1. Subyektif:
Diagnosis/gambaran klinis: Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun datang dengan
gangguan pada saat kencing karena letak lubang kencing terletak lebih ke bawah.
Keluhan ini udah disadari sejak pasien masih bayi namun tidak ada tindak lanjutannya.
Nyeri saat berkemih disangkal, riwayat trauma pada bagian genital disangkal. Pasien
sudah di sunat. Tidak ada riwayat penyakit lainnya.
2. Obyektif:
Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan di IRD diperoleh:
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
BB : 58 kg TB : 160cm
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah: -
Nadi : 92x/menit (reguler)
Nafas : 22x/menit
Suhu : 36°C
Pemeriksaan khusus
Kepala dan leher
Kulit dan wajah : Wajah tidak pucat
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, mata cekung (-)
THT : Os nasal darah +/+, nyeri tekan (-)
Mulut : Lidah kotor (darah kering), bibir kering, sianosis (-), gusi tidak
ada perdarahan, faring tidak hiperemis, pembesaran tonsil (-),
gigi berlobang (-)
Leher : JVP dalam batas normal
Thorax
Paru
Inspeksi : Pengembangan dada simetris kiri dan kanan, gerak nafas
simetris, tidak ada bagian yang tertinggal.
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler kedua lapangan paru,ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIK (sela interkosta) IV, 2 jari medial
garis linea midclavicularis sinistra
Perkusi :
o Batas jantung kiri atas : SIK II garis parasternal sinistra
o Batas jantung kiri bawah : SIK VI 2 jari medial dari garis linea
midclavicularis sinistra
o Batas jantung kanan atas : SIK III garis sternalis dextra
o Batas jantung kanan bawah : SIK V faris midclavicularis sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-).
Abdomen
Inspeksi : Perut datar, venektasi (-), distensi (-), petekie (-)
Auskultasi : Bising usus (+), bunyi tambahan (-)
Palpasi : Kenyal, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Status Lokalis
Pemeriksaan genitalia eksterna:
Inspeksi : tampak letak OUE di subcoronal glandis
Palpasi : tidak didapatkan massa atau kelainan.
3. Assesment
DEFINISI
Hipospadia adalah kelainan kongenital berupa muara uretra yang terletak di sebelah ventral dan
sebelah proksimal ujung penis. Letak meatus uretra bias terletak pada glandular hingga perineal.
Angka kejadian hipospadia adalah 3,2 dari 1000 kelahiran hidup.
Pada Hipospadia tidak didapatkan prepusium ventral sehingga prepusium dorsal menjadi
berlebihan (dorsal hood) dan sering disertai dengan korde (penis angulasi ke ventral) kadang-
kadang diddapatkan stenosis meatus uretra dan anomal bawaan berupa testis maldesensus atau
hernia inguinalis. Kejadian seluruh hipospasia yang bersamaan dengan kriptokismus adalah 9%
tetapi pada hipospadia posterior sebesar 32%.
KLASIFIKASI
Berdasarkan letak muara uretra setelah dilakukan koreksi korde, Browne (1936) membagi
hipospadia dalam tiga bagian besar yaitu:
1. Hipospadia anterior terdiri atas tipe glanular, subkoronal dan penis distal.
2. Hipospadia medius terdiri atas midshaft, dan penis proksimal.
3. Hipospadia posterior terdiri atas penoscrotal, scrotal dan perineal.
TINDAKAN
1. Kosmetik penis sehingga fungsi miksi dan fungsi sexual normal (ereksi lurus dan
pancaran ejakulasi kuat)
2. penis dapat tumbuh dengan normal.
Tahapan rekontruksi adalah: koreksi korde (ortoplasti), membuat neouretra dari kulit penis
(uretroplasty) dan membuat glans. Berbagai metode satu tahap hingga dua tahap. Pilihan metode
tergantung dari pengalaman operator.
Reparasi hipospadia dianjurkan pada usia pra-sekolah agar tidak mengganggu kegiatan belajar
pada saat operasi. perlu diingat bahwa seringkali rekonstruksi hipospadia membutuhkan lebih
dari sekali operasi, koreksi ulangan jika terjadi komplikasi. Pada hipopadia posterior dengan
disertai maldesensus testis dianjurkan untuk dilakukan uretroskopi praoperatif guna melihat
kemungkinan adanya pembesaran utriculus prostatikus yang mungkin terdapat keraguan jenis
kelamin (sexual ambiquity). Penyulit yang dapat terjadi setelah operasi hipospadia adalah fistula
uretrokutan, stenosis meatus uretra, striktura uretra, korde yang belum sepenuhnya terkoreksi,
dan timbulnya divertikel uretra.
RENCANA PENATALAKSANAAN
Pro uretroplasty elektif
EVALUATION
Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad sanationum : bonam
Ad fungtionum : dubia
Tindakan operatif akan lebih sulit akibat riwayat sirkumsisi yang sudah dilakukan oleh
pasien.
Pendidikan:
Dilakukan kepada pasien dan keluarganya agar mengetahui tentang penyakit dan
penyebabnya serta efek samping penyakit yang akan timbul.
Konsultasi:
Dijelaskan perlunya untuk berkonsultasi dengan Dokter Spesialis Bedah untuk
penjelasan tentang kondisi pasien dan penyakit yang diderita dan disarankan untuk
konsultasi kepada Dokter Spesialis bedah plastik untuk penanganan yang lebih lanjut.