4. Hakikat Tauhid
Tauhid merupakan kewajiban utama dan pertama yang diperintahkan Allah kepada setiap hamba-Nya.
Namun, sangat disayangkan kebanyakan kaum muslimin pada zaman sekarang ini tidak mengerti hakekat
dan kedudukan tauhid. Padahal tauhid inilah yang merupakan dasar agama kita yang mulia ini. Oleh karena
itu sangatlah urgen bagi kita kaum muslimin untuk mengerti hakekat dan kedudukan tauhid. Hakekat tauhid
adalah mengesakan Allah. Bentuk pengesaan ini terbagi menjadi tiga, berikut penjelasannya.
1. Mengesakan Allah dalam Rububiyah-Nya
Maksudnya adalah kita meyakini keesaan Allah dalam perbuatan-perbuatan yang hanya dapat
dilakukan oleh Allah, seperti mencipta dan mengatur seluruh alam semesta beserta isinya, memberi rezeki,
memberikan manfaat, menolak mudharat dan lainnya yang merupakan kekhususan bagi Allah. Hal yang
seperti ini diakui oleh seluruh manusia, tidak ada seorang pun yang mengingkarinya. Orang-orang yang
mengingkari hal ini, seperti kaum atheis, pada kenyataannya mereka menampakkan keingkarannya hanya
karena kesombongan mereka. Padahal, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka mengakui bahwa tidaklah
alam semesta ini terjadi kecuali ada yang membuat dan mengaturnya. Mereka hanyalah membohongi kata
hati mereka sendiri. Hal ini sebagaimana firman Allah:
٣٦ َض بَل اَّل يُوقِنُون َ ۚ ت َوٱأۡل َ ۡر ْ ُ أَمۡ خَ لَق٣٥ َوا ِم ۡن غ َۡي ِر َش ۡي ٍء أَمۡ هُ ُم ۡٱل ٰ َخلِقُون
ِ وا ٱل َّس ٰ َم ٰ َو ْ ُأَمۡ ُخلِق
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan? Ataukah mereka
telah menciptakan langit dan bumi itu? sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan).“
(Ath-Thur: 35-36)
Namun pengakuan seseorang terhadap Tauhid Rububiyah ini tidaklah menjadikan seseorang beragama
Islam karena sesungguhnya orang-orang musyrikin Quraisy yang diperangi Rasulullah mengakui dan
meyakini jenis tauhid ini. Sebagaimana firman Allah:
ُ | قُ| ۡ|ل َم ۢن بِيَ| ِد ِهۦ َملَ ُك٨٧ َ َسيَقُولُونَ هَّلِل ۚ ِ قُ| ۡ|ل أَفَاَل تَتَّقُ||ون٨٦ ش ۡٱل َع ِظ ِيم
َ |ُ|وت ُك||لِّ َش| ۡي ٖء َوه
|و ۡ
ِ ت ٱلس َّۡب ِع َو َربُّ ٱل َع ۡر ِ قُ ۡل َمن رَّبُّ ٱل َّس ٰ َم ٰ َو
٨٩ َ َسيَقُولُونَ هَّلِل ۚ ِ قُ ۡل فَأَنَّ ٰى تُ ۡس َحرُون٨٨ َي ُِجي ُر َواَل يُ َجا ُر َعلَ ۡي ِه إِن ُكنتُمۡ ت َۡعلَ ُمون
“Katakanlah: ‘Siapakah Yang memiliki langit yang tujuh dan Yang memiliki ‘Arsy yang besar?’ Mereka
akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah: ‘Maka apakah kamu tidak bertakwa?’ Katakanlah:
‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak
ada yang dapat dilindungi dari -Nya, jika kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’
Katakanlah: ‘Maka dari jalan manakah kamu ditipu?’” (Al-Mu’minun: 86-89).
5. Pengertian Iman
Iman menurut pengertian sesungguhnya ialah kepercayaan yang meresap ke dalam hati, dengan
penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah
laku dan perbuatan sehari- hari. Jadi iman itu bukanlah semata-mata ucapan lidah, buakn sekedar perbuatan,
dan bukan pula hanya merupakan pengetahuan tentang rukun iman
1. Kedudukan Iman
Kedudukan Iman lebih tinggi dari pada Islam, Iman memiliki cakupan yang lebih umum dari pada
cakupan Islam, karena ia mencakup Islam, maka seorang hamba tidaklah mencapai keImanan kecuali jika
seorang hamba telah mamapu mewujudka keislamannya. Iman juga lebih khusus dipandang dari segi
pelakunya, karena pelaku keimanan adalah kelompok dari pelaku keIslaman dan tidak semua pelaku
keIslaman menjadi pelaku keImanan, jelaslah setiap mukmin adalah muslim dan tidak setiap muslim adalah
mukmin
2. Hakikat iman
Iman adalah keyakinan yang menghujam dalam hati, kokoh penuh keyakinan tanpa dicampuri keraguan
sedikitpun. Sedangkan keimanan dalam Islam itu sendiri adalah percaya kepada Alloh, malaikat-
malaikatNya, kitab-kitabNya, Rosul-rosulNya, hari akhir dan berIman kepada takdir baik dan buruk. Iman
mencakup perbuatan, ucapan hati dan lisan, amal hati dan amal lisan serta amal anggota tubuh. Iman
bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan.
Keimanan tidak terpisah dari amal, karena amal merupakan buah keImanan dan salah satu indikasi
yang terlihat oleh manusia. Karena itu Alloh menyebut Iman dan amal soleh secara beriringan dalam
Qur’an surat Al Anfal ayat 2-4 Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman:
َ ٱلَّ ِذينَ يُقِي ُم||ون٢ َإِنَّ َم||ا ۡٱل ُم ۡؤ ِمنُ||ونَ ٱلَّ ِذينَ إِ َذا ُذ ِك| َر ٱهَّلل ُ َو ِجلَ ۡت قُلُ||وبُهُمۡ َوإِ َذا تُلِيَ ۡت َعلَ ۡي ِهمۡ َءا ٰيَتُهۥُ زَ اد َۡتهُمۡ إِي ٰ َم ٗن| ا َو َعلَ ٰى َربِّ ِهمۡ يَتَ َو َّكلُ||ون
ٓ
٤ يمٞ ق َك ِرٞ ة َو ِر ۡزٞ ت ِعن َد َربِّ ِهمۡ َو َم ۡغفِ َر َ ِ أُوْ ٰلَئ٣ َصلَ ٰوةَ َو ِم َّما َرز َۡق ٰنَهُمۡ يُنفِقُون
ٌ ك هُ ُم ۡٱل ُم ۡؤ ِمنُونَ َح ٗقّ ۚا لَّهُمۡ َد َر ٰ َج َّ ٱل
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang jika disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka (karenanya)
dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang
menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman
dengan sebenar-benar-nya.” (Al-Anfal: 2-4)
Keimanan memiliki satu ciri yang sangat khas, yaitu dinamis. Yang mayoritas ulama memandang
keImanan beriringan dengan amal soleh, sehinga mereka menganggap keImanan akan bertambah dengan
bertambahnya amal soleh. Akan tetapi ada sebagaian ulama yang melihat Iman berdasarkan sudut pandang
bahwa ia merupakan aqidah yang tidak menerima pemilahan (dikotomi). Maka seseorang hanya memiliki
dua kemungkinan saja: mukmin atau kafir, tidak ada kedudukan lain diantara keduanya. Karena itu mereka
berpendapat Iman tidak bertambah dan tidak berkurang.
Iman adakalanya bertambah dan adakalanya berkurang, maka perlu diketahui kriteria bertambahnya
Iman hingga sempurnanya Iman, yaitu:
1) Diyakini dalam hati
2) Diucapkan dengan lisan
3) Diamalkan dengan anggota tubuh.
Sedangkan dalam Islam sendiri jika membahas mengenai Iman tidak akan terlepas dari adanya rukun
Iman yang enam, yaitu:
3. Kesimpulan
Aqidah, Tauhid, Iman dalam kehidupan umat muslim perlu kita pelajari dan amalkan. Akidah adalah
beberapa perkara yang wajib di yakini kebenarannya oleh hati, dapat mendatangkan ketentraman jiwa dan
menjadi keyakinan yang tidak tercampur dengan keraguan-keraguan. Tauhid adalah konsep dalam aqidah
islam yang menyatakan keesaan Allah. Sedangkan iman menurut pengertian sesungguhnya ialah
kepercayaan yang meresap ke dalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu serta
memberi pengaruh bagi pandangan hidup. Akidah yang benar merupakan landasan tegaknya agama dan
kunci diterimanya amalan. Dan seorang muslim meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling
agung dan hakikat Islam yang paling besar, dan merupakan salah satu syarat diterimanya amal perbuatan
disamping harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Kedudukan Iman lebih tinggi dari pada Islam, Iman
memiliki cakupan yang lebih umum dari pada cakupan Islam, karena ia mencakup Islam, maka seorang
hamba tidaklah mencapai keImanan kecuali jika seorang hamba telah mampu mewujudkan keislamannya.