Anda di halaman 1dari 13

BAHAN AJAR PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG)

MEDIA PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI

DISUSUN OLEH
RAMLIATI
KELAS : KOSMA B
NIM : 1821205088

PROGRAM STRATA SATU (S1)


FAKULTAS TARBIYAH PIAUD
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BAU-BAU
2021
BAB I
HAKIKAT MEDIA DALAM PEMBELAJARAN

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan agar dapat
mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada
dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual,
moral, maupun sosial anak agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan mahluk sosial. Dalam
mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur guru melalui proses
pembelajaran.
Lingkungan belajar yang diatur oleh guru mencakup tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran,
metodologi pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Secara khusus terkait metodologi pembelajaran,
aspek ini terkait dengan dua hal yang saling menonjol yaitu metode dan media pembelajaran. Media
memiliki kedudukan yang sangat penting dalam mencapai tujuan pembelajaran secara efektif.
Media dalam proses pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pembelajaran yang
pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Berbagai penelitian yang
dilakukan terhadap penggunaan media dalam pembelajaran sampai pada kesimpulan, bahwa proses dan
hasil belajar pada siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pembelajaran tanpa media
dengan pembelajaran menggunakan media. Oleh karena itu penggunaan media pembelajaran sangat
dianjurkan untuk mempertinggi kualitas pembelajaran.
Jika ditinjau dari perpektif komunikasi, pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi yaitu
proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan.
Pesan, sumber pesan, saluran/media dan penerima pesan adalah komponen-komponen proses
komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam
kurikulum, sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis buku dan produser media;
salurannya adalah media pendidikan dan penerima pesannya adalah siswa atau juga guru.
Secara sederhana pembelajaran sebagai proses komunikasi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Guru Media Pesan Siswa

Metode

Gambar 1.1
Hubungan antara pesan dan media

Pesan berupa isi ajaran dan didikan yang ada di kurikulum dituangkan oleh guru atau sumber lain kedalam media
dalam bentuk-bentuk simbol komunikasi baik simbol verbal (kata-kata lisan atau tertulis) maupun simbol non verbal
atau visual. Selanjutnya penerima pesan (bisa siswa atau guru) menafsirkan simbol-simbol komunikasi tersebut
sehingga diperoleh pesan.

Peran media dalam pembelajaran khususnya dalam pendidikan anak usia dini semakin penting artinya mengingat
perkembangan anak pada saat itu berada pada masa berfikir konkrit. Oleh karena itu salah satu prinsip
pendidikan untuk anak usia dini harus berdasarkan realita artinya bahwa anak diharapkan dapat mempelajari
sesuatu secara nyata. Dengan demikian dalam pendidikan untuk anak usia dini harus menggunakan sesuatu yang
memungkinkan anak dapat belajar secara konkrit. Prinsip tersebut mengisyaratkan perlunya digunakan media
sebagai saluran penyampai pesan-pesan pendidikan untuk anak usia dini. Seorang guru pada saat menyajikan
informasi kepada anak usia dini harus menggunakan media agar informasi tersebut dapat diterima atau diserap
anak dengan baik dan pada akhirnya diharapkan terjadi perubahan-perubahan perilaku berupa kemampuan-
kemampuan dalam hal pengetahuan, sikap, dan keterampilannya.
A. Pengertian Media Pendidikan

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
"medium" yang secara harfiah berarti "perantara" yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima
pesan (a receiver. Banyak batasan yang diberikan orang tentang media.

B. Manfaat Media Pendidikan

Banyak manfaat yang dapat diperoleh dengan memanfaatkan media dalam pembelajaran yaitu:
1. Pesan/informasi pembelajaran dapat disampaikan dengan lebih jelas, menarik, kongkrit dan tidak hanya dalam
bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka (verbalistis).
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera. Misalnya objek yang terlalu besar dapat digantikan dengan
realita, gambar, film bingkai, film atau model. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu dapat ditampilkan lagi
lewat rekaman film, video, dan lain-lain. Objek yang terlalu kompleks dapat disajikan dengan model, diagram dan
lain-lain.
3. Meningkatkan sikap aktif siswa dalam belajar.
4. Menimbulkan kegairahan dan motivasi dalam belajar.
5. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungan dan kenyataan.
6. Memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
7. Memberikan perangsang, pengalaman dan persepsi yang sama bagi siswa.

Sementara itu Kemp dan Dayton (1985) mengemukakan beberapa manfaat media yaitu :
1. Penyampaian pesan pembelajaran dapat lebih terstandar
2. Pembelajaran dapat lebih menarik
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan menerapkan teori belajar
4. Waktu pelakasanaan pembelajaran dapat diperpendek
5. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan
6. Proses pembelajaran dapat berlangsung kapan pun dan dimana pun diperlukan
7. Sikap positif siswa terhadap materi pelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan
8. Peranan guru ke arah yang positif
C. Jenis Media Pendidikan

Keragaman dan jenis media yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran sangat
banyak dan variatif oleh karena itu dalam perkembangannya timbul usaha-usaha untuk mengelompokkan dan
mengklasifikasi media-media tersebut menurut kesamaan ciri atau karakteristiknya. Para ahli yang tercatat dalam
proses pengkalifikasian tersebut antara lain: Rudy Bretz, Duncan, Briggs, Gagne, Edling, Schramm, Allen, dan lain-lain.
Namun demikian dari beberapa pengelompokkan media yang mereka lakukan belum terdapat suatu kesepakatan
tentang klasifikasi atau taksonomi media yang berlaku umum dan mencakup segala aspeknya, khususnya untuk suatu
sistem pembelajaran. Bahkan tampaknya memang tidak pernah akan ada sistem pengelompokkan yang sahih dan
berlaku umum.
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam bahan ajar ini jenis media tersebut akan dibagi menjadi tiga kelompok besar,
yaitu :

1. Media Visual
Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat. Jenis media visual ini nampaknya
yang paling sering digunakan oleh guru pada lembaga pendidikan anak usia dini untuk membantu menyampaikan isi
dari tema pendidikan yang sedang dipelajari. Media visual terdiri atas media yang dapat diproyeksikan (projected
visual) dan media yang tidak dapat diproyeksikan (non-projected visual).
Media visual yang diproyeksikan pada dasarnya merupakan media yang menggunakan alat proyeksi (disebut
proyektor) di mana gambar atau tulisan akan nampak pada layar (screen). Media proyeksi ini bisa berbentuk media
proyeksi diam misalnya gambar diam (still pictures) dan proyeksi gerak misalnya gambar bergerak (motion pictures).
Alat proyeksi tersebut membutuhkan aliran listrik dan membutuhkan ruangan tertentu yang cukup memadai.
Jenis-jenis alat proyeksi yang biasa digunakan untuk menyampaikan pesan pendidikan untuk anak usia dini
antaranya: OHP (overhead projection) dan slaid suara (soundslide). Pada lembaga PAUD yang ada di daerah perkotaan
yang memiliki kemampuan untuk mengadakan alat proyeksi ini tentu sangat menguntungkan sebab pembelajaran
bisa ditata lebih menarik perhatian dibandingkan dengan media yang tidak diproyeksikan. Namun pada umumnya
lembaga PAUD di daerah-daerah tertentu, terutama di pedesaan, belum memungkinkan untuk mengadakan media
proyeksi ini sebab masih dianggap sangat mahal harganya. Di samping itu diperlukan juga kemampuan- kemampuan
khusus yang memadai dari para guru untuk menggunakan dan memelihara alat proyeksi tersebut.
2. Media Audio
Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat
didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan anak untuk mempelajari isi tema.
Contoh media audio yaitu program kaset suara dan program radio. Penggunaan media audio dalam kegiatan
pendidikan untuk anak usia dini pada umumnya untuk melatih keterampilan yang berhubungan dengan aspek-
aspek keterampilan mendengarkan. Dari sifatnya yang auditif, media ini mengandung kelemahan yang harus diatasi
dengan cara memanfaatkan media lainnya.

3. Media Audio-Visual
Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi dari media audio dan media
visual atau biasa disebut media pandang-dengar. Dengan menggunakan media audio-visual ini maka penyajian isi
tema kepada anak akan semakin lengkap dan optimal. Selain itu media ini dalam batas-batas tertentu dapat juga
menggantikan peran dan tugas guru. Dalam hal ini guru tidak selalu berperan sebagai penyampai materi, karena
penyajian materi bisa diganti oleh media. Peran guru bisa beralih menjadi fasilitator belajar yaitu memberikan
kemudahan bagi anak untuk belajar. Contoh dari media audio visual ini di antaranya program televisi/video
pendidikan/instruksional, program slide suara, dsb.
BAB II
PENGELOLAAN MEDIA PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI

A. Perencanaan Media Pembelajaran

Perencanaan merupakan hal yang sangat penting dilakukan dalam setiap kegiatan.
Apapun jenis kegiatannya faktor perencanaan ini sangat penting untuk diperhatikan mengingat banyak kegiatan yang
akhirnya kurang berhasil atau bahkan mengalami kegagalan dan tidak mencapai hasil yang maksimal akibat tidak
direncanakan dengan baik. Banyak ahli yang mengatakan bahwa perencanaan yang baik adalah lima puluh persen
keberhasilan. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa perencanaan tidak boleh diabaikan dan dianggap sepele.
Perencanaan media pembelajaran dimulai dengan mengadakan identifikasi kebutuhan media di suatu lingkungan
pendidikan anak usia dini. Kebutuhan-kebutuhan ini dirumuskan melalui observasi atau pengamatan, wawancara
atau diskusi tentang masalah pendidikan khususnya masalah yang berkenaan dengan proses pembelajaran serta
penggunaan media pembelajaran untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran anak usia dini.
Berdasarkan identifikasi kebutuhan tersebut guru atau calon guru memperoleh data tentang jenis-jenis media
pembelajaran yang dibutuhkan untuk program pembelajaran anak usia dini. Jenis-jenis media yang diidentifikasi
tersebut harus disesuaikan dengan tema, kemampuan dan tujuan yang diinginkan. Data kebutuhan ini dirinci untuk
bahan pertimbangan dalam rencana pengadaan media pembelajaran.

B. Pengadaan Media Pembelajaran

Pengadaan sumber belajar merupakan kelanjutan dari langkah perencanaan. Langkah


ini merupakan langkah guru atau pihak sekolah mewujudkan perencanaan media pembelajaran yang telah
dibuat. Sebaik apa pun perencanaan media pembelajaran yang dibuat jika guru tidak diwujudkan dan realisasikan
dalam bentuk kegiatan selanjutnya yaitu pengadaan, maka perencanaan tersebut hanya merupakan daftar keinginan
atau dokumen tertulis saja. Oleh sebab itu proses pengadaan menjadi sangat penting dilakukan sebagai proses
selanjutnya sehingga kegiatan pembelajaran akan ditunjang dengan ketersediaan berbagai media pebelajaran.
Pengadaan sumber belajar dapat ditempuh melalui beberapa cara antara lain kegiatan pembelian, menerima
sumbangan atau hadiah, dan yang paling penting mampu membuat atau produksinya sendiri.
C. Penyimpanan dan Pemeliharaan Media Pembelajaran

Menyimpan dan memelihara media pembelajaran di lembaga PAUD baik yang ada
di dalam ruangan maupun yang ada di luar merupakan hal yang penting dilakukan oleh guru. Hal tersebut dikarenakan
penggunaan media pembelajaran tersebut tentu tidak hanya untuk satu kali kegiatan belajar saja melainkan akan digunakan
secara terus-menerus. Selain itu intensitas penggunaan media pembelajaran oleh anak juga akan sangat tinggi. Apalagi untuk
media-media pembelajaran tertentu yang sangat disukai oleh anak.
Sehubungan dengan pentingnya fungsi penyimpanan dan pemeliharaan ini, guru harus mengetahui jenis media
pembelajaran yang perlu disimpan dan dipelihara dengan baik. Cara anak meletakkan media pembelajaran di kelas tidak
terlepas dari pengawasan guru. Guru juga harus memantau bagaimana cara anak memainkan media tersebut dan
mengembalikan media tersebut pada tempatnya, karena anak harus dibiasakan bertanggung jawab terhadap media
pembelajaran yang dimainkannya.
Agar pemakaian dapat bertahan, maka cara penyimpanan dan cara memeliharanya harus baik. Guru harus memperhatikan
tingkat kelembaban ruang penyimpanan media atau ruangan kelas karena tempat yang lembab dapat menumbuhkan jamur
dan merusak media pembelajaran. Dengan demikian perlu dipersiapkan tempat khusus, seperti rak-rak untuk meletakkan
barang, lemari tertutup untuk menyimpan barang atau buku yang tidak digunakan sehari-hari.

D. Penggunaan dan Evaluasi Media Pembelajaran

Alasan perlunya penggunaan media pembelajaran secara optimal dalam pembelajaran


adalah dikaitkan dengan tugas yang diemban guru dalam kesehariannya yaitu menyajikan pesan, membimbing dan membina
anak untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu mengembangkan semua aspek perkembangan anak dalam waktu yang telah
ditetapkan dan relatif terbatas. Sementara itu banyaknya media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh
guru terkadang luput dari perhatianya. Hal tersebut salah satu penyebabnya adalah karena guru tidak mempunyai
pengetahuan dan keterampilan teknis untuk menggunakan media pembelajaran tersebut.
Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan wawasan dalam menggunakan berbagai media pembelajaran. Dengan
pengetahuannya itu, guru akan memanfaatkan secara optimal media pembelajaran yang tersedia. Ia akan menggunakannya
sendiri secara kreatif sehingga kegiatan belajar anak dapat berjalan dengan efektif. Menggunakan berbagi media
pembelajaran memang membutuhkan keterampilan tertentu dan khusus. Berikut ini ada beberapa contoh penggunaan
beberapa media pembelajaran dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaannya.
BAB III
PEMILIHAN DAN PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN ANAK USIA
DINI
A. Pemilihan Media Pembelajaran

Pemilihan media pembelajaran bukanlah hal yang sederhana meskipun tidak perlu dipandang rumit. Maknanya ialah
perlunya pengetahuan wawasan, pengetahuan dan
keterampilan guru dalam melakukannya dengan tepat, sehingga keputusan yang diambil sesuai dengan kebutuhan
yang ada.
Pada dasarnya pertimbangan untuk memilih suatu media sangatlah sederhana yaitu dapat memenuhi kebutuhan atau
mencapai tujuan yang diinginkan atau tidak. Mc. Connel (dalam Sadiman, 1993) mengatakan bila media itu sesuai
pakailah, “If Medium Fits, Use It!”.
Yang menjadi pertanyaan adalah apa ukuran atau kriteria kesesuaian tersebut. Beberapa faktor perlu dipertimbangkan,
misalnya: tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, karakteristik siswa atau sasaran, jenis rangsangan belajar yang
diinginkan (audio, visual, gerak, dan seterusnya), keadaan latar atau lingkungan, kondisi setempat dan luasnya
jangkauan yang ingin dilayani. Faktor-faktor tersebut pada akhirnya harus diterjemahkan dalam norma atau kriteria
keputusan pemilihan.
Penetapan rambu-rambu dan kriteria untuk pemilihan media pembelajaran merupakan patokan yang harus dijadikan
pegangan bersama. Rambu-rambu tersebut diperlukan agar dapat menyediakan berbagai media pembelajaran yang
tepat dan berdaya guna tinggi.

B. Pengembangan Media Pembelajaran

Kemampuan lain yang harus dikuasai oleh guru selain mampu memilih media
pembelajaran secara tepat adalah kemampuan dalam mengembangkan media pembelajaran. Kegiatan pengembangan
ini banyak terkait dengan proses pembuatan media yang dilakukan secara sistematis dari mulai tahap
perancangan/desain, produksi media, dan evaluasi. Tahapan-tahapan tersebut harus dilalui secara prosedural
sehingga media yang dihasilkan memenuhi kualitas yang diharapkan.
BAB IV
PEMBUATAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
ANAK USIA DINI

A. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Alat Permainan Edukatif

1. Pengertian Alat Permainan Edukatif

Alat permainan edukatif merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam pembelajaran
anak di TK. Ketersediaan alat permainan tersebut sangat menunjang terselenggaranya pembelajaran anak secara efektif dan
menyenangkan sehingga anak-anak dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya secara optimal.
Mayke Sugianto, T. 1995, mengemukakan bahwa alat permainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang sengaja
dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan. Pengertian alat permainan edukatif tersebut menunjukkan bahwa
pada pengembangan dan pemanfaatannya tidak semua alat permainan yang digunakan anak di TK itu dirancang secara
khusus untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak. Sebagai contoh bola sepak yang dibuat dari plastik yang
dibeli langsung dari toko mainan. Dalam hal ukurannya seringkali susah untuk dipegang secara nyaman oleh anak, jika
mau saling melempar dengan teman-temannya akan terasa sakit di telapak tangan. Warnanya pun sering kali menggunakan
satu warna saja sehingga tidak menarik bagi anak karena anak biasanya menyenangi benda- benda yang berwarna-warni.
Tidak terlalu jauh berbeda dengan pengertian atau definisi alat permainan edukatif di atas, Direktorat PADU, Depdiknas
(2003) mendefinisikan alat permainan edukatif sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana atau
peralatan untuk bermain yang mengandung nilai edukatif (pendidikan) dan dapat mengembangkan seluruh kemampuan
anak.
Apabila kita menelaah pengertian tersebut, tampak rumusannya tidak terlalu jauh berbeda dengan pengertian
sebelumnya. Kedua pengertian tersebut menggarisbawahi bahwa perbedaan antara alat permainan yang biasa dengan alat
permainan edukatif adalah bahwa pada alat permainan edukatif terdapat unsur perencanaan pembuatan secara mendalam
dengan mempertimbangkan karakterisitk anak dan mengaitkannya pada pengembangan berbagai aspek perkembangan
anak. Sedangkan alat permainan biasa dibuat dengan tujuan yang berbeda, mungkin saja hanya dalam rangka memenuhi
kepentingan bisnis semata tanpa adanya kajian secara mendalam tentang aspek-aspek perkembangan anak apa saja yang
dapat dikembangkan melalui alat permainan tersebut.
2. Tujuan Alat Permainan Edukatif
Adanya berbagai alat permainan edukatif, pada intinya diarahkan untuk mencapai
tujuan-tujuan sebagai berikut:

a. Memperjelas materi yang diberikan.


Pemanfaatan alat permainan edukatif dalam kegiatan belajar anak diharapkan dapat memperjelas materi yang
disampaikan oleh guru. Sebagai contoh apabila guru ingin menjelaskan konsep warna-warna dasar seperti merah,
biru, hitam, putih, kuning dan lain sebagainya jika penyampaian kepada anak hanya secara lisan atau diceritakan,
anak hanya sebatas mampu menirukan ucapan guru tentang berbagai warna tanpa tahu secara nyata bagaimana
yang dimaksud warna merah, kuning dan lain sebagainya. Akan sangat berbeda jika guru memanfaatkan alat
permainan edukatif misalnya dengan menggunakan Lotto Warna. Dengan memanfaatkan alat permainan
tersebut anak dapat secara langsung melihat, mengamati, membandingkan, memasangkan, dan mengenali
berbagai warna.

b. Memberikan motivasi dan merangsang anak untuk bereksplorasi dan bereksperimen dalam mengembangkan
berbagai aspek perkembangannya. Motivasi dan minat anak untuk bereksplorasi dan bereksperimen merupakan
faktor penting yang menunjang keberhasilan belajar anak. Oleh karena itu harus dilakukan berbagai upaya
sehingga motivasi dan minat anak bisa tumbuh dengan baik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
memenuhi hal tersebut adalah dengan memanfaatkan alat permainan edukatif. Alat permainan edukatif
berupa balok merupakan alat permainan yang sangat potensial untuk meningkatkan motivasi dan minat anak
untuk bereksperimen. Anak TK pada umumnya menyukai alat permaian ini. Dengan bermain balok anak dapat
membentuk bangunan tertentu sesuai dengan imajinasinya, anak mencoba/bereksperimen untuk menyusun
benda tertentu misalnya bangunan rumah dengan memilih berbagai bentuk balok yang ada, anak menemukan
sendiri konsep bahwa jika menyusun benda yang tinggi dengan fondasi yang kecil dan kurang kokoh akan
menyebabkan bangunan yang telah disusunnya runtuh berantakan. Alat permainan seperti itu akan menumbuhkan
kegairahan belajar anak sehingga berbagai potensi anak berkembangan dengan baik.
c. Memberikan kesenangan pada anak dalam bermain.
Apabila kita mengamati anak-anak TK yang sedang memainkan alat permainan tertentu dan mereka sangat tertarik
untuk memainkannya, mereka tampak sangat serius dan terkadang susah untuk diganggu dan dialihkan perhatiannya
pada benda atau kegiatan yang lain. Kondisi tersebut terjadi karena anak-anak merasa senang dan nyaman dengan
alat permainan yang mereka gunakan. Alat permainan yang dirancang secara khusus dan dibuat dengan baik akan
menumbuhkan perasaan senang anak dalam melakukan aktivitas belajarnya. Jika anak sudah merasa senang dengan
kegiatannya, maka belajar tidak lagi dianggap sebagai beban yang ditimpakan guru di pundaknya. Anak mengartikan
belajar dengan baik bahwa belajar ternyata tidak selalu dikesankan sebagai kegiatan yang membosankan bahkan
menyebalkan tapi justeru bermakna dan menyenangkan.

3. Fungsi Alat Permainan Edukatif

Alat-alat permainan yang dikembangkan memiliki berbagai fungsi dalam mendukung


penyelenggaraan proses belajar anak sehingga kegiatan dapat berlangsung dengan baik dan bermakna serta
menyenangkan bagi anak. Fungsi-fungsi tersebut adalah:

a. Menciptakan situasi bermain (belajar) yang menyenangkan bagi anak dalam proses pemberian perangsangan
indikator kemampuan anak. Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa kegiatan bermain itu ada
yang menggunakan alat, ada pula yang tidak menggunakan alat. Khusus dalam permainan yang menggunakan alat,
dengan penggunaan alat-alat permainan tersebut anak-anak tampak sangat menikmati kegiatan belajar karena
banyak hal yang mereka peroleh melalui kegiatan belajar tersebut.

b. Menumbuhkan rasa percaya diri dan membentuk citra diri anak yang positif
Dalam suasana yang menyenangkan, anak akan mencoba melakukan berbagai kegiatan yang mereka sukai dengan
cara menggali dan menemukan sesuai yang ingin mereka ketahui. Kondisi tersebut sangat mendukung anak dalam
mengembangkan rasa percaya diri mereka dalam melakukan kegiatan. Alat permainan edukatif memiliki fungsi yang
sangat strategis sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan anak dalam melakukan kegiatan-
kegiatannya sehingga rasa percaya diri dan citra diri berkembang secara wajar.
c. Memberikan stimulus dalam pembentukan perilaku dan pengembangan kemampuan dasar Pembentukan perilaku
melalui pembiasaan dan pengembangan kemampuan dasar merupakan fokus pengembangan pada anak usia
dini. Alat permainan edukatif dirancang dan dikembangkan untuk memfasilitasi kedua aspek pengembangan
tersebut.

d. Memberikan kesempatan anak bersosialisasi, berkomunikasi dengan teman sebaya.


Alat permainan edukatif berfungsi memfasilitasi anak-anak mengembangkan hubungan yang harmonis dan
komunikatif dengan lingkungan di sekitar misalnya dengan teman- temannya.

B. Pembuatan Alat Permainan Edukatif untuk Anak Usia Dini

Pembuatan APE merupakan suatu kegiatan yang memerlukan bekal kemampuan yang
memadai. Bekal kemampuan yang dimaksudkan adalah pengetahuan dan keterampilan bagaimana melakukannya
sesuai dengan persyaratan-persyaratan tertentu sehingga alat permainan edukatif yang dibuat betul-betul efektif
dalam mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak.

Anda mungkin juga menyukai