Anda di halaman 1dari 6

KASUS BEDAH

Nama Peserta : dr. Gabriel Fernando Mantong


Nama Wahana: RSU Lakipadada Tana Toraja
Topik: Hipospadia anterior tipe sub coronal
Tanggal (kasus) : 24-11-2018
Nama Pasien : An. M No. RM : 00-40-38
Tanggal presentasi : 1-2-2019 Pendamping: dr. Paris/dr. Henry
Tempat presentasi: RSU Lakipadada
Obyek presentasi : Power Point
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun datang dengan gangguan pada saat kencing
karena letak lubang kencing terletak lebih ke bawah. Keluhan ini udah disadari sejak pasien
masih bayi namun tidak ada tindak lanjutannya. Nyeri saat berkemih disangkal, riwayat trauma
pada bagian genital disangkal. Pasien sudah di sunat. Tidak ada riwayat penyakit lainnya.
Tujuan: menegakkan diagnosis hipospadia anterior subcoronal dan penanganannya
Bahan Tinjauan Riset Kasus Audit
bahasan: pustaka
Cara Diskusi Presentasi dan E-mail Pos
membahas: diskusi
Data Pasien: Nama: An. M No.Registrasi: 00-40-38
Nama klinik RS Lakipadada

Data utama untuk bahan diskusi:


Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun datang dengan gangguan pada saat kencing
karena letak lubang kencing terletak lebih ke bawah. Keluhan ini udah disadari sejak
pasien masih bayi namun tidak ada tindak lanjutannya. Nyeri saat berkemih disangkal,
riwayat trauma pada bagian genital disangkal. Pasien sudah di sunat. Tidak ada riwayat
penyakit lainnya.

Riwayat pengobatan: (-)


Riwayat kesehatan/penyakit sebelumnya:
- Riwayat penyakit hipertensi (-)
- Riwayat penyakit paru (-)
- Riwayat penyakit jantung (-)
- Riwayat penyakit DM (-)
- Riwayat trauma (-)
- Riwayat merokok (-)
Riwayat keluarga: Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.
Riwayat pekerjaan: Pasien seorang pelajar
Lain-lain : -
Daftar Pustaka:
1. Purnomo B. Dasar-dasar urologi (3th edition). Malang : Sagung Seto, 2012
Hasil pembelajaran:
1. Menegakkan diagnosis hipospadia anterior tipe subcoronal
2. Penanganan hipospadia anterior tipe subcoronal
Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:

1. Subyektif:
Diagnosis/gambaran klinis: Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun datang dengan
gangguan pada saat kencing karena letak lubang kencing terletak lebih ke bawah.
Keluhan ini udah disadari sejak pasien masih bayi namun tidak ada tindak lanjutannya.
Nyeri saat berkemih disangkal, riwayat trauma pada bagian genital disangkal. Pasien
sudah di sunat. Tidak ada riwayat penyakit lainnya.
2. Obyektif:
Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan di IRD diperoleh:
 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Compos mentis
BB : 58 kg TB : 160cm
 Tanda-tanda vital :
Tekanan darah: -
Nadi : 92x/menit (reguler)
Nafas : 22x/menit
Suhu : 36°C

Pemeriksaan khusus
Kepala dan leher
 Kulit dan wajah : Wajah tidak pucat
 Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, mata cekung (-)
 THT : Os nasal darah +/+, nyeri tekan (-)
 Mulut : Lidah kotor (darah kering), bibir kering, sianosis (-), gusi tidak
ada perdarahan, faring tidak hiperemis, pembesaran tonsil (-),
gigi berlobang (-)
 Leher : JVP dalam batas normal

Thorax
Paru
 Inspeksi : Pengembangan dada simetris kiri dan kanan, gerak nafas
simetris, tidak ada bagian yang tertinggal.
 Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
 Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
 Auskultasi : Vesikuler kedua lapangan paru,ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIK (sela interkosta) IV, 2 jari medial
garis linea midclavicularis sinistra
 Perkusi :
o Batas jantung kiri atas : SIK II garis parasternal sinistra
o Batas jantung kiri bawah : SIK VI 2 jari medial dari garis linea
midclavicularis sinistra
o Batas jantung kanan atas : SIK III garis sternalis dextra
o Batas jantung kanan bawah : SIK V faris midclavicularis sinistra
 Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-).

Abdomen
 Inspeksi : Perut datar, venektasi (-), distensi (-), petekie (-)
 Auskultasi : Bising usus (+), bunyi tambahan (-)
 Palpasi : Kenyal, hepar dan lien tidak teraba
 Perkusi : Timpani
Status Lokalis
Pemeriksaan genitalia eksterna:
 Inspeksi : tampak letak OUE di subcoronal glandis
 Palpasi : tidak didapatkan massa atau kelainan.

3. Assesment
DEFINISI

Hipospadia adalah kelainan kongenital berupa muara uretra yang terletak di sebelah ventral dan
sebelah proksimal ujung penis. Letak meatus uretra bias terletak pada glandular hingga perineal.
Angka kejadian hipospadia adalah 3,2 dari 1000 kelahiran hidup.

Pada Hipospadia tidak didapatkan prepusium ventral sehingga prepusium dorsal menjadi
berlebihan (dorsal hood) dan sering disertai dengan korde (penis angulasi ke ventral) kadang-
kadang diddapatkan stenosis meatus uretra dan anomal bawaan berupa testis maldesensus atau
hernia inguinalis. Kejadian seluruh hipospasia yang bersamaan dengan kriptokismus adalah 9%
tetapi pada hipospadia posterior sebesar 32%.

KLASIFIKASI

Berdasarkan letak muara uretra setelah dilakukan koreksi korde, Browne (1936) membagi
hipospadia dalam tiga bagian besar yaitu:

1. Hipospadia anterior terdiri atas tipe glanular, subkoronal dan penis distal.
2. Hipospadia medius terdiri atas midshaft, dan penis proksimal.
3. Hipospadia posterior terdiri atas penoscrotal, scrotal dan perineal.
TINDAKAN

Tujuan operasi hipospadia adalah:

1. Kosmetik penis sehingga fungsi miksi dan fungsi sexual normal (ereksi lurus dan
pancaran ejakulasi kuat)
2. penis dapat tumbuh dengan normal.

Tahapan rekontruksi adalah: koreksi korde (ortoplasti), membuat neouretra dari kulit penis
(uretroplasty) dan membuat glans. Berbagai metode satu tahap hingga dua tahap. Pilihan metode
tergantung dari pengalaman operator.

Reparasi hipospadia dianjurkan pada usia pra-sekolah agar tidak mengganggu kegiatan belajar
pada saat operasi. perlu diingat bahwa seringkali rekonstruksi hipospadia membutuhkan lebih
dari sekali operasi, koreksi ulangan jika terjadi komplikasi. Pada hipopadia posterior dengan
disertai maldesensus testis dianjurkan untuk dilakukan uretroskopi praoperatif guna melihat
kemungkinan adanya pembesaran utriculus prostatikus yang mungkin terdapat keraguan jenis
kelamin (sexual ambiquity). Penyulit yang dapat terjadi setelah operasi hipospadia adalah fistula
uretrokutan, stenosis meatus uretra, striktura uretra, korde yang belum sepenuhnya terkoreksi,
dan timbulnya divertikel uretra.

Diagnosis Sementara/Diagnosis Kerja


 hipospadia anterior tipe subkoronal

RENCANA PENATALAKSANAAN
 Pro uretroplasty elektif

EVALUATION
 Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad sanationum : bonam
Ad fungtionum : dubia
Tindakan operatif akan lebih sulit akibat riwayat sirkumsisi yang sudah dilakukan oleh
pasien.
 Pendidikan:
Dilakukan kepada pasien dan keluarganya agar mengetahui tentang penyakit dan
penyebabnya serta efek samping penyakit yang akan timbul.
 Konsultasi:
Dijelaskan perlunya untuk berkonsultasi dengan Dokter Spesialis Bedah untuk
penjelasan tentang kondisi pasien dan penyakit yang diderita dan disarankan untuk
konsultasi kepada Dokter Spesialis bedah plastik untuk penanganan yang lebih lanjut.

Peserta Pendamping Pendamping

dr. Gabriel F. Mantong dr. Paris Sampeliling dr. Henry Sallipadang

Anda mungkin juga menyukai