaya, lesi kornea
sering kali mengakibatkan penglihatan menjadi kabur, terutama ketika lesinya berada dibagian
central.
Pada keratitis superfisial didapatkan lesi kornea berupa lesi epithelia multiple sebanyak 1
– 50 lesi (rata – rata sekitar 20 lesi didapatkan). Lesi epithelia yang didapatkan pada keratitis
pungtata superfisial berupa kumpulan bintik – bintik kelabu yang berbentuk oval atau bulat dan
cenderung berakumulasi di daerah pupil. Opasitas pada kornea tersebut tidak tampak apabila di
inspeksi secara langsung, tetapi dapat dilihat dengan slitlamp ataupun loup setelah diberi
flouresent.
Sensitifitas kornea umumnya normal atau hanya sedikit berkurang, tapi tidak pernah
menghilang sama sekali seperti pada keratitis herpes simpleks. Walaupun umumnya respons
konjungtiva tidak tampak pada pasien akan tetapi reaksi minimal seperti injeksi konjungtiva
bulbar dapat dilihat pada pasien.4

Penatalaksanaan

Terapi awal yang digunakan pada keratitis superfisial adalah dengan trifluorothymidine
1% tetes (Viroptic) 9 kali sehari atau vidarabine 3% ointment (Vira-A) 5 kali sehari pada mata
yang terinfeksi. Jika ada fotofobia, bisa ditambahkan agen cyclopegic (seperti scopolamine
0,25% TID) untuk mengurangkan spasme iris dan memberikan lebih kenyamanan kepada
pasien. Pada area yang terlibat secara ekstensif, dipertimbangkan untuk dilakukan debridemen
pada epitelium yang terlibat setelah diberikan agen antivirus dengan menggunakan aplikator
cotton-tip yang steri atau intrumen yang separa tajam di bawah pengaruh anestesi propacaine
topikal.
Terapi suportif dengan lubrikans topikal seperti air mata artifisial seringkali adekuat pada
kasus-kasus yang ringan. Air mata artifisial dapat mengurangi sisa produk inflamasi yang
tertinggal pada reservoir air mata. Mereka tidak hanya bekerja sebegai lubrikans, tapi juga
sebagai agen pembersih, pembilas dan dilusi dari film air mata serta sebagai agen pemoles dari
epitel superfisial untuk membentuk kembali microvillae dan menstabilkan lapisan mucin dari
air mata.
Tergantung dari keparahan gejala pada pasien, air mata artifisial dengan viskositas
berbeda (dari tetes mata hingga jel viskositas tinggi) diresepkan pada pasien dan diaplikasikan
dengan frekuensi yang berbeda. Pada keratitis akibat pemaparan (exposure keratitis ), jel atau
krim dengan viskositas yang tinggi digunakan karena waktu retensinya yang panjang.4
Antibiotik sistemik digunakan apabila terdapat ekstensi ke sklera akibat infeksi atau
didapatkan adanya ancaman perforasi pada pasien. Levofloxacin maupun ofloxacin memiliki
penetrasi aqueous dan vitreus yang baik dengan pemberian oral. Tidak perlu untuk menangani
pasien hingga seluruh lesi di kornea hilang. Akan tetapi penanganan dilaksanakan hanya
hingga pasien dapat mencapai titik kenyamanan.5

Tabel 1. Pilihan terapi Keratitis sesuai penyebab6


Diagnosis Sementara/Diagnosis Kerja
- Keratitis OS
RENCANA PENATALAKSANAAN
Farmakologi :
 IVFD RL 20 tpm
 Ketorolac 1 ampul/12 jam/IV
 Ciprofloxacin tetes mata 2 gtt OS / 6 jam
 Cendo litters tetes mata 2 gtt OS / 6 jam
 Edukasi tidak boleh mengucek-ngucek mata

1 Evaluation
 Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad functionum : dubia
Ad sanationum : bonam
 Pendidikan:
Dilakukan kepada pasien dan keluarganya agar mengetahui indikasi operasi, teknik
operasi secara garis besar, serta risiko yang mungkin terjadi pasca-operasi
 Konsultasi:
Dijelaskan perlunya untuk berkonsultasi dengan Dokter Spesialis Mata untuk
dilakukan evaluasi pengobatan

Peserta Pendamping Pendamping

dr.Gabriel F. Mantong dr. Paris Sampeliling dr. Henry Sallipadang

Anda mungkin juga menyukai